Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Personal hygine merupakan upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan
kesehatannya.. kebersihan diri merupakan sesuatu yang sangat penting dan tentunya perlu
diperhatikan karena termasuk dalam pencegahan primer yang spesifik, serta dapat
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan fisik dan kesehatan mental seseorang dalam
kehidupan hariannya (Putra, 2017). Kebersihan diri merupakan kebersihan dan
kesehatan seorang individu yang memiliki tujuan mencegah munculnya penyakit pada
diri sendiri dan orang lain, baik secara fisik maupun psikologis (Zakiudin, 2016). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya seseorang untuk memenuhi salah
satu kebutuhan dasarnya yaitu personal hygine, yang nantinya dapat meminimalkan
masuknya berbagai macam microorganisme yang ada dan pola akhirnya mencegah
individu terserang penyakit.
Upaya pola hidup sehat akan lebih ditingkatkan untuk mendukung peningkatan
dan pemantapan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Semuan itu
merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari kebiasaan hidup yang kurang dan
tidak memenuhi persyaratan kesehatan (Depkes RI, 2009).
Menurut WHO dibeberapa negara berkembang prevalensi dilaporkan personal hygine
6%-27% populasi umum sedangakan pada tahun 2010 di Indonesia telah terdaftar
sebesar 4.60% - 12,5%. Di Indonesia pada tahun 2008 angka insiden mencapai 60%-80%
dan kematian sebesar 24% menyerang terutama 9-12 tahun. Pada anak kasus personal
hygine menempati posisi kedua (11%) setelah infeksi saluran pernafasan atas, rata- rata
100 anak meninggal karena akibat kurang nya menjaga personal hygine.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh adanya bakteri sering menyerang anak-
anak terutama mereka yang status gizi dan personal hygine yang masih rendah. Berbagai
hal yang berhubungan dengan kurang nya personal hygine sangat rentan bagi seorang
anak usia dini. Anak usia dini adalah anak yang membutuhkan upaya-upaya pendidikan
untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, perkembangan fisik maupun
psikis (Fakhruddin, 2010). Pada masa kanak-kanak, bermain adalah media belajar bagi
2

anak-anak maka dimasa inilah anak rentan kuman dan penyakit. Dengan demikian
kebersihan diri sangat penting ditanamkan sejak dini. Kebersihan diri harus dijaga agar
terhidar dari berbagai penyakit akibat kurang nya perawatan diri (Devi, 2015).
Kurangnya informasi kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya pengetahuan dan perilaku hidup sehat. Peningkatan Komunikasi,
Informasi, Edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit adalah salah satu
Program Bappenas dalam Program Pencegahan dan Pemberantasan penyakit dengan
tujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan akibat penyakit menular
dan penyakit tidak menular. (BAPPENAS, 2004).
Penyakit infeksi yang terjadi pada ibu hamil dapat disebabkan oleh bakteri, parasit
ataupun jamur. Infeksi pada daerah vagina yang dapat terjadi pada ibu hamil antara lain
bacterial vaginosis 10-25% terjadi pada wanita hamil, 30-35% herpes genital terjadi pada
ibu hamil dan 2-12% terjadi infeksi saluran kemih (ISK) pada ibu hamil
(Depkes.RI,2010). Angka kejadian infeksi pada vagina tertinggi sekitar 75% adalah pada
ibu hamil yang menggunakan vaginal douches dan kebersihan daerah genital (vulva
hygiene) yang tidak baik (Khawaja T Mahmood et al, 2011). Dari uraian di atas maka
peneliti ingin melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. F tentang Komunikasi, Informasi
dan Edukasi (KIE) tindakan Personal Hygine pada ibu hamil yang mengalami keputihan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam laporan ini adalah
“Bagaimanakah Managemen Asuhan Kebidanan pada Ny. F tentang Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) tindakan Personal Hygine pada ibu hamil yang mengalami
keputihan di Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny. F tentang Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) tindakan Personal Hygine pada Ibu Hamil yang mengalami Keputihan
di Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru .
3

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi data subjektif pada Ny. F di Puskesmas Simpang Tiga
Pekanbaru.
b. Mengidentifikasi data objektif pada Ny. F di Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru
c. Mengidentifikasi assesment (diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan) pada
Ny. F di Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru
d. Mengidentifikasi planning pada Ny. F di Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru

1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi
Hasil penulisan Laporan ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan keilmuan dimasa
yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan.
2. Bagi Penulis
Hasil penulisan Laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
mengenai Asuhan Kebidanan tentang Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
tindakan Personal Hygine pada Ibu Hamil yang mengalami Keputihan

3. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang prima sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi dan menambah pengetahuan Klien tentang Personal Hygiene.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebersihan Diri (Personal Hygine)


2.1.1 Definisi
Definisi kebersihan merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan
untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul,
2006). Kebersihan adalah perawatan diri dimana individu mempertahankan
kesehatannya, dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan (Mosby, 1994 dalam
Pratiwi 2008). Menurut Mubarak (2008) kebersihan adalah upaya seseorang
dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh
kesejahteraan fisik dan psikologis. Pemenuhan kebersihan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan kebersihan ini
diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik kebersihan
dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan kebersihan
pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka
akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2005). Kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Menurut Potter & Perry (2005), kebersihan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan
dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan
kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan diri. Citra
tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.
Kebersihan yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh
individu (Stuart & Sudeen, 1999 dalam Setiadi, 2005). Body image seseorang
5

berpengaruhi dalam pemenuhan kebersihan karena adanya perubahan fisik


sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
Perilaku hidup bersih dan sehat sangat erat kaitannya dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang
meliputi makan dengan menu seimbang, olah raga teratur, istirahat cukup, dan
kebersihan diri (Notoatmojo, 2003). Kebersihan diri bertujuan untuk
mempertahankan perawatan diri, membuat rasa aman dan relaksasi,
menghilangkan kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,
mempertahankan integritas pada jaringan dan untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Namun dalam pemenuhan kebersihan tersebut, setiap individu berbeda-beda
(Alimul, 2006). Pemenuhan kebersihan dipengaruhi bebagai faktor seperti
budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap kebersihan
serta persepsi terhadap perawatan diri (Alimul, 2006).
Praktek hygene dan kebersihan keluarga juga dapat dipertimbangankan
sebagai bentuk dari praktek lingkugan. Meskipun kebeersihan bukan derjat
berikutnya dari kebajikan. Terdapat beberapa kebiasaan sehat umum yang
mengurangi beberapa kemungkinan dan penyebaraannya.
a. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari kamar mandi.
b. Menggunakan handuk yang berbeda untuk masing masing anggota keluarga
c. Minum dari cangkir dan gelas yang berbeda yang bersih.
d. Mandi dan menjaga kebersihan diri

2.1.2 Tujuan Kebersihan (Personal Hygine)


a) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b) Memelihara kebersihan diri seseorang
c) Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d) Pencegahan penyakit
e) Meningkatkan percaya diri seseorang
f) Menciptakan keindahan dan memelihara kesehatan mereka disebut hygiene
perorangan (Potter & Perry. 2005)
6

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebersihan diri (Personal Hygine)


1. Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan kebersihan diri
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
A. Citra tubuh (Body Image)
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya
kebersihan diri pada orang subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.
Kebersihan diri yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra
tubuh individu (Stuart & Sudeen, 1999 dalam setiadi, 2005). Citra tubuh
dapat berubah, karena operasi, pembedahan atau penyakit fisik maka
perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene
dimana citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Body
image seseorang berpengaruhi dalam pemenuhan kebersihan diri karena
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
B. Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien berhubungan dapat
mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik kebersihan
diri. Perawat harus menentukan apakah pasien dapat menyediakan bahan-
bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi, dan kosmetik.
Perawat juga harus menentukan jika penggunaan dari produk-produk ini
merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang dipraktekkan oleh kelompok
sosial pasien.
C. Status sosial ekonomi
Menurut Friedman (1998) dalam Pratiwi (2008), pendapatan keluarga
akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas dan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan
kelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi seseorang
mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik kebersihan diri. Untuk
melakukan kebersihan diri yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi
yang cukup (mis. sabun, sikat gigi, sampo, dll).
7

D. Pengetahuan
Pengetahuan tentang kebersihan diri sangat penting, karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentang
pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik
hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien
juga harus termotivasi untuk memelihara kebersihan diri. Individu dengan
pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu menjaga
kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi atau keadaan sakit
(Notoatmodjo, 1998 dalam pratiwi, 2008).
E. Kebudayaan
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan
kebersihan diri. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda,
mengikuti praktek perawatan kebersihan diri yang berbeda. Keyakinan yang
didasari kultur sering menentukan defenisi tentang kesehatan dan perawatan
diri. Dalam merawat pasien dengan praktik higiene yang berbeda, perawat
menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan
standar kebersihannya (Potter & Perry, 2005).
F. Kebiasaan dan kondisi fisik
Seseorang setiap pasien memiliki keinginan individu dan pilihan
tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut.
Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang menjalani operasi
seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan
kebersihan diri. Seorang pasien yang menggunakan gips pada tangannya
atau menggunakan traksi membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap.
Kondisi jantung, neurologis, paru-paru, dan metabolik yang serius dapat
melemahkan atau menjadikan pasien tidak mampu dan memerlukan
perawatan kebersihan diri total.
2. Menurut Mubarak (2007 ) faktor yang mempengaruhi kebersihan diri antara
lain:
A. Budaya
8

