Anda di halaman 1dari 21

UKM F2

1. Penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan PHBS (Cuci tangan, memakai
masker, head cap)

Latar belakang
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tak terduga yang dapat
menimbulkan berbagai macam kerugian, yang terjadi di dalam ataupun di luar tempat kerja
yang berkaitan dengan proses kerja. Kecelakaan kerja dilihat dari faktor manusia terjadi
karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan, bekerja tidak sesuai prosedur, bekerja
sambil bercanda, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), kelelahan, kebosanan, dan
lain-lain. Jika dilihat dari faktor lingkungan kecelakaan kerja terjadi karena keadaan
lingkungan yang tidak aman seperti: peralatan kerja yang sudah tidak baik digunakan tetapi
tetap digunakan, penerangan yang kurang memadai, tata ruang kerja tidak ergonomis, serta
keadaan lingkungan dilihat dari segi fisik, kimia, biologi (Wirawan, dkk., 2016).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kementerian
Kesehatan RI, 2011). Hidup bersih dan sehat sendiri merupakan suatu hal yang seharusnya
memang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat sebagai salah satu cara
menjaga kesehatannya. Mengingat kesehatan merupakan hal penting bagi setiap manusia
mulai dari konsentrasi dalam bekerja dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan
Para pekerja kurang dalam menerapkan perilaku menggunakan masker, perlunya mencuci
tangan sebelum dan sesudah kerja, dan penggunaan head cap terutama hal tersebut sangat
penting dilakukan bagi pekerja yang bergerak pada bidang pengemasan makanan atau pun
pembuatan makanan agar makanan yang dipasarkan dalam keadaan bersih dan steril
sehingga terhindar dari adanya bakteri dan bahan asing yang masuk ke dalam makanan
yang semuanya itu sangat berbahaya jika dikonsumsi.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, intervensi yang dilakukan adalah penyuluhan
terkait kecelakaan dan Kesehatan kerja. Penyuluhan difokuskan terkait permasalahan
perilaku cuci tangan dengan sabun dan air bersih, menggunakan air bersih, penggunaan
masker, head cap.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan di Swalayan 89. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri
memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang
tidak dimengerti dan diberi kesempatan dalam mempraktikan bagaimana cara mencuci
tangan yang benar.

Monitoring dan evaluasi


Kepatuhan dalam menerapkan cuci tangan, memakai masker dan head cap.
2. Penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan PHBS (Cuci tangan, memakai
masker, head cap dan penanganan luka bakar)

Latar belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan suasana
bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas setinggi-tingginya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat penting untuk dilaksanakan pada semua bidang
pekerjaan tanpa terkecuali proyek pembangunan gedung seperti apartemen, hotel, mall dan
lain-lain, karena penerapan K3 dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan
maupun penyakit akibat melakukan kerja. Smith dan Sonesh (2011) mengemukakan bahwa
pelatihan kesehatan dan kelelamatan kerja (K3) mampu menurunkan resiko terjadinya
kecelakaan kerja. Semakin besar pengetahuan karyawan akan K3 maka semakin kecil
terjadinya resiko kecelakaan kerja, demikian sebaliknya semakin minimnya pengetahuan
karyawan akan K3 maka semakin besar resiko terjadinya kecelakaan kerja. Terjadinya
kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi manajemen dalam upaya penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3). Ketimpangan tersebut menjadi penyebab dasar terjadinya
kecelakaan kerja. Dengan semakin meningkatnya kasus kecelakaan kerja dan kerugian akibat
kecelakaan kerja, serta meningkatnya potensi bahaya dalam proses produksi, dibutuhkan
pengelolaan K3 secara efektif, menyeluruh, dan terintegrasi dalam manajemen perusahaan.
Manajemen K3 dalam organisasi yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan semangat
pekerja dan memungkinkan mereka memiliki keyakinan dalam pengelolaan organisasi
(Akpan, 2011).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kementerian
Kesehatan RI, 2011). Hidup bersih dan sehat sendiri merupakan suatu hal yang seharusnya
memang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat sebagai salah satu cara
menjaga kesehatannya. Mengingat kesehatan merupakan hal penting bagi setiap manusia
mulai dari konsentrasi dalam bekerja dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan
Para pekerja kurang dalam menerapkan perilaku menggunakan masker, perlunya mencuci
tangan sebelum dan sesudah kerja, dan penggunaan head cap terutama hal tersebut sangat
penting dilakukan bagi pekerja yang bergerak pada bidang pengemasan makanan atau pun
pembuatan makanan agar makanan yang dipasarkan dalam keadaan bersih dan steril
sehingga terhindar dari adanya bakteri dan bahan asing yang masuk ke dalam makanan
yang semuanya itu sangat berbahaya jika dikonsumsi.
Para pekerja kurang paham dalam melakukan pengobatan jika terkena luka bakar, mereka
sering kali masih menggunakan bahan-bahan seperti kecap, mentega, minyak tanah dan
lain-lain untuk mengobati luka bakar dimana bahan tersebut bersifat iritatif dan semakin
memperparah kondisi luka bakar dan menimbulkan infeksi.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, intervensi yang dilakukan adalah penyuluhan
terkait kecelakaan dan Kesehatan kerja. Penyuluhan difokuskan terkait permasalahan
perilaku cuci tangan dengan sabun dan air bersih, menggunakan air bersih, penggunaan
masker, head cap serta penanganan pertama pada luka bakar.
Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan di Home Industry Pia Manalagi. Disela-sela materi yang
disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya langsung
apabila ada materi yang tidak dimengerti dan diberi kesempatan dalam mempraktikan
bagaimana cara mencuci tangan yang benar.

