Anda di halaman 1dari 62

Asuhan

Keperawatan
Ibu Hamil, Remaja &
Penyalahgunaan Napza
dengan HIV/AIDS

Ns. Siti Hajar Salawali, M.Kep.,


Sp.Kep.J
OUTLINE
Asuhan Keperawatan
01 Pada Ibu Hamil dengan
HIV/AIDS

Asuhan Keperawatan
02 Remaja dengan HIV/AIDS

Asuhan Keperawatan
03 Penyalahgunaan NAPZA
dengan HIV/AIDS
PENDAHULUAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV adalah retrovirus yang biasanya
adalah virus jenis retrovirus yang menyerang organ vital sistem kekebalan
meyebabkan seseorang terinfeksi HIV dan manusia seperti sel T CD4+ (sejenis sel T),
akan berkembang menjadi AIDS (Acquired makrofag, dan sel dendritic.
Immuno Deficiency Syndrome)
PENDAHULUAN
HIV secara langsung dan tidak langsung
merusak sel T CD4+, padahal sel T CD4+
dibutuhkan agar sinstem kekebalan tubuh
berfungsi baik.

Jika HIV membunuh sel T CD4+ sampai


terdapat kurang dari 200 sel TCD4+ per
mikroliter (µL) darah maka kekebakalan
selular akan hilang, dan akibatnya ialah
kondisi yang disebut AIDS
PENDAHULUAN
AIDS (Acquired Immuno Deficinecy Syndrome
adalah suatu kumpulan gejala yang
menunjukkan adanya kelemahan/ kerusukan/
penurunan daya than tubuh yang disebabkan
olehmasuknya virus HIV dalam tubuh seseorang.

AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari


infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam
respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata
hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan
dengan berbagai infeksi yang dapat membawa
kematian dan dengan kelainan malignitas yang
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fcdn.yukepo.com%2Fcontent-
jarang terjadi.
images%2Flisticle-
images%2F2016%2F12%2F02%2F17876.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.yukepo.com%2Fhibu
ran%2Flife%2Fmengerikan-kumpulan-foto-penderita-virus-hivaids-ini-bikin-bulu-kudukmu-
terpental%2F&tbnid=Kv5QOrSc5a8q9M&vet=10CG0QMyjkAmoXChMI0JPZ_5PM8QIVAAAAAB0AAAA
AEAQ..i&docid=pUo5h_QQ1YW8WM&w=751&h=500&q=gambar%20AIDS&safe=strict&ved=0CG0QM
yjkAmoXChMI0JPZ_5PM8QIVAAAAAB0AAAAAEAQ
PENDAHULUAN
Kerusakan peogresif pada sistem
kekebalan tubuh menyebkan ODHA (orang
dengan HIV/AIDS) amat rentan dan mudah
terjangkit bermacam-macam penyakit.

Serangan penyakit yang biasanya tidak


berbahaya pada orang yang tidak terinfeksi
pun lama-kelamaan akan menyebabkan
pasien sakit parah bahkan meninggal
STATISTIK
Data WHO 2017 menunjukkan sebanyak 36,9
juta kasus HIV di Dunia dan 9,52% diantaranya
adalah ASEAN.

Indonesia jumlah HIV meningkat sejak tahun


2005 sampai 2017.
Tahun 2015 – HIV/AIDS : 30.955 kasus
Tahun 2016 – HIV/AIDS : 41.250 kasus
Pertangahan Tahun 2017 tercatat 10.376 kasus

Data dari UNAIDS tahun 2014 menyatakan


bahwa HIV/AIDS di Indonesia bertumbuh lebih
cepat dari negara-negara Asia Tenggara
terutama pada rentan 25-49 tahun.
STATISTIK
1997-2014 :
Kasus HIV/AIDS tertinggi pada
umur 20-29 tahun (32,9%), 30-39
tahun (28,5%).

Laki-Laki: 54 %
Perempuan : 29 %

IRT : 6.539
Wiraswasta : 6.203
Karyawan : 5.638
Petani/peternak/nelayan: 2.324
Buruh Kasar :2.169
Penjaja seks : 2.052 Heteroseksual : 61,5 %
PNS : 1.658 Perinatal :2,7%
Mahasiswa/pelajar : 1.295 Homoseksual : 2,4%
Askep pada Ibu
Hamil dengan
HIV/AIDS

01
Kasus HIV/AIDS tertinggi pada
umur 20-49 tahun

Masalah Kesehatan reproduksi


yang cukup serius pada usia
subur terutama pada IBU
HAMIL
PERLU DILAKUKAN TES
HIV kepada semua IBU
Di Indonesia 6,5 juta
perempuan menjadi populasi HAMIL terlebih yang
rawan tertular HIV, mempunyai perilaku
lebih dari 30 % diantaranya berisiko atau suaminya
melahirkan bayi yang tertular
HIV.
berperilaku berisiko

Pada 2015 diperkirakan


penularan pada 38.500 anak
yang lahir dengan infeksi HIV
Komplikasi pada Ibu Hamil

Ibu hamil dengan HIV/AIDS mengalami


perubahan fisik dan psikologis serta
memiliki komplikasi kehamilan baik
pada ibu maupun pada janin.

Komplikasi kehamilan diantaranya :


• Ruptur saat persalinan
• Bayi lahir cacat
• Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
• Bayi lahir premature
• Janin tertular HIV
Perubahan Perubahan
Psikologis Fisik

● Ambivalensi Ketidaknyamanan perinatal :


● Perasaan ragu-ragu akan ● Keletihan yang hebat
kehamilannya
● Anaroksia
● Kehawatiran berlebihan
terhadap janin ● Penurunan berat badan

● Post partum baby blues bahkan


Bobak, Lowdermik
depresi
& Jensen, 2005
Reeder et al., 2013
Periode Penularan
pada ibu Hamil
Persiapan Kehamilan
Bila ODHA mempunyai keinginan untuk
hamil maka perlu memperhatikan
beberapa hal : mempertimbangkan
Kesehatan umumnya, melakukan
pemeriksaan yang sesuai & mengobati
infeksi menular seksual bila ada.

✓ Persiapan kehamilan bila 1 pasangan


positif HIV
Bila laki-laki positif dan perempuan negatif
maka kehamilan akan dilakukan dengan cara
aman yaitu pencucian sperma
Periode Penularan
pada ibu Hamil
Persiapan Kehamilan
Bila Perempuan Positif dan laki-laki negatif
maka kehamilan akan dilakukan dengan
betbagai cara kreatif untuk mengumpulkan air
mani, satu cara dengan menggunakan kondom

✓ Persiapan kehamilan kedua pasangan


positif
Perlu diperhatikan Viral Load masing-masing. Jika
1 VL rendah & pasangan satunya VL tinggi atau
sama-sama tinggi maka berisiko tinggi terhdap
hasil pembuahan yang dihasilkan. Risiko juga bila
salah satu resisten terhadap ARV
Viral load yaitu jumlah
partikel virus dalam 1 ml
atau 1 cc darah.
Semakin banyak jumlah
partikel virus dalam darah
berarti semakin tinggi
risiko Anda untuk
menularkan virus dan
mengalami komplikasi HIV
Periode Penularan
pada ibu Hamil
Penularan HIV dari
Ibu ke Janin
Belum ditemukan secara detail
bagaimana proses penularana HIV dari
ibu ke janin, hamun Sebagian besar
penularan HIV dari ibu ke janin terjadi
saat persalinan
Periode Penularan
pada ibu Hamil
100 bayi terlahir pd ibu HIV+ yang
60-75 bayi
menyusui, tanpa intervensi:
HIV-

5-10 bayi
terinfeksi ±15 bayi 5-15 bayi Penularan HIV
dalam terinfeksi terinfeksi
kandungan waktu lahir melalui ASI dari Ibu ke
: Janin

Penularan HIV dari Ibu ke Janin


20-40 bayi terinveksi HIV (Sumber: Chris W Greens, 2005)
Periode Penularan
pada ibu Hamil
Pentinganya ARV pada ARV sangat di perlukan saat kehamilan.
ODHA Hamil Dengan menggunakan ARV diharakan
akan menghambat perkembangan virus
sehingga tidak ada peningkatan viral
load.

Karena jika terjadi peningkatan viral load


pada ibu hamil maka akan berisiko terjadi
penularan antara ibu ke janin.

Selain pemberian ARV, pemenuhan gizi &


konseling sangat dibutuhkan oleh ibu
ODHA.
Periode Penularan
pada ibu Hamil
Gizi pada ODHA Ibu
Hamil
Syarat diit pada ibu hamil
dengan ODHA sama dengan
ibu hamil normal.

Yaitu penambahan sebesar


500 kkal dan penambahan
mikronutrien dari bahan
makanan yang mengandung
Fe, ca dan asam folat,
Periode Penularan
pada ibu Hamil
Gizi pada ODHA Ibu
Rekomendasi kenaikan BB pada ODHA Hamil
Kategori Total Rekomendasi
IMT kenaikan kenaikan BB /minggu:
sebelum (Kg) Trimester II dan III
kehamilan
IMT < 19,5 125,5-18,0 ≥ 0,5 kg

IMT 19,5 -25,9 11,5-16,0 0,5 kg

IMT 26,0-29,0 7,0-11,5 0,3 kg

IMT . 29,0 <7 0,3 kg

Sumber: Nutrient care & support for pregnant and lactating women &
adolencent girl, HIV-Guideline Source Intitute of Medicine (1990) dalam
Kepmenkes (2010)
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan
pada persalinan ibu
ODHA
Persalinan ibu ODHA hendaknya
ditolong oleh tenaga kesehatan yang
profesional dengan meminimalkan
prosedure invasif dan menerapkan
universal precaution dengan baik.

Menurut berbagai penelitian, kelahiran


dengan operasi caesar memang bisa
menurunkan risiko penularan HIV/ AIDS
dari ibu ke bayi saat persalinan. Terutama
jika viral load ibu menjelang persalinan
terhitung tinggi.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan
pada persalinan ibu
ODHA

Menurut The European Mode of Delivery


Collaboration (1999) dalam Ruslaina,S
(2003) sebuah penelitian yang dilakukan
dengan pengambilan sample randomisasi
membuktikan bahwa pada bayi yang lahir
secara sectio saesaria mengalami
transmisi vertikal HIV sebesar 1,8%,
sedangkan yang lair pervaginam
mengalami transmisi vertikal 10,6%.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan
pada ODHA yang
Menyusui
• Menurut WHO bayi yg baru lahir dari ibu ODHA
masih diperbolehkan mendapatkan ASI.

Jika ASI diberikan oleh ibunya syarat : harus


mengkonsumsi ARV & ASInya dipanaskan minimal
66⁰C untuk mematikan virus.

Atau diberikan ASI dari pendonor yang tanpa HIV.


Beberapa hal yang
perlu diperhatikan
pada ODHA yang
Menyusui
• Jika bayi tidak mendapatkan ASI, maka
diberikan susu formula yang memenuhi
persyaratan AFASS (Acceptance, Feasible,
Affordable,Sustanable, Safe).

Tidak dianjurkan pemberian makanan bagi


bayi dari ibu ODHA yaitu ASI bersamaan
dengan susu formula atau dengan
makanan/minuman,
Lalu menghentikan pemberian ASI
sebelum 6 bulan.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada ODHA yang
Menyusui
Perawatan pada Bayi Baru Lahir
dari ibu ODHA

1. Imunisasi tetap diberikan, keculai vaksin


hidup BCG, Polio, dan campak.
2. Hindari luka pada bayi
3. Popok kotor selalu direndam dengan
detergen
Pedoman Manajemen Program
Pencegahan Penularan HIV & Sifilis dari
Ibu ke Anak - Kemenkes RI, 2015
Permenkes RI No 51/2013 tentang pedoman PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari
Ibu ke Anak) & Peraturan Menkes No 21/2013 tentang Penaggulangan HIV dan AIDS
Permenkes RI No 52 tahun 2017 tentang “Eliminasi Penularan Human
Immunodeficiency Virus, Sifilis, & Hepatitis B dari Ibu ke Anak”

Boks 1. Tes HIV pada Ibu Hamil

● Di daerah epidemi meluas dan terkonsetrasi : semua


Ibu Hamil WAJIB mendapatkan tes HIV

● Di daerah epidemi rendah : tes HIV diprioritaskan untuk


ibu hamil dengan IMS dan tuberkulosis
Pedoman Manajemen Program
Pencegahan Penularan HIV & Sifilis dari
Ibu ke Anak - Kemenkes RI, 2015
Permenkes RI No 51/2013 tentang pedoman PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari
Ibu ke Anak) & Peraturan Menkes No 21/2013 tentang Penaggulangan HIV dan AIDS

Boks 2. Ibu Hamil dengan HIV : Pengobatan,


Cara persalinan, KB dan Pemberian ASI

● Pengobatan ARV diberikan epada ibu hamil segera setelah diketahui bahwa
hasil test HIV-nya positif tanpa memperhitungkan jumah CD4 dan umur
kehamilan
● Persalinan pada ibu dengan HIV dapat dilakukan secara pervaginam, kecuali
bila ada indikasi medis
● Semua ibu hamil dengan HIV diberi konseling & pelayanan KB
postpartum.semua metode kontarasepsi dapat diberikan keculai kontrasepsi
hormonal yang mengurangi efektivitas ARV
● ASI ekslusif dapar diberikan dengan mengikuti syarat-sayarat tertentu
● Untuk pencegahan penularan infeksi HIV tetap dianjurkan kondom pada
setiap berhubungan seksual
Asuhan Keparawatan pada Ibu
ODHA mulai dari Hamil sampai dengan Persalinan
a. Risiko gangguan hubungan ibu-janin
Faktor resiko: Gangguan metabolisme glucosa • Diskusikan pentingnya perawatan prenatal
(mis, DM, pengunaan steroid), gangguan sepanjang periode kehamilan dengan melibatkan
transport oksigen (karena anemia, hipertensi, pasangan atau anggota keluarga yang lain dalam
asma, penyakit jantung), komplikasi kehamilan pelaksanaan
(mis; ketuban pecah dini, kehamilan kembar, • Monitor denyut jantung janin
plasenta previa), perawatan prenatal tidak • Ukur tinggi fundus uteri dan bandingkan dengan
adekuat, ibu sedang menjalani program usia kehamilan
pengobatan. • Monitor gerakan janin
• Anjurkan untuk mengikuti klas ibu hamil
NOC: status antepartum • Monitor kenaikan berat badan
NIC: Perawatan prenatal • Monitor presentasi
• Monitor tekanan darah
• Identifikasi kebutuhan individu, • Minta klien segera melaporkan jika ada tanda
kekawatiran dan meningkatkan bahaya selama kehamilannya
keterlibatan individu dalam mengambil • Diskusikan kebutuhan nutrisi
keputusan • Diskusikan tingkat aktivitas bersama dengan klien
Asuhan Keparawatan pada Ibu
ODHA mulai dari Hamil sampai dengan Persalinan
a. Risiko gangguan hubungan ibu-janin NOC: Status Intranatal
NIC : Perawatan intrapartum ; resiko tinggi
NIC: Perawatan prenatal persalinan
• Minta kien untuk selalu melakukan
pemeriksaan laboratorium (Misal; viral load, • Informasikan pasien dan orang terdekat
CD4, Hb, Gula darah dan kadar protein urin) mengenai prosedure yang akan dilakukan dan
• Diskusikan mengenai seksualitas personil tambahan untuk antisipasi selama
• Beri dukungan kepada klien terkait dengan proses kelahiran
kehamilannya yang beresiko kepada • Siapkan peralatan yang sesuai, termasuk
bayinya monitor electronik janin (NST, Dopler), USG,
mesin anastesi, perlengkapan resusitasi
• Monitor status psikologi klien dan pasangan
neonatus.
• Bantu klien dalam persiapan persalinan
• Beritahu asisten tambahan untuk mendampingi
• Berikan bimbingan kepada klien mengenai
persalinan (misal perawat ahli neonatus dan ahli
perawatan bayi baru lahir dan masalah post
anastesi)
partum yang berbeda dengan ibu normal
• Beri bantuan untuk memakai jubah dan sarung
(bukan ODHA)
tangan tim kandungan
• Lakukan tindakan universal
Asuhan Keparawatan pada Ibu
ODHA mulai dari Hamil sampai dengan Persalinan
a. Risiko gangguan hubungan ibu-janin b. Risiko ketidakefektifan proses
NIC: Perawatan intrapartum ; resiko tinggi kehamilan-melahirkan
persalinan NOC : penerimaan status kesehatan
• Pantau terus denyut jantung janin NIC : bimbingan antisipatif
• Catat waktu kelahiran
• Bantu dengan resusitasi neonatus jika perlu • Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan
• Dokumentasikan semua prosedur yang perkembangan situasi krisis yang akan terjadi
dilakukan dan efek situasi krisis yang dapat berdampak
• Jelaskan karakteristik bayi baru lahir dengan pada klien dan keluarga
resiko (misal pemeriksaan laboratorium untuk • Berikan informasi mengenai harapan-harapan
mengetahui positif HIV atau tidak) yang realistis terkait dengan kondisi klien
• Amati adanya resiko perdarahan pada ibu • Pertimbangkan metode yang bisa digunakan
postpartum klien dalam memecahkan masalah
• Bantu ibu untuk pulih dari anastesi dengan • Gunakan contoh kasus untuk meningkatkan
baik kemampuan memecahkan masalah
• Jika memungkinkan kondisinya dorong • Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber
interaksi orang tua dengan bayinya dengan yang tersedia dan pilihan yang tersedia
segera terhadap tindakan dengan cara yang tepat
Asuhan Keparawatan pada Ibu
ODHA mulai dari Hamil sampai dengan Persalinan
b. Risiko ketidakefektifan proses Faktor yang berhubungan : faktor biologis,
kehamilan-melahirkan gangguan psikososial, ketidak mampuan makan,
kurang asupan makanan
NIC : bimbingan antisipatif
• Latih tehnik yang digunakan untuk NOC: Status nutrisi
beradaptasi terhadap perkembangan situasi NIC : Manajemen berat badan
risis dengan klien secara tepat
• Sediakan bahan rujukan secara tepat (misal; • Tentukan status gizi pasien dan tentukan
pamflet, bahan-bahan pembelajaran) kemampuan pasien dalam memenuhi status
• Berikan nomor telepon anda untuk dihubungi gizinya
klien jika diperlukan • Identifikasi intoleransi atau alergi makanan yang
dimiliki pasien
c. Risiko ketidakefektifan proses • Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau
kehamilan-melahirkan piramida makanan yang paling cocok dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi
Batasan karakteristik: bising usus hiperaktif, • Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
diare, kurang minat pada makanan, dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
penurunan berat badan, tonus otot menurun,
sariawan pada rongga mulut.
Asuhan Keparawatan pada Ibu
ODHA mulai dari Hamil sampai dengan Persalinan
c. Risiko ketidakefektifan proses • Tawarkan makanan yang ringan dan padat gizi •
• Pastikan diet mengandung serat yang cukup
kehamilan-melahirkan
supaya tidak terjadi konstipasi
NIC : Manajemen berat badan • Dorong klien untuk melakukan bagaimana
memilih bahan makanan, mengolah dan
• Berikan pilihan makanan sambil menyiapkan makanan dengan aman bagi
menawarkan bimbingan terhadap pilihan ODHA
makan yang lebih sehat
• Ciptakan lingkungan yang optimal pada d. Nyeri Persalinan
saat mengkonsumsi makan Batasan karakteristik: penyempitan fokus,
• Pastikan makanan disajikan secara menarik perilaku distraksi, perilaku ekspresif, perubahan
dan pada susu yang cocok untuk frekuensi nafas dan jantung, perubahan pola
dikonsumsi tidur, perubahan tekanan darh, perubahan
• Lakukan perawatan mulut sebelum makan tegangan otot.
jika diperlukan Faktor yang berhubungan : dilatasi seviks dan
• Berikan obat-obat sebelum makan jika ekspulsif fetal
diperlukan (misal; penghilang rasa sakit,
antiemetik) NOC : Manajemen Nyeri
NIC : Manajemen nyeri
Asuhan Keparawatan pada Ibu
ODHA mulai dari Hamil sampai dengan Persalinan
d. Nyeri Persalinan • Tentukan dampak nyeri pada kualitas hidup pasien
seperti, perasaan, nafsu makan, tidur
NIC : Manajemen nyeri • Gali bersama klien hal-hal yang dapat menurunkan
• Lakukan pengkajian nyeri komprehensif nyeri atau sebaliknya
yang meliputi lokasi, karakteristik, • Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
durasi/onset, frekuensi, kualitas, intensitas • Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. • Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri dan
• Obsevasi adanya petunjuk non verbal menangani nyerinya dengan tepat
mengenai ketidak nyamanan terutama • Ajarkan penggunaan tehnik non farmakologi,
pada mereka yang tidak dapat seperti; TENS, relaksasi, hypnosis, biofeed-back,
berkomunikasi efektif terapi musik, akupresure, kompres panas/dingin,
• Gunakan strategi komunikasi terapeutik massage)
untuk mengetahui pengalaman nyeri dan • Evaluasi keefektifan dari implementasi mengontrol
sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri yang digunakan
nyeri • Berikan infoermasi yang akurat untuk meningkatkan
• Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien pengetahuan dan respon keluarga terhadap
mengenai nyeri pengalaman nyeri
• Pertimbangan masalah budaya terhadap • Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri,
respon nyeri jika memungkinkan.
Asuhan Keparawatan pada Ibu
ODHA mulai dari Hamil sampai dengan Persalinan
e. Diskontinuitas pemberian ASI • Pantau keluhan nyeri pada payudara karena
Batasan karakteritik: tidak diberikan ASI pembengkakan payudara
atau pemberian ASI non ekslusif • Anjurkan pasien tindakan untuk mengurangi
Faktor yang berhubungan: bayi dirawat, ibu nyeri payudara karena bendungan ASI
bekerja, kebutuhan untuk segera menyapih (kompres es atau daun kubis dingi pada
bayi, kontra indikasi untuk menyusui, payudara dan penggunaan analgesik)
penyakit bayi, penyakit ibu, perpisahan ibu • Berikan obat supresi laktasi
dan bayinya • Dorong pasien untuk memakai alat yang
mendukung sehingga laktasi bisa ditekan
NOC: Penyapihan menyusui (misal: pembebatan payudara atau
NIC : Supresi laktasi penggunaan BH yang pas untuk menekan
payudara)
• Diskusikan pilihan mengeluarkan ASI guna • Berikan bimbingan antisipasif terhadap
mengurangi tekanan pada payudara (misal perubahan fisiologis ( yaitu adanya kram
dengan cara manual, menggunakan rahim dan produksi ASI yang sedikit pasca
tangan atau pompa listrik) supresi)
• Bantu klien untuk menentukan jadwal • Diskusikan dengan klien tentang perasaanya
memompa (frekuensi dan durasi) terkait dengan penghentian aktivitas
menyusui.
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian

Mapping of pregnant
women with HIV

Psychology Coping strategy


• feeling anxious • pray and belief The role of
• worries and fears • isolation and health workers
about the situation treatment • providing good
• self-closing and • self- quality
rejecting with the acceptance • bad service
result of suiciede • positive side
Askep pada
Remaja dengan
HIV/AIDS

02
Siapa itu Remaja ?
Remaja merupakan periode
transisi dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa yang ditandai
dengan percepatan
perkembangan fisik, mental,
dan emosional. Remaja berada
pada rentang 12-21 tahun
(Potts & Mandleco, 2012)

Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 25
pada tahun 2014, remaja
merupakan individu dengan
usia antara 10 hingga 18 tahun,
dimana pada usia tersebut terjadi
perubahan dalam pertumbuhan
dan perkembangan.
Prevalensi Remaja
United Nations Children’s Fund
(UNICEF), menunjukkan hasil survey
bahwa 16% penduduk yang ada di
dunia (1,2 milyar penduduk)
merupakan remaja (UNICEF, 2016)

Indonesia jumlah remaja mencapai


hingga 17,15% atau 44,9 juta jiwa
dari total penduduk yaitu 261,9 juta
jiwa (Kementerian Kesehatan RI, Kasus HIV 1997-2014
2018)
Mahasiswa/pelajar : 1.295
Sedangkan jumlah remaja di
Provinsi Sulawesi Tengah Remaja HARUS Menghadapi
mencapai 18,66% atau 536.8 ribu perubahan fisik, kognitif, dan
jiwa dari total penduduk 2,876 juta emosional yang dapat
jiwa (Badan Pusat Statistik menimbulkan kondisi stress dan
Provinsi Sulawesi Tengah, 2016) memicu perilaku unikpada
remaja
Tugas Perkembangan yang
harus dicapai
● Mencapai kemampuan membina hubungan yang
lebih dewasa dengan teman sebaya dai kedua
gender

● Mencapai kemampuan dalam meaksanakan peran


sosial maskulin & feminism

● Menerima perubahan fisik & menjaga tubuh secara


efektif

● Mencapai kemadirian emosional dari ortu & orang


dewasa lainnya

● Mempersiapkan diri untuk pernikahan & khidupan


keluarga

● Mempersiapkan diri untuk karir


● Memperoleh seperangkat nila & sistem etika
sebagai panduan dalam berperilaku
Tugas Perkembangan Remaja

Pada masa ini, remaja akan mengalami


Masa remaja terdiri melalui perubahan dari sisi fisiologis yaitu:
tiga periode
• masa awal (prapubertas)
● Periode awal yaitu ketika
• masa tengah (pubertas)
berusia 12 sampai 14 tahun
• masa akhir (pascapubertas)
● Periode tengah berusia 15 (Potts & Mandleco, 2012).
sampai17 tahun
● Periode akhir yaitu 18 sampai
21 tahun
Pandangan Teoritis Tentang Remaja

Salah satu gambaran dasar masa


remaja adalah adanya serangkaian
perubahan biologis yang dikenal
dengan masa pubertas

Masa pubertas melibatkan


serangkaian kejadian biologis yang
menghasilkan perubahan pada
tubuh.

Perubahan biologi dibagi menjadi 2


yaitu perkembangan otak &
perkembangan hormonal
Pandangan Teoritis Tentang Remaja

BIOLOGIS PSIKOSOSIAL
Menekankan pd pertumbuhan fisik, Remaja mencoba
perilaku & lingkungan yang mengembangkan identitasnya
memenuhi perasaan,pikiran & dalam lingkungan sosial.
tindakan Mereka berusaha
mengkoordinasikan rasa
aman, keintiman, keluasaan
seksual dalam berhubungan
PSIKOANALITIK
Pubertas dianggap
sebagai tahap genital KOGNITIF
dimana ketertarikan
seksual mulai timbul. Remaja mempunyai
kemampuan untuk memberi
Perubahan biologis
alasan tergadap cara berfikir
membuat
kongkrit & lebih kearah berfikir
ketidakseimbagan
antara ego, & id,s erta abstrak yang digambarkan
solusi baru harus sebagai cara berfikir formal
dinegosiasikan dengan operasional
remaja
Pandangan Teoritis Tentang Remaja

Budaya
Pandangah bahwa remaja bahwa ia
percaya telah memiliki hak-hak
sebagai layaknya orang dewasa
namun masih ditahan

Moral
Perkembangan moral remaja dilihat
dari berbagai konflik moralnya.

Remaja pria umumnya mencari


penyelesaian secara langsung &
remaja putri menghindari konflik
untuk mempertaankan hubungan.
Identitas Diri bagi Remaja
Remaja yang mampu mencapai dan menyelesaikan tugas-
tugas perkembangannya dengan sangat baik, maka
tercapai kebahagiaan, kepuasan dan menentukan
keberhasilan individu tersebut dalam memenuhi tugas
perkembangan pada tahap selanjutnya.

Identitas diri adalah suatu kesadaran terhadap diri


sendiri yang berdasarkan dari penilaian serta observasi
diri sendiri (Stuart, 2013).

Hambatan yang terjadi selama proses pencapaian akan


tugas perkembangan dapat menimbulkan masalah pada
kesehatan apabila tidak diselesaikan secara baik yang
bersumber dari remaja itu sendiri, hubungan dengan
orang tua atau sebagai akibat dari interaksi sosial yang
terjadi di luar lingkungan keluarganya (Hasanah, 2017).
Peran Sosial : Teman Sebaya
Remaja berespons sangat cepat terhadap
orang & kejadian. Remaja sudah sekali terluka
& kecewa pada orang lain.
Mereka memiliki kecenderungan untuk
memuja sikap kepahlawanan & sikap yang
menyentuh hati, namun jarang mengevaluasi
orang yang dipuja tersebut.

Kelompok teman sebaya


sangat penting karena
dengan memiliki rasa ama
pada kelompoknya maka
remaja dapat belajar cara
mengatasi konflik.
Perilaku Seksual
Remaja menggunakan fantasi untuk melepaskan
ketegangan seksual. Namun mereka mungkin berasa
bersalah dan malu tetang fantasi atau perasaan
seksual tersebut.

Saat ini banyak remaja melakukan aktivitas seksual


termasuk didalamnya melakukan hubungan seks dan
oral seks dibandingkan pada masa sebelumnya.

Penyebabnya diantaranya:
• Pengaruh music & media
• Orang tua yang kurang perhatian
• Masa pubertas yang lebih awal
• Masyarakat yang bersikap ganda pada perilaku seks
remaja dimana :
✓ Mengajurkanmereka menunggu saat waktu yang
tepat melakukan hubungan seks
✓ Menajurkan penggunaan kondom agar terhindar
penyakit dan kehamilan
Respons Maladaptif
Perilaku-perilaku yang menghambat
pertumbuhan & pengembangan pada
remaja membutuhkan tindakan
keperawatan

Perawat harus memperhatikan respons


maladaptive remaja yang
membahayakan mereka.

Hasil penelitian menemukan bahwa masalah perilaku


pada masa awal remaja berhubungan dengan
tingginya risiko patologs pada saat dewasa (National
Research Council, 2009)

Perilaku seksual dapat menjadi penyebab timbulnya


berbagai masalah pada remaja seperti kehamilan pada
usia dini, chlamydia, gonorrhea, sifili, human
papillomavirus (HPV), dan infeksi HIV.
Alasan Remaja melakukan
hubungan seksual

Aktifitas seksual yang Tekanan dari teman


Remaja cenderung
dilkaukan remja kelompok memicu
menggunakan seks
bukanlah sebagai terjadinya hubungan
untuk mengalihkan diri
bentuk pelampiasan seksual yang tidak
dari kebutuhan lain
hasrat seks namun sesuai pada remaja
seperti cinta dan rasa
bentuk keinginan
aman & kecemasan diri
untuk mencapai
terhadap kemampuan
rasa kedekatan
seksualnya
dengan orang lain
Alasan Remaja melakukan
hubungan seksual

Beberapa remaja Perilaku hubungan Pada remaja yang


melakukan seks bebas yang memilki HDR &
hubungan seksual dilakukan bisa terjadi menganggap dengan
sebagai cara untuk karena pengaruh melkukan hubungan
menghukum dirinya kontrol ekternal dan intim dengan orla akan
sendiri kritik dari orang membuatnya menjadi
lain. terkenal
Alasan Remaja melakukan
hubungan seksual

Kebutuhan para remaja


untuk mengeksplorasi dan
keinginantahuan akan seks
membuat mereka berisiko
Remaja lainnya tinggi untuk terjadinya
memiliki contoh infeksi HIV dan penyakit
peran yang buruk
dan meniru perilaku
menular lainnya.
seksual yang buruk
dari orang dewasa
yang bersifat
merusak
Dampak HIV pada Remaja
Menurunnya fungsi kekebalan
tubuh manusia

Mudah terkana tumor

Pemberlakukan hukum sosial bagi


penderita HIV/AIDS seperti tindakan
penghindaran, pengasingan,penolakan, dan
diskriminasi
Banyak penderita HIV/AIDS pada usia
produktif meninggal pada usia muda

Kehilangan teman
Asuhan
Keparawatan
pada Remaja
dengan HIV/AIDS
Asuhan Keparawatan pada Remaja
dengan HIV/AIDS
Asuhan Keparawatan
pada Remaja dengan
HIV/AIDS
Asuhan
Keparawatan
pada Remaja
dengan
HIV/AIDS
Asuhan
Keparawatan
pada Remaja
dengan
HIV/AIDS
Asuhan
Keparawatan
pada Remaja
dengan HIV/AIDS
Asuhan
Keparawatan
pada Remaja
dengan
HIV/AIDS
Sebuah
Gambar
Bernilai
Seribu Kata
THANK
sitihajar.salawali@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai