BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih
yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi
oleh HIV. Penderita HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan
jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS, sedangkan penderita AIDS
membutuhkan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai
komplikasinya
B. PENDEKATAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Keluhan infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala atau keluhan tertentu. Pasien datang
dapat dengan keluhan:
Demam (suhu >37,5°C) terus menerus atau intermiten lebih dari satu bulan
Diare yang terus menerus atau intermiten lebih dari satu bulan
Keluhan disertai kehilangan Berat Badan (BB) >10% dari berat badan dasar
Keluhan lain bergantung dari penyakit yang menyertainya
Faktor Risiko
Penjaja seks laki-laki atau perempuan
Pengguna NAPZA suntik
Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki dan transgender
Hubungan seksual yang berisiko/tidak aman
Pernah atau sedang mengidap penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)
Pernah mendapatkan transfusi darah
Pembuatan tato dan atau alat medis/alat tajam yang tercemar HIV
Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
Pasangan serodiskor (yang satu terinfeksi HIV, lainnya tidak) dan salah satu pasangan positif
HIV
1
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Berat badan turun
Demam
2. Kulit
Tanda-tanda masalah kulit terkait HIV misalnya kulit kering, dermatitis seboroik
Tanda-tanda herpes simpleks dan zoster atau jaringan parut bekas herpes zoster
3. Pembesaran kelenjar getah bening
4. Mulut: kandidiasi oral, oral hairy leukoplakia, keilitis angularis
5. Dada: dapat dijumpai ronki basah akibat infeksi paru
6. Abdomen: hepatosplenomegali, nyeri, atau massa
7. Anogenital: tanda-tanda herpes simpleks, duh vagina atau uretra
8. Neurologi: tanda neuropati dan kelemahan neurologis
1. Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS-VCT = Voluntary Counseling & Testing)
2. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas Kesehatan (TIPK – PITC = Provider Initiated
Testing and Counseling)
TIPK merupakan kebijakan pemerintah untuk dilaksanakan dilayanan kesehatan yang berarti
semua petugas kesehatan harus menganjurkan tes HIV setidaknya pada ibu hamil, pasien TB, pasien yang
menunjukkan gejala dan tanda klinis diduga terinfeksi HIV, pasien dari kelompok berisiko (penasun, PSK
(Pekerja Seks Komersial), LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki), pasien IMS dan seluruh pasangan seksualnya.
Kegiatan memberikan anjuran dan pemeriksaan tes HIV perlu disesuaikan dengan prinsip bahwa pasien
sudah mendapatkan informasi yang cukup dan menyetujui untuk tes HIV dan semua pihak menjaga
kerahasiaan. Tes HIV harus mengikuti prinsip berupa 5 komponen dasar yang telah disepakati secara
global yaitu 5C (informed consent, confidentiality, counseling, correct test results, connections to
care, treatment and prevention services). Prinsip 5C harus diterapkan pada semua model layanan
testing dan konseling (TK) HIV.
2
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
WHO menganjurkan pemakaian salah satu strategi dari 3 strategi pemeriksaan antibodi terhadap
HIV, tergantung pada tujuan penyaringan atau skrining keadaan populasi dan keadaan pasien.
D. CARA PENULARAN
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti
darah, ASI (Air Susu Ibu), semen dan cairan vagina. HIV juga dapat ditularkan dari seorang ibu ke
anaknya selama kehamilan dan persalinan. Orang tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari hari seperti
mencium, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan, atau air.
3
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
A. KRITERIA DIAGNOSTIK
Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan untuk
mendeteksi adanya virus dalam tubuh.
Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan apabila terdapat infeksi oportunistik
atau limfosit CD4+ kurang dari 350 sel/mm3
4
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Lingkup pelayanan HIV/AIDS di RS Pertamina Prabumulih hanya mencakup pelayanan skrining awal pada
pasien-pasien yang diduga HIV/AIDS di Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Rumah (Home Care) pada
pasien-pasien yang diduga atau berisiko tinggi HIV/AIDS
2. Apabila hasil skrining menunjukkan hasil positif HIV/AIDS maka pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit
Rujukan yang sudah dilaksanakan kerja sama dengan Rumah Sakit Pertamina Prabumulih
3. Bila pasien memerlukan pelayanan rawat inap, maka akan dirawat di ruang perawatan umum untuk
tatalaksana sementara bila terdapat tanda-tanda kegawatdaruratan medis
4. Tujuan dari panduan ini adalah:
a. Meningkatkan kualitas hidup, kualitas pelayanan, dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Pertamina
Prabumulih
b. Memberikan panduan dalam penyelenggaraan dan pengembangan pelayanan HIV/AIDS di Rumah Sakit
Pertamina Prabumulih
5. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi, bidan, dan tenaga kesehatan
lainnya); staf di ruang rawat, staf administratif, dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit
6. Tim HIV/AIDS di RS Pertamina Prabumulih terdiri dari: KSM Dokter Spesialis, dokter umum, perawat yang
telah mengikuti pelatihan pelayanan HIV/AIDS atau pelatihan keterampilan inteligensia, apoteker/tenaga
teknik kefarmasian, ahli gizi
7. Panduan pelayanan HIV/AIDS ini disusun agar dapat digunakan sebaik-baiknya oleh semua tenaga medis
dalam melaksanakan pelayanan HIV/AIDS di RS Pertamina Prabumulih
5
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
BAB III
TATALAKSANA
Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien akan dirujuk ke pusat layanan rujukan HIV/AIDS untuk
menjalankan serangkaian layanan yang meliputi penilaian stadium klinis, penilaian imunologis dan penilaian
virologi. Hal tersebut dilakukan untuk:
1. Menentukan apakah pasien sudah memenuhi syarat untuk terapi antiretroviral
2. Menilai status supresi imun pasien
3. Menentukan infeksi oportunistik yang pernah dan sedang terjadi
4. Menentukan paduan obat ARV yang sesuai
PROSEDUR
Untuk memulai terapi antiretroviral perlu dilakukan pemeriksaan jumlah CD4 (bila tersedia) dan
penentuan stadium klinis infeksi HIV
KRITERIA RUJUKAN
1. Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien perlu dirujuk ke pusat pelayanan rujukan HIV/AIDS.
Dukungan Pengobatan untuk menjalankan serangkaian layanan yang meliputi penilaian stadium klinis,
penilaian imunologis dan penilaian virologi
2. Pasien HIV/AIDS dengan komplikasi
6
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
PPP (Profilaksis Paska Pajanan) untuk HIV dilakukan pada pajanan bersumber dari ODHA (atau sumber
yang kemungkinan terinfeksi dengan HIV)
Sumber pajanan perlu dievaluasi tentang kemungkinan adanya infeksi HIV
Pemeriksaan HIV atas sumber pajanan hanya dapat dilaksanakan setelah diberikan konseling pra-tes dan
mendapatkan persetujuan (informed consent), dan tersedia rujukan untuk konseling, dukungan
selanjutnya serta jaminan untuk menjaga konfidensialitas
Evaluasi klinik dan pemeriksaan terhadap petugas yang terpajan hanya dilaksanakan setelah diberikan
konseling dan dengan persetujuan (informed
consent)
Edukasi tentang cara mengurangi pajanan yang berisiko terkena HIV perlu diberikan oleh konselor yang
menilai urutan kejadian pajanan dengan cara yang penuh perhatian dan tidak menghakimi
Harus dibuat laporan pajanan
7
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
8
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
9
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
1. RS Pertamina hanya melakukan skring pada pasien yang terduga atau risiko tinggi terinfeksi HIV/IDS
2. Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien akan dirujuk ke pusat layanan rujukan HIV/AIDS untuk
menjalankan serangkaian layanan yang meliputi penilaian stadium klinis, penilaian imunologis dan
penilaian virologi sesuai kebijakan yang berlaku di RS Pertamina Prabumulih
1
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Perawat rawat jalan atau rawat inap melakukan pengkajian dan menetapkan rencana skrining
HIV/AIDS dan didokumentasikan pada formulir pengkajian keperawatan rawat jalan atau rawat inap
2. Dokter melakukan pengkajian dan menetapkan rencana skrining pada formulir pengkajian medis rawat
jalan atau rawat inap
3. Petugas VCT melakukan pengkajian dan rencana konseling pada formulir pengkajian dan
mendokumentasikan hasil tindakan pada formulir implementasi
4. Petugas VCT menyampaikan hasil konseling kepada DPJP dan Tim HIV/AIDS
5. Petugas laboratorium mengambil sampel darah sesuai SPO pengambilan sampel darah dan
mendokumentasikan hasil untuk disampaikan kepada DPJP dan Tim HIV/AIDS
6. Tim HIV/AIDS mendokumentasikan edukasi yang diberikan kepada pasien pada formulir pemberian
informasi dan edukasi
1
PANDUAN PELAYAN HIV/AIDS
dr. Rehulina Br Tarigan, M. Ked (PD), Sp. PD, dr. Charles Ferdinand
FINASIM