Monitoring dan evaluasi


Kepatuhan dalam menerapkan cuci tangan, memakai masker dan head cap dan penyediaan
kotak P3K yang berisi obat-obatan untuk luka bakar.
UKM F1
1. Penyuluhan tentang Hipertensi dan Diabetes

Latar belakang
Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah secara
menetap (Dipiro, dkk., 2011). Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika
tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Hipertensi dibedakan menjadi dua macam, yakni
hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi dipicu oleh beberapa faktor
risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan asupan natrium, dislipidemia, kurangnya
aktivitas fisik, dan defisiensi vitamin D (Dharmeizar, 2012). Prevalensi hipertensi yang
terdiagnosis dokter di Indonesia mencapai 25,8%. Tingkat prevalensi hipertensi diketahui
meningkat seiring dengan peningkatan usia dan prevalensi tersebut cenderung lebih tinggi
pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah atau masyarakat yang tidak bekerja
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

International Diabetes Federation(IDF) menyebutkan bahwa prevalensiDiabetes Melitus di


dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di
dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes me litus didunia adalah sebanyak 371
juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia
yang menderita diabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008,
menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%. Tingginya prevalensi
Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya
jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah
misalnya kebiasaan merokok tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur.

Permasalahan
Masyarakat kurang dalam memahami bagaimana menerapkan diit Hipertensi dan Diabetes
Melitus serta melakukan kontrol rutin.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, intervensi yang dilakukan adalah penyuluhan
terkait Hipertensi dan Diabetes melitus dari pengertian, gejala, penyebab, pengobatan,
pencegahan, dan diit.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan di Posbindu Melati. Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri
memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang
tidak dimengerti.

Monitoring dan evaluasi


Kepatuhan kontrol Hipertensi dan Diabetes Melitus sehingga berkurangnya angka kesakitan
yang timbul di masyarakat.

2. Penyuluhan tentang Covid 19


Latar belakang
Penyakit virus corona 2019 (corona virus disease/COVID-19) sebuah nama baru
yang diberikan oleh Wolrd Health Organization (WHO) bagi pasien dengan infeksi
virus novel corona 2019 yang pertama kali dilaporkan dari kota Wuhan, Cina pada
akhir 2019. Penyebaran terjadi secara cepat dan membuat ancaman pandemi baru.
Pada tanggal 10 Januari 2020, etiologi penyakit ini diketahui pasti yaitu termasuk
dalam virus ribonucleid acid (RNA) yaitu virus corona jenis baru, betacorona virus
dan satu kelompok dengan virus corona penyebab severe acute respiratory
syndrome (SARS) dan middle east respiratory syndrome (MERS CoV). Diagnosis
ditegakkan dengan risiko perjalanan dari Wuhan atau negara terjangkit dalam kurun
waktu 14 hari disertai gejala infeksi saluran napas atas atau bawah, disertai bukti
laboratorium pemeriksaan real time polymerase chain reaction (RT-PCR) COVID-19.
Wolrd Health Organization membagi penyakit COVID-19 atas kasus terduga
(suspect), probable dan confirmed, sedangkan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI) mengklasifikasikan menjadi orang dalam pemantauan
(ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gejala (OTG) dan pasien
terkonfirmasi bila didapatkan hasil RT- PCR COVID-19 positif dengan gejala
apapun. Bahan pemeriksaan dapat berupa swab tenggorok, sputum dan
bronchoalveolar lavage (BAL). Hingga saat ini belum ada antivirus dan vaksin
spesifik sehingga diberikan terapi suportif sesuai dengan derajat penyakit.
Penyebaran penyakit diketahui melalui droplet dan kontak dengan droplet. Prognosis
pasien sesuai derajat penyakit, derajat ringan berupa infeksi saluran napas atas
umumnya prognosis baik, tetapi bila terdapat acute respiratory distress syndrome
(ARDS) prognosis menjadi buruk terutama bila disertai komorbid, usia lanjut dan
mempunyai riwayat penyakit paru sebelumnya. Pencegahan utama sekaligus tata
laksana adalah isolasi kasus untuk pengendalian penyebaran. Masih diperlukan
berbagai riset untuk mengatasi ancaman pandemi virus baru ini.

