PENDAHULUAN
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien agar pasien menjadi lebih aman, sehingga
seharusnya dilakukan.
Ada 5 (lima) hal penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah
1
Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of
utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS
pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near miss)
masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”,
yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan
sakit.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non
2
dan rutinitas pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
mengambil
keselamatan pasien.
terarah.
1.3 Manfaat :
baik bagi
3
RSU Negara
jawab dan
tindakan
4
BAB II
2.1 Pengertian.
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut
dengan risiko pasien, pe;aporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
Sejak awal tahun 1900 institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu
pada 3 (tiga) elemen yaitu : input, proses dan output sampai outcome dengan
telah meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit baik pada aspek input, proses
maupun output dan outcome. Namun harus diakui juga pada pelayanan yang
telah berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir dengan
5
tuntutan hukum. Oleh sebab itu perlu program untuk lebih memperbaiki proses
terhadap pelayanan rumah sakit. Selain itu rumah sakit dan dokter bersusah
Tetapi pada akhirnya tidak ada pihak yang menang, bahkan menurunkan
2.3 Tujuan :
6
2.4 Program WHO
Pada Januari 2002 Executive Board WHO menyusun usulan resolusi, dan
kemudian diajukan pada World Health Assembly ke 55 pada bulan Mei 2002,
Safety.
World Alliance for Patient Safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program
7. Safety in Action
7
2.5 Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
keselamatan pasien, dan mencari solusi berupa sistem atau intervensi sehingga
keselamatan pasien. Pada tanggal 3 Mei 2007 WHO Collaborating Centre for
Medication Names)
nosokomial.
8
BAB III
ditangani segera maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
kegiatannya.
Sakit.
Standar keselamatan pasien yang dimaksud terdiri dari tujuh standar, yaitu :
1. Hak Pasien
pasien.
9
Standar :
Kriteria :
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
Standar :
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
Kriteria :
itu,di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme untuk mendidik pasien dan
10
4. memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
Standar :
Kriteria :
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan
efektif.
11
Standar IV : Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
Standar : rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
Kriteria :
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien,
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus
risiko tinggi.
4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
12
Standar :
insiden.
keselamatan pasien.
keselamatan pasien.
Kriteria :
pasien.
13
4. Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
analisis.
dilaksanakan.
antar disiplin.
tersebut.
14
sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
Standar :
secara jelas.
Kriteria :
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
keselamatan pasien
Standar :
15
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
eksternal.
Kriteria :
semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa
desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara
16
Enam sasaran keselamatan pasien yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan
lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu :
darah, atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk
seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang
identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi
17
menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di rumah
sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi
termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif
pemeriksaan klinis.
tindakan/prosedur.
antar-PPA.
18
Maksud dan Tujuan SKP.2 sampai SKP.2.2
Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua
Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan aksen dan dialek. Pengucapan juga
Misalnya, nama-nama obat yang rupa dan ucapannya mirip (look alike, sound
1. Pemeriksaaan laboratorium;
2. Pemeriksaan radiologi;
4. Prosedur ultrasonografi;
6. Diagnostik jantung;
transesophageal echocardiograms.
19
Hasil yang diperoleh dan berada di luar rentang angka normal secara mencolok
akan menunjukkan keadaan yang berisiko tinggi atau mengancam jiwa. Sistem
pelaporan formal yang dapat menunjukkan dengan jelas bagaimana nilai kritis
komunikasi secara verbal atau melalui telpon dengan aman dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
dihindari;
kritis, hasil pemeriksaaan diagnostik, serta kepada siapa dan oleh siapa
kali menimbulkan kesalahan komunikasi dan dapat berakibat fatal. Oleh karena
20
itu, rumah sakit diminta memiliki daftar singkatan yang diperkenankan dan
Serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam rumah sakit terjadi
a. antar-PPA seperti antara staf medis dan staf medis, antara staf medis dan
staf keperawatan atau dengan staf klinis lainnya, atau antara PPA dan PPA
b. antar berbagai tingkat layanan di dalam rumah sakit yang sama seperti jika
pasien dipindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari unit darurat ke
c. dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan seperti
Gangguan komunikasi dapat terjadi saat dilakukan serah terima asuhan pasien
yang dapat berakibatl kejadian yang tidak diharapkan (adverse event) atau
kejadian sentinel. Komunikasi yang baik dan terstandar baik dengan pasien,
(D,W)
21
3. Pesan secara verbal atau verbal lewat telpon ditulis lengkap, dibaca ulang
oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan. (lihat juga AP
2. Rumah sakit menetapkan siapa yang harus melaporkan dan siapa yang
waktu serah terima pasien (hand over) untuk memperbaiki proses. (D,W)
Alert Medications)
22
Standar SKP.3.1
obat yang perlu diwaspadai. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang
mengandung risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat
1. Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
kemoterapeutik;
(look alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax dan Zantac
atau hydralazine dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan
mirip (NORUM);
lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih
besar dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9%
23
Ada banyak obat yang termasuk dalam kelompok NORUM. Nama-nama yang
dunia.
