Oleh :
Rinto Harahap
NIM. 11212140
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh pemberian madu dan air kelapa dalam
mengatasi tingkat dehidrasi penyakit diare di RS Pertamina
Prabumulih
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi usia dan
jenis kelamin
b. Mengidentifikasi Pengaruh pemberian madu dengan air kelapa
dalam mengatasi tingkat dehidrasi penyakit diare di RS
Pertamina Prabumulih
c. Mengidentifikasi tingkat dehidrasi penyakit diare di RS
Pertamina Prabumulih
d. Menganalisa Pengaruh Pemberian Madu dengan Air kelapa
Dalam Mengatasi Tingkat Dehidrasi Penyakit Diare di RS
Pertamina Prabumulih
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan mampu memberikan manfaat dalam praktik
keperawatan anak dalam mengelola kasus diare agar tidak terjadi
dehidrasi dan pengurangan angka kematian pada anak.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
b. Etiologi diare
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain
seperti malabsorbsi. Menurut (Ngastiyah, 2014), factor penyebab
diare adalah sebagai berikut:
1) Faktor infeksi
a) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan makanan
yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi
infeksi enternal sebagai berikut :
(1) Infekasi bakteri : Vibrio, Escherichia coli, Salmonella,
Shigella, Camphylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan
sebagainya.
(2) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsakie,
Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan
lain-lain).
(3) Infeksi Parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba Histolyatica,
Giardia Lambia, Trichomonas Hominis), Jamur
(Candida Albicans)
b) Infeksi Parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti otitis media akut (OMA),
tonsillitis/tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis,
dan sebagainya.
2) Faktor Malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat : diskarida (intoleransi laktosa,
maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Bayi dan anak yang terpenting dan
tersering ialah intoleransi laktrosa.
b) Malabsorbsi Lemak
c) Malabsorbsi Protein
3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan.
4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang
dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
c. Klasifikasi diare
Klasifikasi diare menurut (Hidayat, 2014) adalah sebagai berikut :
1) Diare akut, yaitu diare yang menyerang dan biasanya akan
berlangsung kurang dari 14 hari. Akibat yang akan muncul dari
diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi penyebab
utama kematian bagi penderita diare
2) Diare presisten atau diare kronis yaitu diare yang biasanya akan
berlangsung selama lebih dari 14 hari dan terjadi secara terus-
menerus. Akibat dari diare 11 ini penderita akan mengalami
penurunan berat badan dan gangguan metabolism pada tubuh.
3) Diare disentri yaitu diare yang disertai darah yang bercampur
dalam tinja yang dikeluarkannya. Akibat diare ini adalah
penderita akan mengalami anoreksia, penurunan berat badan
dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
4) Diare yang dialami dengan masalah (diare akut dan persisten)
yang mungkin juga disertai dengan penyakit lain di dalam
tubuh seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
d. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi
(Suharyono, 2012):
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare
2) Gangguan keseimbangan asam-basa (Metabolik Asidosis)
a) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.
b) Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c) Terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anoksida jaringan
d) Produksi metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria)
e) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam
cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang
menderita diare. Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup,
hipoglikemia ini jarang terjadi lebih sering terjadi pada
anak yang sebelumnya pernah menderita KKP. Hal ini
terjadi karena :
a) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati
terganggu.
b) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang
terjadi).
4) Gangguan Gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat. Hal ini disebabkan :
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare dan / atau muntahnya akan bertambah hebat. Orang
tua hanya sering memberikan teh saja (teh diit)
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu
lama.
c) Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan
diabsorpsi dengan baik dengan adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/ disertai muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik.
Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah hebat, dapat mengakibatkan perdaraan pada otak
kesadaran menurun (soporokmateus) dan bila tidak segera
ditolong penderita dapat meninggal.
Faktor
Pergeseran air
Tekanan dan elektrolit Isi rongga usus
Malabsorb osmotik ke rongga meningkat
si meningkat usus
Kemampuan
Psikologis Hiperperistaltik absorbsi menurun
Diare
Gambar 2.1 : Bagan Terjadinya Diare
Sumber : Setyowati dan Nurhaeni (20011) dalam Novie dan Angga (2016)
e. Cara penularan dan faktor risiko diare
Menurut Kemenkes RI (2011) cara penularan diare adalah melalui
cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid,
finger).
Berdasarkan hasil penelitian (Angga, 2012), - faktor yang
mempengaruhi kejadian diare:
1) Faktor Individu
a) Status gizi
b) Pendidikan
c) Sosial – ekonomi
d) Pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang sanitasi
botol susu
2) Faktor Lingkungan
a) Kependudukan
b) Perilaku masyarakat
g. Komplikasi
Menurut (Nursalam, 2013) Akibat dari diare, yaitu kehilangan
cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut:
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau
hipertonik)
2) Renjatan hipovolemik
3) Hypokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah,
bradikardi)
4) Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim lactose
5) Hipoglikemia
6) Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare jika lama
atau kronik).
h. Penatalaksanaan
Berdasarkan (Kemenkes RI, 2011), kebijakan pengendalian
penyakit diare di Indonesia bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program
dan lintas sector terkait. Strategi pengendalian penyakit diare yang
dilaksanakan pemerintah adalah :
1) Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di
sarana kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare
(LINTAS Diare) yaitu :
a) Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah
b) Zinc selama 10 hari berturut-turut
c) Pemberian ASI dan makanan
d) Pemberian antibiotic sesuai indikasi
e) Pemberian edukasi
2) Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga
yang tepat dan benar
3) Meningkatkan SKD (system Kewaspadaan Dini) dan
penanggulangan KLB (Kejadian Luar Biasa) diare
4) Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif
5) Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
i. Pencegahan diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang
dapat dilakukan adalah (Kemenkes, 2011):
1) Perilaku sehat
a) Pemberian ASI
b) Makanan pendamping ASI
c) Mencuci tangan
d) Menggunakan air bersih yang cukup
e) Menggunakan jamban
f) Membuang tinja yang benar
g) Pemberian imunisasi campak
h) Pemberian ASI
2) Penyehatan lingkungan
a) Penyediaan air bersih
b) Pengelolaan sampah
c) Sarana pembuangan air limbah
2. Konsep Dehidrasi
a. Definisi Dehidrasi
Kedua, tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada
pada klien. Penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Penilaian A B C
Lesu, lunglai, atau tidak
Lihat: Keadaan
Baik, Gelisa, sadar*
Umum
sadar rewel*
Sangat cekung dan kering
Mata Normal Cekung
SKOR
Yang dinilai
1 2 3
Gelisah,
Keadaan Umum Baik Lesu, haus
hingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan <30x/menit 30-40x/menit >40x/menit
Turgor Biasa Kurang Jelek
Nadi <120x/menit 120-140x/menit >140x/menit
Tabel 2.3 Derajat Dehidrasi Berdasarkan Keadaan Klinis
Keterangan:
Jika skor ≤ 6: tanpa dehidrasi
Skor 7-12: dehidrasi ringan-sedang
Skor ≥ 13: dehidrasi berat
3. MADU
a. Pengertian
Madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis
yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral
nektar) atau bagian lain daritanama (ekstrafloral nektar) atau ekskresi
serangga Madu mengandung sejumlah senyawa dan sifat antioksidan
yang telah banyak diketahui. Sifat antioksidan dari madu yang berasal
dari zat-zat enzimatik (misalnya, katalase, glukosa oksidase dan
peroksidase) dan zat-zat non enzimatik (misalnya, asam askorbat, α-
tokoferol, karotenoid, asam amino, protein, produk reaksi Maillard,
flavonoid dan asam fenolat). Jumlah dan jenis antioksidan ini sangat
tergantung pada sumber bunga atau varietas madu, dan telah banyak
banyak penelitian yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara
aktivitas antioksidan dengan kandungan total fenol (Wulandari, 2017).
b. Kandungan Madu
Madu mengandung banyak mineral seperti natrium, kalsium,
magnesium,alumunium, besi, fosfor, dan kalium. Vitamin–vitamin
yang terdapat dalam madu adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), asam
askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam
folat, dan vitamin K. Sedangkan enzim yang penting dalam madu
adalah enzim diastase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase, dan
lipase. Selain itu unsur kandungan lain madu adalah memiliki zat
antibiotik atau anti bakteri (Wulandari, 2017).