Ada sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat seperti bahwa saat


individu sakit ia tidak boleh dimandikan.
B. Status sosial ekonomi
Untuk melakukan kebersihan diri yang baik dibutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, alat mandi dan peralatan
mandi yang cukup ( sabun, sikat gigi, shampoo, dll). Itu semua tentu
membutuhkan biaya, dengan kata lain sumber keuangan individu akan
berpengaruh pada kemampuannya untuk mempertahankan kebersihan diri
yang baik.
C. Agama
Agama juga berpengaruh pada keyakinan individu dalam melaksanakan
kebiasaan sehari-hari. Misalnya : pada agama islam ada perintah untuk
menjaga kebersihan karena kebersihan sebagian dari iman. Hal ini tentu
akan mendorong individu untuk mengingat pentingya kebersihan diri bagi
kelangsungan hidup.
D. Tingkat pengetahuan / perkembangan individu
Kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada kualitas diri
orang tersebut salah satunya adalah pengetahuan yang lebih baik.
Pengetahuan itu penting dalam meningkatkan status individu. Sebagai
contoh : agar terhindar dari penyakit kulit kita harus mandi dengan bersih
setiap hari.
E. Status kesehatan
Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri. Hal ini tentu berpengaruh pada tingkat kesehatan
individu. Individu akan semakin lemah dan jatuh sakit.
F. Kebiasaan
Kebersihan diri ada kaitan dengan kebiasaan individu dalam menggunakan
produk-produk tertentu dalam melakukan perawatan diri. Misalnya :
menggunakan shower, menggunakan sabun cair, shampoo, dll.
G. Cacat jasmani atau mental bawaan
9

Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan individu


untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.
3. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
Menurut Siburian (2002) menurunnya fungsi fisiologis dan kesehatan terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang kebersihan yaitu:
mandi ,kebersihan mulut, cuci rambut dan kulit, kuku, pakaian. Maka dari itu
akan timbul suatu dampak sebagai berikut:
A. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
B. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dangangguan interaksi sosial.

2.1.4 Macam-Macam Kebersihan Diri Dan Manfaatnya


Pemeliharaan kebersihan berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki kebersihan baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut,
mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan
kerapihan pakaiannya. Menurut Potter dan Perry (2005) macam-macam
kebersihan dan tujuannya adalah:
a. Perawatan kulit, kulit merupakan organ aktif yang berfungsi
sebagaipelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi,
pengatur temperature,dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang
adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Ketika pasien tidak mampu
atau melakukan perawatan kulit pribadi maka perawat memberikan
bantuan atau mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan kebersihan.
10

Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh,
bebas bau badan, pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa
nyaman dan sejahtera, serta dapat berpartisifasi dan memahami metode
perawatan kulit.
b. Mandi, memandikan pasien merupakan perawatan higienis total. Mandi
dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi ditempat
tidur yang lengkap diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan total
dan memerlukan kebersihan diri total. Keluasan mandi pasien dan metode
yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik pasien
dan kebutuhan tingkat kebersihan yang dibutuhkan. Tujuan memandikan
pasien di tempat tidur adalah untuk menjaga kebersihan tubuh,
mengurangi infeksi akibat kulit kotor, memperlancar sistem peredaran
darah, dan menambah kenyamanan pasien. Mandi dapat menghilangkan
mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak
enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, dan membuat pasien merasa
lebih rileks dan segar.
c. Hygiene mulut,perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan
bergantung terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan mulut merupakan
bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui
organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu
mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok
membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri,
memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari
bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang mungkin
muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies,
gingivitis (radang gusi), dan sariawan. Hygiene mulut yang baik
memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan. Tujuan
perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa
mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran
penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis),
mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh,
11

mencapai rasa nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu


melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar.
d. Perawatan mata, hidung, dan telinga perhatian khusus diberikan untuk
membersihkan mata, hidung, dan telinga selama pasien mandi. Secara
normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena
secara terus – menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu
mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya,
telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, pasien dengan
serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri
pasien atau dilakukan oeh perawat dan keluarga. Hygiene telinga
mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing
berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi
suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperature
dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel
asing ke dalam sistem pernapasan. Pasien yang memiliki keterbatasan
mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau anggota keluarga untuk
melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga. Tujuan perawatan mata,
hidung, dan telinga adalah pasien akan memiliki organ sensorik yang
berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga pasien akan bebas dari infeksi,
dan pasien akan mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga
sehari – hari.
e. Perawatan rambut,penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali
tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya.
Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara
perawatan rambut seharisehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah
cara-cara dasar higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat
menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress
emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat
obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan
bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur
suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi.
12

Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat memelihara


perawatan rambut sehari – hari. Pasien yang mampu melakukan perawatan
diri harus dimotivasi untuk memelihara perawatan rambut sehari – hari.
Sedangkan pada pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi
memerlukan bantuan perawat atau keluarga pasien dalam melakukan
higyene rambut. Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki
rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa
nyaman dan harga diri, dan pasien dapat berpartisifasi dalam melakukan
praktik perawatan rambut.
f. Perawatan kaki dan kuku kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian
khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi
seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi
nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam
mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi
atau pada waktu yang terpisah. Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah
pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, pasien
merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan
metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.
g. Perawatan genitalia perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi
lengkap. Pasien yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah
pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Pasien yang mampu
melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri.
Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia,
terutama pada pasien yang berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika
memiliki perawat yang sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan
pada saat memberikan perawatan genitalia. Tujuan perawatan genitalia
adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan
genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan kebersihan
diri.
13

2.2 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)


2.2.1 Definisi KIE
Menurut BAPPENAS, tahun 2004 kurangnya informasi kesehatan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya pengetahuan
dan perilaku hidup sehat. Peningkatan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit adalah salah satu Program Bappenas
dalam Program Pencegahan dan Pemberantasan penyakit dengan tujuan untuk
menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan akibat penyakit menular dan
penyakit tidak menular. (BAPPENAS, 2004)
Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung atau pun tidak
langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan
suatu efek. Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan
yang perlu diketahui oleh masyarakat. Sedangkan Edukasi adalah proses
perubahan perilaku kearah yang positif. (Notoatmodjo, 2003).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi
diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan
kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal (Wikipedia, 2007).
Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran,
pengalaman, atau instruksi. Bagi masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah
informasi kesehatan sangat dibutuhkan, dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup sehat. (Wikipedia, 2007).
Edukasi kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat,
14

kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang


lebih baik. (Wikipedia, 2007).

2.2.2 Tujuan KIE


Adapun tujuan dilaksanakan program KIE yaitu :
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dalam promosi kesehatan.
2. Membina kelestarian dalam memberikan promosi kesehatan.
3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosiokultural yang dapat menjamin
berlangsung nya proses penerimaan.
4. Mendorong terjadinya perubahan perilaku ke arah yang positif, peningkatan,
pengetahuan,sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga
masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan
bertanggung jawab.
2.2.3 Aspek Dalam KIE
Ada tujuh aspek penting yang perlu diperhatikan petugas dalam
melaksanakan kegiatan KIE promosi kesehatan:
1. Keterpaduan
Kegiatan KIE dilakukan secara terpadu oleh semua petugas kesehatan
yang mengenai program-program yang terkait dengan promosi kesehatan,
yaitu petugas-petugas yang melaksanakan pelayanan tentang promosi
kesehatan untuk masyarakat, misalnya lansia yang telah mengalami penuaan
rentan mengalami penyakit generatif Oleh karena itu petugas harus :
a) Mengetahui materi KIE dan pesan-pesan utama tentang promosi
kesehatan yang perlu disampaikan terutama pesan yang terkait erat
dengan tugas pokoknya.
b) Mampu menyampaikan pesan-pesan tersebut pada setiap kesempatan
berhadapan dengan klien atau masyarakat, baik di dalam maupun di
luar klinik (saat kunjunganrumah/kunjungan lapangan), berkoordinasi
baik dengan semua petugas terkait dan mengupayakan adanya
kesepakatan/ komitmen antar semua petugas terkait untuk mendukung
terlaksananya kegiatan KIE ini.
15

c) Berkoordinasi dalam penggunaan materi dan pesan-pesan utama yang


standar, agar klien/masyarakat memperoleh informasi yang sama, dari
manapun asalnya.
d) Berkoordinasi alam memanfaatkan semua forum yang ada untuk
menyampaikan materi KIE/pesan-pesan utama.
e) Berkoordinasi dalam mengembangkan materi dan pesan-pesan
kesehatan tersebut dalam promosi kesehatan agar lebih sesuai dengan
kebutuhan kelompok.
2. Mutu
Materi KIE promosi kesehatan haruslah bermutu:
a) Selalu didasarkan pada informasi ilmiah terbaru.
b) Kebenarannya dapat di pertanggung jawabkan.
c) Jujur serta seimbang (mencakup keuntungan dan kerugian bagi
sasaran).
d) Sesuai dengan media dan jalur yang dipergunakan untuk
menyampaikannya.
e) Jelas dan terarah pada kelompok sasaran secara tajam (lokasi,tingkat
sosial ekonomi, latar belakang budaya, umur).
f) Tepat guna dan sasaran.
3. Media Dan Jalur
Kegiatan KIE promosi kesehatan dapat dilaksanakan melalui berbagai
media (tatap muka, media tertulis, elektronik, tradisional, dll) dan jalur
(formal, informal, instusional, dll) sesuai dengan kondisi yang ada.
4. Efektif (Berorientasi Pada Penambahan Pengetahuan Dan Perubahan
Kelompok Sasaran)
Kegiatan KIE yang efektif akan memberi dua hasil, yaitu penambahan
pengetahuan dan perubahan perilaku kelompok sasaran.
5. Dilaksanakan Bertahap, Berulang Dan Memperhatikan Kepuasan Sasaran.
Penyampaian materi dan pesan-pesan harus dan diberikan secara bertahap,
berulang-ulang, dan bervariasi sesuai dengan daya serap dan kemampuan
kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku yang di harapkan. Materi dan
16

pesan yang bervariasi tidak membosankan sehingga penerima pesan tertarik


dan senang dengan informasi yang diterima.
6. Menyenangkan
Perkembangan terakhir dunia komunikasi menunjukan bahwa kegiatan
KIE paling berhasil jika dilaksanakan dengan cara penyampaian yang kreatif
dan inovatif sehingga membuat kelompok merasa senang dan terhibur.
7. Berkesinambungan (Diikuti Tindak Lanjut)
Semua kegiatan KIE tidak berhenti pada penyampaian pesan-pesan saja,
akan tetapi harus diikuti dengan tindak lanjut yang berkesinambungan.
Artinya kegiatan KIE dilaksanakan perlu selalu diikuti penilaian atas proses
(apakah telah dilaksanakan sesuai rencana?) dan penilaian atas hasil (apakah
pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran telah berubah?) untuk
menyiapkan kegiatan berikutnya.
17

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian Asuhan Kebidanan


Hari / Tanggal : Jum’at, 28 Oktober 2022
Jam : 10.00 WIB
1. Subjektif
a. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. F Tn. S
Umur : 28 tahun 30 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Wono Sari

b. Penanggung jawab :
Nama : Tn. S
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Wono Sari

c. Keluhan Utama : Ibu datang kepuskesmas mengatakan Keputihan sejak 2 hari yang
lalu

d. Riwayat perkawinan
Status pernikahan : Sah
Lama : ±5 th
Menikah ke :I
18

Usia menikah pertama kali : 23 th


e. Riwayat Menstruasi
Menarche umur : 13 tahun Warna : merah
Lama : 5-6 hari Konsistensi : cair
Siklus : 28 hari Bau : khas
Keluhan : Tidak ada

f. Riwayat kontrasepsi yang digunakan


Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan kb suntik 3 bulan.

g. Riwayat Kehamilan sekarang


HPHT : 03-06-2022
HPL : 10-03-2023
UK : 21 minggu

h. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu


G2P1A0H1
Penyulit Persalinan Nifas
Anak Kehamila Umur Komplikasi
Tgl Jenis BB Lakta
ke n Kehamila Penolong JK Komplikasi
Lahir Persalinan Ibu Bayi Lahir si
n
1 Tidak 1/11/ 39 mg SC Dokter Tidak Tidak Laki- 3100 Ya Tidak ada
ada 2018 ada ada laki gr
Ini

i. Riwayat Kesehatan
a) Penyakit yang pernah/sedang diderita ( menular, menurun, dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit menular
HIV, PMSPenyakit menurun seperti hipertensi, DM, Asma. Penyakit
menahun seperti jantung, paru-paru, ginjal.
b) Penyakit yang pernah/ sedang diderita keluarga ( menular, menurun,
menahun).
Ibu mengatakan dari keluarga ibu tidak pernah menderita penyakit menular
dan menurun.
19

c) Riwayat keturunan kembar


Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada keturunan
kembar.
e. Riwayat alergi
Ibu mengatakan tidak ada alergi obat

j. Pola Kebutuhan Sehari-hari


Pola nutrisi
Sebelum hamil Saat Hamil
Makan
Frekuensi : 3x/hari 3x/hari
Jenis : nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur, buah
Porsi :1 piring 1 piring
Pantangan : tidak ada Tidak ada
Keluhan : Tidak ada tidak ada
Minum
Frekuensi : 5-6x/hari 7-5x/hari
Jenis : air putih, teh Air putih, teh, susu
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Pantangan : tidak ada Tidak ada
Keluhan : tidak ada Tidak ada

k. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari 1x sehari
Warna : kuning khas feses kuning khas feses
Konsistensi: lunak lunak
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : 4-5x /hari 6-8 x/hari
Warna : kuning jernih jernih
20

Konsistensi: cair cair


Keluhan: tidak ada tidak ada

l. Pola istirahat
Tidur siang
Lama : Tidak pernah 1 jam/hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama : 7-8 jam sehari 7 jam/hari
Keluhan : tidak ada tidak ada

m. Personal hygiene
Mandi : 2x sehari 2x sehari
Gosok gigi: 2x sehari 2x sehari
Ganti pakaian: 2x sehari 2x sehari
Mencuci rambut: 3x seminggu 2x seminggu

n. Pola seksualitas
Frekuensi : 3x seminggu 4x seminggu
Keluhan : tidak ada tidak ada

o. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olahraga)


Ibu mengatakan melakukan kegiatan rumah tangga seperti memasak mencuci,
menyapu dibantu oleh keluarga. Ibu jarang melakukan kegiatan olahraga

p. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman


beralkohol)
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu, dan minum minuman
beralkohol.

q. Psikososiospritual (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan, dukungan


21

sosial, perencanaan persalinan, pemberian ASI, perawatan bayi, kegiatan ibadah,


kegiatan sosial dan persiapan keuangan ibu dan keluarga)
a. Ibu senang dengan kehamilannya
b. Keluarga dan suami senang dengan kehamilan ibu

2. Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Komposmentis
3) Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/75 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,50C
4) Tinggi badan : 157 cm
5) Berat badan : Sebelum hamil  : 56 kg, Sekarang : 65 kg
6) LILA                         : 25 cm

b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
2. Rambut : Lurus, hitam, tidak berketombe, tidak rontok, tidak berbau.
3. Mata : Simetris,konjungtiva merah muda, sklera putih
4. Hidung : bersih, tidak ada polip
5. Mulut : bibir kering, gigi ada yang berlobang, tidak ada karies gigi, tidak
terdapat pembesaran kelenjar tonsil.
6. Telinga : simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi
7. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, parotis, limfe dan vena
jugularis.
8. Payudara : simetris, terdapat pembesaran payudara, puting susu menonjol,
aereola hyperpigmentasi, tidak ada benjolan yang abnormal.
9. Abdomen :Ada bekas luka operasi, tidak terdapat linea dan striae gravidarum.
22

Palpasi :
Leopold I : TFU 2 jari di bawah prosesus xifoideus, fundus teraba bulat,
lunak dan tidak melenting kemungkinan bokong janin
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba keras, panjang dan memapan
kemungkinan punggung janin. Bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil
kemungkinan ekstremitas janin.
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, dan melenting
kemungkinan kepala janin. Kepala masih dapat digoyangkan.
Leopold IV : Konvergen
TFU : 23 cm
TBJ : 1.550 gram
Auskultasi DJJ : 126 kali/permenit
10. Ekstermitas atas : simetris, gerakan aktif, kuku tidak anemis tidak sianosis
11. Ekstermitas bawah : simetris, gerakan aktif, kuku  tidak anemis tidak sianosis
reflek patela (+), tidak ada varises
12. Genetalia luar : Ada Keputihan, tidak terdapat varises, tidak
terdapat oedema tidak ada pembesaran kelenjar bartholin : tidak haemorroid

c. Pemeriksaan Penunjang
HB : 11 gr/dl
Protein Urine :-
Glukosa Urine :-

3. Analisis
Diagnosis: G2P1A0H1 hamil 21 minggu dengan anemia fisiologis, janin hidup, tunggal,
keadaan janin baik keadaan ibu baik
Masalah: Ibu mengalami gangguan kenyamanan dengan keputihannya
Kebutuhan: Support mental untuk mengurangi kecemasan ibu dengan memberikan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada ibu cara melakukan personal hygiene
4. Diagnosa Potensial
Potensial terjadi Ketuban Pecah Dini
23