Permasalahan
Masyarakat kurang dalam penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci
tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Penggunaan masker pada setiap individu cukup bervariasi. Beberapa individu penggunakan masker
tanpa menutupi mulut dan hidung sepenuhnya.
Masyarakat masih melakukan kegiatan yang menciptakan kerumunan tanpa penerapan protokol
kesehatan.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, intervensi yang dilakukan adalah penyuluhan
terkait Covid 19 dari definisi hingga pencegahan dan penerapan protokol kesehatan,
penggunaan masker secara benar.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan pada waktu kegiatan paguyuban kader kelurahan Ketapang
bersama dengan pak lurah, babinsa, kader posyandu, dan pihak PKM Ketapang. Disela-sela
materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya
langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti.

Monitoring dan evaluasi


Kepatuhan dalam melakukan protokol kesehatan sehingga berkurangnya angka kesakitan
yang timbul di masyarakat.

3. Penyuluhan tentang stunting

Latar belakang
Prevalensi stunting di Indonesia menempati peringkat kelima terbesar di dunia. Data riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi stunting dalam lingkup
nasional sebesar 37,2 %, terdiri dari prevalensi pendek sebesar 18 % dan sangat pendek
sebesar 19,2 %. Stunting dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang berat dalam
kasus balita stunting.
Masalah kurang gizi dan stunting merupakan dua masalah yang saling berhubungan. Stunting
pada anak merupakan dampak dari kekurangan nutrien selama seribu hari pertama kehidupan.
Hal ini menimbulkan gangguan perkembangan fisik anak yang irreversibel, sehingga
menyebabkan penurunan kemampuan kognitif dan motorik serta penurunan performa kerja.
Anak stunting memiliki rerata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah
dibandingkan rerata skor IQ pada anak normal. Gangguan tumbuh kembang anak akibat
kekurangn gizi bila tidak mendapatkan intervensi sejak dini akan berlanjut hingga dewasa.

Permasalahan
Masyarakat kurang paham apa yang dimaksud dengan stunting dan pencegahannya.
Masyarakat dengan keadaan ekonomi yang kurang, cenderung mengalami gizi kurang
sehingga berdampak pada asupan nutrisi yang dapat menyebabkan kondisi stunting pada
anak.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, intervensi yang dilakukan adalah penyuluhan
terkait stunting dari definisi hingga pencegahan.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan pada waktu kegiatan paguyuban kader kelurahan Ketapang
bersama dengan pak lurah, babinsa, kader posyandu, dan pihak PKM Ketapang. Disela-sela
materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya
langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti.

Monitoring dan evaluasi


Berkurangnya angka kejadian stunting di masyarakat dengan adanya kecukupan gizi.

4. Penyuluhan tentang PHBS dan penggunaan masker yang benar

Latar belakang
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga dilakukan untuk
mencapai Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan
sehat seseorang berhubungan dengan peningkatkan kesehatan individu, keluarga,
masyarakat dan lingkungannya. Sehingga dengan berperilaku sehat dalam kehidupan sehari
– hari akan menghindarkan kita dari berbagai penyakit terutama penyakit- penyakit infeksi
dan non infeksi.

Protokol kesehatan berperan penting dalam pencegahan penularan COVID-19 dimana pemakaian
masker menjadi salah satu protokol kesehatan yang diterapkan. Masker dapat diklasifikasikan menjadi
berbagai jenis berdasarkan bahan dan fungsinya seperti masker N95, masker medis/surgical, dan
masker berbahan dasar kain. Setiap jenis masker memiliki efektivitas dan kemampuan filtrasi yang
berbeda-beda. Efektivitas masker dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis bahan,
penggunaan selama pandemi; penggunaan oleh petugas kesehatan dan masyarakat umum, protokol
kesehatan seperti mencuci tangan, social distancing dan penggunaan APD lainnya. Dengan
mengetahui efisiensi filtrasi setiap jenis masker, diharapkan pemakaian yang tepat dapat menurunkan
risiko penularan COVID-19 pada masyarakat.

Permasalahan
Masyarakat kurang dalam penerapan perilaku cuci tangan dengan sabun dan air bersih.
Sehingga di masyarakat sering timbul permasalahan terkait penularan jenis penyakit melalui
tangan yang kurang bersih.
Penggunaan masker pada setiap individu cukup bervariasi. Beberapa individu penggunakan masker
tanpa menutupi mulut dan hidung sepenuhnya.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, intervensi yang dilakukan adalah penyuluhan
terkait PHBS dan penggunaan masker yang benar. Penyuluhan difokuskan terkait
permasalahan perilaku cuci tangan dengan sabun dan air bersih, menggunakan air bersih,
penggunaan masker dengan benar serta cara penyimpanannya, upaya hidup sehat dengan
mengkonsumsi buah dan sayur, berolahraga dan berjemur

Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan pada waktu kegiatan paguyuban kader kelurahan Ketapang
bersama dengan pak lurah, babinsa, kader posyandu, dan pihak PKM Ketapang. Disela-sela
materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya
langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti.

Monitoring dan evaluasi


Kepatuhan dalam menerapkan cuci tangan, memakai masker sehingga berkurangnya angka
kesakitan yang timbul di masyarakat.

