SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Pemeriksaan Fisik
6. Data Penunjang
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
B. Perawatan Diri
Menurut ( Depkes 2000) Salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri..
Menurut Poter. Perry (2005), perawatan diri (Personal hygiene) adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya
(Tarwoto dan Wartonah 2000).
- Istirahat Tidur
Istirahat dan tidur adalah komponen esensial dari pemeriksaan fisik, mental dan
penyimpangan energi. Semua individu membutuhkan periode tertentu untuk tenang
dan mengurangi aktivitas sehingga badan akan mengembalikan energy dan
membangun stamina. Kebutuhan istirahat dan tidur dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, level perkembangan, status kesehatan, dan aktifitas.
2.2 Etiologi
a. Prosedur Hygiene
menurut Potter & Perry (2005), ada 7 faktor yang memengaruhi seseorang
untuk melakukan personal hygiene, antara lain:
- Citra Tubuh
Penampilan fisik seseorang adalah konsep subjektif dari citra tubuh.
Citra tubuh memengaruhi cara seseorang mempertahankan hygiene.
Adanya perubahan fisik yang disebabkan oleh pembedahan ataupun
penyakit, makan dibutuhkan usaha yang lebih untuk tetap
mempertahankan hygiene.
- Praktik Sosial
Kelompok-kelompok sosial dalam pergaulan seseorang dapat sangat
memengaruhi hygiene. Saat usia anak-anak, praktik hygiene didapatkan
dari orang tua. Kebiasaan hidup di rumah, kebersihan lingkungan
rumah, dan bagaimana anak diajarkan cara merawat diri. Seiring
dengan bertambahnya usia, pergaulan di sekolah akan merubah cara
praktik personal hygiene.
- Status Sosial Ekonomi
Pendapatan seseorang juga menjadi faktor yang sangat
memengaruhi hygiene. Kemampuan seseorang untuk membeli peralatan
dan bahan-bahan untuk merawat kebersihan diri dan lingkungan.
- Pengetahuan
Saat ini tidak sedikit seseorang yang tidak paham mengenai
pentingnya hygiene bagi kesehatan. Oleh karena itu, faktor pengetahuan
juga memengaruhi walaupun pengetahuan itu sendiri tidak cukup untuk
memotivasi seseorang untuk menerapkan personal hygiene dalam
dirinya.
- Kebudayaan
Kebudayaan memengaruhi personal hygiene karena cara yang
diterapkan di satu daerah dan daerah lainnya akan berbeda. Penggunaan
air untuk membersihkan diri setelah dari jamban adalah budaya yang
ada di Indonesia. Sedangkan, untuk di negara-negara luar, seperti
Jepang, China, dan Korea, cukup menggunakan tissue saja.
- Pilihan Pribadi
Setiap individu pada dasarnya punya caranya sendiri untuk melakukan
perawatan terhadap dirinya, kapan waktu yang tepat, dan dengan apa
perawatan diri itu dilakukan.
- Kondisi Fisik
Pada saat sakit, terutama sakit keras, tentu kondisi fisik akan menurun,
sehingga kemampuan untuk merawat diripun berkurang. Perlu bantuan
orang lain untuk merawar diri.
b. Perawatan Diri
Perawatan diri erat kaitannya dengan kebersihan diri (personal
hygiene), dimana hal ini perlu diperhatikan dalam kehidupan sehari-
hari karena memengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan
merupakan bagian dari penampilan dan harga diri sehingga jika
seseorang mengalami keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan
tersebut mungkin saja akan memengaruhi kesehatan secara umum.
Tarwoto & Wartonah (2015) menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang memengaruhi personal hygiene:
1. Citra tubuh Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status sosioekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien menderita diabetes 14 melitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
5. Budaya Pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
sampo dan lain-lain.
7. Kondisi fisik atau psikis Pada penyakit tertentu kemampuan pasien
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya
4. Membersihkan selokan-selokan
Tujuan dari membersihkan selokan adalah agar air di selokan tidak
tersumbat oleh sampah-sampah. Apabila selokan tersumbat bisa saja
akan menimbulkan aroma yang tidak sehat dan menimbulkan datangnya
serangga seperti kecoa.
