Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA GERIATRI

Disusun Oleh :

ANGGELINA TOPAO
LIDYA LANDE
ADE TRI PUTRA HUMENA
FAHRI M. LAMBANA

DOSEN PENGAMPUH :

DETRINA F. URAMAKO S.Kep.,Ns.M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUSADA MANDIRI POSO

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ASUHAN
KEPERAWATAN PADA GERIATRIK.

Menyelesaikan makalah penulis banyak mendapat bantuan dari


beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dala
pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung


kekurangan karena keterbatasan buku pengangan dan ilmu yang penulis
miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kepentingan makalah penulis dimasa depan mendatang. Akhirnya
penulis mengeharapkan semog dengan adanya makalah ini dapat
membarikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada
penulis sendiri.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi............................................................................................... 3
B. Teori Konsep Penuaan....................................................................... 3
C. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia........................................ 5
D. Penyakit Pada Alat Pencernaan Dan Pengobatannya........................ 7
E. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan......................... 9
F. Perubahan Fisik Pada Lansia Pada Sistem Pencernaan..................... 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
A. Pengkajian.......................................................................................... 13
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 19
C. Intervensi Keperawatan..................................................................... 19
D. Penetalaksanaan................................................................................. 20
E. Evaluasi.............................................................................................. 20
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 21
B. Saran.................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat
alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel
tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan
menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal.
Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang
adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara
perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua
adalah suatu proses memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus,
hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi lansia?
2. Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pencernaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengehui definisi lansia
2. Untuk mengehui Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia
3. Untuk mengehui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pencernaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang ilmu
yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada
orang yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau kecacatan
yang terjadi pada orang yang berlanjut usia. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk
pelayanan professional yang didasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang
berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien
lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
komunitas/masyarakat. Menurut undang-undang no.13/th 1998 bab i pasal 1 ayat 2 seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas.
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal.
Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang
adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara
perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua
adalah suatu proses memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative
.
B. Teori-Teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu biologi, teori psikologi teori
social, dan teori spiritual.
1. Teori biologis ; Teori biologis mencangkup teori genetic dan mutasi, immunology slow
theory, teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
2. Teori psikologi ; Pada usia lanjut proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang
terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang
lansia konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi
dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Adanya
penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan kognitif memori dan
belajar pada usia lanjut memnyebabkan mereka sulit untuk diphami dan berinteraksi
persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada ligkungan dengan adanya punurunan
fungsi system sensori, maka akan terjadi pula penurunan kemapuan untuk menerima,
memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi / reaksi yang
berbeda dari stimulus yang ada. Kemapuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan
fisiologis organ otak namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata
mempunyai fungsi lebih tinggi seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan
member alasan secara abstrak dan melakukan penghitungan. Memori adalah kemampuan
daya ingat lansia terhadap suatu kejadian / peristiwa baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
3. Teori social ; Ada beberapa teori social yang bekaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
interaksi social (social exchange teori ), teori penarikan diri (disengagement teori), teori
aktivitas (aktivi teori), teori kesinambungan (continuity), teori perkembangan
(defelopmen teori), dan teori stratifikasi usia (agestratifikation).
4. Teori spiritual ; Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individutentang arti kehidupan.
Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan/demensia spiritual adalah suatu kekuatan yang
memberi arti bagi kehidupan seseorang. Fowler menggunakan istilah kepercayaan
sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir.
Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbale balik , yaitu suatu hubungan
aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan keyakinan, cinta kasih, dan
harapan. Fowler meyakinkan bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan
lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan. Fowler
juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap
penjelaskan pada prinsipp cinta dan keadilan.
C. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
1. Perubahan Fisik
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya
2) Lebih besar ukurannya
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
b. Sistem persyarafan
1) Hubungan persyarafan menurun
2) Lambat dalam merespon dan beraksi khususnya dengan stress
3) Mengecilnya syaraf panca indra
c. Sistem pendengaran
1) Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, terutama bunyi atau suara-
suara yang tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata.
2) Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d. Sistem penglihatan
1) Spingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4) Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi
6) Menurunnya lapang pandang.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
e. System kardiovaskuler
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk bias menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmhg---mengakibatkan pusing mendadak.
4) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh
darah perifer.
f. System respirasi
1) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2) Menurunnya aktifitas dari silia.
3) Paru-paru kehilngan elastisitas, kapasitas residu meningkat, napas lebih berat,
kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5) O2 pada arteri menjadi 75 mmhg
6) Co2 pada arteri tidak berganti
7) Kemampuan untuk batuk berkurang
g. System gastrointestinal
Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disesase yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun
1) Indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi
indera pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saari saraf pengecap di lidah
terutama rasa manis, rasa asin, rasa asam, dan rasa pahit.
2) Esophagus melbar
3) Lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu pengosongan menurun.
4) Peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi.
5) Fungsi absorpsi melemah. Ø  Hati/lever. Makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan berkurangnya aliran darah.
h. System genitor urinaria
1) Ginjal : mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%, penyaringan diglomerulus menurun sampai 50%.
2) Vesika urinary : otot menjadi lemah, kapsitas menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi berkemih meningkat. Vesika urinary susah dikosongkan
pada pria lanjut usia sehingga menyebabkan retensi urin.
3) Pembesaran prostate 75% dialami oleh pria usia 65 tahun
4) Atropi vulva
5) Vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi kurang.
6) Daya seksual : orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya.
Tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi seksual cenderung menurun secara
bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan
terus sampai tua
i. System endokrin
1. Produksi dari hampir semua hormone menurun
2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3. Menurnnya aktifitas tiroid
4. Menurunnya produksi aldosteron
5. Menurunnya sekresi hormone kelamin.
j. System integument
1. Kulit mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak
2. Kulit kpala dan rambut menipis berwarna kelabu
3. Rambut dalam hidung dan telinga menebal
4. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi kuku
jari menjadi keras dan rapuh
5. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
6. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
k. System muskuloskletal
1. Tulang kehilngan density(cairan) dan makin rapuh
2. Kifosis
3. Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbats
4. Discus invertebralis menipis dan menjadi pendek
5. Persendian membesar dan menjadi kaku
6. Tendon mengkerut dan mengalami sceloris
7. Atrofi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot kram dan
menjadi tremor