Daftar obat yang perlu diwaspadai (high alert medication) tersedia di berbagai
organisasi kesehatan seperti the World Health Organization (WHO) dan Institute
pengalaman rumah sakit dalam hal KTD atau kejadian sentinel. Isu tentang
konsentrasi sama atau lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih
dari 0,9%, dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.
Kesalahan dapat terjadi jika petugas tidak memperoleh orientasi cukup baik di
unit perawatan pasien dan apabila perawat tidak memperoleh orientasi cukup
atau saat keadaan darurat. Cara paling efektif untuk mengurangi atau
24
obat yang perlu diwaspadai (high alert medication) dan memindahkan elektrolit
konsentrat dari area layanan perawatan pasien ke unit farmasi. (lihat juga PKPO
3 EP 4). Rumah sakit membuat daftar semua obat high alert dengan
menggunakan informasi atau data yang terkait penggunaan obat di dalam rumah
sakit, data tentang “kejadian yang tidak diharapkan” (adverse event) atau
“kejadian nyaris cedera” (near miss) termasuk risiko terjadi salah pengertian
tentang NORUM. Informasi dari kepustakaan seperti dari Institute for Safe Health
dengan memberi label atau petunjuk tentang cara menggunakan obat dengan
benar pada obat-obat high alert. Untuk meningkatkan keamanan obat yang perlu
menetapkan risiko spesifik dari setiap obat dengan tetap memperhatikan aspek
25
3. Di rumah sakit tersedia daftar semua obat yang perlu diwaspadai yang
(R)
Standar SKP IV
Salah lokasi, salah prosedur, pasien salah pada saat operasi adalah suatu yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah dakit. Kesalahan ini adalah
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota
marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu,
asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak
adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim
26
terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor
kontribusi yang sering terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif
berbasis bukti , seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO
Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal Protocol for
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada
tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah
sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan,
dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus
terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada
semua kasus termasuk sisi (laterality), multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi)
yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang; dan
yang dibutuhkan.
dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.
27
Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan secara
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
penandaan.
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
operasi.
Standar SKP.4
28
Standar SKP.4.1
6. Masalah yang terkait dengan tulisan yang tidak terbaca, tidak jelas, dan
tidak lengkap;
Tindakan bedah dan prosedur invasif memuat semua prosedur investigasi dan
atau memeriksa penyakit serta kelainan dari tubuh manusia melalui mengiris,
Rumah sakit harus menentukan area-area di dalam rumah sakit yang melakukan
29
lainnya. Ketentuan rumah sakit tentang Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan
Tepat-Pasien berlaku di semua area rumah sakit di lokasi tindakan bedah dan
invasif dilakukan.
Rumah sakit diminta untuk menetapkan prosedur yang seragam sebagai berikut:
pasien dan dilakukan dengan tanda yang tepat serta dapat dikenali. Tanda yang
pasien sadar dan terjaga jika mungkin, serta harus masih terlihat jelas setelah
pasien sadar. Pada semua kasus, lokasi tempat operasi harus diberi tanda,
termasuk pada sisi lateral (laterality), daerah struktur multipel (multiple structure),
2. Memastikan bahwa semua dokumen yang terkait, foto (imajing), dan hasil
dibutuhkan.
30
pemeriksaaan, dokumen lain diberi label yang benar, dan memberi tanda di
Time-Out yang dilakukan sebelum dimulainya insisi kulit dengan semua anggota
belum terjawab atau ada hal yang meragukan yang perlu diselesaikan. Time-Out
dan melibatkan semua anggota tim bedah. Rumah sakit harus menetapkan
mengkhawatirkan dan dapat terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat
komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah,
kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan
tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu, juga
asesmen pasien 53 yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak
31
manusia. Kebijakan berlaku atas setiap lokasi di rumah sakit bila prosedur ini
dijalankan.
Praktik berbasis bukti ini diuraikan dalam Surgical Safety Checklist dari WHO
2. Ada bukti rumah sakit menggunakan satu tanda di empat sayatan operasi
pertama atau tindakan invasif yang segera dapat dikenali dengan cepat
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan rumah sakit. (D,O)
3. Ada bukti bahwa penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif (site
marking) dilakukan oleh staf medis yang melakukan operasi atau tindakan
check list ” (Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety 2009). (R)
32
3. Rumah sakit menggunakan Komponen Time-Out terdiri atas identifikasi
Standar SKP.5
pelayanan kesehatan.
menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah dengan menjaga
mengadopsi pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk
disinfektan, serta handuk sekali pakai (towel), tersedia di lokasi sesuai dengan
mengacu pada standar WHO terkini. (lihat juga PPI 9. EP 2, EP 6). (R)
3. Staf rumah sakit dapat melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur.
4. Ada bukti staf melaksanakan lima saat cuci tangan. (W,O,S) ??? lima apa
??
PPI 9 EP 6)
34
Elemen Penilaian Sasaran V :
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (a.l. dari WHO
Patient Safety).
pelayanan kesehatan.
Standar SKP.6
Rumah sakit melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh.
Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat jalan akibat pasien jatuh.
1. Kondisi pasien;
6. konsumsi alkohol.
Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat
35
mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal iIni disebabkan oleh operasi
sakit. Rumah sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang
Contoh situasional risiko adalah jika pasien yang datang ke unit rawat jalan
Pasien ini berisiko jatuh waktu dipindah dari brankar ke meja periksa radiologi,
atau waktu berubah posisi sewaktu berada di meja sempit tempat periksa
layanan yang diberikan. Misalnya, terapi fisik (rawat jalan dan rawat inap)
risiko pasien jatuh seperti parallel bars, freestanding staircases, dan peralatan
lain untuk latihan. Rumah sakit melakukan evaluasi tentang pasien jatuh dan
program untuk mengurangi pasien jatuh yang meliputi manajemen risiko dan
asesmen ulang secara berkala di populasi pasien dan atau lingkungan tempat
pelayanan dan asuhan itu diberikan. Rumah sakit harus bertanggung jawab
untuk identifikasi lokasi (seperti unit terapi fisik), situasi (pasien datang dengan
ambulans, transfer pasien dari kursi roda atau cart), tipe pasien, serta gangguan
fungsional pasien yang mungkin berisiko tinggi untuk jatuh. Rumah sakit
dan prosedur yang sesuai dengan lingkungan dan fasilitas rumah sakit.
36
Program ini mencakup monitoring terhadap kesengajaan dan atau
pasien rawat inap dan rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, dan lokasi
asesmen ulang dari pasien pasien rawat inap yang berdasar atas catatan
situasi dan lokasi yang menyebabkan pasien jatuh. (lihat juga AP 1.2.1 EP
3). (D,O,W)
meranacng proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
keselamatan pasien.
37
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh
langkah keselamatan pasien rumah sakit tersebut. Uraian Tujuh Langkah Menuju
Langkah penerapan :
RSU Negara telah memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
keselamatan pasien.
38
Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara
insiden
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan
Langkah-langkah penerapan :
pasien
39
Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya
pasien
Langkah-langkah penerapan :
Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
Pasien (IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
40
Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
Langkah-langkah penerapan :
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
penting.
Langkah-langkah penerapan :
41
a. Tingkat Rumah Sakit :
RSU Negara memiliki kebijakan dan pedoman yang jelas tentang cara-
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk
Langkah-langkah penerapan :
42
Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun
risiko tinggi.
insiden
Langkah-langkah penerapan :
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
43
Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil
pelaksanaannya.
tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam
pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak. Dapat dipilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah
Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik maka dapat
44
45
BAB IV
kejadian sentinel.
RSU Negara
46
BAB V
47
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, 2012. Panduan Pastient Safety. Rumah Sakit Royal Progress, Jakarta,
Indomesia
Marseno R., 2011. Patient Safety (Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Available
at http://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-
keselamatan-pasien-rumah-sakit/
Pabuti, Aumas, 2011. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah
Sakit. Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of
Andalas University, Indonesia
Yahya, Adib A., 2006. Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of
National Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara,
Bandung 14-15 November 2006.
Yahya, Adib A., 2007. Fraud & Patient Safety. Proceedings of PAMJAKI meeting
“Kecurangan (Fraud) dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan” Hotel Bumi
Karsa, Jakarta 13 December 2007.
48