5. Penyuluhan tentang vaksin Covid 19

Latar belakang
Penyakit virus corona 2019 (corona virus disease/COVID-19) sebuah nama baru
yang diberikan oleh Wolrd Health Organization (WHO) bagi pasien dengan infeksi
virus novel corona 2019 yang pertama kali dilaporkan dari kota Wuhan, Cina pada
akhir 2019. Penyebaran terjadi secara cepat dan membuat ancaman pandemi baru.
Pada tanggal 10 Januari 2020, etiologi penyakit ini diketahui pasti yaitu termasuk
dalam virus ribonucleid acid (RNA) yaitu virus corona jenis baru, betacorona virus
dan satu kelompok dengan virus corona penyebab severe acute respiratory
syndrome (SARS) dan middle east respiratory syndrome (MERS CoV). Diagnosis
ditegakkan dengan risiko perjalanan dari Wuhan atau negara terjangkit dalam kurun
waktu 14 hari disertai gejala infeksi saluran napas atas atau bawah, disertai bukti
laboratorium pemeriksaan real time polymerase chain reaction (RT-PCR) COVID-19.
Wolrd Health Organization membagi penyakit COVID-19 atas kasus terduga
(suspect), probable dan confirmed, sedangkan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI) mengklasifikasikan menjadi orang dalam pemantauan
(ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gejala (OTG) dan pasien
terkonfirmasi bila didapatkan hasil RT- PCR COVID-19 positif dengan gejala
apapun. Bahan pemeriksaan dapat berupa swab tenggorok, sputum dan
bronchoalveolar lavage (BAL). Hingga saat ini belum ada antivirus dan vaksin
spesifik sehingga diberikan terapi suportif sesuai dengan derajat penyakit.
Penyebaran penyakit diketahui melalui droplet dan kontak dengan droplet. Prognosis
pasien sesuai derajat penyakit, derajat ringan berupa infeksi saluran napas atas
umumnya prognosis baik, tetapi bila terdapat acute respiratory distress syndrome
(ARDS) prognosis menjadi buruk terutama bila disertai komorbid, usia lanjut dan
mempunyai riwayat penyakit paru sebelumnya. Pencegahan utama sekaligus tata
laksana adalah isolasi kasus untuk pengendalian penyebaran serta dipemberian
vaksin bagi seluruh masyarakat sehigga terbentuk herd imunity. Vaksin adalah
sejenis produk biologis yang mengandung unsur antigen berupa virus atau
mikroorganisme yang sudah mati atau sudah dilemahkan dan juga berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksid atau protein rekombinan, yang
sudah ditambahkan dengan zat lainnya. Vaksin berguna untuk membentuk
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Permasalahan
Masyarakat kurang paham mengenai tujuan pemberian vaksin Covid 19.
Masyarakat masih takut untuk menerima vaksin dikarenakan vaksin Covid 19 merupakan
vaksin baru dan masyarakat masih ragu tentang keamanan dari vaksin tersebut.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, intervensi yang dilakukan adalah penyuluhan
terkait Covid 19 dari definisi hingga pencegahan dan penerapan protokol kesehatan,
penggunaan masker secara benar dan vaksin Covid 19 yang mencakup definisi vaksin, tujuan
pemberian vaksin, keamanan, efek samping, siapa saja yang boleh menerima vaksin.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan sebelum pelayanan PKM Ketapang dimulai. Disela-sela materi
yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya
langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti.

Monitoring dan evaluasi


Kepatuhan dalam melakukan protokol kesehatan dan besarnya cakupan masyarakat yang
mau mendapatkan vaksin covid 19 sehingga berkurangnya angka kesakitan yang timbul di
masyarakat.
UKM F3

1. Pelaksanaan Antenatal Care Terapadu

Latar Belakang
Antenatal Care Terpadu (ANCT) adalah pelayanan pemeriksaan pada ibu hamil secara
komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan
rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi,
HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular seksual), penanganan penyakit kronis serta
beberapa program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program. Setiap ibu
hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat, bersalin dengan selamat
serta melahirkan bayi yang sehat.

Permasalahan
Meskipun sejumlah upaya dilakukan, kematian ibu saat menghadirkan kehidupan baru bagi
bangsa masih tinggi. Tingginya kematian ibu melahirkan di Indonesia yang termasuk
tertinggi di Asia.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka untuk mengurangi resiko
kematian pada ibu hamil dan bayi baru lahir maka kami melakukan program pemeriksaan
antenatal care terpadu pada setiap ibu hamil untuk memantau kesehatan
ibu,perkembangan janin serta mencegah dan mengobati penyakit yang bisa timbul saat
hamil, dan berisiko terhadap kehamilannya.

Pelaksanaan
Kegiatan antenatal care terpadu ini telah dilakukan di Poliklinik KIA puskesmas Ketapang
dan akan terus berlanjut sesuai dengan program puskesmas dalam mendeteksi dini penyakit
pada kehamilan. Pemeriksaan ini meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
obgyn, pemeriksaan laboratorium bagi ibu hamil yang memiliki resiko atau penyakit dalam
kehamilannya. Dan pemberian suplemen besi dan multivitamin jika perlu.
- Ny. Amira (24 thn) tanggal 2/12/2020
- Ny. Anita (30 thn) tanggal 2/12/2020
- Ny. Lailatul (27 thn) tanggal 8/12/2020
- Ny. Sofiana (28 thn) tanggal 8/12/2020
- Ny. Ratna (25 thn) tanggal 21/12/2020
- Ny. Jelita (27 thn) tanggal 21/12/2020
- Ny. Rohatiningsih (21 thn) tanggal 21/12/2020
- Ny. Anny (20 thn) tanggal 22/12/2020
- Ny. Rahma (26 thn) tanggal 22/12/2020
- Ny. Dewi (25 thn) tanggal 22/12/2020
Evaluasi dan monitoring
- Pada anamnesis didapatkan keluhan terbanyak pada ibu hamil dengan usia kehamilan 1
sampai 20 minggu yaitu keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati serta nafsu makan menurun.
Keluhan lain yang didapatkan yaitu perdarahan yang disertai dan tidak disertai nyeri perut,
- Pada pemeriksaan fisik sebagian besar tidak didapatkan kelainan dalam kehamilannya dan
bagi yang kami nyatakan memiliki resiko terhadap kehamilannya kami anjurkan untuk
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk diperiksa lebih lanjut misalnya usg
abdomen dll.
- Beberapa yang kami dapatkan memiliki gejala dan tanda seperti hipertensi, edema tungkai,
dll kami anjurkan untuk diperiksa gula darah,darah rutin dan protein urin.
- Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kegiatan ANC dilanjutkan dengan
pemberian tablet fe, vitamin dan imunisasi TT sesuai indikasi.

2. Deteksi dini ibu hamil risiko tinggi

Latar Belakang
Kehamilan resiko tinggi dapat sebagai penyebab utama kematian pada ibu. Kehamilan resiko
tinggi meliputi perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung, sebagian besar
karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada dan kehamilan. Selain itu penyebab
lainnya yaitu : (1) Terlalu muda (kurang dari 20 tahun); (2) Terlalu tua (lebih dari 35 tahun);
(3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3); (4) Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilannya
(kurang dari 2 tahun); (5) terlamabat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
kedaruratan; (6) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan; (7) Terlambat mendapat pertolongan
medis untuk mencegah kematian ibu maka diperlukannya deteksi ibu hamil denga resiko
tinggi secara dini.

Permasalahan
Masih ada ibu hamil dengan resiko tinggi di wilayah kerja puskesmas Ketapang

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Deteksi dini ibu hamil dengan resiko tinggi dengan program antenatal care secara rutin di
layanan kesehatan (puskesmas Ketapang). Dengan proses anamnesa,, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan konseling terkait persiapan kelahiran.

Pelaksanaan
Kegiatan antenatal care ini telah dilakukan di Poliklinik KIA puskesmas Ketapang dan akan
terus berlanjut sesuai dengan program puskesmas dalam mendeteksi dini ibu hamil resiko
tinggi.
- Ny. Uswatun (37 thn) uk 35-36 minggu, terlalu banyak anak, T : 150/80, tanggal
21/12/2020
- Ny. Aprilianti (36 thn) uk 32-33 minggu, letak sunggang, terlalu cepat hamil lagi,
tanggal 22/12/2020
- Ny. Rohayati (35 thn) uk 34-35 minggu, tinggi badan 143 cm, TD : 150/90, tanggal :
22/12/2020
Monitoring dan evaluasi
Bila didapatkan ibu hamil dengan resiko tinggi dilakukan terapi sesuai penyakit yang
diderita. Apabila tidak dapat dilakukan terapi di faskes 1 maka dapat dirujuk ke faskes
lanjutan.
Edukasi kepada pasien terkait permasalahan di masing – masing pasien.

3. Memperkenalkan Inisiasi Menyusu Dini dan Asi Eksklusif

Latar belakang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri
untuk menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak
antara kulit bayi dengan kulit ibu. World health organization (WHO) telah
merekomendasikan kepada semua bayi untuk mendapatkan kolostrum yaitu ASI pada hari
pertama dan kedua untuk melawan berbagai infeksi dan mendapatkan ASI eksklusif selama
6 bulan. Inisiasi Menyusu Dini sangat berperan penting dalam usaha menurunkan angka
kematian neonatus. IMD dan ASI Eksklusif sejak lahir hingga usia enam bulan merupakan
dua praktik pemberian ASI yang penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan
optimal bayi.

