TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
KOMITE MUTU, KESELAMATAN PASIEN, DAN MANAJEMEN RISIKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI KABUPATEN BOGOR
Tambahan Lembaran.......
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
5. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Kabupaten Bogor Nomor : 800/750.2-Kepeg tentang
Penunjukan Panitia Persiapan Standar Akreditasi Rumah
Sakit Versi 2012 Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Kabupaten Bogor
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1333/Menkes/SK/II/1988 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
8. Keputusan Bupati Bogor Nomor : 821.2/220/Kpts.-BUP/2014
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Ciawi Kabupaten Bogor.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1215/ Menkes/SK/VI/2007, tentang Peningkatan Kelas
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Milik Pemerintah
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat menjadi Rumah Sakit
Umum Kelas B;
10. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Kabupaten Bogor Nomor : 045/001/YAN/V/2015 tentang
Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Ciawi Kabupaten Bogor
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MenKes/Per/
VIII/2011 Pasal 3 ayat (1) tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit;
12. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Kabupaten Bogor Nomor : 045/002/TKM/VII/2015 tentang
Kebijakan Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien, dan
Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Kabupaten Bogor Tentang Pedoman Pelayanan Komite Mutu,
Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko Rumah Sakit Umum
Daerah Ciawi Kabupaten Bogor
Kedua : Pedoman Pelayanan yang dimaksud sebagaimana terlampir
dalam lampiran surat keputusan ini.
Ketiga : Pengawasan penyelenggaraan pelayanan peningkatan mutu,
keselamatan pasien, dan manajemen risiko Rumah Sakit Umum
Daerah Ciawi Kabupaten Bogor dilaksanakan oleh Komite Mutu,
Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko Rumah Sakit Umum
Daerah Ciawi Kabupaten Bogor dengan dibantu oleh Kepala Unit
Kerja atau Instalasi atau Komite terkait di Rumah Sakit Umum
Daerah Ciawi Kabupaten Bogor
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku mulai
24 Agustus 2015
Kelima : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
ketetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
DITETAPKAN DI : CIAWI
PADA TANGGAL : 24 Agustus 2015
DIREKTUR,
A. LATAR BELAKANG
Visi Indonesia sehat merupakan pandangan dalam mencapai derajat kesehatan
bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering
terjadi perubahan tetapi pada visi 2015 diharapkan gambaran masyarakat indonesia di
masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, maka lingkungan yang
diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya
keadaan sehat yaitu lingkugan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukimna yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang
saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar mendapatkan derajat kesehatan maksimal.
Sejalan dengan peningkatan mutu pelayanan, keselamatan, dan manajemen
risiko telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting
yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien,
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di
rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit.
Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila
ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan
pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu
primum, non nocere (first, do not harm).
Salah satu usaha peningkatan penampilan dari masing-masing sarana pelayanan
seperti rumah sakit adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan di semua unit
pelayanan melalui program peningkatan mutu. Dan perlu adanya suatu pendekatan
untuk mengenal keadaan yang menempatkan suatu risiko dan tindakan untuk mencegah
terjadinya risiko tersebut, dimana risiko ini ditujukan untuk seluruh pelayanan di RS. Agar
B. TUJUAN
Tujuan pembuatan pedoman pelayanan Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan
Manajemen Risiko:
1. Sebagai acuan dalam menentukan lingkup pelayanan Komite Mutu, Keselamatan
Pasien, dan Manajemen Risiko.
2. Sebagai acuan dalam penyediaan Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan
Manajemen Risiko .
3. Sebagai acuan dalam memenuhi standar penyediaan ruangan dan fasilitas.
4. Sebagai acuan dalam penyediaan logistik kebutuhan sarana dan prasarana Komite
Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko.
5. Sebagai acuan dalam menjaga keselamatan pasien.
6. Sebagai acuan dalam menjaga keselamatan kerja
7. Sebagai acuan dalam mengendalikan mutu pelayanan RS secara keseluruhan.
8. Sebagai acuan dalam meminimalkan risiko pelayanan RS secara keseluruhan..
C. RUANG LINGKUP
C.1. Ruang lingkup Mutu
1. Kepemimpinan dan Perencanaan.
2. Rancangan Proses Klinik dan Manajemen.
3. Pemilihan Indikator dan Pengumpulan Data.
4. Validasi dan analisis dari Indikator Penilaian.
5. Mencapai dan Mempertahankan Peningkatan.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Kepemimpinan dan Perencanaan.
2. Rancangan Proses Klinik dan Manajemen.
3. Pemilihan Indikator dan Pengumpulan Data
4. Validasi dan analisis dari Indikator Penilaian.
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi
di rumah sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung. Beberapa
ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran (lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431).