D. Penyakit Pada Alat Pencernaan Dan Pengobatannya


1. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami pengerasan
feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada penderitanya.
Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, akibat samping obat-obatan
(Aluminium hidroksida (dalam antasid yang dijual bebas), Garam bismuth, Garam
besi, Antikolinergik, Obat darah tinggi (anti-hipertensi), Golongan narkotik, Beberapa
obat penenang dan obat tidur), dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi
disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit
dikeluarkan.
2. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga
gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Faktor
kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah
makan. Pengobatannya Untuk cara mengobati Diare adalah dengan Perawatan yang
terpenting untuk mengobati diare adalah memastikan kecukupan asupan cairan dan garam
(elektrolit). Untuk gejala ringan sampai sedang, Anda bisa menggunakan obat-obatan
ringan yang dapat mengurangi diare bahkan dapat menjadi Cara Mengobati Diare. Pada
kasus yang parah dan pada anak-anak, wanita hamil, dan orang tua (lansia) yang bisa
berbahaya bila kehilangan banyak cairan, pemberian infus mungkin diperlukan. Bila
penyebabnya adalah keracunan makanan, dokter mungkin perlu memberikan obat-obatan
untuk membunuh patogen yang berada di usus dan mencegah kerusakan mukosa lebih
lanjut. Obat antispasmodik dapat membantu mengurangi nyeri kolik abdomen dan salah
satu Cara Mengobati Diare.
3. Wasir atau hemoroid.
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam anyaman
pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar
(BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu
diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat
volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan
dapat merangsang wasir.
Untuk Mengatasi, Mengobati & Menyembuhkan Wasir / Ambeyen / Hemoroid. Untuk
menghilangkan wasir secara total sebaiknya anda menjalankan beberapa tips
menyembuhkan wasir serta melakukan konsultasi dengan dokter.
a. Jalankan pola hidup sehat
b. Olah raga secara teratur
c. Makan makanan berserat
d. Hindari terlalu banyak duduk atau nongkrong di wc / toilet
e. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll
f. Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar
g. Minum air yang cukup
h. Jangan menahan kencing dan berak
i. Jangan suka menggosok dan menggaruk dubur berlebihan
j. Jangan mengejan / mengeden / ngeden berlebihan
k. Jika tidak ingin pup / bab jangan dipaksa
l. Duduk berendam pada air yang hangat
m. Minum obat sesuai anjuran dokter
4. Kanker usus
Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh
dunia. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan binatang sebagai percobaan,
kandungan kalsium yang banyak terdapat pada susu mampu melindungi usus dari
serangan kanker. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang
dikonsumsi sangat positif dakam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap
kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko
dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa
mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan
dari susu. Pengobatan Kanker Usus. Empat jenis utama pengobatan untuk kanker
kolorektal adalah Pembedahan, Radioterapi, Kemoterapi, Target terapi Pembedahan
biasanya merupakan pengobatan utama untuk kanker usus stadium awal.
5. Kanker Lambung
Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau masalah medis. Tetapi
kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan atau berkembang menjadi kanker.
Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma. Kanker lambung
lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih
sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25 % kanker tertentu terjadi pada orang di
bawah usia 50 tahun. Di Cina, Jepang, Cili dan Iceland, kanker lambung sering sekali
ditemukan. Di AS, lebih sering terjadi pada orang miskin, orang kulit hitam dan orang
yang tinggal di utara. Dan merupakan penyebab kematian no 7, yang terjadi pada sekitar
8 dari setiap 100.000 orang. Faktor makanan tertentu diperkirakan berperan dalam
pertumbuhan kanker lambung. Faktor-faktor ini meliputi asupan garam yang tinggi,
asupan karbohidrat yang tinggi, asupan bahan pengawet (nitrat) yang tinggi, dan asupan
sayuran hijau dan buah yang kurang.

E. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan


Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari endoskop (tabungserat
optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari
dalam tubuh), rontgen, ultrasonografi (USG), perunut radioaktif, dan pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis,
menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan. Pada
beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu. Ada juga
pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan
pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus. Langkah pertama dalam
mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan
fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter
mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya
kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan
gejala-gejalanya
1. Pemeriksaan Kerongkongan
a. Pemeriksaan barium. Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati
kerongkongan dipantau melalui Fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang
memungkinkan barium diamati atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa
melihat kontraksi dan kelainan Anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau
ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video. Selain
cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa
ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi
secara normal
b. Manometri. Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat
pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya
disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat
mendorong makanan secara normal atau tidak.
c. Pengukuran pH kerongkongan. Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan
pada saat manometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi
refluks asam atau tidak.
d. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan). Pada pemeriksaan ini sejumlah
kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang
nasogastrik.Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada
disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik
untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
e. Intubasi. Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui
Hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa digunakan
untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah
dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi,
tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau
pengobatan).
2. Rontgen
a. Foto polos perut. Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang
tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk
menunjukkan suatu penyumbatan, kelumpuhan saluran pencernaan, pola udara
Abnormal di dalam rongga perut, pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa)
b. Pemeriksaan barium.Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak
putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan
lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di
daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises
kerongkongan.Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk
menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk
mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa
direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan,
dokter dapat menilai fungsi kerongkongan dan lambung, kontraksi kerongkongan dan
lambung, penyumbatan dalam saluran pencernaan. Barium juga dapat diberikan
dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan
foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak
nyaman. Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan
dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur. Setelah
pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang
berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
3. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil
cairannya.Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya
mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan
tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya
limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan
pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
4. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ
dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan
pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat
menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan
permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan
penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur
yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat
kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut
dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar
monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.

F. Perubahan Fisik Pada Lansia Pada Sistem Pencernaan


Perubahan yang terjadi pada system pencernaan lansia adalah :
1. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa
manis, asin, asam & pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun.
5. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7. Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis, social
dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh menyangkut
aspek tersebut.
1. Biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan
menanyakan tentang:
a. Pandangan lansia tentang kesehatannya
b. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
c. Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran
d. Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
h. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat
i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan dengar
untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument,
muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris
misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman.
3. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk melihat
fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji alam perasaan,
orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir yang
lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan. Hal-hal yang perlu
dikaji pada lansia meliputi :
a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
b. Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
c. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
d. Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
e. Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
f. Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
h. Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll
4. Sosial – ekonomi
Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya
maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organisasi
social. Status ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari penghasilan yang mereka
peroleh.
Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait dengan
harga dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa dirinya berharga karena
masih mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal-hal yang
perlu dikaji antara lain :
a. Apa saja kesibukan lansia
b. Dari mana saja sumber keuangannya
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia
e. Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
f. Siapa saja yang biasa mengunjunginya
g. Seberapa besar ketergantungannya
h. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada
5. Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan
sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan
tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. yang perlu dikaji pada lansia :
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-lain
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika
menghadapi masalah
d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
6. Fisik / biologi
a. gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan
makanan yang tidak adekuat
b. gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan
c. kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri
d. resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap penurunan
fungsi tubuh tidak adekuat
e. perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif
f. gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
g. gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas atau adanya
sekret pada jalan napas
h. gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain
7. Psikologis - sosial
a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu
b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan
perasaan secara tepat
f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.
8. Spiritual
a. Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi
kematian
c. Marah terhadap tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah
secara tepat.
B. Perencanaan
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan tujuan agar
lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang melakukan perawatan di
rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin
sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung
pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar
antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

C. Tindakan keperawatan :
1. Pemenuhan Kebutuhan Nutris
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan
kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan tulang
(osteoporosis) dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin hari tua
yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat disebabkan oleh factor
fisik, psikologi dan sosial. Penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan
kurang sempurna dan rasa kurang nyaman saat makan karena gigi geligi kurang lengkap,
rasa penuh diperut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus
akan menyebabkan nafsu makan lansia kurang. Perubahan peran karena tugas-tugas
perkembangan pada lansia menyebabkan timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat
menyebabkan lansia menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali keluarga /
lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk menentukan
keinginan lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan berlebihan
Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah :
a. Gizi berlebihan ;Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila pada
lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas dapat
menyebabkan berat badan berlebihan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus
berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah, kencing
manis, tekanan darah tinggi dan sebagainya.
b. Gizi berkurang: Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun
berkurang dapat menyebabkan banyak kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki
misalnya : rambut cepat rontok, daya tahan terhadap penyakit organ tubuh yang vital.
Gizi kurang dapat disebabkan oleh masalah sosial ekonomi gangguan penyakit, serta
ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan kebiasaan makanan yang salah dari
usia mudah.
c. Kekurangan vitamin : Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran
dalam makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan protein dalam
makanan.
d. Kelebihan vitamin : Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa
resep dokter, yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang berlebihan dari
vitamin ini akan terbuang tanpa guna dan mempertinggi biaya.
2. Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia
Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu lintas dan
kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana fleksibilitas dari kaki mulai
berkurang, ditandai dengan timbulnya masalah mobilisasi akibat nyeri, pada sendi-sendi.
Situasi tersebut menyebabkan usila tidak mampu menyanggah tubuhnya dengan
baik.Selain itu penurunan fungsi pengindaraan dan pendengaran menyebabkan lansia
tidak dapat mengamati situasi sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan lalu
lintas dan luka baker. Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang
tidak tepat untuk lansia, misalnya pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak
rata, tangga yang tidak diberi tanda pengaman, kursi atau tempat tidur yang mudah
bergerak.Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan yang harus
dilakukan antara lain:
a. Klien / lansia
1) biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
2) latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
3) biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
4) jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan persyarafan, latih
klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat bantu berjalan
5) bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang menggunakan
obat penenang atau diuretika
6) menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu
7) usahakan ada yang menemani jika bepergian.
b. Lingkungan
1) tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di observasi
apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia
2) letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
3) gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
4) letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan alat-alat
yang selalu digunakan
5) upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
6) kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang menggunakan
7) pasang pegangan dikamar mandi
8) hindari lampu yang redup dan menyilaukan
9) sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt
10) jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk memejamkan
mata sesaat
11) gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet
c. Memelihara kebersihan diri
Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran / motivasi untuk
melakukan perawatan diri secara teratur. Kadang kala kurangnya perawatan diri pada
lansia akibat penurunan daya ingat, sehingga tidak dapat melakukan upaya kebersihan
diri secara tepat dan teratur. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan lansia pada usia
muda. Jika usila tersebut pada saat mudanya orangnya rapi, tentu ia akan tetap
melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik, perawatan diri yang kurang dapat
pula akibat dari kelemahan atau ketidakmampuan fisik lansia. Akibat dari proses
penuaan kelenjar keringat berkurang seringkali kulit lansia bersisik dan kering. Upaya
yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:
1) mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.
2) menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung miyak
atau berikan skin lotion
3) mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan
gunting kuku
d. Memelihara keseimbangan istrahat dan tidur
Pada umunya lansia mengalami gangguan tidur, upaya yang dapat dilakukan antara
lain:
1) menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman
2) mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan
3) melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan sirkulasi darah
dan melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat dilakukan sesuai hobby,
misalnya berkebun, berjalan santai, dll.
4) memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu hangat.
e. Meningkatkan hubungan interpersonal
Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat yang menurun, pikun,
depresi, lekas marah dan mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan karena
hubungan inter personal yang tidak adikuat. Upaya yang dilakukan antara lain:
1) berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata
2) memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan
dilakukan
3) menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia
4) memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan / terhadap respon verbal
dan non verbal lansia
5) melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia
6) menghargai pendapat lansia

