Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

ELIMINASI DAN AKTIVITAS

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : KEPDAS II

Dosen Pengampu : Abdul Rahman La Ede, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh

Cici Mawati Kuswenda

C1AA20017

TINGKAT 1 KELAS A

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi dan Aktivitas ini dapat selesai tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
KEPDAS II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ELIMINASI DAN AKTIVITAS
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimaksih kepada Bapak Hj. Cucu Herlilah, S.Pdi., M.A.
Selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membagi


sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, 09 Desember 2021

Cici Mawati Kuswenda

I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.....I

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1


1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
1.3 Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3

2.1 Definisi Eliminasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

2.2 Etiologi Eliminasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4


2.3 Patofisiologi Eliminasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.4 Manisfetasi Klinis Pada Eliminasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.5 Pemeriksaan Fisik Pada Kebutuhan Eliminasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.6 Pemeriksaan Penunjang Pada Kebutuhan Eliminasi. . . . . . . . . . . . . . 16
2.7 Definisi Aktivitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.8 Etiologi Aktivitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.9 Patofisiologi Aktivitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
2.10 Manisfetasi Klinis Pada Aktivitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.11 Pemeriksaan Fisik Pada Kebutuhan Aktivitas. . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.12 Pemeriksaan Penunjang Pada Kebutuhan Aktivitas. . . . . . . . . . . . . 20

BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .21

3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .21

3.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .21

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik
berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung
kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam
terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan
uretra (Hidayat,2010)
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus di penuhi
oleh setiap manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan
dasar, menyatakan bahwa kebutuhan eliminasi terdapat pada urutan ke tiga.
Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, sebenarnya
semua organ akhirnya akan terpengaruh. Secara umum gangguan pada ginjal
mempengaruhi eliminasi. Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan
eliminasi urine, antara lain : retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, dan
ureterotomi. Masalah kebutuhan eliminasi urine sering terjadi pada pasien-
pasien rumah sakit yang terpasang kateter tetap (Hidayat, 2010).
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia meliputi
lima kategori kebutuhan dasar, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keselamatan dan rasa nyaman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki,
kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualitas diri. Kebutuhan fisiologis
memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki maslow. Macam-macam
kebutuhan dasar fisiologis menurut hierarki maslow salah satunya adalah
kebutuhan aktivitas. Kemampuan melakukan aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan misalnya berdiri, berjalan, dan bekerja. Aktivitas adalah keadaan
untuk bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas
seseorang dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persarafan, otot dan tulang,
atau sendi (Mubarak 2015). Masyarakat sering kali mendefinisikan kesehatan
dan kebugaran fisikmereka berdasarkan aktivitas mereka karena kesejahteraan

1
2

mental dan keefektifan fungsi tubuh sangat tergantung pada status


mobilitas mereka.Misalnya saat seseorang berdiri tegak, paru lebih mudah
untuk berkembang, aktivitas usus (peristaltic) menjadi lebih efektif, dan ginjal
mampu mengosongkan kemih secara komplet. Selain itu, pergerakan sangat
penting agar tulang dan otot berfungsi sebagaimana mestinya (Kozier, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Definisi Eliminasi
2. Etiologi Eliminasi
3. Patofisiologi Eliminasi
4. Manisfetasi Klinis Pada Eliminasi
5. Pemeriksaan Fisik Pada Kebutuhan Eliminasi
6. Pemeriksaan Penunjang Pada Kebutuhan Eliminasi
7. Definisi Aktivitas
8. Etiologi Aktivitas
9. Patofisiologi Aktivitas
10. Manisfetasi Klinis Pada Aktivitas
11. Pemeriksaan Fisik Pada Kebutuhan Aktivitas
12. Pemeriksaan Penunjang Pada Kebutuhan Aktivitas

