Anda di halaman 1dari 23

BAB I

DEFINISI

1.1 Informasi Dasar HIV

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan


penyakit AIDS (Acquired Imune Deficiency Syndrome) yang termasuk
kelompok retrovirus. Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi
seumur hidup. Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap
asimtomatik (tanpa tanda dan gejala dari suatu penyakit) untuk jangka waktu
lama. Meski demikian, sebetulnya mereka telah dapat menulari orang lain.
Jadi, AIDS adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV, yang merupakan kumpulan
gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi ini berjalan secara
progresif merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga penderita tidak dapat
menahan serangan infeksi jamur, bakteri, atau virus. Kebanyakan orang
dengan HIV akan meninggal dalam beberapa tahun seetelah tanda pertama
AIDS muncul bila tidak ada pelayanan dan terapi yang diberikan.

1.2 Latar Belakang

Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat,
seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual
tidak aman, yang selanjutnya akan menularkan pada pasangan seksualnya.

Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu serta ibu dapat
menularkan virus pada bayinya. Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV,
ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak atau MOTHER TO
CHILD HIV TRANSMISSION (MTCT). Virus HIV dapat ditularkan dari ibu
yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan
menyusui.

Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) telah terbukti
sebagai intervensi yang sangat efektif untuk mencegah penularan HIV dari
ibu dan anak. Di negara maju resiko anak tertular HIV dari ibu dapat ditekan

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 1


hingga kurang dari 2% karena tersedianya intervensi PPIA dengan layanan
optimal. Namun di negara berkembang atau negara miskin, dengan minimnya
akses intervensi, resiko penularan masih berkisar anatara 20% dan 50%.

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 2


BAB II

RUANG LINGKUP

Pasien Ibu hamil dengan hasil pemeriksan skrining dasar HIV positif di rawat
inap.

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 3


BAB III

PENATALAKSANAAN PELAYANAN

3.1. Cara Penularan HIV

HIV dapat masuk ke tubuh melalui tiga cara yaitu:

1. Hubungan seksual

Penularan melalui hubungan seksual adalah v=cara yang paling dominan


dari semua cara penularan. Pepenularan melalui hubungan seksual dapat
terjadi seelama senggama laki-laki dan perempuan. Senggama berarti
kontak seksual dengen penetrasi vaginal, anal, dan oral antara dua
individu.

2. Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan


yang terinfeksi.

Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak ditepis (uji
saring) untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum dan semprt
suntikan, atau penggunaan alat medik lainnyayang dapat menembus
kulit. Atau bisa juga pada pengguna napza suntik, dan pengobatan
tradisional melalui alat penusuk/jarum.

3. Penularan dari ibu ke anak

Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus
dapat ditularkan saat hamil, proses persalinan atau menyusui.

3.2. Faktor Yang Berperan Dalam Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak

Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke
anak, yaitu:

1. Faktor ibu

Jumlah virus (viral load)

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 4


Jumlah virus didalam darah ibu saat menjelang atau proses
persalinan dan jumlah virus dalam air susu ibu ketika ibu menyusui
bayinya sangat mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak.

Jumlah CD4

Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko menularkan HIV
ke bayinya. Semakin rendah jumlah CD4 maka semakin tinggi risiko
penulan HIV

Status gizi selama hamil

Berat badan rendah serta kekurangan vitamin dan mineral selama


hamil meningkatkan risiko ibu untuk menderita penyakit infeksi
yang dapat meningkatkan jumlah virus dan resiko penularan HIV ke
bayi

Penyakit infeksi selama hamil

Penyakit infeksi seperti sifilis, Infeksi Menular Seksual, infeksi


saluran reproduksi lainnya, malaria, dan tuberculosis, berisiko
meningkatkan jumlah virus dan risiko penularan HIV ke bayi

Gangguan pada payudara

Gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain, seperti mastitis,


abses, dan luka pada putting payudara dapat meningkatkan risiko
penularan HIV melalui ASI

2. Faktor bayi

Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir

Bayi lahir prematur dengan Berat Badan Lahir Rendah lebih rentan
tertular HIV karena sistem organ dan sistem kekebalan tubunya
belum berkembang dengan baik

Periode pemberian ASI

Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan HIV ke bayi akan


semakin besar
__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 5


Adanya luka di mulut bayi

Bayi dengan luka di mulutnya lebih berisiko tertular HIV ketika


diberikan ASI

3. Faktor obstetrik

Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir, dan
ini dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak.

Jenis persalinan

Resiko penularan persalinan per vaginam lebih besar daripada


persaliann melalui bedah sesar (sectio caesaria). sectio caesaria
akan mengurangi risiko penularan risiko HIV dari ibu ke bayi
sebesar 50-66%

Lama persalinan

Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV


dari ibu ke anak semakin tinggi, karena semakin lama terjadinya
kontak antara bayi dan darah serta lendir ibu

Ketuban pecah (KPD) lebih dari 4 jam sebelum persalinan


meningkatkan risiko penularan hingga dua kali lipat dibandingkan
jika ketuban pecah kurang dari 4 jam

Tindakan episiotimi, ekstraksi vakum dan forseps meningkatkan


risiko penularan HIV karena berpotensi melukai ibu atau bayi

3.3. Waktu Dan Risiko Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak

Penyularan HIV dari ibu ke anak pada umumnya terjadi pada saat persalinan
dan pada saat menyusui. Risiko penularan HIV pada ibu yang tidak
mendapatkan penanganan PMTCT saat hamil diperikrakan sekitar 15-45% .
risiko penularan 15-30% terjadi pada saat hamil dan bersalin., sedangkan
peningkatan risiko transmisi HIV sebesar 10-20% dapat terjadi pada masa
nifas dan menyusui.

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 6


3.4. Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak

Terdapat 4 hal yang perlu diupayakan untuk mencegah terjadinya penularan


dari ibu ke bayi. Empat hal tersebut adalah :

1. Pencegahan Penularan HIV Pada Perempuan Usia Reproduksi


(15-49 Tahun)

Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya


penularan HIV pada anak adalah dengan mencegah penularan HIV pada
perempuan usia reproduksi 15-49 tahun (pencegahan primer).
Pencegahan primer bertujuan mencegah penularan HIV dari ibu ke anak
sceara dini, yaitu baik sebelum terjadinya perilaku hubungan seksual
berisiko atau bila terjadi perilaku seksual berisiko maka penularan masih
bisa dicegah, termasuk mencegah ibu hamil agar tidak tertular oleh
pasangannnya yang terinfeksi HIV. Upaya pencegahan ini tentunya harus
dilakukan dengan penyuluhan dan penjelasan yang benar terkait penyakit
HIV, AIDS, dan penyakit IMS. Isi pesan yang disampaikan harus
memperhatikan usia, norma, dan adat istiadat setempat, sehingga proses
edukasi di kalangan remaja semakin baik.

Untuk menghindari perilaku seksual yang berisiko upaya mencegah


penularan HIV menggunakan strategi ABCD , yaitu :

A (Abstience), artinya absen seks atau tidak melakukan hubungan


seksual bagi orang yang belum menikah

B (Be faithful), artinya bersikap saling setia kepada satu padangan


seksual (tidak berganti-ganti pasangan)

C (Condom), artinya cegah penularan HIV melalui hubungan


seksual dengan menggunakan komdom

D (Drug No), artinya dilarang menggunakan narkoba

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 7


Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan pada pencegahan primer antara
lain :

1. Menyebarluaskan informasi (KIE) tentang HIV/AIDS baik secara


individual maupun secara kelompok, yaitu :

Meningkatkan kesadaran perempuan tentang bagaimana cara


menghindari penularan HIV dan IMS

Menjelaskan manfaat dari konseling dan tes HIV

Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dalam


penatalaksanaan ODHA perempuan

2. Mobilisasi masyarakat

Melibatkan petugas lapangan untuk memberikan informasi


pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat dan untuk
membantu klien mendapatkan akses layanan kesehatan

Menjelaskan tentang pengurangan risiko penularan HIV dan


IMS (termasuk cara penggunaan kondom dan alat suntik steril)

Melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam


menghilangkan stigmasisasi dan diskriminasi

3. Konseling untuk wanita HIV negatif

Ibu hamil yang tes HIVnya negatif perlu didukung agar status
dirinya tetap HIV negatif

Menganjurkan agar pasangannya juga menjalani tes HIV

Mengadakan kegiatan kunjungan pasangan pada kunjugan ke


pelayanan kesehatan ibu dan anak

Membeikan informasi kepada suami bahwa jika ia melakukan


seks tak aman maka akan bisa membawa kematian kepada calon
bayinya, termasuk istrinya, maupun dirinya sendiri. Para suami
biasanya memiliki rasa tanggung jawab untuk melindungi
keluarganya. Informasi ini akan lebih mudah untuk diterima
__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 8


oleh suami jika disampaikan oleh petugas kesehatan di klinik
kesehatan ibu dan anak ketika ia mengantarkan istrinya

Ketika ibu melahirkan bayinya di rumah sakit, biasanya ibu


diantarkan oleh suaminya. Pada saat itu, perasaan suami sangat
bangga dan mencintai istri dan anaknya.saat itu akan efektif
untuk meyampaikan informasi kepada suami untuk menghindari
perilaku seks yang tak aman dan informasi mengenai pemakaian
kondom

Peningkatan pemahaman tentang dampak HIV pada ibu hamil,


akan membuat adanya dialog yang lebih terbuka antar suami dan
istri/pasangannya tentang seks aman dan perilaku seksual. baiknya,
materi penularan HIV dari ibu ke bayi menjadi bagian dari pelatihan
keterampilan hidup (life skill training) bagi remaja sehingga sejak dini
mereka belajar tentang cara melindungi keluarga mereka kelak dari
ancaman penularan HIV. Informasi tentang pencegahan penularan HIV
dari ibu ke bayi juga penting disampaikan kepada masyrakat untuk
mempererat dukungan kepada perempuan yang mengalami masalah
seputar penularan HIV dari ibu ke bayi.

Hal ini dikarenakan kadar HIV tertinggi di tubuh ODHA berada


pada minggu-minggu pertama setelah seseorang terinfeksi. Jumlah kadar
HIV yang tinggi akan meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi. Oleh karenanya, risiko penularan HIV dari ibu ke bayi menjadi
lebih besar jika ibu terinfeksi selama kehamilan ataupun masa menyusui .

2. Pencegahan Kehamilan Yang Tidak Direncanakan Pada


Perempuan HIV Positif

Salah satu cara efektif untuk mencegah untuk terjadinya


penularan dari ibu ke bayi adalah dengan mencegah terjadinya kehamilan
yang tidak direcanakan pada perempuan HIV positif usia produktif. Hal
__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 9


yang dibutuhkan adalah : pemberian edukasi sarana kontrasepsi yang
aman dan efektif untuk pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan.
Penggunaan alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta konseling yang
berkualitas akan membantu perempuan HIV positif dalam melakukan
seks yang aman, mempertimbangkan jumlah anak yang akan
dilahirkannya, serta menghindari lahirnya anak-anak yang terinfeksi HIV.
Ibu HIV positif mungkin akan cukup yakin dengan tidak menambah
jumlah anaknya karena khawatir bayinya tertular HIV dan menjadi yatim
piatu di usia muda. Namun dengan adanya kemajuan intervensi
pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, ibu HIV positif dapat
merencanakan kehamilannya.

Jika ibu HIV positif tetap ingin memiliki anak, WHO


menganjurkan jarak antara kehamilan minimal dua tahun. Untuk
menunda kehamilan, alat kontrasepsi yang dianjurkan alah kontrasespsi
mantap (IUD maupun kontrasespi hormonal) dengan didampingi
penggunaan kondom untuk mencegah terjadinya HIV dan IMS. Dan jika
memutuskan untuk tidak memiliki anak lagi, kontrassepsi yang paling
tepat adalah sterilisasi (vasectomy atau tubectomy).

3. Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Hamil Ke Bayi Yang


Dikandungnya

Strategi pencegahan penularan HIV pada ibu hamil yang telah


terinfeksi HIV ini merupakan inti dari kegiatan Pencegahan Penularan
HIV dari Ibu ke Anak. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak mencakup
kegiatan sbb :

Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV

Diagnosis HIV

Persalinan yang aman

Tata laksana pemberian makanan bagi bayi dan anak

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 10


Menunda dan mengatur kehamilan

Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak

Pemeriksaan diagnostik HIV pada anak

Pemberiaan obat antiretroviral dengan merujuk ke rumah sakit yang


telah ditunjuk oleh pemerintah dan sesuai dengan MoU

Tiap-tiap jenis intervensi tersebut berbeda dalam hal biaya,


keberhasilan maupun kemudahan menjalankannya. Kelima jenis
intervensi tersebut akan mencapai hasil yang efektif jika dijalankan
secara berkesinambungan. Kombinasi intervensi tersebut merupakan
strategi yang paling efektif untuk mengidentifikasi perempuan yang
terinfeksi HIV serta mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
pada periode kehamilan, kelahiran, dan pasca melahirkan

4. Dukungan Psikologis, Sosial, Dan Perawatan Kesehatan


Selanjutnya Kepada Ibu Yang Terinfeksi HIV Dan Bayi Beserta
Keluarganya.

Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak tidak


berhenti setelah ibu melahirkan. Ibu akan hidup dengan HIV di tubuhnya.
Ia membutuhkan dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang
waktu. Beberapa hal yang mungkin dibutuhkan oleh ibu dengan HIV
antara lain :

Pengobatan gejala penyakitnya

Pemeriksaan kondisi kesehatan (termasuk CD4 dan viral load)

Konseling dan dukungan kontrasepsi dan pengaturan kehamilan

Informasi dan edukasi pemberian makanan bayi

Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik untuk diri sendiri


dan bayinya
__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 11


Penyuluhan kepada anggota keluarga tentang cara penularan HIV
dan pencegahannya

Layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat

Kunjungan ke rumah (home visite)

Dukungan teman-teman sesama HIV positif, terlebih sesama ibu


dengan HIV

Adanya pendamping saat sedang di rawat

Dukungan dari pasangan

Dukungan kegiatan peningkatan ekonomi keluarga

Dukungan perawatan dan pendidikan bagi anak

Dengan adanya dukungan psikosoisal yang baik, ibu HIV positif


akan selalu optimis dan bersemangat mengisi kehidupannya. Diharapkan
ia akan bersikap bijak dan positif untuk selalu menjaga kesehatan diri dan
anaknya, dan berperilaku sehat agar tidak terjadi penularan HIV dari
dirinya ke orang lain.

Informasi tentang adanya layanan dukungan dan psikososial


untuk ODHA ini perlu diketahui oleh masyarakat luas, termasuk para
perempuan usia produktif. Diharapkan informasi ini bisa meningkatka
minat mereka yang merasa berisiko tertular HIV untuk mengikuti
konseling dan tes HIV agar mengetahui status HIV mereka.

3.5. Pelayanan Unit Rawat Inap

Ruang rawat inap aster merupakan ruang perawatan kandungan dan ruang
bersalin.

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 12


3.6. Tata Laksana Pelayanan

1. Penerimaan Pasien Baru di Ruang Rawat Inap

a. Pasien datang melalui IGD atau Praktek Dokter Spesialis.


Penerimaan pasien baru dilakukan oleh perawat sesuai standar yang
ditetapkan.

b. Pasien akan disambut dan diantarkan ke ruang perawatan. Apabila


memungkinkan, pasien dilakukan pemeriksaan atau timbang berat
badan terlebih dahulu.

c. Perawat akan melakukan serah terima pasien beserta hasil-hasil


pemeriksaan yang ada dan obat yang perlu disertakan dengan
petugas pengirim.

d. Perawat akan memasangkan gelang identitas pasien, memeriksa


tanda-tanda vital pasien dan menanyakan kembali keluhan yang
dirasakan.

e. Pasien yang dirawat di ruang perawatan dilakukan pemantauan ketat


tanda-tanda vital dan kesadaran ataupun risiko yang terjadi
kegawatan dangan menggunakan bantuan alat monitor.

f. Perawat melaporkan kondisi pasien baru kepada dokter dan


menanyakan terapi serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan
dan melaksanakan semua advis dokter setelah mendapatkan
persetujuan dari pasien atau keluarganya.

g. Ruang perawatan melakukan permintaan obat dengan sistem ODD.


Untuk pasien baru permintaan obat langsung dilayani dan diambil
oleh petugas rawat inap.