c. Manfaat Madu
4. Kelapa Muda
a. Pengertian
B. Penelitian Terkait
1. Pada penelitian Ega lusiana, Immawati dan Sri nurhayati (2021), dengan
Judul Penerapan pemberian madu untuk mengatasi diare pada anak usia
prasekolah (3-5 tahun) Desain pada penelitian ini menggunakan desain
studi kasus. Subyek adalah anak usia prasekolah (3 – 5 tahun) yang
menderita diare dengan frekuensi diare lebih dari 3 kali dalam 1 hari.
Karakteristik responden pada penelitian ini adalah anak berusia1,7 tahun
dirawat dengan diare akut. Anak dikategorikan dalam diare ringan/ sedang.
Tanda dan gejala yang muncul yaitu frekuensi BAB 5 kali sehari, feces
cair disertai ampas, bising usus meningkat, turgor kulit elastis dan suhu
tubuh 39 oC. Hasil: Penerapan pemberian madu mampu menurunkan
frekuensi diare menjadi 3 kali sehari, konsistensi feces lunak, bising usus
normal, turgor kulit elastis dan penurunan suhu tubuh sebesar 1,2 oC. Bagi
ibu yang memiliki anak yang menderita diare dapat menjadikan madu
sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah diare pada anak.
Kesimpulan: penerapan pemberian madu mampu menurunkan frekuensi
diare dan suhu tubuh.
2. Pada penelitian Maftuchah, Eni Kusyati Dan Tri wibawanti nur laksana
(2021) dengan judul Upayah mempercepat penyembuhan diare pada balita
dengan pemberian makanan tambahan puding madu. Studi pendahulan
yang dilakukan di BPM Rusmiati Wilayah Puskesmas Winong terdapat
data balita Pada bulan Maret-Mei 2020 yang mengalami diare pada usia 3-
5 tahun sebanyak 57 balita. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
pengaruh Pemberian Makanan Tambahan puding madu terhadap lama
penyembuhan diare pada Balita Usia 3-5 . Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan desain Quasi Eksperiment dan purposive
sampling didapatkan 20 responden. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner dan analisis yang digunakan adalah mann whitney. Hasil
penelitian menujukkan lama penyembuhan diare pada balita usia 3-5 tahun
yang diberikan puding madu dan zinc didapatkan nilai median sebesar 4
hari sedangkan responden yang diberikan zinc dan oralit dengan nilai
median adalah 5 hari. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh
pemberian makanan tambahan puding madu terhadap lama penyembuhan
balita diare pada balita usia 3-5 tahun.
3. Pada penelitian Nurul Khoirum nisa, Khotimah Dan zuliani (2020) dengan
judul pengaruh pemberian nadu terhadap diare pada remaja di asrama As
adiyah pondok pesan tren darul ulum jombang. Penelitian ini
menggunakan consecutive sampling adalah suatu tehnik penetapan sampel
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini jumlah sampel adalah jumlah
remaja yang mengalami diare selama kurun waktu 1 bulan. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah pemberian madu. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah diare. Data yang telah diperoleh ditabulasi dan
dilakukan uji statistik deskripsi untuk mendapatkan prosentase. Setelah itu,
dilakukan uji statistik repeat measure untuk menganalisa pengaruh
pemberian madu terhadap diare
4. Pada penelitian Liza wati, Utari Dan Yunie atrie (2015) dengan judul studi
komparasi efektifitas oralit adan air kelapa hijau terhadap frekuensi diare
pada anak usia sekolah Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi
Eksperimen dengan rancangan Pretest and Posttest Nonequivalent Control
Group.Sampel pada penelitian ini sebanyak 20 responden dengan
menggunakan consecutive Sampling. Instrumen yang digunakan adalah
lembar observasi dan self report. Hasil Penelitian yang diperoleh diketahui
hasil uji statistik wilcoxon oralit dengan p value 0,004 dan uji statistik
wilcoxon air kelapa hijau dengan p value 0,004 diperoleh bahwa ada
pengaruh pemberian oralit dan air kelapa hijau. Dilakukan juga uji man
whitney denganp value 0,002 yang berarti bahwa oralit lebih efektif jika