6. Lakukan langkah 3 M
o Menutup tempat penyimpanan air
o Menguras bak mandi secara ritun
o Mengubur barang-barang bekas
7. Selalu terapkan 3B
o Buang sampah di tempat yang sudah di sediakan
o Bersihkan segala sesuatu yang kotor
o Biasakanlah untuk hidup sehat dan bersih
2.3 Patofisiologi
- Prosedur Hygiene
Dampak yang muncul pada masalah personal hygiene
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita oleh seseorang karena
tidak terperiharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan
fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telingga serta gangguan fisik
pada kuku.
b. Dampak Psikologi
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencinntai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan interaksi sosial.
- Perawatan Diri
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) , penyebab kurang perawatan
diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes
(2000) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014). Penyebab kurang
perawatan diri adalah: 1. Faktor Predisposisi
c. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
d. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
e. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
f. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungan.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi Yang merupakan faktor presipitasi defisit
perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi
atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
- Istirahat Tidur
Salah satu model yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi
gangguan tidur adalah model neurokognitif. Model ini
menerangkan bahwa faktor predisposisi, presipitasi, perpetuasi,
dan neurokognitif adalah faktor-faktor yang mendasari
berkembangnya insomnia dan menjadikannya gangguan kronik.
Model lain yang bisa digunakan untuk adalah
model psychobiologic inhibition, yang menunjukkan bahwa tidur
yang baik membutuhkan otomatisasi dan plastisitas. Otomatisasi
artinya bahwa inisiasi tidur dan maintenance tidur bersifat
involunter, yang dikendalikan oleh homeostatis dan regulasi
sirkadian. Plastisitas adalah kemampuan sistem tubuh untuk
mengakomodasi berbagai kondisi lingkungan. Pada kondisi
normal, tidur terjadi secara pasif (tanpa atensi, niat, atau usaha).
Situasi hidup yang penuh dengan stres bisa memicu berbagai
respon arousal fisiologis dan psikologis, yang menimbulkan
inhibisi terhadap de-arousal yang berhubungan dengan tidur dan
menimbulkan gejala gangguan tidur
2.4 Manifestasi Klinis
- Prosedur Hygiene
Fisik
- Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
- Hidung kotor telingga juga kotor
- Gigi kotor disertai mulut bau
- Kuku panjang dan tidak terawatt
- Badan kotor dan pakaian kotor
- Penampilan tidak rapi
Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif
- Menarik,diri,isolasi
- Merasa tidak berdaya,rendah diri dan hina
Social
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berprilaku sesuai norma, missal : cara makan
berantakan, buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/sikat
gigi tidak dapat berpakaian sendiri
- Perawatan Diri
Fisik
- Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
- Hidung kotor telingga juga kotor
- Gigi kotor disertai mulut bau
- Kuku panjang dan tidak terawatt
- Badan kotor dan pakaian kotor
- Penampilan tidak rapi
Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif
- Menarik,diri,isolasi
- Merasa tidak berdaya,rendah diri dan hina
Social
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berprilaku sesuai norma, missal : cara makan
berantakan, buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/sikat
gigi tidak dapat berpakaian sendiri
- Perawatan Diri
a. Pemeriksaan laboratorium Meliputi : pemeriksaan darah rutin,
pemeriksaan urin rutin, pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan
serologi.
b. Pemeriksaan radiagnostik (x-foto tulang belakang, x–foto kpeal
dsb)
c. Pemeriksaan penunjang yang lain ( CT Joan , LP) 8) Diagnosa
Banding
a. Defisit Perawatan Diri : Mandi
b. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian
c. Defisit Perawatan Diri : Makan
d. Defisit Perawatan Diri : Eliminasi Diri :
3.2 Saran
Kita harus selalu menjaga kebersihan pada diri kita dan lingkungan agar kita
terhindar dari penyakit dan kita harus istirahat yang cukup agar tubuh kita fit
selalu bugar tidak mudah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/443/3/BAB%20II%20%20tinjauan%20
ustaka.pdf
https://www.psychologymania.com/2013/04/pengertian-perawatan-diri.html
https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/gangguan-tidur/patofisiologi
https://www.academia.edu/24698007/Konsep_Istirahat_dan_Tidur