Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan K3 Dalam Keperawatan
Dosen : Dedi Wahyudin, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 4


1. Alda Hermalia Putri C1AA20006 8. Neneng Anisa C1AA20066
2. Dzaky Helmy Asiddiqy C1AA20026 9. Nisha Sabina Hernawati C1AA20068
3. Elvira Amelia Apriliyani C1AA20030 10. Putri Nuri Hadsah C1AA20076
4. Fahmi Ramdani C1AA20032 11. Revany C1AA20092
5. Mohammad Hasbi Al C1AA20058 12. Rise Andriani C1AA20096
Ghoni
6. Nadilla Choerunnisa C1AA20062 13. Siti Audina Bella C1AA20106
Azzahra
7. Narendra Muhamad C1AA20064 14. Siti Zahra Tsuraya C1AA20110
Zapata Hamzah Handayani

15. Yuliawati Anggraeni C1AA20122

Kelas 2B

SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Pencegahan Penyakit Akibat Kerja ini tepat
pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dedi Wahyudin, S.Kep., Ners., M.Kep.
selaku dosen pada mata kuliah kuliah Keselamatan Pasien dan K3 Dalam Keperawatan yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Sukabumi, 18 Oktober 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................4

B. Tujuan Makalah..........................................................................................

C. Manfaat Makalah........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................

A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja.............................................................

B. Konsep Tingkat Pencegahan Penyakit pada Kecelakaan Kerja.............

C. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja...............................................

D. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat......................

E. Upaya Mencegah Kecelakaan Kerja..........................................................

BAB V PENUTUP..........................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................

B. Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit, baik tenaga
medis maupun non medis akibat pajanan biologi, kimia dan fisik di dalam lingkungan kerja
rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang-orang sakit
maupun sehat, atau anggota masyarakat baik petugas maupun pengunjung, pasien yang
mendapat perawatan di rumah sakit dengan berbagai macam penyakit menular. Hal tersebut
membuat rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki resiko terhadap gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja bagi petugas. Berbagai macam penyakit yang ada di
lingkungan rumah sakit memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit
infeksi baik bagi pasien, tenaga kerja maupun pengunjung. Petugas di lingkungan rumah
sakit sangat beresiko dengan kontak langsung terhadap agent penyakit menular melalui
darah, sputum, jarum suntuk dan lain-lain. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja pada Pasal (9) menyatakan bahwa Tiap tenaga kerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril. Karena
petugas rumah sakit baik medis ataupun non medis tidak luput dari pajanan berbagai aspek
baik biologi, kimia, dan fisik dalam lingkungan rumah sakit maka diperlukan adanya upaya
mitigasi resiko ataupun pencegahan terhadap resiko-resiko yang mungkin timbul akibat
pekerjaan yang dijalankan.
Pencegahan penyakit akibat kerja penting dilakukan sebagai upaya memberikan
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagaimana telah tercantum dalam
Undang-Undang No.13 tahun 2003, pasal 86 tentang keselamatan dan kesehatan kerja,
bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja (ILO, 2005).Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan memperhatikan prinsip ergonomi, yaitu mencocokkan pekerjaan untuk pekerja. Hal
ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat sehingga tidak menimbulkan ketegangan
otot, kelelahan yang berlebihan atau gangguan kesehatan yang lain (ILO, 2013).
B. Rumusan Makalah
1. Apa Pengertian Penyakit Akibat Kerja ?
2. Apa Konsep Tingkatan Pencegahan Penyakit Pada Penyakit Akibat Kerja ?
3. Apa Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Menurut Effendy ?
4. Apa Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat ?
5. Apa Upaya Mencegah Kecelakaam Kerja Menurut ILO ?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Penyakit Akibat Kerja ?
2. Untuk Mengetahui Tingkatan Pencegahan Penyakit Pada Penyakit Akibat Kerja ?
3. Untuk Mengetahui Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Menurut Effendy ?
4. Untuk Mengetahui Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat ?
5. Untuk Mengetahui Upaya Mencegah Kecelakaam Kerja Menurut ILO
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja


Pengertian (definisi) Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik
jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah oleh aktivitas kerja ataupun
kondisi lain yang berhubungan dengan pekerjaan. Beberapa contoh penyakit akibat kerja
(PAK) antara lain : silicosis (karena paparan debu silica), asbestosis (karena paparan
debu asbes), low back pain (karena pengangkutan manual), white finger syndrom (karena
getaran mekanis pada alat kerja), dsb.
Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : Biologi (Bakteri,
Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif),
Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya), Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang,
Pengangkutan Manual), Psikologi (Stress, dsb).
Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : Biologi (Bakteri,
Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif),
Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya), Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang,
Pengangkutan Manual), Psikologi (Stress, dsb).
Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja:
1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih aman, sehat
dan ergonomis.
B. Konsep Tingkatan Pencegahan Penyakit Pada Penyakit Akibat Kerja
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five
level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:2,4
a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan
kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene perorangan,
sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan
menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup
telinga (ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya: memeriksa dan
mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna
dan pendidikan kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan
kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba
menempatkan
keryawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah sebagai
berikut:
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya menggantikan
bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD

C. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Menurut Effendy


Pada PMK nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan Penyakit
Akibat Kerja disebutkan bahawa penyakit akibat kerja bersigat irreversible sehingga
tindakan pencegahan sangat diperlukan, karena bila tidak dilakukan akan menimbulkan
penyakit akibat kerja pada pekerja lain dengan risiko pekerjaan yang sama. Upaya
pencegahan penyakit akibat kerja antara lain melakukan identifikasi potensi bahaya
penyakit akibat kerja, melakukan promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi
potensi bahaya yang ada di tempat kerja, melakukan pengendalian potensi bahaya di
tempat kerja, memberikan informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai dengan
potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian alat pelindung diri yang
benar dan memberikan imunisasi bagi pekerja yang terpajan dengan agen biologi.
Menurut Effendy (1998) Upaya pencegaha penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut :
1. Substitusi yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang
kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya karbon tetraklorida diganti
dengan triklor –etilen
2. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan
kedalam ruang kerja agar sesuai dengan kadar nilai ambang batas bagi bahan-bahan
ataupun aktifikas dalam ruangan tersebut.
3. Ventilasi Keluar Setempat (local exhausers) adalah alat yang dapat menghisap udara
dari suatu tempat kerja tetentu agar bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut
dapat dialirkan keluar
4. Isolasi adalah dengan cara mengisolasi alat-alat medis yang membahayakan ataupun
mengkhususkan pasien dengan penyakit infeksius diruang isolasi
5. Alat pelindung adalah dapat berupa pakaian, masker kacamata, sepatu yang dijadikan
sebagai pelindung diri untuk mengurangi atau mencegah adanya kontak langsung antara
kontaminan dengan petugas
6. Pemeriksaan sebelum bekerja, hal ini dapat dilakukan pada penerimaan calon petugas
apakah sudah sesuai dengan jenis dan beban kerja paik secara fisik, psikologis maupun
dari segi kesehatannya
7. Pemeriksaan secara berkala dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk
mengidentifikasi secara dini penyakit akibat kerja yang dapat dialami.
Berdasarkan dari agen penyebabnya upaya pencegahan penyakit akibat kerja adalah
sebagai berikut :
1. Agen Biologi, upaya pencegaha yang dapat dilakukan antara lain :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan
desinfeksi
b. Sebelum berkerja dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja untuk memastikan dalam
keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja ditempat infeksius dan
dilakukan imunisasi
c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan benar
d. Menggunakan desinfektan dengan cara yang sesuai
e.Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan specimen
yang benar
f. Pengolahan limbah yang baik
g. Menggunakan alat pelindung diri atau kabinet keamanan biologis yang sesuai
h. Kebersihan diri petugas harus dijaga.
2. Agen Kimia
a. Material safty data sheet dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh
seluruh petugas
b. Menggunakan karet hisap atau alat vakum untuk mencegah tetelannya bahan kimia dan
terhirupnya aerosol
c.Menggunakan alat pelindung diri.
3. Agen Fisika
a.Pengaturan cahaya dan vebtilasi serta penyediaan air minum yang cukup
b. Menggunakan alat pelindung diri

D. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat


1. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja, dilakukan:
a. Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja = saat seleksi calon pekerja Jenis pemeriksaan
Kesehatan Pra Kerja yang dilakukan:
1.) Anamnesa
a) Riwayat Penyakit Umum: TB, DM, Jantung, Asthma, Kulit, Perut
b) Riwayat Penyakit di RS: pernah/ belum dirawat di RS, alasan dirawat
c) Riwayat Kecelakaan Kerja di tempat kerja yang lama
d) Riwayat Operasi: pernah/belum di operasi?, operasi di RS mana, berapa lama
perawatan
e) Riwayat Pekerjaan: apakah sebelumnya pernah bekerja, di perusahaan apa, bekerja di
bagian apa.
2) Pemeriksaan Mental
3) Pemeriksaan Fisik
4) Pemeriksaan Kesegaran Jasmani
5) Pemeriksaan Radiologi
Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di lingkungan rumah sakit dan usaha
penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah sakit sebaiknya mempunyai petugas yang
bertanggung jawab (safety officer) atas keamanan daerah sekitar radiasi dan perlindungan
bagi petugasnya. Petugas hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini masih
diperdebatkan.
6) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri, antara lain TB dan virus Hepatitis B.
Petugas harus menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi untuk mencegah tertular
penyakit, serta selalu memakai sarung tangan karet pada saat bekerja. Mencuci tangan
setiap akan memulai dan setelah bekerja, mengenakan jas laboratorium, yang harus selalu
ditinggal di dalam laboratorium.
7) Pemeriksaan lainnya
2. Perbaikan Gizi Kerja (Penyiapan Makanan)
Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela, botulism dari bahan mentah ikan,
daging dan sayuran. Pencegahan terpenting di bagian ini adalah tangan bersih dan
menggunakan alat bersih. Kulkas penyimpanan bahan makanan mentah yang sudah
dibersihkan diatur suhunya dan kebersihannya agar bakteri atau jamur tidak sempat
berkembang biak. Memasak yang benar-benar matang akan membunuh salmonela.
Petugas yang sedang menderita gangguan gastrointestinal diliburkan dan diobati sampai
sembuh.
3. Melakukan JSA proses kerja dan lingkungan kerja
4. Membuat SOP dan Instruksi Kerja
5. Promosi Kesehatan (Edukasi, sosialisasi, poster, leaflet, pemasangan rambu-2 K3):
seperti memberi penyuluhan kesehatan
6. Menyediakan waktu dan sarpras untuk plahraga bekerja
7. Vaksinasi penyakit menular (Hepatitis)
8. Penggunaan APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah salah satu upaya pencegahan oleh perawat agar tidak
terluar oleh penyakit yang ada di rumah sakit. Macammacam APD yang dapat digunakan
oleh perawat adalah :
1) Sarung Tangan Steril
2) Gaun (Celemek) Pelindung
3) Masker
4) Alat pelindung mata
5) Topi
6) Pelindung kaki
7) Kepatuhan pada aturan RS
8) Mencuci Tangan