dibandingkan dengan air kelapa hijau. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah oralit lebih efektif dari air kelapa hijau terhadap frekuensi diare
pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas
5. Pada penelitian Arif mulyanto, Ikhsan mujahid Dan Tyas ulfah khasanah
(2018 ) dengan judul kemampuan air kelapa muda sebagai antimikroba
terhadap bakteri escherichia coli penyebab diare pelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas beberapa jenis air kelapa muda sebagai
antimikroba terhadap bakteri yang dapat menyebabkan diare (uji bakteri)
seperti Escherichia coli. Dipenelitian ini penghambatan sampel air kelapa
muda terhadap hal tersebut di atas bakteri diadakan. Selain itu juga
dilakukan uji skrining fitokimia untuk mengetahui zat antimikroba yang
terkandung dalam air kelapa muda. Data anak muda Pengujian
antimikroba air kelapa terhadap Escherichia coli, dianalisis dengan
menggunakan analisis varian (ANOVA) dengan uji F pada taraf
kepercayaan 95%. Pengujian data diikuti dengan uji Duncan pada tingkat
kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelapa muda air
memiliki kemampuan antimikroba terhadap Escherichia coli. Berdasarkan
hasil penapisan fitokimia air kelapa muda (semua perlakuan) hanya tanin
metabolit sekunder terdeteksi. Semua perawatan (dari air kelapa muda)
bisa menghambat bakteri yang diuji. Diduga karena air tersebut
mengandung tanin. air dari kelapa (digunakan sebagai obat tradisional)
adalah penghambat bakteri yang efektif bakteri pertumbuhan. Pada E. coli
diameter zona hambat adalah 11,6 mm.
C. Konsep Teori
Faktor faktor
Faktor faktor kandungan kandungan air kelapa :
madu : 1. Asam askorbat
1. Zat antibiotik / anti 2. Mineral
bakteri 3. Vit. C
2. Thiamin (B1) 4. Tanin/ antidotum
Faktor terjadinya Diare:
A. Faktor Infeksi
1. Infeksi enternal
a) Infeksi bakteri
b) Infeksi virus
c) Infeksi parasit
2. Infeksi parenteral
B. Factor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
BAB III C. Factor makanan
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAND. Factor psikologis
(Ngastiyah, 2014)
DEFINISI OPRASIONAL
A. Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang tidak dapat langsung diamati atau diukur.
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep
dikembangkan berdasarkan tujuan penelitian yang sudah dirumuskan dan
didasari oleh kerangka teori yang berada dalam tinjauan kepustakaan
(Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep merupakan tahap yang penting dalam
suatu penelitian. Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan
hasil penelitian dengan teori (Nursalam, 2016).
Karakteristik Responden :
1. Usia
2. Jenis kelamin
B. Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari
sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
oleh orang lain (Nursalam,2008). Definisi operasional yaitu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel (kontrak) dengan cara memberikan arti
berdasarkan spesifikasi kegiatan (Hidayat,Mohyi,2020). Definisi operasional
memberikan deskripsi lengkap mengenai metode dengan konsep yang akan
diteliti. definisi ini dinyatakan dalam istilah : dapat dilakukan, observasi,dan
diperlihatkan” dengan mengutip kata operasi (manipulasi dan observasi) yang
diperlukan untuk menghasilkan fenomena (Widyastuti,2002).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Penelitian Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Dapenden
Pengetahuan Segala sesuatu Mengisi Menggunak Pengetahuan Ordinal
Yang diketahui kuesioner an kuesioner berdasarkan
Dan dipahami pengetahuan terdiri dari Skor:
Oleh responden terhadap 17 pertanya 1. Baik :
Tentang diare pada an mengguna dengan nilai
Pengetahuan anak, kan Skala 76 % -
Tentang tingkat responden Guttman yaitu : 100%
dehidrasi diare hanya 1. Skor 0 : 2. Cukup :
pada anak memberikan jika jawaban dengan nilai
jawaban salah. 56%- 75%
berupa check 2. Skor 1 : 3. Kurang :
list (√ ) pada jika dengan nilai
kolom jawaban jawaban < 56%
yang tersedia benar.