2. Pemeriksaan Penunjang Medis

a. Apabila pasien mendapat advis dokter untuk dilakukan pemeriksaan


penunjang (laboratorium dan radiologi) ataupun skrining awal maka
dokter akan mengisi formulir permintaan pemeriksaan/tindakan yang
dilengkapi identitas pasien, indikasi dan diagnosa.

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 13


b. Permintaan tersebut akan didaftarkan melalui proses SIRS dengan
cara memasukan data dari formulir tersebut ke dalam program SIRS
dimana petugas penunjang medis yang dituju dapat mengakses data
tersebut guna mempercepat proses pelayanan tindakan.

3. Pelayanan Pasien Yang Memerlukan Tindakan Pembedahan

a. Terdapat prosedur persiapan pasien yang memerlukan tindakan


pembedahan

b. Terdapat prosedur tentang pemberian informed concent terkait


dengan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan/atau
keluarga terdekat oleh dokter yang merawat atau dibantu dengan
perawat sesuai dengan kewenangannnya.

4. Pelayanan Kebidanan pada Ibu Hamil

a. Memberikan pelayanan antenatal;

Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;

Ukur tekanan darah;

Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas);

Ukur tinggi fundus uteri;

Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

b. Melakukan deteksi dini adanya komplikasi dan upaya pencegahan


transmisi infeksi HIV dari ibu ke bayinya, melakukan persiapan
persalinan serta pertolongan pertama pada penanganan kegawat
daruratan tertentu dalam kehamilan.

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 14


5. Pelayanan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan HIV

a. Memberikan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) kepada ibu


bersalin dan keluarga tentang tanda bahaya perasalinan.

b. Mempersiapkan sarana dan prasarana persalinan bersih dan aman

c. Memberikan dukungan mental dan fisik.

d. Memantau kemajuan persalinan menggunakan patograf dan segera


merujuk jika sudah melewati garis waspada.

e. Memberikan pertolongan persalinan sesuai standar dengan


menerapkan prinsip sayang ibu dan bayi.

f. Melakukan penatalaksanaan aktif kala II sesuai standar.

g. Melakukan pemantauan dua jam pasca persalinan

h. Melakukan pencatatan persalinan pada pendokumentasian asuhan


kebidanan.

6. Pelayanan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan HIV

a. Melakukan deteksi dini adanya komplikasi termasuk pemantauan


enam jam pasca persalinan.

b. Melakukan KIE pada ibu dan keluarga mengenai :

Tanda-tanda bahaya komplikasi nifas

Tanda-tanda bayi sakit

Kebersihan pribadi dan lingkungan

Kesehatan dan gizi

Perawatan tali pusat

7. Pelayanan Bayi Baru Lahir

a. Melakukan pertolongan pertama bayi baru lahir.


__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 15


b. Melakukan deteksi dini adanya kelainan kongenital mayor atau
komplikasi yang membahayakan bayi atau melakukan rujukan ke
NICU apabila diperlukan.

c. Pemberian tetes mata (antibiotik).

d. Pemberian vitamin K.

e. Memberi tanda pengenal dengan menggunakan gelang identitas

f. Menyiapkan surat konsultasi kepada dokter dari rumah sakit rujukan


untuk parawatan lebih lanjut bersama dokter DPJP.

8. Pendidikan Pasien dan Keluarga

Petugas yang memberikan pendidikan kesehatan memiliki pengetahuan


tentang materi yang diberikan, waktu yang cukup dan kemampuan
komunikasi yang baik.

Pasien dan keluarga terinformasi dengan topik-topik berisiko tinggi


terhadap pasien meliputi:

a. Penggunaan obat yang aman dan efektif;

b. Penggunaan peralatan medis yang aman dan efektif;

c. Manajemen nyeri;

d. Teknik rehabilitasi;

e. Prosedur diagnostik dan pengobatan;

f. Larangan untuk tidak memberikan ASI kepada bayi.

3.7. Pencegahan Penularan dengan Kewaspasdaan Universal

1. Petunjuk Pencegahan Infeksi di Sarana Pelayanan Kesehatan

HIV dapat ditularkan melalui berbagai cara seperti berikut :

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 16


a. Kepada pasien

Melalui alat kesehatan yang tercemar yang dipakai ulang tanpa


didisinfeksi atau disterilisasi secara memadai; transfusi dengan donor
darah HIV positif, cangkok kulit, cangkok organ, dan melalui kontak
dengan darah atau cairan tubuh lain dari petugas kesehatan yang HIV
postif.

b. Kepada petugas kesehatan

Perlukaan di kulit oleh karena tusukan jarum atau alat tajam lainnya
yang telah tercemar dengan darah atau cairan tubuh yang mengenai
selaput mukosa mulut, hidung atau mata.

2. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Aman

a. Pendidikan petugas kesehatan tentang risio\ko kerja, cara


pencegahan infeksi HIV, tata cara pelaporan pajanan;

b. Penyediaan APD atau alat pelindung diri (universal precaution)


seperti gaun pelindung, kacamata google, apron, masker wajah,
sarung tangan, sepatu booth, dan cap nurse;

c. Penyediaan wadah tahan tusukan;

d. Menjamin bahwa kewaspadaan universal diterapkan, terpantau dan


dievaluasi;

e. Mengusahakan ketersediaan disinfektan dan bahan pembersihan lain


yang sesuai;

f. Melakukan sterilisasi alat secara benar;

g. Menghindari suntikan, episiotomy dan tes laboratorium yang tidak


perlu;

h. Menutup luka atau lecet di kulit.

3. Kewaspadaan Universal

Menerapkan cuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO;


__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 17


Menggunakan APD atau alat pelindung diri (universal precaution)
seperti gaun pelindung, kacamata google, apron, masker wajah,
sarung tangan, sepatu booth, dan cap nurse;

Pengelolaan alat tajam baik dalam penggunaan, serah terima,


penyimpanan maupun pembuangan sebagai limbah medis secara
hati-hati;

Pengelolaan linen yang tercemar dengan benar;

Pengelolaan limbah yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh


dengan aman;

Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan


dekontaminasi, disinfeksi dan sterilisasi dengan benar;

Penerapan budaya aman dalam kamar operasi maupun kamar


bersalin.

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 18


BAB IV

DOKUMENTASI

1. Formulir assesmen awal kebidanan rawat inap


2. Formulir asuhan kebidanan
3. Formulir persetujuan tindakan kedokteran
4. Formulir penolakan tindakan kedokteran

Ditetapkan di : DEPOK
Pada Tanggal : 19 Juni 2017
Direktur,

Drg Sjahrul Amri, MHA

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 19


DAFTAR PUSTAKA

1. Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012, Panduan Penyusunan Dokumen


Akreditasi

2. Kemenkes Republik Indonesia, 2011, Pedoman Nasional Tatalaksana


Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa.

3. Kemenkes Republik Indonesia, 2011, Pedoman Nasional Pencegahan


Penularan HIV dari Ibu ke Bayi.

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 20


PANDUAN
PELAYANAN PMTCT
(PREVENTION MOTHER TO CHILD
TRANSMISION)

RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA


JL. RAYA SAWANGAN NO 2A DEPOK 16436
TELP (021) 7520082 FAX 752051

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 21


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa bahwa atas rahmat
dan karuniaNya, akhirnya kami dapat menyusun Panduan Pelayanan PMTCT
(Prevention of Mother To Child Transmission) tahun 2017 di Rumah Sakit
Umum Bhakti Yudha.

Diharapkan panduan ini dapat dijadikan sebagai pegangan dan acuan


bagi Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha dalam memberikan pelayanan pada kasus
HIV & AIDS, sehingga didapatkan kesamaan pola piker / persepsi dalam
melaksanakan pelayanan tersebut. Dan upaya ini diharapkan dapat membantu
program pemerintah dalam menanggulangi kasus HIV & AIDS.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan Panduan ini. Kami menyadari pula bahwa masih
banyak keterbatasan keterbatasan dan kendala serta permasalahan yang perlu
diantisipasi dalam upaya menyempurnakan panduan ini.

Oleh karena itu kami mengharapkan saran perbaikan, sumbangan


pemikiran, masukan serta kritikan demi sempurnanya buku panduan ini.

Depok, 19 Juni 2017

Penyusun

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 22


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................... iii

BAB I : DEFINISI 1

BAB II : RUANG LINGKUP 3

BAB III : TATA LAKSANA ........ 4

BAB III : DOKUMENTASI . 19

__________________________________________________________________

Panduan PMTCT - RSUBY 23

Anda mungkin juga menyukai