Permasalahan
Banyak ibu muda kehamilan pertama di wilayah puskesmas Ketapang yang belum tahu
mengenai IMD dan pemberian Asi Eksklusif.
Ibu dengan kehamilan kedua dst, banyak yang lupa terkait IMD dan asi eksklusif

Perencanaan dan intervensi


Dilakukan konseling di Poli MTBS

Pelaksanaan
Di Poli MTBS dilakukan edukasi dan konseling mengenai definisi IMD, cara IMD, manfaat
IMD dan terkait Asi eksklusif di puskesmas Ketapang.
- By. Ny. Mariatus (40 hari) BBL : 2.900 gr, BB diperiksa : 3.900 gr tanggal 9/2/2021
- By. Ny. Kholifatus (5 hari) tampak icterus, kulit keriput, BB lahir 2.400 gr, BB periksa
2.400 gr tanggal 8/12/2020

Monitoring dan evaluasi


Mengajukan pertanyaan mengenai pemberian ASI Eksklusif pada pertemuan berikutnya di
Poli MTBS dan monitoring terhadap perkembangan bayi.
UKM F4 GIZI
1. Pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan pada bayi dan anak sehat

Latar Belakang
Status gizi pada balita dapat diketahui dengan melakukan pengukuran antropometri. Berat
badan dan tinggi / panjang badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering di gunakan pada bayi dan balita. Pengukuran antropometri harus dilakukan
dengan tepat agar hasil yang didapat tidak salah sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan asupan makanan pada bayi dan balita.

Permasalahan
Penimbangan dan pengukuran tinggi / panjang badan penting untuk status gizi anak

Perencanaan dan intervensi


Dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan tiap bulan di posyandu wilayah kerja
Puskesmas Ketapang

Pelaksanaan
- Posyandu Dahlia tanggal 5 Desember 2020
An. Zahra
An. Kintan
An. Mahardika
An. Maharwira
An. Raska
An. Desti
- Posyandu Mawar tanggal 11 Januari 2021
An. Dika
An. Safira
An. Desy
An. Zaskia
An. Dafa

Monitoring dan evaluasi


Pengisian hasil antropometri di KMS atau Buku KIA sebagai monitoring dan evaluasi

2. Deteksi dini stunting

Latar Belakang
Stunting pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan
gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Stunting pada anak-anak
mencerminkan efek yang luas dari kekurangan gizi yang kronis. Hal ini menimbulkan
gangguan perkembangan fisik anak yang irreversibel, sehingga menyebabkan penurunan
kemampuan kognitif dan motorik serta penurunan performa kerja. Anak stunting memiliki
rerata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan rerata skor IQ
pada anak normal. Gangguan tumbuh kembang anak akibat kekurangn gizi bila tidak
mendapatkan intervensi sejak dini akan berlanjut hingga dewasa.

Permasalahan
Masih ada kasus anak dengan gizi kurang

Perencanaan dan intervensi


Pencegahan stunting dilakukan deteksi dini stunting dengan melihat kurva penimbangan
dan pengukuran tinggi badan pada KMS atau buku KIA
Melakukan penilaian status gizi ibu selama kehamilan sampai selama menyusui dan status
gizi anak

Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan pada waktu kegiatan paguyuban kader kelurahan Ketapang
bersama dengan pak lurah, babinsa, kader posyandu, dan pihak PKM Ketapang. Disela-sela
materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya
langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti.

Monitoring dan evaluasi


Mencari faktor penyebab anak menjadi gizi kurang, edukasi cara pemberian makanan yang
benar, dan edukasi datang ke posyandu untuk dilakukan pemantauan dini cegah stunting.

3. Gizi sembang bayi dan anak

Latar belakang
anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan karbohidrat, lemak, protein,
vitamin dan mineral. Asupan kandungan gizi tersebut dapat diperoleh dari makanan yang
dikonsumsi yang berguna untuk pertumbuhan otak (intelegensia) dan pertumbuhan fisik. Air
susu ibu (ASI) adalah satu-satunya makanan yang mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi 0-6 bulan. Sesudah usia 6 bulan kebutuhan gizi bayi
meningkat dan harus ditambah bahan makanan lain (MPASI) sehingga ASI tidak lagi bergizi
seimbang.

Permasalahan
Masih banyak anak dengan kekurangan asupan gizi dikarenakan asupan makanan yang
kurang variatif, serta banyaknya ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif.

Perencanaan dan intervensi


Penyuluhan tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang pada ibu bayi dan anak, serta
penerapan dalam kesehariannya.

Pelaksanaan
- Posyandu Mawar tanggal 11/1/2021
Penyuluhan tentang ASI eksklusif, MPASI, perkembangan anak
- Posyandu Pohsangit Kidul 6/2/2021
Penyuluhan tentang ASI eksklusif, MPASI, perkembangan anak

Monitoring dan evaluasi


Ibu memahami gizi seimbang pada bayi dan anak sehingga perkembangan sesuai dengan
kurva WHO
UKM F5
1. Bulan Imunisasi Anak Sekolah

Latar Belakang
Bulan imunisasi anak sekoah (BIAS) merupakan bentuk kegiatan operasional dan pemberian
imunisasi booster yang diberikan pada anak sekolah dasar kelas I-VI pada bulan tertentu tiap
tahunnya. Imunisasi yang diberikan campak, tetnus, difteri.

Permasalahan
Banyaknya anak-anak usia sekolah yang tidak mau dan tidak diperbolehkan mengikuti
kegiatan vaksin dikarenakan orang tua yang masih belum percaya mengenai vaksin tersebut.
Perlunya vaksinasi ulang atau booster sebagai upaya peningkatan kekebalan tubuh terhadap
penyakit tertentu.

Perencanaan dan intervennsi


Imunisasi tetanus difteri campak pada anak sekolah dasar kelas 1,2,5 di wilayah puskesmas
Ketapang

Pelaksanaan
- MI Saifulridzal tanggal 10/12/2020
- SDI Nurul Hidayah tanggal 10/12/2020

Monitoring dan evaluasi


Cakupan banyaknya anak yang mengikuti BIAS dan Pemantauan KIPI

2. Imunisasi dasar

Latar Belakang
Imunisasi yang telah diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana juga yang telah diwajibkan
WHO antara lain; imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Campak dan Polio yang diberikan pada bayi
usia 0-9 bulan sebagai upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan terhadap
suatu penyakit tertentu.

Permasalahan
Masih terdapat orang tua yang masih belum melakukan imuniasi dasar pada anaknya.

Perencanaan dan intervensi


Melakukan program pemerintah imunisasi dasar di posyandu wilayah kerja puskesmas
Ketapang dan Poli MTBS Puskesmas Ketapang

Pelaksanaan
- Posyandu Dahlia tanggal 5 Desember 2020
- Poli MTBS setiap hari selasa

Monitoring dan evaluasi


Cakupan bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap dan Pemantauan KIPI

3. Penyuluhan pencegahan hipertensi

Latar Belakng
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah sistolik melebihi
140 mmHg dan tekanan darah diastolic melebihi 90mmHg. Penyakit ini disebut sebagai
silent killer karena penyakit ini mematikan namun sering kali tidak menunjukkan gejala.
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak
dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko
yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan
(kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan
penggunaan pil kontrasepsi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak terlepas
dari gaya hidup.

Permasalahan
Banyak masyarakat yang datang ke puskesmas Ketapang dengan tanda dan gejala hipertensi
dan hipertensi yang mash belum terkontrol.

Perencanaan dan Intervensi


Upaya promotif dan preventif untuk mencegah timbulnya hipertensi. Hal-hal yang perlu
diketahui pasien mengenai penyakit Hipertensi antara lain:
1. Apa penyebab dan faktor risiko penyakit hipertensi
2. Penyakit hipertensi dapat dicegah dengan pola hidup sehat seperti: Mengatur pola makan
dan Olahraga secara teratur sesuai dengan usia pasien
3. Komplikasi pada penyakit hipertensi

Pelaksanaan
Dilakukan di poli umum puskesmas ketapang dan Posbindu Melati

Monitoring dan evaluasi


Cek kesehatan secara rutin ke fasilitas kesehatan

4. Skrinning TB

Latar belakang
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling
tinggi di dunia . Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia. Tuberculosis adalah penyakit
infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama
Mycobacterium tuberculosis.
Permasalahan
Kasus TB masih ada di daerah Puskesmas Ketapang dan munculnya kasus MDR.

Perencanaan dan intervensi


Skrinning TB pada pasien teduga TB
Penyuluhan pada pasien dan keluarga pasien mengenai kepatuhan minum obat, kecukupan
gizi, serta pencegahan penularan TB pada keluarga pasien

Pelaksanaan
Di poli TB Puskesmas Ketapang setiap hari kamis

Evaluasi dan monitoring


Kepatuhan minum obat
Gejala pada pasien dan efek samping obat
UKM F6
Penanganan Holistik pada Pasien Skabies (20/1/21)
Latar belakang
Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei. Perkembangan
penyakit ini juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah, tingkat higiene
yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan.
Pelayanan kesehatan primer memegang peranan penting pada penyakit skabies dalam hal
penegakan diagnosis pertama kali, terapi yang tepat, dan edukasi komunitas dalam
pencegahan penyakit dan menularnya penyakit ke komunitas, karena penyakit ini mudah
sekali menular terutama pada pemukiman yang padat. Transmisi atau perpindahan antar
penderita dapat berlangsung melalui kontak kulit langsung yang erat dari orang ke orang.
Hal tersebut dapat terjadi bila hidup dan tidur bersama, misalnya anak-anak yang mendapat
infestasi tungau dari ibunya, hidup dalam satu asrama, atau para perawat. Selain itu
perpindahan tungau juga dapat terjadi melalui kontak tidak langsung, yait melalui pakaian
atau alat mandi yang digunakan bersama.
Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan keluarga
serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan
keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan.

Permasalahan di masyarakat
Pasien An. S datang ke Puskesmas Wonoasih dibawa oleh ibunya dengan keluhan gatal-
gatal di sela – sela jari tangan kanan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal dirasakan terutama
pada malam hari dan hanya diobati sendiri dengan beli obat di apotek, namun tidak
berkurang. Pasien sering menggaruk area sela – sela jari yang gatal sehingga timbul koreng
dan bekas luka. Pasien menggunakan handuk bergantian dengan ibunya yang juga memiliki
keluhan gatal serupa.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit ringan, status
generalis dalam batas normal. Status dermatologik: di sela jari tangan terdapat papul
multipel berukuran milier sewarna kulit sebagian eritematosa, juga terdapat pustul, erosi.

Perencanaan dan intervensi


Penyakit skabies merupakan penyakit menular yang dapat menyebar dengan cepat melalui
kontak fisik yang dekat dalam keluarga dan lingkungan. Intervensi yang dilakukan terhadap
lingkungan adalah memberi penyuluhan mengenai skabies (gejala, penatalaksanaan,
penyebaran penyakit, dan pencegahannya).

Pelaksanaan
1. Penatalaksanaan medikamentosa
 cream permethrin 5% dioleskan keseuruh tubuh, diamkan 10 jam atau
semalaman, kemudian dibersihkan menggunakan sabun.
 Klorfeniramin maleat 4 mg 3x1

2. Penatalaksanaan non medikamentosa


 Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus
dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian
pula dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama
bayi dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara
waktu
 Menghindari terjadinya kontak langsung.
 Secara umum meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan
meningkatkan status gizinya.

Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan:


 Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan
secara serentak.
 Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih. Sesudah mandi pakaian
yang akan dipakai harus disetrika.
 Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,bantal,kasur,
selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama
beberapa jam.

Monitoring dan evaluasi


Untuk memonitoring dan mengevaluasi, pasien diminta untuk kembali mengontrolkan
kesehatan kulitnya ke fasilitas kesehatan. Hal ini diperlukan supaya dapat melihat
perkembangan setelah diberikannya terapi. Dan untuk mengetahui bahwa tujuan
pengobatan dapat tercapai yaitu untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Penanganan Holistik pada Pasien Hipertensi (22/12/20)


Latar belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah sistolik melebihi
140 mmHg dan tekanan darah diastolic melebihi 90mmHg. Penyakit ini disebut sebagai
silent killer karena penyakit ini mematikan namun sering kali tidak menunjukkan gejala
Hipertensi dianggap sebagai faktor resiko utama bagi berkembangnya penyakit jantung dan
berbagai penyakit vaskuler pada orang-orang yang telah lanjut usia.
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak
dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko
yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan
(kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan
penggunaan pil kontrasepsi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak terlepas
dari gaya hidup.
Permasalahan
Pasien Ny. Y, seorang wanita berusia 48 tahun datang kepuskesmas wonoasih dengan
keluhan sakit kepala danp using. Keluhan ini sudah terjadi selama kurang lebih 2 bulan yang
lalu. Awalnya pasien sering mengalami sakit kepala yang hilang timbul, sakit kepala sering
muncul terutama saat pasien beraktivitas.Keluhan dirasakan makin lama makin berat. Lalu,
pasien berobat di puskesmas dan dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil bahwa pasien
mengalami tekanan darah tinggi. Sebelumnya pasien sudah mengetahui bahwa dirinya
selama ini mengalami tekanan darah tinggi, namun pasien tidak rutin kontrol tekanan
darahnya. Pasien tidak mengetahui bahwa keluhan-keluhan yang sering pasien alami
tersebut merupakan gejala dari tekanan darah tinggi. Pola pengobatan pasien dan
keluarganya adalah kuratif yaitu berobat apabila telah sakit. Pasien memiliki kebiasaan
buruk dalam hal pola makan. Pasien sering mengkonsumsi makanan yang asin dan
berminyak, serta tidak berolahraga.
Pemeriksaan fisik : berat badan 50 kg dan tinggi badan 155 cm. Tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 180/90 mmHg, nadi 94 x/menit, frekuensi napas
20x/menit dan suhu tubuh 36,5. Pemeriksaan lain dalam batas normal.
Diagnosis kerja pada pasien ini yaitu Hipertensi Grade II yang tidak terkontrol.

Perencanaan dan intervensi


Intervensi medikamentosa dan non medikamentosa diperlukan bagi pasien hipertensi dalam
kasus ini pada Ny. Y. Intervensi tersebut merupakan tatalaksana kuratif sekaligus preventif
untuk mencegah timbulnya komplikasi akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

Pelaksanaan
1. Penatalaksanaan medikamentosa
 Amlodipine 1x10 mg
 Paracetamol 3x500 mg
 Vit B complek 1x1

2. Penatalaksanaan non medikamentosa


 Pasien diminta untuk secara rutin mengontrolkan tekanan darah nya. Kontrol
pertama dilakukan setelah obat dari kunjungan pertama habis. Jadwal
kontrol selanjutnya menyesuaikan hasil pemeriksaan saat kontrol pertama.
 Pasien diminta untuk memodifikasi gaya hidup juga berat badan ideal.
Perbanyak makan sayur , buah, kurangi makanan asin dan berlemak, batasi
asupan garam per hari, olahragaringan minimal 2 kali dalam satu minggu
minimal 30 menit.

Monitoring dan evaluasi


Pasien diminta untuk kembali mengontrolkan tekanan darahnya secara rutin ke fasilitas
kesehatan. Hal ini diperlukan supaya tidak terjadi overdose ataupun lowerdose, sehingga
tujuan pengobatan dapat tercapai yaitu untuk mencegah terjadinya komplikasi.
KASUS ANAK
KASUS OBSTETRI
UKP

Anda mungkin juga menyukai