Variabel Independen
Edukasi / Upaya Wawancara SAP Dilakukan
Nominal
Pendidikan memberikan (satuan Edukasi
Kesehatan. Informasi acara
Tentang penyuluhan),
Dehidrasi diare Audiovisual,
Pad anak Leaflet.
Dengan
Menggunakan
Media leaflet
Dan audiovisual.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan
eksperimen semu (quasy experiment) penelitian yang menguji coba suatu intervensi
pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok perbandingan namun tidak
dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek kedalam kelompok perlakuan
atau kontrol (Dharma,2011). Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah kontrol diri sendiri (pre and post without control) penelitiaan yang hanya
melakukan intervensi pada suatu kelompok tanpa pembanding.
Efektivitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan
pre test (kelana, 2011).
Variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dilakukan dalam
waktu bersamaan melihat ada tidaknya pengaruh madu dengan air kelapa, dengan
media leaflet dan audiovisual terhadap tingkat dehidrasi pasien GE pada anak
diruang anak RS Pertamina Prabumulih.
Skema 4.1
Skema Desain Penelitian
Keterangan :
R : Responden penelitian semua mendapatkan perlakuan /intervensi
O1 : Pre test pada kelompok perlakuan
O2 : Post Test setelah perlakuan
X1 : Uji coba/intervensi pada kelompok perlakukan sesuai protokol
(kelana, 2011).
B. Populasi, Sampel dan teknik pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemuadian di tarik kesimpulan (Jiwantoro, 2017). Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh Pasien dengan GE dehidrasi ringan/sedang
dan berat di ruang anak RS Peertamina Prabumulih.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Jiawantoro,2017).
Rumus Sampel :
(t-1) (n-1) >15
(2-1) (n-1) >15
(1) (n-1) >15
(n-1) >15
n = 15 + 1
n = 16
(J Supranto,2007)
(1 – f )
Atau
Drop out = 10 % x n
=10% x16
=2
F = Populasi unti ekperimen yang hilang atau mengundurkan diri atau drop out.
b. Kriteria ekslusi
1) Tidak bersedia menjadi responden
2) Tidak mampu berkomunikasi secara baik
3) Pasien yang tidak mengkonsumsi obat rutin selama 8 bulan terturut-
turut.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik FaskesPertamedika Prabumulih.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang terdiri dari waktu pesiapan ,pelaksanaan, dan penyusuna
laporan yang di lakukan pada bulan November 2020 sampai januari
2021.Sedangkan pelaksanaan atau pengumpulan data responden pada bulan
Desember 2020.
E. Etika Penelitian
Menurut Dharma (2011).secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik
penelitian keperawatan,yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut.Disamping
itu,peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan
informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi).Sebagai ungkapan
peneliti menghormati harkat dan martabat subjek peneliti seyogyanya
mempersiapkan formulir persetujuan subjek (informs consent) yang
menyangkup :
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang di timbulkan
c. Penjelasan manfaat yang didapatkan
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek
berkaitan dengan prosedur penelitian
e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian kapan
saja.
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang
diberikan oleh responden.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan kepada individu dalam memberikasn informasi.Setiap orang berhak
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.Oleh sebab
itu,peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasian identitas subjek.Peneliti cukup menggunakan coding sebagai
pengganti identitas responden.
Hasil uji validitas instrumen diperoleh nilai r hitung 0,390 sampai dengan
0,798.Setelah membandingkan hasil r tabel dengan r hitung didapatkan
bahwa semua item pertanyaan tersebut valid.
b. Uji Realibilitas
Reabiitas adalah tingkat konsestensi daru suatu pengukuran.Realibilitas
menunjukan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika
instrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma,2011).Hassil uji
realibitas dilakukan dengan membandingkan r tabel dengan r hasil untuk
mendapatkan nilai Alpha.Bila r Alpha lebih besar daripada r tabel
(r≥0,7),maka pertanyaan disebut reliabel (Hastono,2016).
2. Prosedur Teknis
a. Peneliti mejelaskan maksud dan tujuan dilaksanakan penelitan kepada
responden.
b. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
yang sudah ditetapkan.
c. Meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam melaksanakan
penelitian setelah diberikan penjelasan dan kesempatan untuk bertanya.
d. Meminta responden yang bersedia untuk ikut serta dalam pelaksanaan
penelitian untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subjek
penelitian.
e. Melakukan pretest berupa pengisian instrumen A mengenai karakteristik
pasienyang dilakukan oleh peneliti sendiri.
H. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa pengolahan data dilakukan untukmencegah
GIGO (garbage in garbage out),bila yang masuk sampah maka keluarnya juga
sampah.oleh karena itu proses pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Editing
Editing merupakan suatu kegiatan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan dan
perbaikan terhadap data yang sudah didapat.
b. Coding
Setelah semua data disunting maka langkah selanjutnya dilakukann coding,yaitu
memberi kode data dengan cara mengubah kalimat atau huruf menjadi angka.
c. Data entry atau Processing
Data entry adalah memasukan data yang sudah dilakukan pengkodean ke dalam
software komputer.
d. Cleaning
Setelah semua data sudah dimasukan ke dalam software komputer kemudian
perlu dilakukan pemeriksaan kembai data yang sudah di entry apabila terjadi
kesalahan atau ketidaklengkapan maka dilakukan perbaikan atau koreksi.
I. Analisa Data
Proses pengolahan data dapat dilakukan dengan cara :
1. Uji Normalitas
Normalitas merupakan suatu distribusi yang menunjukan sebaran data yang
seimbang dan sebagian besar data berada pada nilai di tengah.Tujuannya untuk
menguji apakah dalam model regresi,variabel pengganggu memiliki distribusi
normal (Jiwantoro,2017).Uji normalitas yang digunakan dalam peneltian ini
adalah uji statistik dengan Skewness.
Dalam mengetahui suatu data berdistribusi normal atau tidak,peneliti
menggunakan nilai skewness dan standar errornya menghasilkan nilai -2 (1,96)
sampai +2 (1,96) maka data dinyatakan berditribusi normal (Hastono,2016).
Rumus Skewness : Х – Mo
Sk =
s
Keterangan :
Sk : Kooefisien Skewness
X : Rata – rata
Mo : Modus
s : Simpangan baku
2. Anlisa Univariat
Analisa Umivariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk analisis ini terjuan dari jenis
datanya.Untuk data numerik digunakan nilai rata-rata ,median dan standar
deviasi.Pada umumnya dalam analisi ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan presentase dai tiap variabel (Notoatmodjo,2012).Dalam penelitian
ini analisa univariat yang dilakukan menjelaskan atau mendeskripsikan variabel
independen yaitu pendidikan kesehatan dan karakteristik responden yang
meliputi usia,pendidikan,lama bekerja,tingkat pengetahuan dan riwayat
penyakit.Data yang didapat kemudian di hitung jumlah dan prosentase masing-
masing kelompok dan disajikan dengan menggunakan tabel serta di
interpretasikan.Data yang bersifat kategorik disajikan dalam bentuk frekuensi
dan prosentase.Sedangkan data numerik disajikan dalam bentuk mean,median
dan standar deviasi.
Keterangan :
X : Frekuensi relatif dari suatu kelas
f : Frekuensi suatu kelas
n : banyak sampel
(Hidayat,2013)
3. Analisa bivariat
Analisi bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang di
duga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo,2012).Pada penelitian ini
menggunakan Uji Paired t-test.Paired t-test digunakan untuk menguji beda
mean dari 2 hasil pengukuran pada kelompok yang sama (misalnya beda mean
pre dan post test ) (Dharma,2011).Syarat/asumsi yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut :
a. Data berdistribusi normal/simetris
b. Kedua kelompok data independent
c. Variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (dengan
hanya dua kelompok)
Rumus :
d
T = _____
SD_d/√n
Keterangan :
d : Rata-rata deviasi / selisih sampel 1 dan 2
SD_d : Standar deviasi dari deviasi / selisih sampel 1 dan sampel 2
(Hastono & Sabri ,2014)