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Definisi Eliminasi
2. Mengetahui Etiologi Eliminasi
3. Mengetahui Patofisiologi Eliminasi
4. Mengetahui Manifestasi Klinis Pada Eliminasi
5. Mengetahui Pemeriksaan Fisik Pada Kebutuhan Eliminasi
6. Mengetahui Penunjang Pada Kebutuhan Eliminasi
7. Mengetahui Definisi Aktivitas
8. Mengetahui Etiologi Eliminasi
9. Mengetahui Patofisiologi Eliminasi
10. Mengetahui Manifestasi Klinis Pada Eliminasi
11. Mengetahui Pemeriksaan Fisik Pada Kebutuhan Aktivitas
12. Mengetahui Penunjang Pada Kebutuhan Aktivitas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Eliminasi

Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang


tidak diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
eliminasi urine dan eliminasi fekal.Eliminasi urineSistem yang berperan
dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan. Dimana sistem ini terdiri
dari ginjal, ureter, kandung kemoh, dan uretra. Proses pembentukan urine
di ginjal terdiri dari 3 proses yaitu : filtrasi , reabsorpsi dan sekresi .Proses
filtrasi berlangsung di glomelurus. Proses ini terjadi karena permukaan
aferen lebih besar dari permukaan eferen.Proses reabsorpsi terjadi
penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat,
dan beberapa ion karbonat.Proses sekresi ini sisa reabsorpsi diteruskan
keluar.Eliminasi fekalEliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan
saluran pencernaan. Saluran pencernaan merupakan saluran yang
menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh
tubuh dengan proses penernaan (pengunyahan, penelanan, dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari mulut sampai anus.

Organ utama yang berperan dalam eliminasi fekal adla usus besar.
Usus besar memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi cairan
dan elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan mensekresikan mukus
yang akan melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan aktivitas
bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan
berkontraksi.Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan
intestin. Pusat refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks
defekasi timbul karena adanya feses dalam rektum.

3
4

2.2 Etiologi Eliminasi

1. Gangguan Eliminasi Urin

a. Intake cairan

Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama


yangmempengaruhi output urine atau defekasi. Seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya outputurine lebih banyak.

b. Aktivitas

Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus


otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih
yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya
tonus ototkandung kemih terjadi pada masyarakat yang
menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena
urine secara terus menerusdialirkan keluar kandung kemih, otot-
otot itu tidak pernah merenggangdan dapat menjadi tidak
berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akanmempengaruhi jumlah
urine yang diproduksi, hal ini disebabkankarena lebih besar
metabolisme tubuh.

c. Obstruksi ; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur urethra

d. Infeksi

e. Kehamilan

f. Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat

g. Trauma sumsum tulang belakang

h. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,urethra.

i. Umur
5

j. Penggunaan obat-obatan

2. Gangguan Eliminasi Fekal

a. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi


eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting
untuk memperbesar volume feses. Makanantertentu pada beberapa
orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur
dari pengairan feses. Makanyang teratur mempengaruhi defekasi.
Makan yang tidak teratur dapatmengganggu keteraturan pola
defekasi. Individu yang makan padawaktu yang sama setiap hari
mempunyai suatu keteraturan waktu,respon fisiologi pada
pemasukan makanan dan keteraturan polaaktivitas peristaltik di
colon.

b. Cairan

Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses.


Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth:
urine,muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh
melanjutkanuntuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di
sepanjang colon.Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal, menghasilkanfeses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan cairanmemperlambat perjalanan chyme
di sepanjang intestinal, sehinggameningkatkan reabsorbsi cairan
dari chyme.

c. Meningkatnya stress psikologi

Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi.


Penyakit- penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus
6

pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi.


Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah
dapat meningkatkan aktivitas. peristaltik dan frekuensi diare.
Ditambah lagi orang yagn depresi bisamemperlambat motilitas
intestinal, yang berdampak pada konstipasi.

d. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.

Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi


penurunan gerak peristaltic dan dapat menyebabkan melambatnya
feses menuju rectumdalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi
cairan feses sehingga fesesmengerase.

e. Obat-obatan

Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat


berpengeruhterhadap eliminasi yang normal. Beberapa
menyebabkan diare; yanglain seperti dosis yang besar dari
tranquilizer tertentu dan diikutidengan prosedur pemberian
morphin dan codein, menyebabkankonstipasi. Beberapa obat
secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat
yang merangsang aktivitas usus danmemudahkan eliminasi feses.
Obat-obatan ini melunakkan feses,mempermudah defekasi. Obat-
obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl),
menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk
mengobati diare.

f. Usia

Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi


juga pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol
eliminasinyasampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya
antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasajuga mengalami perubahan
pengalaman yangdapat mempengaruhi proses pengosongan
7

lambung. Di antaranyaadalah atony (berkurangnya tonus


otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat
pada melambatnya peristaltik danmengerasnya (mengering) feses,
dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan
tekanan selama proses pengosonganlambung. Beberapa orang
dewasa juga mengalami penurunan kontrolterhadap muskulus
spinkter ani yang dapat berdampak pada prosesdefekasi.

g. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada


spinal cord dan tumor.

Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat


menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas
bisa membatasikemampuan klien untuk merespon terhadap
keinginan defekasi ketikadia tidak dapat menemukan toilet atau
mendapat bantuan. Akibatnya,klien bisa mengalami konstipasi.
Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena
sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.

2.3 Patofisiologi Eliminasi

1. Gangguan Eliminasi Urin

Gangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah


dijelaskandi atas. Masing-masing gangguan tersebut disebabkan oleh
etiologi yang berbeda. Pada pasien dengan usia tua, trauma yang
menyebabkan cederamedulla spinal, akan menyebabkan gangguan dalam
mengkontrol urin/inkontinensia urin. Gangguan traumatik pada tulang
belakang bisamengakibatkan kerusakan pada medulla spinalis. Lesi
traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi bersama-sama dengan
adanya fraktur ataudislokasi. Tanpa kerusakan yang nyata pada tulang
belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di
8

medulla spinallis. Cedera medulla spinalis (CMS) merupakan


salah satu penyebab gangguanfungsi saraf termasuk pada persyarafan
berkemih dan defekasi.

Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik


dikaitkan dengan cedera medulla spinalis yang umumnya dikaitkan
sebagaisyok spinal. Syok spinal merupakan depresi tiba-tiba aktivitas
reflex padamedulla spinalis (areflexia) di bawah tingkat cedera. Dalam
kondisi ini, otot-otot yang dipersyarafi oleh bagian segmen medulla yang
ada di bawah tingkatlesi menjadi paralisis komplet dan fleksid, dan
refleks-refleksnya tidak ada. Hal ini mempengaruhi refleks yang
merangsang fungsi berkemih dan defekasi.Distensi usus dan ileus
paralitik disebabkan oleh depresi refleks yang dapatdiatasi dengan
dekompresi usus (Brunner & Suddarth, 2002). Hal senadadisampaikan
Sjamsuhidajat (2004), pada komplikasi syok spinal terdapat tanda
gangguan fungsi autonom berupa kulit kering karena tidak berkeringatdan
hipotensi ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan gangguan
defekasi.

Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu


pengisian dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal
ini saling berlawanan dan bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot
kandung kemihdalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol
oleh sistem saraf otonom dan somatik. Selama fase pengisian, pengaruh
sistem saraf simpatisterhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah
dengan meningkat kanresistensi saluran kemih. Penyimpanan urin
dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitas kontraktil
otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher
kandung kemih dan proksimal uretra.

Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi


yangsimultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini
dipengaruhi olehsistem saraf parasimpatis yang mempunyai
9

neurotransmiter utama yaituasetilkholin, suatu agen kolinergik.


Selama fase pengisian, impuls afferenditransmisikan ke saraf sensoris
pada ujung ganglion dorsal spinal sakralsegmen 2-4 dan informasikan ke
batang otak. Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran
parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal. Selama fase pengosongan
kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakraldihentikan dan
timbul kontraksi otot detrusor.

Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan


relaksasi pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan
sepanjang nervus pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet
dari sphincter eksterna.Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran
yang minimal. Pasien postoperasi dan post partum merupakan bagian
yang terbanyak menyebabkanretensi urine akut. Fenomena ini terjadi
akibat dari trauma kandung kemih danedema sekunder akibat tindakan
pembedahan atau obstetri, epidural anestesi,obat-obat narkotik,
peregangan atau trauma saraf pelvik, hematoma pelvik,nyeri insisi
episiotomi atau abdominal, khususnya pada pasien yangmengosongkan
kandung kemihnya dengan manuver Valsalva. Retensi urine pos operasi
biasanya membaik sejalan dengan waktu dan drainase kandungkemih
yang adekuat.

2. Gangguan Eliminasi Fekal

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini
jugadisebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang
sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali
perminggu.Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan
rektum, saraf sensoris dalamrektum dirangsang dan individu menjadi
sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
10

Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu


refleksdefekasi instrinsik. Ketika feses masuk kedalam rektum,
pengembangandinding rektum memberi suatu signal yang menyebar
melalui pleksusmesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada
kolon desenden, kolonsigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini
menekan feses kearah anus.Begitu gelombang peristaltik mendekati anus,
spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang
maka feses keluar.

Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf


dalamrektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4)
dankemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum.
Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik,
melemaskanspingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi
instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter
anus eksternal tenangdengan sendirinya.

Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut


dandiaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh
kontraksimuskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan
feses melaluisaluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi
paha yangmeningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang
meningkatkantekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi
diabaikan atau jikadefekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulusspingter eksternal, maka rasa terdesak untuk
defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses. Cairan fesesdi absorpsi sehingga feses
menjadi keras dan terjadi konstipasi.

2.4 Manifestasi Klinis Eliminasi

1. Tanda Gangguan Eliminasi urin

a. Retensi Urin
11

1) Ketidak nyamanan daerah pubis.

2) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.

3) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.

4) Meningkatnya keinginan berkemih dan resah.

5) Ketidaksanggupan untuk berkemih

b. Inkontinensia urin

1) pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC

2) pasien sering mengompol

2. Tanda Gangguan Eliminasi Fekal

a. Konstipasi

1) Menurunnya frekuensi BAB.

2) Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan.

3) Nyeri rektum

b. Impaction

1) Tidak BAB.

2) Anoreksia.

3) Kembung/kram.

4) nyeri rektum

c. Diare

1) BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk

2) Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat

3) Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang Menyebabkan


12

meningkatkan sekresi mukosa.

4) feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol

Dan menahan BAB.

d. Inkontinensia Fekal

1) Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,

2) BAB encer dan jumlahnya banyak,

3) Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinalcord

dan tumor spingter anal eksternal

e. Flatulens

1) Menumpuknya gas pada lumen intestinal,

2) Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.

3) Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)

f. Hemoroid

1) pembengkakan vena pada dinding rectum

2) perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang

3) merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi

4) Nyeri

2.5 Pemeriksaan Fisik Pada Kebutuhan Eliminasi


Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi
meliputiinspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada
saluranintestinal. Auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab
palpasi dapatmerubah peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus
13

meliputi inspeksi dan palpasi. Inspeksi feses, meliputi


observasi feses klien terhadap warna,konsistensi, bentuk permukaan,
jumlah, bau dan adanya unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel
berikut :

KARAKTERISTIK FESES NORAL DAN ABNORMAL


Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan Penyebab

Warna Dewasa : Pekat/Putih Adanya pigmen


Kecoklatan empedu(obstruksi
Bayi : empedu);
Kekuningan pemeriksaandiagnostik
menggunakan barium

Hitam Obat (spt. Fe);


PSPA(lambung, usus
halus);diet tinggi buah
merahdan sayur hijau
tua(spt. Bayam)

Merah PSPB (spt. Rektum),


beberapa makanan spt bit.

Pucat Mal absorbsi lemak;


diettinggi susu dan produk
susu danrendah daging,

Orenge atau Infeksi Usus


Hijau

Konsistensi Berbentuk Lunak, Keras, Dehidrasi,


Kering agak penurunanmotilitas usus
cair/Lembek, akibatkurangnya
Basah. serat,kurang
latihan,gangguan emosi
14

dan laksantif abuse

Diare Peningkatan motilitasusus


(mis. akibatiritasi kolon
oleh bakteri).

Bentuk Silinder (Bentuk Mengecil Kondisi Obstruksi Rectum


Rectum) dengan Bentuk Pensil
diameter 2,5 cm atau sperti
untuk orang benang
dewasa

Jumlah Tergantung diet


(100-400
gram/hari)

Bau Aromatik Tajam, Pedas sumber bau pada fesses


dipengaruhi berasal dari senyawa
oleh makanan indole, skatol, hydrogen,
yang dimakan sulfidedan amine
dan diproduksi oleh
flora/bakteri pembusukan protein oleh
bakteri perusak atau
pembusuk. Bau menusuk
hidung tanda terjadinya
peningkatan kegiatan
bakteri yang tidak kita
hendaki.

Unsur Pokok Sejumlah kecil Pus, Mukus, Infeksi bakteri, konsisi


bagian kasar Parasit, peradangan, perdarahan
makanan yang darah, lemak gastrointestinal,
tidak dicerna, dalam jumlah malabsropsi, salah makan
potongan besar, benda
15

bakteri yang asing.


mati, sel epitrl,
lemak, protein,
unsur-unsur
kering, cairan
pencernaan.

Frekuensi Lebih dari 6x Hipermotility


sehaari
16

2.6 Pemeriksaan Penunjang Pada Kebutuhan Eliminasi


1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses

2.7 Mengetahui Definisi Aktivitas


Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kegiatan
atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan
yang terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas.
Aktivitas fisik atau mekanika tubuh merupakan suatu usaha
mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf serta
mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama
mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari
(Potter & Perry, 2005). Setiap manusia memiliki irama atau pola
tersendiri dalam aktivitas sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi,
makan, istirahat dan lain-lain (Sustanto & Fitriana, 2017)
Aktivitas maupun latihan didefinisikan sebagai suatu aksi
energetikatau keadaan bergerak. Aktivitas tubuh merupakan kegiatan atau
kerjayang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh. Umumnya tingkat
kesehatanseseorang dinilai dari kemampuannya untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, misalnya berdiri, berjalan, bekerja, makan dan
minum. Kemampuan beraktivitas menjadi kebutuhan dasar yang
diharapkan oleh setiapmanusia.Dalam keperawatan banyak aspek-aspek
yang harus dikertahui dalam menjaga aktivitas dan latihan diantaranya,
gerakan setiap persendian, postur tubuh, latihan dan kemampuan
seseorang dalaam melakukan suatu aktivitas.

2.8 Mengetahui Etiologi Eliminasi


Kebutuhan aktivitas dan latihan seseorang secara umum
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
17

a. Gaya hidup dan kebiasaanOrang yang biasa berolahraga akan memiliki


mobilitas yang lebihlentur dan lebih kuat daripada orang yang tidak terbiasa
berolahraga.

b. Keadaan sakit atau cedera (trauma langsung pada sistem musculoskeletal /


neurovaskuler) Keadaan sakit atau cedera dapat mempengaruhi fungsi sistem
tubuh sehingga mempengaruhi pula mobilitas seseorang. Contohnya
orangyang keseleo akan lebih sulit berjalan daripada orang yang sehat.

c. Tingkat energiEnergy merupakan sumber utama melakukan


aktivitas/mobilisasi.Untuk dapat melakukan mobilisasi dibutuhkan energy
dalam jumlahyang adekuat.

d. Usia dan status perkembanganAktivitas atau mobilitas pada setiap


tingkatan usia dan perkembangan berbeda-beda. Hal ini berhubungan dengan
kematangan dan penurunan fungsi alat gerak yang sejalan dengan
perkembangan usia. Anak kecil belum dapat melakukan gerakanyang sulit
karena alat gerakntya belum berkembang dengansempurna. Lansia umumnya
sudah tidak dapat bergerak dengancepat karena fungsi alat geraknya
menurun.

e. Kekakuan otot

2.9 Mengetahui Patofisiologi Eliminasi


Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab
gangguanyang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut,diantaranya adalah :

a. Kerusakan OtotKerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun


fisiologisotot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses
pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan
18

b. terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa
halseperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitasotot.
Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.

c. Gangguan pada skeletRangka yang menjadi penopang sekaligus poros


pergerakan dapatterganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan
ataumobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuranmaupun
fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radangsendi, kekakuan
sendi dan lain sebagainya.

d. Gangguan pada sistem persyarafanSyaraf berperan penting dalam


menyampaikan impuls dari otak.Impuls tersebut merupakan perintah dan
koordinasi antara otak dananggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan
terjadigangguan penyampaian impuls dari dank e organ target. Dengantidak
sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.

PATHWAY
19

2.10 Mengetahui Manifestasi Klinis Pada Eliminasi


a. Keterbatasan rentan gerak
b. Dispnea setelah beraktivitas
c. Gerakan Bergetar
d. Pergerakan tidak terkoordinasi
e. Pergerakan Lambat
f. Ketidakstabilan postur
g. Tremor akibat pergerakan
h. Penurunan aktu reaksi (lambat)

2.11 Mengetahui Pemeriksaan Fisik Pada Kebutuhan Aktivitas


1. Pemeriksaan Dasar TTV Dasar)
1) GCS
2) Kesadaran
3) Tekanan Darah
4) Nadi
5) Suhu
6) RR
2. Pemeriksaan Muskuloskeletal
 Inspeksi
1) Bentuk Vertebrae
2) Kesimetrisan Tulang
3) Pergerakan Otot Tidak Disadari
4) ROM
5) Simetrisitas Otot
 Palpasi
1) Edema Ekstremitas
2) Kekuatan Otot
20

2.12 Mengetahui Penunjang Pada Kebutuhan Aktivitas


a. Laboratorium
1. Pemeriksaan Hb
2. Pemeriksaan darah dan urine
b. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X, untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur,dan
perubahan hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena dan dapatmemperlihatkan tumor jaringan
lunak atau cidera ligamentatau tendon. Digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang
sulit dievaluasi.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medanmagnet, gelombang radio,
dan komputer untukmemperlihatkan abnormalitas (tumor,
penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus di


penuhi oleh setiap manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14
kebutuhan dasar, menyatakan bahwa kebutuhan eliminasi terdapat pada
urutan ke tiga. Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan
baik, sebenarnya semua organ akhirnya akan terpengaruh. Secara umum
gangguan pada ginjal mempengaruhi eliminasi. Sehingga mengakibatkan
masalah kebutuhan eliminasi urine, antara lain : retensi urine,
inkontinensia urine, enuresis, dan ureterotomi. Masalah kebutuhan
eliminasi urine sering terjadi pada pasien-pasien rumah sakit yang
terpasang kateter tetap (Hidayat, 2010).
Kemampuan melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
misalnya berdiri, berjalan, dan bekerja. Aktivitas adalah keadaan untuk
bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas
seseorang dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persarafan, otot dan tulang,
atau sendi (Mubarak 2015). Masyarakat sering kali mendefinisikan.
kesehatan dan kebugaran fisikmereka berdasarkan aktivitas
mereka karena kesejahteraan mental dan keefektifan fungsi tubuh sangat
tergantung pada status mobilitas mereka.Misalnya saat seseorang berdiri
tegak, paru lebih mudah untuk berkembang, aktivitas usus (peristaltic)
menjadi lebih efektif, dan ginjal mampu mengosongkan kemih secara
komplet. Selain itu, pergerakan sangat penting agar tulang dan otot
berfungsi sebagaimana mestinya (Kozier, 2010).

3.2 Saran
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi dan aktivitas
agar selalu terpenuhi.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/29388064/LP-ELIMINASI
https://dokumen.tips/documents/karakteristik-feses-normal-dan-abnormal.html

https://www.scribd.com/document/445532487/LAPORAN-PENDAHULUAN-
KEBUTUHAN-AKTIVITAS-DAN-LATIHAN-1-docx

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/378/3/6.BAB%20II-converted.pdf

https://www.scribd.com/doc/256011829/Makalah-Eliminasi-Urine

Anda mungkin juga menyukai