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah
Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1989
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
8. Keputusan Bupati Bogor Nomor : 13/ Tahun 2008 tentang Pembentukan Rumah
Sakit Umum Daerah Ciawi Kelas B (Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah
Ciawi Kelas B)
9. Keputusan Bupati Bogor Nomor : 821.2/220/Kpts.-BUP/2014 tentang Pengangkatan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Kabupaten Bogor.
BAB II .....
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Jumlah
Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
Kebutuhan
A. Denah Ruangan
Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko menggunakan Kamar Vip 5
Ruang Anyelir RSUD Ciawi dalam melaksanakan tugasnya. Adapun denah tersebut
terlampir.
lemari
Toilet
meja dan 1 kursi
meja dan 1 kursi meja dan 2 kursi
B. Standar Fasilitas
BAB IV .......
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Pelatihan ........
1. Pelatihan dan Training Internal Staf Komite Mutu, Keselamatan Pasien
dan Manajemen Risiko (KMKM) tentang Mutu Pelayanan RS :
a. Konsep Mutu.
b. RCA, KNC,KTD, KTC.
c. Handling Complain.
d. Statistik.
e. Risk Management.
f. ISO.
g. Servis Excellence.
h. Audit Internal.
2. Pelatihan dan Training terhadap pelaksana :
a. Konsep mutu.
b. Servis excellence.
3. Pelatihan dan training kepala bagian :
a. Konsep mutu.
b. RCA.
c. KPRS.
d. Handling complain.
e. Statistik.
f. Risk Management.
g. Audit Internal.
h. ISO.
4. Manajemen Puncak Pelatihan dan training manajemen puncak :
a. Clinical pathway.
b. Balance Score Card.
c. Akreditasi.
5. Pelatihan Patient Safety (ex-house Training ).
6. Pelatihan Patient Safety (in-House Training ).
7. Pelatihan Patient Safety & Mutu karyawan , orientasi.
8. Pelatihan BHD oleh Rumah Sakit.
9. Pelatihan K3 oleh Rumah Sakit (P2K3RS).
10. Pelaksanaan program Keselamatan Pasien (IKP, Manajemen Risiko Klinik
yang meliputi FMEA, Risk Register, RCA).
c. Risk Register
Alat manajemen yang memungkinkan suatu organisasi memahami profil risiko
secara menyeluruh. Setahun sekali dibuat risk register RS dimana meliputi:
1. Komponen risiko
2. Bands dampak dan probabilitas
3. Risk grading (dampak x probabilitas)
4. Pengendalian risiko (seperti perbaikan/pembuatan SPO, training, pengadaan
fasilitas, program, evaluasi dll)
5. Peringkat risiko.
I. SISTEM PELAPORAN
1. LAPORAN BULANAN
Laporan SPM setiap unit/instalasi/komite, laporan indikator mutu, laporan insiden
2. LAPORAN TRIMESTER
a. Laporan trend indikator mutu selama 3 bulan beserta analisa masalah dan
rekomendasi.
b. Laporan hasil audit beserta rekomendasi.
3. LAPORAN SEMESTERAN
a. Laporan trend indikator mutu selama 6 bulan beserta analisa masalah dan
rekomendasi.
Laporan hasil .......
b. Laporan hasil audit beserta rekomendasi.
4. LAPORAN TAHUNAN
a. Laporan SPM selama 1 tahun.
b. Laporan indikator mutu dalam 1 tahun.
c. Laporan dan evaluasi program Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan
Manajemen Risiko dalam tahun tersebut.
d. Laporan indikator Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen
Risiko.
J. PANDUAN / PEDOMAN
Dalam melaksanakan tugasnya, Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan
Manajemen Risiko, Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Kabupaten Bogor mengacu pada
:
1. Panduan Manajemen Risiko Klinik.
2. Panduan 6 Sasaran Keselamatan Pasien.
3. Pedoman Organisasi RS.
4. Pedoman Organisasi Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko.
5. Pedoman Pelayanan Setiap Unit Kerja / Komite Terkait.
6. SPO yang ada di setiap unit kerja.
7. SPO pelaksanaan di Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko.
BAB V .......
BAB V
LOGISTIK
A. Perencanaan
Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko melakukan
perencanaan melalui rapat intern Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen
Risiko yang dilakukan setiap bulan. Baik melalui perencanaan logistik kantor maupun
sarana promosi yang dibutuhkan.
B. Pengadaan
1. Pengadaan Kertas, Printer, Tinta Printer, dan alat tulis.
Pengadaan kertas guna keperluan administrasi dilakukan oleh bagian pembelian
non- medis RS, atau mengikuti persediaan logistik sekretariat, dan untuk hal
bersifat legal seperti stempel Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen
Risiko terlebih dahulu mengajukan melalui Direktur.
2. Pengadaan Form Evaluasi Indikator.
Pengadaan ini dilakukan oleh masing-masing unit kerja dengan format yang
dibutuhkan oleh masing-masing unit kerja.
3. Pengadaan Lemari penyimpanan data .
Pengadaan lemari ini dilakukan oleh bagian pembelian non-medis melalui
persetujuan direktur, dan saat ini lemari berada di ruang komite mutu,
keselamatan pasien dan manajemen risiko..
C. Penyimpanan
Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko melakukan kegiatan
penyimpanan data berupa 2 bagian :
1. Data Hard-copy di lantai 4 ruang seruni gedung A.
2. Data soft-copy di flash-disk/usb.
BAB VI ......
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan
erat dengan kejadian yang disebabkan akibat kelalaian dalam penggunaan peralatan
elektronik khususnya komputer.
Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadi kecelakaan dalam proses
pekerjaan Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko yaitu dikarenakan
pekerjaan yang terorganisir dengan baik, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja
yang aman dan terjamin kebersihannya serta istirahat yang cukup.
Kecelakaan kerja tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan mendadak
atau dan tidak direncanakan sehingga menyebabkan kerusakan pada peralatan kerja
maupun fisik anggota Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam keselamatan kerja adalah :
A. Alat Pelindung Diri (APD)
Keamanan, kenyamanan dan keselamatan kerja di ruang Sekretariat khususnya
personel Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko Rumah Sakit
Umum Daerah Ciawi Kabupaten Bogor ini terdapat alat pelindung kerja sebagai berikut:
1. Laptop dengan penutup monitor untuk mengurangi radiasi sinar.
2. Penggunaan Hand-rub saat melakukan pekerjaan.
3. Penggunaan kursi ergonomis sebagai fasilitas tempat duduk
B. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan anggota Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan
Manajemen Risiko mengikuti pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian SDM rumah sakit
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
C. Penanganan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sebisa mungkin diminimalkan dengan
cara memperhatikan :
1. Fasilitas bangunan.
Fasilitas bangunan khususnya ruangan, Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan
Manajemen Risiko mengikuti fasilitas yang ada di ruang Sekretariat.
2. Lingkungan kerja.
Lingkungan kerja turut berperan dalam
Lingkungan kerja ......
menimbulkan kecelakaan kerja jika tidak
mendapat perhatian yang benar, meliputi :
a. Pencahayaan.
b. Sistem sirkulasi Udara.
c. Jalur darurat evakuasi.
3. Peralatan kerja.
Peralatan kerja yang dipakai oleh Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan
Manajemen Risiko terutama adalah laptop, dengan memakai baterai dan Adaptor
AC.
4. Prosedur Kerja.
Prosedur kerja Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Manajemen Risiko mengikuti
jam kerja di rumah sakit. Sistem administrasi menggunakan Panduan Tata Naskah
yang telah ditetapkan.
Jika terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di bagian tempat kita bekerja
adalah :
1. Jika terjadi kebakaran segera padamkan dengan APAR yang ada di bagian
Sekretariat, selanjutnya menelpon ke bagian terdekat dan K3 untuk mendapatkan
pertolongan, keluar dari ruangan mengikuti jalur evakuasi menuju ke tempat atau
area aman. Selanjutnya membuat pelaporan ke komite K3
2. Jika terjadi kecelakaan kerja dan terjadi luka, untuk pertolongan pertama
menggunakan perlengkapan K3 yang ada di bagian Sekretariat, selanjutnya ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk mendapatkan pertolongan selanjutnya.
Membuat pelaporan terjadi kecelakaan kerja ke bagian SDM dan komite K3.
3. Jika terjadi penyakit akibat kerja seperti dehidrasi segera diberi cairan yang cukup
kemudian ke UGD untuk mendapat pertolongan selanjutnya.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU & KESELAMATAN PASIEN
A. PERALATAN
Perawatan Peralatan Secara Berkala (Preventif Maintenance)
Perawatan peralatan yang digunakan di Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan
Manajemen Risiko dilakukan sesuai kebutuhan, dan berusaha untuk melibatkan setiap
unit kerja yang dibutuhkan.
Denominator : -
Kriteria Ekslusi : -
Target Kinerja : 70 %
Kriteria Ekslusi : -
Target Kinerja : 70 %
Formula Kalkulasi : Jumlah RCA yang tepat waktu dibagi jmlah seluruh
RCA x 100
Kriteria Ekslusi : -