D. Diagnosa keperawatan:
Resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan dan
pandangan.
1. Tujuan jangka panjang:
Lansia dapat memelihara kemanan dan keselamatan dan tidak terjadi trauma fisik
2. Tujuan jangka pendek: setelah tindakan keperawatan, lansia dapat:
a. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi akibat penglihatan berkurang
b. Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa trauma fisik
E. Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Jelaskan penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan
3. Jelaskan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan akibat penurunan fungsi tubuh
4. Ciptakan lingkungan atau ruangan yang cukup penerangan, lantai tidak licin dan basah
5. Hindari lantai kamar mandi dan wc yang licin dan beri pegangan dan pasang bel
6. Dekatkan barang-barang keperluannya seperti: kacamata, sikat gigi, alat cukur, dll.
7. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya bila perlu bantuan
8. Perhatian khusus pada lansia yang baru dapat jalan belum siap mobilisasi atau lansia
dengan lingkungan baru
9. Ajarkan cara menggunakan alat bantu, pindah / turun dari tempat tidur, bangun pada
malam hari untuk bak
10. Jelaskan efek samping dari obat dan cara-cara minum obat. Ulangi dan perkuat instruksi
dengan instruksi tulisan.
11. Libatkan keluarga dalam perawatan lansia
12. Ulangi penjelasan-penjelasan bila diperlukan dengan kata-kata sederhana dan spesifik

F. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti, perlahan-lahan dan sabar, ulangi penjelasan yang belum dimengerti.

G. Evaluasi
Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal dan non verbal
lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan mengacu pada
tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk menyusun rencana tindak lanjut keperawatan.
Selain asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan asuhan keperawatan
keluarga lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga di rumah.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan
menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat).

B. Saran
Dalam penulisan masih terdapat banyak kekurangan dan kata-kata yang kurang dipahami
oleh karena itu kritik yang membangu dari pembaca sangat diperlukan untuk lebih
menyempurnakan makalah ini.
A.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo R.B, Martono H, (2000), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI, Jakarta
Price SA, Lorraine M, (1995), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Edisi
IV, EGC, Jakarta
Mansjoer a,dkk,(1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media Euskulapius FKUI,
Jakarta
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta
FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta
Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta
Engram B, (2000), Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC, Jakarta
Tuker SM et al, (1992),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta
Suparman dkk, (1990), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Buku ajar geriatri. Jakarta : balai penerbit fkui gallo, joseph.1998.
Buku saku gerontologi. Jakarta : egc nugroho, wahjudi.2000.
Keperawatan gerontik.jakarta : egc potter & perry.2005.
Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4.jakarta :egc a.h. markum, 1991,
Buku ajar kesehatan anak, jilid i, penerbit fkui ngastiyah, 997, perawatan anak sakit, egc, jakarta
Price & wilson 1995, patofisologi-konsep klinis proses-proses penyakit, buku 1, ed.4, egc,
Jakarta
Soetjiningsih 1998, tumbuh kembang anak, egc, jakarta soeparman & waspadji, 1990, ilmu
penyakit dalam, jilid i, ed. Ke-3, bp fkui, jakarta

Anda mungkin juga menyukai