5. Tindakan Segera
Memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kepada Ibu untuk selalu membersihkan
diri (personal hyegine) terutama di daerah kemaluan dengan vulva hygiene
6. Perencanaan
a. Akan memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
b. Akan memberikan KIE kepada ibu mengenai tanda bahaya pada kehamilan
c. Akan memberikan KIE kepada ibu tentang keputihan pada ibu hamil
d. Akan memberikan KIE kepada ibu tentang personal hyegiene
e. Akan memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika keluhan berlanjut
f. Akan melakukan pendokumentasian

7. Pelaksanaan
a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dan keadaannya sekarang bahwa dari
hasil pemeriksaaan dalam batas normal
b. Menjelaskan KIE mengenai tanda bahaya pada kehamilan yaitu:
- Jika ada perdarahan pervagina atau ada bercak darah segera periksa ke bidan atau
pelayanan kesehatan
- Jika ada keputihan yang berbau serta warna tidak normal di sertai gatal-gatal pada
vagina
- Jika ada keluar air-air banyak seperti ketuban atau gerakan janin sedikit
c. Menjelaskan KIE tentang keputihan pada ibu hamil
- Penyebab keputihan pada ibu hamil karena terjadi peningkatan kadar hormon
esterogen dan aliran darah ke vagina.
- Akibat dari keputihan pada saat kehamilan yaitu meningkatkan resiko kelahiran
prematur, ketuban pecah dini dan bayi rentan terinfeksi saat lahir.
- Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat.
Terapi yang diberikan yaitu: Metronidazole 3x1
d. Memberikan KIE personal hyegiene ibu hamil seperti:
- Membersihkan vagina secara rutin dengan cara benar yaitu dari arah vagina
menuju anus setiap selesai buang air kecil maupun besar
- Mengeringkan dengan handuk yang menyerap air dan lembut setelah BAK atau
24

BAB
- Segera ganti pakaian setelah tubuh banyak berkeringat atau basah
- Hindari untuk menggunakan tisu dan sabun yang mengandung pewangi untuk
membersihkan vagina
- Hindari penggunaan celana yang terlalu ketat terutama berbahan nilon. Biar lebih
nyaman gunakan celana dalam yang menyerap keringat seperti bahan katun
e. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang setelah 2 minggu berikutnya dan
jika ada keluhan berlanjut
f. Melakukan pendokumentasian

8. Evaluasi
a. Ibu mengerti kondisi diri dan janinnya
b. Ibu mengerti dan bisa menjelaskan tanda bahaya pada kehamilan
c. Ibu mengerti tentang keputihan pada ibu hamil
d. Ibu mengerti dan mau melakukan personal hygiene di rumah
e. Ibu setuju akan dilakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi
f. Adanya Pendokumentasian
25

BAB IV

ANALISIS KASUS

Asuhan kebidanan pada Ny. F umur 28 tahun telah dilakukan pengkajian (data
subyektif dan data obyektif) sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan melalui
anamnesa langsung pada pasien dan beberapa pemeriksaan.

Pada tahap pengumpulan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Data yang didapat dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008). Pada pengumpulan
data subjektif Ny. F mengatakan ini kehamilan kedua dan tidak pernah abortus. Keluhan
utama pada waktu masuk ibu mengatakan keputihan sejak 2 hari. Pada data objektif
Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Composmentis, TTV : Tekanan Darah: 110/75
mmHg, Nadi: 78 kali/menit, Pernapasan: 20 kali/menit, Suhu: 36,5 0C, ekstermitas bawah
tidak oedema. Pada dasarnya keadaan ibu dalam batas normal.

Pada langkah identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan pasien


berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah
yang spesifik (Walyani, 2015). Permasalahan yang muncul berdasarkan dari pernyataan
pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Masalah yang mungkin timbul pada ibu hamil
dengan keputihan bisa disebabkan kurangnya personal hygiene selama kehamilan.
Berdasarkan atas keadaan umum dan keadaan fisik ibu biasanya dibutuhkan konseling
lebih lanjut (Marmi, 2012).

Diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu Ny. F G2P1A0H1 hamil 21 minggu
dengan anemia fisiologis, janin hidup, tunggal, keadaan janin keadaan ibu baik .
Masalah: Ibu mengatakan merasa cemas dengan keputihannya. Kebutuhan: Support
mental untuk mengurangi kecemasan ibu dengan memberikan Komunikasi, Informasi
dan Edukasi (KIE) kepada ibu cara melakukan personal hygiene.
Pada langkah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Pada langkah ini bidan
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah atau
26

diagnosa yang ada dan membutuhkan penanganan segera untuk mengatasi kemungkinan
buruk yang timbul (Walyani, 2015). Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.
Tindakan segera diperlukan untuk antisipasi masalah potensial. Tindakan segera
oleh bidan untuk melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Pada kasus Ny. F
antisipasi yang dilakukan Memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kepada Ibu
untuk selalu membersihkan diri terutama di daerah kemaluan dengan vulva hygiene.

Pada kasus ini penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny. F yaitu:

a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dan keadaannya sekarang bahwa dari
hasil pemeriksaaan dalam batas normal
b. Menjelaskan KIE mengenai tanda bahaya pada kehamilan yaitu:
o Jika ada perdarahan pervagina atau ada bercak darah segera periksa ke
bidan atau pelayanan kesehatan
o Jika ada keputihan yang berbau serta warna tidak normal di sertai gatal-
gatal pada vagina
o Jika ada keluar air-air banyak seperti ketuban atau gerakan janin sedikit
c. Menjelaskan KIE tentang keputihan pada ibu hamil
o Penyebab keputihan pada ibu hamil karena terjadi peningkatan kadar
hormon esterogen dan aliran darah ke vagina.
o Akibat dari keputihan pada saat kehamilan yaitu meningkatkan resiko
kelahiran permatur, ketuban pecah dini dan bayi rentan terinfeksi saat
lahir.
o Pengobatan yang diberikan yaitu pemberian tablet Fe dan Vitamin Asam
Folat
d. Memberikan KIE personal hyegiene ibu hamil seperti:
o Membersihkan vagina secara rutin dengan cara benar yaitu dari arah
vagina menuju anus setiap selesai buang air kecil maupun besar
o Mengeringkan dengan handuk yang menyerap air dan lembut setelah BAK
atau BAB
o Segera ganti pakaian setelah tubuh banyak berkeringat atau basah
27

e. Hindari untuk menggunakan tisu dan sabun yang mengandung pewangi untuk
membersihkan vagina
f. Hindari penggunaan celana yang terlalu ketat terutama berbahan nilon. Biar lebih
nyaman gunakan celana dalam yang menyerap keringat seperti bahan katun
g. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang setelah 2 minggu berikutnya
dan jika ada keluhan berlanjut
h. Melakukan pendokumentasian
Pada langkah keenam yaitu pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan dan dilaksanakan secara efisien dan aman (Walyani, 2015). Pelaksanaan
tindakan pada kasus ibu hamil dengan Keputihan disesuaikan dengan perencanaan yang
telah dibuat. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus
yang ada dilahan praktek.
Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa atau
masalah (Walyani, 2015). Pada kasus ini evaluasi yang didapat dari Ny. F setelah
diberikan asuhan pada tanggal 28 Oktober 2022 dan telah dilakukan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi tentang personal hygiene. Pada langkah ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.
28

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Ditemukannya Ny. F kehamilan kedua dan tidak pernah abortus. Keluhan utama ibu
mengatakan keputihan sejak 2 hari yang lalu.
2. Ditemukannya Ny. F dengan hasil pemeriksaan dalam batas normal
3. Ditemukannya Ny. F dengan diagnosa G2P1A0H1 hamil 21 minggu dengan anemia
fisiologis, janin hidup, tunggal, keadaan janin baik keadaan ibu baik
4. Dilakukannya KIE tentang penyebab keputihan dan cara mengatasinya yaitu dengan
personal hygiene

5.2 Saran
1. Diharapkan pasien atau keluarga selama masa kehamilan melakukan pemeriksaan
Antenatal Care (ANC) secara teratur sehingga kasus tanda bahaya pada selama
kehamilan dapat terdeteksi secara dini.
2. Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan wawasan dalam menangani kasus atau
melaksanakan asuhan kebidanan khususnya pada ibu hamil tentang tanda bahaya
pada kehamilan
3. Diharapkan bidan dapat memberikan penyuluhan terutama KIE mengenai Personal
hiegiene selama kehamilan untuk mencegah terjadinya keputihan pada ibu hamil

f. mutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa unit


g. pelayanan tujuan dapat menerima pasien
h. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa unit
i. pelayanan tujuan dapat menerima pasien
Pada langkah keenam yaitu pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman (Walyani, 2015).
Pelaksanaan tindakan
pada kasus ibu hamil dengan keputihan disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.
Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan
prakteMelakukan evaluasi hasil dari asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa atau masalah
(Walyani, 2015). Pada kasus ini evaluasi yang didapat dari Ny. F setelah diberikan asuhan
komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pada tanggal Oktober 2022. Pada langkah ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori denan kasu

Anda mungkin juga menyukai