E. Upaya Mencegah Kecelakaam Kerja Menurut ILO(1989),Hiearki


Upaya untuk mencegah kecelakaan kerja adalah dengan menghilangkan risiko
atau mengendalikan sumber bahaya dan usaha yang terakhir adalah mengunakan alat
pelindung diri (APD). Menurut ILO (1989), hierarki pengendalian bahaya terdapat 5
(lima) pengendalian bahaya yaitu eliminasi, substitusi, engineering, administrasi dan alat
pelindung diri (APD). Pencegahan tersebut lebih diarahkan pada lingkungan kerja,
peralatan, dan terutama adalah pekerja.
Komponen utama standar pencegahan dan pengendalian penyakit akibat kerja dalam
tindakan operasional mencakup kegiatan sebagai berikut:
1. Mencuci tangan
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir dan dengan sabun
yang digosokkan selama 15 sampai 20 detik. Mencuci tangan dengan sabun biasa
dan air bersih adalah sama efektifnya mencuci tangan dengan sabun antimikroba.
Ada beberapa kondisi yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sabun
antiseptik ini, yaitu saat akan melakukan tindakan invasif, sebelum kontak dengan
pasien yang dicurigai mudah terkena infeksi (misalnya: bayi yang baru lahir dan
pasien yang dirawat di ICU). Mencuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum dan
sesudah memeriksa dan mengadakan kontak langsung dengan pasien, saat
memakai melepas sarung tangan bedah steril atau yang telah di disinfeksi tingkat
tinggi pada operasi serta pada pemeriksaan untuk prosedur rutin, saat
menyiapkan, mengkonsumsi dan setelah makan juga pada situasi yang membuat
tangan terkontaminasi (misal: memegang instrumen kotor, menyentuh membran
mukosa, cairan darah, cairan tubuh lain, melakukan kontak yang intensif dalam
waktu yamg lama dengan pasien, mengambil sampel darah, saat memeriksa
tekanan darah, tanda vital lainnya juga saat keluar masuk unit isolasi).
2. Penggunaan alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang paling baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah
diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus oleh cairan. Sarung tangan
melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan dapat
melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat di tangan petugas
kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) yang paling penting
untuk mencegah penyebaran infeksi. Satu pasang sarung tangan harus digunakan
untuk setiap pasien sebagai upaya menghindari kontaminasi silang. Sarung tangan
dipakai saat ada kemungkinan kontak dengan darah atau cairan tubuh lain,
membran mukosa atau kulit yang terlepas, saat akan melakukan prosedur medis
yang bersifat invasif (seperti: pemasangan kateter dan infus intravena), saat
menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh
permukaan yang tercemar, serta memakai sarung tangan bersih atau tidak steril
saat akan memasuki ruang pasien yang telah diketahui atau dicurigai mengidap
penyakit menular. Masker dipakai untuk mencegah percikan darah atau cairan
tubuh memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan, juga menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan berbicara, bersin dan batuk. Masker juga
dipakai untuk mencegah partikel melalui udara atau droplet dari penderita
penyakit menular (tuberkulosis). Masker dilepas setelah pemakaian selama 20
menit secara terus-menerus atau masker sudah tampak kotor atau lembab.
Pelindung mata dan wajah harus dipakai pada prosedur yang memiliki
kemungkinan terkena percikan darah atau cairan tubuh. Pelindung mata harus
jernih, tidak mudah berembun, tidak menyebabkan distorsi, dan terdapat penutup
disampingnya. Pemakaian gaun pelindung terutama untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Gaun pelindung juga harus dipakai
saat ada kemungkinan terkena darah, cairan tubuh. Apron terbuat dari karet atau
plastik, merupakan penghalang tahan air sepanjang bagian depan tubuh petugas
kesehatan. Apron harus dikenakan dibawah gaun pelindung ketika melakukan
perawatan langsung pada pasien, membersihkan pasien atau melakukan prosedur
saat terdapat risiko terkena tumpahan darah dan cairan tubuh. Hal ini penting jika
gaun tidak tahan air.
3. Praktik keselamatan kerja
Praktik keselamatan kerja berhubungan dengan pemakaian instrumen tajam
seperti jarum suntik. Hal ini meliputi: hindari menutup kembali jarum suntik yang
telah digunakan. Bila terpaksa dilakukan, maka gunakan teknik satu tangan untuk
menutup jarum, hindari melepas jarum yang telah digunakan dari spuit sekali
pakai, hindari membengkokkan, menghancurkan atau memanipulasi jarum suntik
dengan tangan serta masukkan instrumen tajam ke dalam wadah yang tahan
tusukkan dan tahan air.
4. Perawatan pasien
Perawatan pasien yang sering dilakukan meliputi tindakan: pemakaian kateter
urin, pemakaian alat intravaskular, transfusi darah, pemasangan selang
nasogastrik, pemakaian ventilator dan perawatan luka bekas operasi. Kateterisasi
kandung kemih membawa risiko tinggi terhadap infeksi saluran kemih (ISK).
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan ISK nosokomial terjadi akibat
instrumentasi traktus urinarius, terutama pada tindakan kateterisasi. Pemasangan
kateter urin merupakan tindakan perawatan yang sering dilakukan di rumah sakit.
Prosedur pemasangan hingga pencabutan kateter urin harus dilakukan sesuai
prinsip aseptik untuk mencegah dan mengendalikan ISK nosokomial.
Penggunaan alat intravaskular untuk memasukkan cairan steril, obat atau
makanan serta untuk memantau tekanan darah sentral dan fungsi hemodinamik
meningkat tajam pada dekade terakhir. Kateter yang dimasukkan melalui aliran
darah vena atau arteri melewati mekanisme pertahanan kulit yang normal dan
penggunaan alat ini dapat membuka jalan untuk masuknya mikroorganisme.
Transfusi darah memiliki kesamaan dalam beberapa hal dengan penggunaan
pemberian pengobatan melalui pembuluh darah. Terdapat risiko serius bagi pasien
yang menerima transfusi darah. Pedoman dalam melakukan proses seleksi,
pemeriksaan serta prosedur transfusi yang tepat dan aman telah dikembangkan
mengingat resiko infeksi HBV, HCV dan HIV.
Infeksi luka paska operasi atau surgical site infection (SSI) dapat terjadi akibat
perawatan luka yang tidak memenuhi syarat aseptik. Transmisi mikroorganisme
mudah terjadi saat prosedur ganti balut luka operasi di ruangan berlangsung. Cuci
tangan, memakai sarung tangan dan alat pelindung diri, teknik ganti balut secara
aseptik dan peralatan steril merupakan prosedur perawatan luka paska operasi
yang sering diabaikan.
5. Penggunaan antiseptik
Larutan antiseptik dapat digunakan untuk mencuci tangan terutama pada tindakan
bedah, pembersihan kulit sebelum tindakan bedah atau tindakan invasif lainnya.
Instrumen yang kotor, sarung tangan bedah dan barang-barang lain yang
digunakan kembali dapat diproses dengan dekontaminasi, pembersihan dan
sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) untuk mengendalikan infeksi.
Dekontaminasi dan pembersihan merupakan dua tindakan pencegahan dan
pengendalian yang sangat efektif meminimalkan risiko penularan infeksi. Hal
penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasi alat tersebut. Sterilisasi
harus dilakukan untuk alat-alat yang kontak langsung dengan aliran darah atau
cairan tubuh lainnya dan jaringan4. Sterilisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan uap bertekanan tinggi (autoclafe), pemanasan kering (oven),
sterilisasi kimiawi dan fisik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun
rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah oleh aktivitas kerja ataupun kondisi lain
yang berhubungan dengan pekerjaan.faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara
lain : Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan
Berbahaya/Radioaktif), Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya), Biomekanik (Postur,
Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual), Psikologi (Stress, dsb).
Upaya pencegahan penyakit akibat kerja antara lain melakukan identifikasi potensi
bahaya penyakit akibat kerja, melakukan promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil
identifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja, melakukan pengendalian potensi
bahaya di tempat kerja, memberikan informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai
dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian alat pelindung diri
yang benar dan memberikan imunisasi bagi pekerja yang terpajan dengan agen biologi.
Menurut ILO (1989), hierarki pengendalian bahaya terdapat 5 (lima) pengendalian
bahaya yaitu eliminasi, substitusi, engineering, administrasi dan alat pelindung diri
(APD). Pencegahan tersebut lebih diarahkan pada lingkungan kerja, peralatan, dan
terutama adalah pekerja.
B.Saran

Keselamatan kerja menjadi penting karena terkait dengan kinerja karyawan dan pada
kinerja layanan kesehatan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin
sedikit terjadinya kecelakaan kerja kami harapakan informasi pengenai penyakit akibat
kerja ini dapat meningkatkan pembelaaran agar penyakit yang timbul akibat kerja
terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dapat terjadi kemungkinan terjadinya risiko
yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/3260/3083
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/penyakit-akibat-kerja-
pak.html
https://id.scribd.com/document/396492824/Makalah-Penyakit-Akibat-Kerja-Pada-Perawat
https://pdfcoffee.com/makalah-upaya-pencegahan-penyakit-akibat-kerja-dalam-keperawatan-
pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai