Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MADU DENGAN AIR KELAPA


DALAM MENGATASI TINGKAT DEHIDRASI PENYAKIT DIARE
PADA ANAK DI RUANG PANDAN RS PERTAMINA PRABUMULIH
TAHUN 2022

Dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian


tugas akhir pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Oleh :
Rinto Harahap
NIM. 11212140

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2022

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi masalah kesehatan


di Negara berkembang. Penyakit berbasis lingkungan bisa terjadi
karena hubungan interaktif antara manusia dan perilakunya serta
komponen lingkungan yang memiliki potensi penyakit. Penyakit diare
merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Diare adalah
buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair, dengan
kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari
200 gram atau 200 ml/24 jam. Buang air besar encer tersebut dapat
berisi atau tanpa disertai lendir dan darah. Diare bahkan dapat berupa
air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Kemenkes RI 2016).

Terhambatnya masalah fisik dapat menyebabkan oleh berbagai macam


penyakit contohnya bakteri dan virus. Penyakit menular menjadi salah
satu penyebab utama kematian di Dunia. Diare merupakan masalah
global yang menyebabkan kematian pada anak di bawah usia 5 tahun,
sekitar 1,7 milyar kasus diare pada anak khususnya balita dan
menyebabkan kematian sebanyak 760.000 balita di seluruh dunia yang
tiap harinya kurang lebih sekitar 1.400 anak yang meninggal karena
diare (WHO, 2013; Benedictus, 2020). Di tahun 2016, diare sebagai
penyebab kematian nomor 8, lebih dari 1,6 juta kematian. Lebih dari
seperempat (26%) kematian diare pada anak usia sebelum 5 tahun, dan
sekitar 37% kematian diare terjadi di Asia selatan dan Afrika (Moraga,
2016; Benedictus, 2020).

Di Indonesia insiden diare masih cukup tinggi, yaitu sekitar 8% pada


seluruh usia, dan insiden tertinggi terjadi pada kelompok usia balita
yaitu sekitar 18,5% (Riskesdas, 2018). Di Indonesia, angka kejadian
diare akut diperkirakan masih sekitar 60 juta setiap tahunnya dan
angka kesakitan pada balita sekitar 200-400 kejadian dari 1000
penduduk setiap tahunnya dan 1- 5% berkembang menjadi diare
kronik.

Akibat dari diare tersebut, tahun 2018 di Indonesia jumlah penderita


diare Balita yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 1.637.708 atau
40,90% dari perkiraan diare di sarana kesehatan. Target cakupan
pelayanan penderita Diare semua umur (SU) yang datang ke sarana
kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita Diare SU
(Insidens Diare SU dikali jumlah penduduk di satu wilayah kerja
dalam waktu satu tahun). Tahun 2017 jumlah penderita diare SU yang
dilayani di sarana kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita dan terjadi
peningkatan pada tahun 2018 3 yaitu menjadi 4.504.524 penderita atau
62,93% dari perkiraan diare di sarana kesehatan. Insiden diare semua
umur secara nasional adalah 270/1.000 penduduk (Rapid Survey Diare
tahun 2015). Terjadi 10 kali kejadian luar biasa (KLB) Diare pada
tahun 2018 yang tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota. Jumlah
penderita 756 orang dan kematian 36 orang (CFR 4,76%). Angka
kematian (CFR) saat KLB Diare diharapkan 1%) kecuali pada tahun
2011 CFR pada saat KLB sebesar 0,40%, sedangkan tahun 2018 CFR
diare saat KLB mengalami peningkatan di banding tahun 2017 yaitu
menjadi 4,76%. (Kemenkes RI,2019).

Kasus diare di Sumatera Selatan pada tahun 2015 sampai dengan


tahun 2017 tertinggi ada di Kota Palembang, masing- masig
sebanyak 38.721, 37.896 dan 41.957 kasus. Ini menunjukan adanya
peningkatan kasus diare di tahun 2017. Pada tahun 2017 baru sebesar
79,29% penduduk yang menghuni rumah sehat, cakupan pengunaan
jamban sehat di tahun yang sama juga baru sebesar 75%,
sedangkan rumah tangga dengan Perilaku Hidup Bersih dan ehat
(PHBS) hanya sebesar 64,8%.9 Namun cakupan penggunaan air
bersih di Kota Palembang pada tahun 2017 sudah cukup tingi
yaitu 94,01%.8 Masih rendahnya penduduk Kota Palembang yag
menghuni rumah sehat, jamban sehat dan praktik PHBS yang benar
menjadi salah satu penyebab adanya kejadian diare di Kota
Palembang. (Dinkes Kota Palembang 2018). Pengendalian Diare di
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018 menyebutkan bahwa semua
umur yang dilayani dalam kasus diare tertinggi terdapat pada di
kabupaten Banyuasin dengan jumlah persentase 100,5% dan yang
terkecil di kota Pagaralam dengan jumlah 43,5%. Balita yang
mendapatkan pelayanan yang tertinggi yaitu di Kota palembang
dengan jumlah persentase 77,9%, dan untuk balita yang mendapatkan
pelayanan terendah yaitu di Kabupaten Empat Lawang dengan
persentase 12,4%. sedangkan untuk Balita yang mendapatkan Oralit
Zinc tertinggi ada di Kota Prabumulih dengan persentase 112,7% dan
untuk persentase terendah yaitu Kabupaten Muratara dengan
persentase 3,4%.

Menurut Kemenkes RI (2011) cara penularan diare adalah melalui


cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar
kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung
melalui lalat (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger), Masih
tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain faktor lingkungan, gizi, kependudukan,
pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang
dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan
angka kejadian diare.

Dampak dari diare tersebut mengakibatkan anak menjadi dehidrasi.


Kita ketahui derajat dehidrasi dibagi menjadi 3, yaitu :Tanpa dehidrasi,
apabila tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare
dengan dehidrasi berat atau ringan/sedang, Dehidrasi ringan/sedang,
terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut gelisah, rewel/mudah
marah, mata cekung, mata cekung, merasa haus dan minum dengan
lahap, cubitan kulit perut kembali lambat, dan dehidrasi berat, terdapat
dua atau lebih tanda-tanda berikut yaitu letargis atau tidak sadar, mata
cekung, tidak bisa minum atau malas minum, dan cubitan kulit perut
kembali sangat lambat.( Depkes (2015) dalam buku Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) )

Penanganan diare selain menggunakan teknik farmakoterapi terdapat


juga terapi komplementer yang dapat digunakan yaitu dengan
memberikan madu. Madu sudah dikenal sebagai obat tradisional
berbagai macam penyakit sejak zaman dahulu, namun madu belum
banyak digunakan dalam pengobatan modern karena banyak
munculnya penemuan antibiotik. Rasulullaah SAW serta kandungan di
dalam Al-Quran meriwayatkan bahwa madu merupakan obat yang
dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Madu memiliki manfaat
yang tinggi bagi dunia medis. Madu dapat mengatasi berbagai infeksi
yang disebabkan oleh bakteri atau mikroba. Madu dapat dipakai untuk
mengatasi diare karena efek antibakterinya dan kandungan nutrisinya
yang mudah dicerna. Manfaat madu lain adalah membantu dalam
penggantian cairan tubuh yang hilang akibat diare. Dalam cairan
rehidrasi, madu dapat menambah kalium dan serapan air tanpa
meningkatkan serapan natrium. Hal itu membantu memperbaiki
mukosa usus yang rusak, merangsang pertumbuhan jaringan baru dan
bekerja sebagai agen anti-inflamasi. Pertumbuhan spesies bakteri yang
menyebabkan infeksi lambung, seperti C. Frundii, P. Shigelloides, dan
E. Coli, juga dapat dihambat oleh ekstrak madu (Nurmaningsih et al.,
2015).

Air kelapa memiliki beberapa kelebihan. Hasil penelitian


membuktikan air kelapa memiliki indeks rehidrasi (indikator
banyaknya cairan rehidrasi yang diberikan yang dipergunakan tubuh)
lebih baik dibandingkan dengan air biasa dan minuman elektrolit
buatan. Indeks rehidrasi lebih tinggi berarti air kelapa muda lebih
efektif dan lebih cepat memperbaiki dehidrasi. Kelebihan lain adalah
memiliki rasa lebih lezat dan mudah ditoleransi lambung sehingga air
kelapa muda dapat diminum dalam jumlah cukup banyak (Yuliatin,
2011: 35,36). Food and agriculture organization (FAO), pernah
meneliti dan berusaha mematenkan air kelapa muda sebagai minuman
isotonik. Lebih dari itu, air kelapa bisa mengobati gangguan
pencernaan berlebih atau diare karena setiap 100 ml air kelapa
mengandung 250 mg kalium dan 105 mg sodium. Kalium dan sodium
akan bersenyawa menjadi cairan elektrolit yang memberikan cukup
hidrasi pada pasien yang menderita diare atau gangguan pencernaan
(Bogadenta, 2018).

Rumah Sakit Pertamina Prabumulih merupakan rumah sakit tipe C non


pendidikan. Visi rumah sakit adalah menjadi perusahaan layanan
kesehatan yang mandiri dan berkualitas prima di Sumatra selatan
(Bagian Humas RS Pertamina Prabumulih, 2020). Di Rumah Sakit
Pertamina Prabumulih Setiap tahunnya, penyakit diare mengalami
fluktuatif diare dan ditahun 2020 terdapat 146 kasus diare. Diare tahun
2021 terdapat 250 kasus diare dan tahun 2022 terdapat 350 kasus diare
merupakan masalah serius dimana diare selalu termasuk dalam
peringkat 5 besar penyakit terbanyak. Masalah ini yang kemudian
menarik perhatian peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
Pengaruh pemberian terapi madu dengan air kelapa dalam mengatasi
tingkat dehidrasi penyakit diare

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pendeliti pada


tanggal 1 Oktober 2022 diruang Pandan Anak, diperoleh data melalui
wawancara dan data observasi . Hasil penelitian dari 10 anak
menunjukan bahwa dari wawancara dan observasi 3 (30%) responden
dengan dehidrasi berat. Sedangkan dehidrasi sedang 5 (50%)
responden dan 2 ( 20%) responden dehidrasi ringan. Dan hasil wawan
cara juga didapatkan 8 (80%) ibu mengatakan anaknya susah minum
obat dari rumah sakit, dan males minum air putih.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk menerapkan metode


pemberian madu dengan air kelapa dalam mengatasi tingkat dehidrasi
penyakit diare sebagai langkah efektif dalam mengatasi masalah diare
akut yang terjadi pada anak yang berusia 1-5 tahun. Pemberian madu
dilakukan dalam 3 kali sehari dengan ukuran 5cc sendok teh dan
dicampurkan dengan 10 cc air kelapa . Banyaknya kasus diare
terutama terjadi pada balita, hal ini memerlukan perhatian dari semua
tenaga kesehatan termasuk perawat. Perawat memegang peranan
penting dalam melakukan usaha pencegahan dan pengobatan diare.
Data Latar belakang ini yang mendasari penulis untuk melakukan
study dengan judul ” Pengaruh Pemberian Terapi Madu Dengan Air
Kelapa Dalam Mengatasi Tingkat Dehidrasi Penyakit Diare Pada Anak
di Ruang Pandan RS Pertamina Prabumulih .

B. Rumusan Masalah

Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare


dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor lingkungan, gizi,
kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku
masyarakat yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan angka kejadian diare. Penanganan dapat secara
farmakalogis, tradisional. Mengingat banyak efek samping yang
diakibatkan mengkonsumsi obat, pada zaman modern ini
dikembangkan terapi non obat atau yang dikenal dengan herbal. Terapi
madu dan air kelapa layak diketahui oleh para tenaga kesehatan dan
masyarakat umum sebagai upaya pengobatan diare Kemampuan madu
untuk membantu terbentuknya jaringan granulasi sehingga dapat
memperbaiki kerusakan permukaan usus dan efek madu sebagai
prebiotik yang dapat menumbuhkan kuman komensal dalam usus
dengan kemampuan melekat pada enterosit mukosa usus sehingga
dapat menghambat kolonisasi sejumlah bakteri penyebab diare
termasuk virus. air kelapa memiliki indeks rehidrasi (indikator
banyaknya cairan rehidrasi yang diberikan yang dipergunakan tubuh)
lebih baik dibandingkan dengan air biasa dan minuman elektrolit
buatan. Indeks rehidrasi lebih tinggi berarti air kelapa muda lebih
efektif dan lebih cepat memperbaiki dehidrasi. Kelebihan lain adalah
memiliki rasa lebih lezat dan mudah ditoleransi lambung sehingga air
kelapa muda dapat diminum dalam jumlah cukup banyak (Yuliatin,
2011: 35,36).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pendeliti pada


tanggal 1 Oktober 2022 diruang Pandan Anak, diperoleh data melalui
wawancara dan data observasi . Hasil penelitian dari 10 anak
menunjukan bahwa dari wawancara dan observasi 3 (30%) responden
dengan dehidrasi berat. Sedangkan dehidrasi sedang 5 (50%)
responden dan 2 ( 20%) responden dehidrasi ringan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan di atas, penulis


merumuskan masalah bahwa ” Apakah Terdapat Pengaruh Pemberian
Madu dan Air Kelapa Dalam Mengatasi Tingkat Dehidrasi Penyakit
Diare di RS Pertamina Prabumulih ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh pemberian madu dan air kelapa dalam
mengatasi tingkat dehidrasi penyakit diare di RS Pertamina
Prabumulih
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi usia dan
jenis kelamin
b. Mengidentifikasi Pengaruh pemberian madu dengan air kelapa
dalam mengatasi tingkat dehidrasi penyakit diare di RS
Pertamina Prabumulih
c. Mengidentifikasi tingkat dehidrasi penyakit diare di RS
Pertamina Prabumulih
d. Menganalisa Pengaruh Pemberian Madu dengan Air kelapa
Dalam Mengatasi Tingkat Dehidrasi Penyakit Diare di RS
Pertamina Prabumulih

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan mampu memberikan manfaat dalam praktik
keperawatan anak dalam mengelola kasus diare agar tidak terjadi
dehidrasi dan pengurangan angka kematian pada anak.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ilmiah di
bidang keperawatan anak khususnya Pengaruh pemberian madu
dan air kelapa dalam mengatasi tingkat dehidrasi penyakit diare di
RS Pertamina Prabumulih
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Teori dan konsep terkait


1. Diare
a. Pengertian diare
Diare adalah penyakit yang di tandai dengan terjadinya perubahan
bentuk dan konsentrasi tinja yang melembek sampai dengan cair
dengan frekuensi lebih dari lima kali sehari. Diare dapat
merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahya karena sering
mengakibatkan kematian bila terlambat penanganannya.
(Pudiastuti, 2011 dalam Ni Putu 2019)
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair, dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari
biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Buang air
besar encer tersebut dapat berisi atau tanpa disertai lendir dan
darah. Diare bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Kemenkes RI
2016).

b. Etiologi diare
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain
seperti malabsorbsi. Menurut (Ngastiyah, 2014), factor penyebab
diare adalah sebagai berikut:
1) Faktor infeksi
a) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan makanan
yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi
infeksi enternal sebagai berikut :
(1) Infekasi bakteri : Vibrio, Escherichia coli, Salmonella,
Shigella, Camphylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan
sebagainya.
(2) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsakie,
Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan
lain-lain).
(3) Infeksi Parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba Histolyatica,
Giardia Lambia, Trichomonas Hominis), Jamur
(Candida Albicans)
b) Infeksi Parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti otitis media akut (OMA),
tonsillitis/tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis,
dan sebagainya.

2) Faktor Malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat : diskarida (intoleransi laktosa,
maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Bayi dan anak yang terpenting dan
tersering ialah intoleransi laktrosa.
b) Malabsorbsi Lemak
c) Malabsorbsi Protein
3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan.
4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang
dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

c. Klasifikasi diare
Klasifikasi diare menurut (Hidayat, 2014) adalah sebagai berikut :
1) Diare akut, yaitu diare yang menyerang dan biasanya akan
berlangsung kurang dari 14 hari. Akibat yang akan muncul dari
diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi penyebab
utama kematian bagi penderita diare
2) Diare presisten atau diare kronis yaitu diare yang biasanya akan
berlangsung selama lebih dari 14 hari dan terjadi secara terus-
menerus. Akibat dari diare 11 ini penderita akan mengalami
penurunan berat badan dan gangguan metabolism pada tubuh.
3) Diare disentri yaitu diare yang disertai darah yang bercampur
dalam tinja yang dikeluarkannya. Akibat diare ini adalah
penderita akan mengalami anoreksia, penurunan berat badan
dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
4) Diare yang dialami dengan masalah (diare akut dan persisten)
yang mungkin juga disertai dengan penyakit lain di dalam
tubuh seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

d. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi
(Suharyono, 2012):
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare
2) Gangguan keseimbangan asam-basa (Metabolik Asidosis)
a) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.
b) Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c) Terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anoksida jaringan
d) Produksi metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria)
e) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam
cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang
menderita diare. Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup,
hipoglikemia ini jarang terjadi lebih sering terjadi pada
anak yang sebelumnya pernah menderita KKP. Hal ini
terjadi karena :
a) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati
terganggu.
b) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang
terjadi).

Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa


darah menurun sampai 40mg% pada bayi dan 50mg%
pada anak-anak. Gejala : lemah, apatis, peka rangsang,
berkeringan, pucat, syok, kejang, sampai koma.

Terjadinya hoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika


terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa adanya panas atau
penyakit lain yang disertai kejang atau penderita
dipuasakan dalam waktu yang lama.

4) Gangguan Gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat. Hal ini disebabkan :
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare dan / atau muntahnya akan bertambah hebat. Orang
tua hanya sering memberikan teh saja (teh diit)
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu
lama.
c) Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan
diabsorpsi dengan baik dengan adanya hiperperistaltik.

5) Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/ disertai muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik.
Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah hebat, dapat mengakibatkan perdaraan pada otak
kesadaran menurun (soporokmateus) dan bila tidak segera
ditolong penderita dapat meninggal.

Berikut ini adalah bagan proses perjalanan penyakit diare dari


faktor penyebab hingga menjadi penyakit diare :

Faktor

Kuman masuk Toksin dalam Hipersekresi air


dan dinding usus elektrolit (isi
Infeksi berkembang halus rongga) usus
dalam usus meningkat

Pergeseran air
Tekanan dan elektrolit Isi rongga usus
Malabsorb osmotik ke rongga meningkat
si meningkat usus

Toksin tidak Kemampuan


Makanan dapat diabsorbsi Hiperperistalti absorbsi menurun
k

Kemampuan
Psikologis Hiperperistaltik absorbsi menurun

Diare
Gambar 2.1 : Bagan Terjadinya Diare
Sumber : Setyowati dan Nurhaeni (20011) dalam Novie dan Angga (2016)
e. Cara penularan dan faktor risiko diare
Menurut Kemenkes RI (2011) cara penularan diare adalah melalui
cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid,
finger).
Berdasarkan hasil penelitian (Angga, 2012), - faktor yang
mempengaruhi kejadian diare:
1) Faktor Individu
a) Status gizi
b) Pendidikan
c) Sosial – ekonomi
d) Pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang sanitasi
botol susu
2) Faktor Lingkungan
a) Kependudukan
b) Perilaku masyarakat

f. Tanda dan gejala diare


Menurut Ngastiyah (2014), tanda dan gejala dari penyakit diare
yaitu:
1) Mula - mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang/ tidak ada, lalu timbul
diare.
2) Tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah.
3) Warna tinja makin lama berubah kehijau - hijauan karena
bercampur dengan empedu.
4) Anus dan daerah sekitarnya akan timbul lecet karena seringnya
defekasi.
5) Tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak
asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh
usus selama diare.
6) Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan
dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
7) Gejala dehidrasi yaitu berat badan turun, turgor berkurang,
mata dan ubun - ubun besar menjadi cekung, selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

g. Komplikasi
Menurut (Nursalam, 2013) Akibat dari diare, yaitu kehilangan
cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut:
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau
hipertonik)
2) Renjatan hipovolemik
3) Hypokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah,
bradikardi)
4) Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim lactose
5) Hipoglikemia
6) Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare jika lama
atau kronik).

h. Penatalaksanaan
Berdasarkan (Kemenkes RI, 2011), kebijakan pengendalian
penyakit diare di Indonesia bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program
dan lintas sector terkait. Strategi pengendalian penyakit diare yang
dilaksanakan pemerintah adalah :
1) Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di
sarana kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare
(LINTAS Diare) yaitu :
a) Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah
b) Zinc selama 10 hari berturut-turut
c) Pemberian ASI dan makanan
d) Pemberian antibiotic sesuai indikasi
e) Pemberian edukasi
2) Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga
yang tepat dan benar
3) Meningkatkan SKD (system Kewaspadaan Dini) dan
penanggulangan KLB (Kejadian Luar Biasa) diare
4) Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif
5) Melaksanakan monitoring dan evaluasi.

i. Pencegahan diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang
dapat dilakukan adalah (Kemenkes, 2011):
1) Perilaku sehat
a) Pemberian ASI
b) Makanan pendamping ASI
c) Mencuci tangan
d) Menggunakan air bersih yang cukup
e) Menggunakan jamban
f) Membuang tinja yang benar
g) Pemberian imunisasi campak
h) Pemberian ASI
2) Penyehatan lingkungan
a) Penyediaan air bersih
b) Pengelolaan sampah
c) Sarana pembuangan air limbah

2. Konsep Dehidrasi
a. Definisi Dehidrasi

Dehidrasi didefinisikan sebagai suatu keadaan keseimbangan


cairan yang negatif atau terganggu yang bisa disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit (Huang dkk, 20019). Dehidrasi terjadi
karena kehilagan air (output) lebih banyak dari pada pemasukan
air (input) (Suratmaja, 2012). Dehidrasi umumnya terjadi pada
bayi dan anak-anak ketika haluaran cairan total melebihi asupan
cairan total (Muscari, 2015).

Menurut Long 1992 dalam Ernawati 2012, Jenis dehidrasi dibagi


menjadi dua:
1) Dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan disbanding
kekurangan elektrolit (Dehidrasi Isotonis). Pada dehidrasi
jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler, sehingga
terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstra sel yang
menyebabkaan terjadi dehidrasi intraselluler. Bila cairan
intrasel berkurang lebih dari 20% maka sel akan mati.
Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseoerang minum air laut
pada saat kehausan yang berat.
2) Dehidrasi yang terjadi karena kekurangan elektrolit lebih
dominan dibandingkan kekurangan air (dehidrasi hipertonik).
Pada dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat
hipotonis, sehingga terjadi perpindahan air dari ekstrasel ke
intrasel yang menyebabkan terjadi “edema intrasel”.
Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang yang mengalami
kekurangan cairan hanya diatasi dengan minum air murni
tanpa mengandung elektrolit.
Dehidrasi dapat digolongkan berdasarkan derajat atau sejenisnya
yaitu:
1. Menurut Derajat
a. Dehidrasi ringan dicirikan dengan kehilangan 5% dari
berat badan sebelum sakit
b. Dehidrasi sedang dicirikan dengan kehilangan 5% sampai
10% dari berat badan sebelum sakit
c. Dehidrasi berat dicirikan dengan kehilangan lebih dari
10% dari berat badan sebelum sakit
2. Menurut Tipe
a. Dehidrasi isotonis dicirikan dengan defisit air dan
elektrolit yang terjadi dalam proporsi seimbang. Isotonis
merupakan jenis dehidrasi yang paling sering terjadi
(sekitar 70% kasus dehidrasi dihubungkan dengan diare
pada bayi)
b. Dehidrasi hipertonik dicirikan dengan kehilangan cairan
melebihi kehilangan elektrolit
c. Dehidrasi hopotonik dicirikan dengan kehilangan
sejumlah elektrolit melebihi kehilangan cairan

Dehidrasi sangat berbahaya terhadap keselamatan hidup


manusia. Tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan
bergantung pada seberapa besar derajat dehidrasi yang
dialaminya. Perawat harus mampu mengidentifikasi tingkat
dehidrasi yang terjadi pada pasien. Untuk mengetahuinya, ada
beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, tingkat
keparahan dehidrasi dapat dihitung dari penurunan berat badan
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Penurunan Berat Badan sebagai Indikator Kekurangan
Cairan
Tubuh
Penurunan Berat Badan Akut Keparahan Defisit Cairan Tubuh
2-5% Ringan
5-10% Sedang
10-15% Berat
15-20% Fatal
Sumber: Horne dan Swearingen, 2001 dalam Ernawati, 2012

Kedua, tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada
pada klien. Penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Penilaian A B C
Lesu, lunglai, atau tidak
Lihat: Keadaan
Baik, Gelisa, sadar*
Umum
sadar rewel*
Sangat cekung dan kering
Mata Normal Cekung

Air Mata Ada Tidak Tidak ada


ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat Kering

Tabel 2.2 Tingkat dehidrasi dilihat dari tanda dan gejala


Malas minum
Minum biasa, Haus, ingin
Rasa Haus atau tidak bisa
tidak haus minum banyak*
minum*
Periksa: Turgor Kembali sangat
Kembali cepat Kembali lambat*
Kulit lambat*
Dehidrasi
Dehidrasi berat
ringan/sedang
bila ada 1 tanda
Hasil Tanpa dehidrasi bila ada 1 tanda
*, ditambah 1
Pemeriksaan *, ditambah 1
atau lebih tanda
atau lebih tanda lain
lain

Sumber : Mansjoer dkk, 2003

Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan (Nelwan RHH,


2011):

1. Keadaan klinis: ringan, sedang, dan berat (Derajat dehidrasi


WHO 2018)

SKOR
Yang dinilai
1 2 3
Gelisah,
Keadaan Umum Baik Lesu, haus
hingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan <30x/menit 30-40x/menit >40x/menit
Turgor Biasa Kurang Jelek
Nadi <120x/menit 120-140x/menit >140x/menit
Tabel 2.3 Derajat Dehidrasi Berdasarkan Keadaan Klinis
Keterangan:
Jika skor ≤ 6: tanpa dehidrasi
Skor 7-12: dehidrasi ringan-sedang
Skor ≥ 13: dehidrasi berat

2. Berat jenis plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat


a. Dehidras berat : BJ plasma 1,032-1,040
b. Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028-1,032
c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025-1,028

3. Pengukuran Central VenouPressure (CVP)


a. Apabila CVP +4 s/d 11
cm H2 : Normal
b. Apabila CVP < +4 cm H2 : Syok atau dehidrasi

3. MADU
a. Pengertian
Madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis
yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral
nektar) atau bagian lain daritanama (ekstrafloral nektar) atau ekskresi
serangga Madu mengandung sejumlah senyawa dan sifat antioksidan
yang telah banyak diketahui. Sifat antioksidan dari madu yang berasal
dari zat-zat enzimatik (misalnya, katalase, glukosa oksidase dan
peroksidase) dan zat-zat non enzimatik (misalnya, asam askorbat, α-
tokoferol, karotenoid, asam amino, protein, produk reaksi Maillard,
flavonoid dan asam fenolat). Jumlah dan jenis antioksidan ini sangat
tergantung pada sumber bunga atau varietas madu, dan telah banyak
banyak penelitian yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara
aktivitas antioksidan dengan kandungan total fenol (Wulandari, 2017).

b. Kandungan Madu
Madu mengandung banyak mineral seperti natrium, kalsium,
magnesium,alumunium, besi, fosfor, dan kalium. Vitamin–vitamin
yang terdapat dalam madu adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), asam
askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam
folat, dan vitamin K. Sedangkan enzim yang penting dalam madu
adalah enzim diastase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase, dan
lipase. Selain itu unsur kandungan lain madu adalah memiliki zat
antibiotik atau anti bakteri (Wulandari, 2017).

c. Manfaat Madu

Masyarakat Indonesia menggunakan madu sebagai campuran pada


jamu tradisional untuk meningkatkan khasiat penyembuhan penyakit
seperti infeksi pada saluran cerna dan pernafasan, serta meningkatkan
kebugaran tubuh. Madu juga memiliki kemampuan untuk
meningkatkan kecepatan pertumbuhan jaringan baru. (Adebolu,
Adeoye, & Oyetayo 2015)

Salah satu metode yang telah ditekankan dalam pengobatan tradisional


untuk pengobatan diare adalah dengan mengkonsumsi madu. Madu
adalah satu nutrisi kaya yang mengandung karbohidrat, enzim, asam
amino, asam organik, mineral, senyawa aromatik, pigmen, dan serbuk
sari. Kaitan antara terapi madu dan diare, bahwa madu memiliki
aktivitas bakterisidal yang dapat melawan beberapa organisme
enteropathogenic, termasuk diantaranya spesies dari Salmonella,
Shigella, dan E.colli. Uji klinis dari pengobatan madu pada anak-anak
yang telah diteliti dan menemukan bahwa madu alami dapat
menurunkan bakteri pada penyakit diare. Madu murni dapat
membantu terbentuknya jaringan granulasi memperbaiki kerusakan
permukaan kripte usus dan adanya efek madu sebagai prebiotik yang
dapat menumbuhkan kuman komensial dalam usus dengan
kemampuan melekat pada enterosit mukosa usus sehingga dapat
menghambat kolonisasi sejumlah bakteri penyebab diare termasuk
virus (murine dan rebesus rotavirus) (Lemone, 2016).

d. SOP Pemberian Madu


Langkah-langkah pemberian madu menurut (Wulandari, 2017) adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan alat
a) Persiapan 5 cc madu murni
b) Siapkan 10 cc air mineral hangat
c) Gelas & Sendok teh
2. Fase Kerja
a) Siapkan gelas dan sendok teh
b) Berikan 5 cc madu murni dicampurkan dengan 10 cc air kelapa
dan
berikan pada anak usia 1-5 tahun. Pemberiannya dapat
dilakukan 3 kali sehari dalam jangka waktu pemberian inovasi
madu 5 hari.

4. Kelapa Muda
a. Pengertian

Kelapa merupakan tumbuhan asli daerah tropis. Di Indonesia,


pohon kelapa dapat ditemukan hampir di seluruh provinsi, dari
daerah pantai yang datar sampai ke daerah pegunungan yang agak
tinggi. Kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari-
hari. Tidak hanya buahnya, tetapi seluruh bagian tanaman mulai
dari akar, batang, sampai ke pucuk tanaman dapat dimanfaatkan.
Kelapa adalah tanaman serba guna karena setiap bagian tanaman
bermanfaat bagi manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki “Tree
of Life” (Kriswiyanti, 2013).
b. Kandungan Air Kelapa

Kandungan zat kimia kelapa muda yang menonjol yaitu berupa


enzim yang mampu mengurai sifat racun. Komposisi kandungan zat
kimia yang terdapat pada air kelapa antara lain asam askorbat atau
vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium (potassium).
Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi dan fosfor,
serta mengandung gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan
sukrosa (Tabel 1.1). Kadar air yang terdapat pada buah kelapa
sebanyak 95,5 gram dari setiap 100 gram. Air kelapa hijau,
dibandingkan dengan jenis kelapa lain banyak mengandung tanin
atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi (Kurniati, 2010).

Tabel 1.1 Kandungan Kimia Air Kelapa (Priya & Ramaswamy,


2014)
Tingkat Usia
Parameter
7-8 bulan 8-9 bulan
pH 4,83 5,29
Glukosa (g/100ml) 2,4 2,9
Fruktosa 2,1 2,5
Sukrosa - 0,4
Gula total 5,0 6,3
Kalium kalsium 198,7 215,8
Kalsium 14,5 11,5
Magnesium 4,6 5,1
Khlorida 144,6 157,4

c. Manfaat Air Kelapa


Barlina (2014) mengatakan bahwa air kelapa muda dikenal sebagai
minuman yang banyak khasiatnya, seperti membunuh cacing perut,
minuman yang baik bagi penderita kolera, mengurangi gatal-gatal
yang disebabkan oleh penyakit cacar dan berbagai penyakit kulit
lainnya. air kelapa muda ini banyak dimanfaatkan untuk mengobati
bayi yang terserang diare. Manfaat air kelapa muda selanjutnya
adalah menyembuhkan diare. Enzim yang terkandung di dalam air
kelapa muda membantu sistem pencernaan serta menyempurnakan
fungsi metabolisme tubuh. Enzim yang bekerja ddalah katalase,
dehidrogenase, fosfatase, diastase, peroksidase, RNA-polimerase dan
lain sebagainya. Sebagai minuman kaya elektrolit, air kelapa muda
dianggap sebagai pilihan minuman yang baik saat anak mengalami
diare (Chan & Elevitch 2016).

Sebagian masyarakat di pedesaan mengobati diare menggunakan


air kelapa, terutama kelapa obat, yang digunakan untuk mengobati
berbagai macam penyakit. Sebagian ada yng sembuh dan ada
yang berkurang intensitas diarenya. Oleh karena itu, perlu
diketahui efektivitas air kelapa muda untuk mengobati diare, maka
perlu dilakukan penelitian efektivitas air kelapa muda untuk
menghambat bakteri penyebab diare (Kurniati, 2012).

B. Penelitian Terkait
1. Pada penelitian Ega lusiana, Immawati dan Sri nurhayati (2021), dengan
Judul Penerapan pemberian madu untuk mengatasi diare pada anak usia
prasekolah (3-5 tahun) Desain pada penelitian ini menggunakan desain
studi kasus. Subyek adalah anak usia prasekolah (3 – 5 tahun) yang
menderita diare dengan frekuensi diare lebih dari 3 kali dalam 1 hari.
Karakteristik responden pada penelitian ini adalah anak berusia1,7 tahun
dirawat dengan diare akut. Anak dikategorikan dalam diare ringan/ sedang.
Tanda dan gejala yang muncul yaitu frekuensi BAB 5 kali sehari, feces
cair disertai ampas, bising usus meningkat, turgor kulit elastis dan suhu
tubuh 39 oC. Hasil: Penerapan pemberian madu mampu menurunkan
frekuensi diare menjadi 3 kali sehari, konsistensi feces lunak, bising usus
normal, turgor kulit elastis dan penurunan suhu tubuh sebesar 1,2 oC. Bagi
ibu yang memiliki anak yang menderita diare dapat menjadikan madu
sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah diare pada anak.
Kesimpulan: penerapan pemberian madu mampu menurunkan frekuensi
diare dan suhu tubuh.

2. Pada penelitian Maftuchah, Eni Kusyati Dan Tri wibawanti nur laksana
(2021) dengan judul Upayah mempercepat penyembuhan diare pada balita
dengan pemberian makanan tambahan puding madu. Studi pendahulan
yang dilakukan di BPM Rusmiati Wilayah Puskesmas Winong terdapat
data balita Pada bulan Maret-Mei 2020 yang mengalami diare pada usia 3-
5 tahun sebanyak 57 balita. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
pengaruh Pemberian Makanan Tambahan puding madu terhadap lama
penyembuhan diare pada Balita Usia 3-5 . Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan desain Quasi Eksperiment dan purposive
sampling didapatkan 20 responden. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner dan analisis yang digunakan adalah mann whitney. Hasil
penelitian menujukkan lama penyembuhan diare pada balita usia 3-5 tahun
yang diberikan puding madu dan zinc didapatkan nilai median sebesar 4
hari sedangkan responden yang diberikan zinc dan oralit dengan nilai
median adalah 5 hari. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh
pemberian makanan tambahan puding madu terhadap lama penyembuhan
balita diare pada balita usia 3-5 tahun.

3. Pada penelitian Nurul Khoirum nisa, Khotimah Dan zuliani (2020) dengan
judul pengaruh pemberian nadu terhadap diare pada remaja di asrama As
adiyah pondok pesan tren darul ulum jombang. Penelitian ini
menggunakan consecutive sampling adalah suatu tehnik penetapan sampel
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini jumlah sampel adalah jumlah
remaja yang mengalami diare selama kurun waktu 1 bulan. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah pemberian madu. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah diare. Data yang telah diperoleh ditabulasi dan
dilakukan uji statistik deskripsi untuk mendapatkan prosentase. Setelah itu,
dilakukan uji statistik repeat measure untuk menganalisa pengaruh
pemberian madu terhadap diare

4. Pada penelitian Liza wati, Utari Dan Yunie atrie (2015) dengan judul studi
komparasi efektifitas oralit adan air kelapa hijau terhadap frekuensi diare
pada anak usia sekolah Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi
Eksperimen dengan rancangan Pretest and Posttest Nonequivalent Control
Group.Sampel pada penelitian ini sebanyak 20 responden dengan
menggunakan consecutive Sampling. Instrumen yang digunakan adalah
lembar observasi dan self report. Hasil Penelitian yang diperoleh diketahui
hasil uji statistik wilcoxon oralit dengan p value 0,004 dan uji statistik
wilcoxon air kelapa hijau dengan p value 0,004 diperoleh bahwa ada
pengaruh pemberian oralit dan air kelapa hijau. Dilakukan juga uji man
whitney denganp value 0,002 yang berarti bahwa oralit lebih efektif jika
dibandingkan dengan air kelapa hijau. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah oralit lebih efektif dari air kelapa hijau terhadap frekuensi diare
pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas
5. Pada penelitian Arif mulyanto, Ikhsan mujahid Dan Tyas ulfah khasanah
(2018 ) dengan judul kemampuan air kelapa muda sebagai antimikroba
terhadap bakteri escherichia coli penyebab diare pelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas beberapa jenis air kelapa muda sebagai
antimikroba terhadap bakteri yang dapat menyebabkan diare (uji bakteri)
seperti Escherichia coli. Dipenelitian ini penghambatan sampel air kelapa
muda terhadap hal tersebut di atas bakteri diadakan. Selain itu juga
dilakukan uji skrining fitokimia untuk mengetahui zat antimikroba yang
terkandung dalam air kelapa muda. Data anak muda Pengujian
antimikroba air kelapa terhadap Escherichia coli, dianalisis dengan
menggunakan analisis varian (ANOVA) dengan uji F pada taraf
kepercayaan 95%. Pengujian data diikuti dengan uji Duncan pada tingkat
kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelapa muda air
memiliki kemampuan antimikroba terhadap Escherichia coli. Berdasarkan
hasil penapisan fitokimia air kelapa muda (semua perlakuan) hanya tanin
metabolit sekunder terdeteksi. Semua perawatan (dari air kelapa muda)
bisa menghambat bakteri yang diuji. Diduga karena air tersebut
mengandung tanin. air dari kelapa (digunakan sebagai obat tradisional)
adalah penghambat bakteri yang efektif bakteri pertumbuhan. Pada E. coli
diameter zona hambat adalah 11,6 mm.

C. Konsep Teori

Tingkat dehidrasi Air Kelapa


Pemberian Madu
penyakit diare pada
anak

Manfaat Madu : Manfaat air kelapa :

1. Madu memiliki aktivitas Tingkat dehidrasi 1. Membantu


bakterisidal yang melawan sistempencernaan serta
1. Tanpa dehidrasi menyempurnakan
organisme diantaranya e.coli
2. Dehidrasi fungsi metabolisme
2. Menurunkan makteri diare
ringan/sedang tubuh
3. Memperbaiki kerusakan
3. Dehidrasi berat 2. Minuman isotonik
permukaan kriple usus
4. Prebiotik yaitu dapat alami
(WHO, 2018 )
menumbukan kuman 3. Pengganti cairan
komensial dari usus elektrolit
5. Menghambat jumlah bakteri 4. Membunuh cacing
dari diare perut pada kolera

(Adebolu, Adeoye, & Oyetayo (Chan & Elevitch 2016).


2015)

Faktor faktor
Faktor faktor kandungan kandungan air kelapa :
madu : 1. Asam askorbat
1. Zat antibiotik / anti 2. Mineral
bakteri 3. Vit. C
2. Thiamin (B1) 4. Tanin/ antidotum
Faktor terjadinya Diare:
A. Faktor Infeksi
1. Infeksi enternal
a) Infeksi bakteri
b) Infeksi virus
c) Infeksi parasit
2. Infeksi parenteral
B. Factor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
BAB III C. Factor makanan
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAND. Factor psikologis
(Ngastiyah, 2014)
DEFINISI OPRASIONAL

A. Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang tidak dapat langsung diamati atau diukur.
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep
dikembangkan berdasarkan tujuan penelitian yang sudah dirumuskan dan
didasari oleh kerangka teori yang berada dalam tinjauan kepustakaan
(Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep merupakan tahap yang penting dalam
suatu penelitian. Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan
hasil penelitian dengan teori (Nursalam, 2016).

Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Suatu


konsep yang memiliki nilai variasi (Notoatmodjo, 2012). Macam-macam tipe
variabel yaitu independen, dependen, moderator (intervening), perancu atau
pengganggu (confounding), kendali/kontrol, dan random (Nursalam, 2016).
Berdasarkan kerangka konsep tergambar variabel- variabel yang menjadi fokus
invstgasi dalam suatu penelitian. Variabel variabel tersebut antara lain
( Dharma, 2017).
1. Variabel bebas (indevendent variable )disebut juga variabel sebab yaitu
karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan
perubahan pada variabel lainnya. Variabel independen pada penelitian ini
adalah pengaruh madu dengan air kelapa muda lewat media leaflet dan
audio visual.
2. Variabel terikat ( dependent variable ) adalah variabel akibat atau varibel
yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada
variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat
dehidrasi penyakit diare pada anak di Ruang Pandan RS. Pertamina
Prabumulih.

Skema 3. 1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian Madu Dengan Air


Kelapa Muda:
Tingkat Dehidrasi Penyakit
1. Media Leaflet Diare Pada Anak
2. Media Audiovisual

Karakteristik Responden :
1. Usia
2. Jenis kelamin
B. Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari
sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
oleh orang lain (Nursalam,2008). Definisi operasional yaitu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel (kontrak) dengan cara memberikan arti
berdasarkan spesifikasi kegiatan (Hidayat,Mohyi,2020). Definisi operasional
memberikan deskripsi lengkap mengenai metode dengan konsep yang akan
diteliti. definisi ini dinyatakan dalam istilah : dapat dilakukan, observasi,dan
diperlihatkan” dengan mengutip kata operasi (manipulasi dan observasi) yang
diperlukan untuk menghasilkan fenomena (Widyastuti,2002).
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi
Penelitian Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Dapenden
Pengetahuan Segala sesuatu Mengisi Menggunak Pengetahuan Ordinal
Yang diketahui kuesioner an kuesioner berdasarkan
Dan dipahami pengetahuan terdiri dari Skor:
Oleh responden terhadap 17 pertanya 1. Baik :
Tentang diare pada an mengguna dengan nilai
Pengetahuan anak, kan Skala 76 % -
Tentang tingkat responden Guttman yaitu : 100%
dehidrasi diare hanya 1. Skor 0 : 2. Cukup :
pada anak memberikan jika jawaban dengan nilai
jawaban salah. 56%- 75%
berupa check 2. Skor 1 : 3. Kurang :
list (√ ) pada jika dengan nilai
kolom jawaban jawaban < 56%
yang tersedia benar.

Variabel Independen
Edukasi / Upaya Wawancara SAP Dilakukan
Nominal
Pendidikan memberikan (satuan Edukasi
Kesehatan. Informasi acara
Tentang penyuluhan),
Dehidrasi diare Audiovisual,
Pad anak Leaflet.
Dengan
Menggunakan
Media leaflet
Dan audiovisual.

Media leaflet Media leaflet observasi Leaflet Leaflet


yang di baca
responden
berbentuk
tulisan,
gambar atau
kombinasi

Audiovisual Media yang


Menggabungkan Diberikan Video Video
Kan antara media
Audio dengan audiovisual
Visual yang mengenai
Mana dalam dehidrasi diare
Pembelajaran menggunakan
Menggabungkan laptop diberikan
Antara indera sekali selama
Pendengaran dan 10 menit
Indera penglihatan
Karakteristis Responden
Usia Usia Mengisi Kuesioner 1. Fase
Rasio
Responden kuesioner Virilitas :
Saat ini pertanyaan
Dihitung tentang usia 40 - 55
Mulai dari responden. Tahun
Tahun 2. Fase
Kelahiran Preseniu
Responden 55 - 65
Tahun
3. fase
Senium 65
Tahun <
Hingga
Tutup
usia.

Pendidikan jenjang Mengisi Kuesioner 1. Jenjang


Ordinal
Pendidikan kuesioner pendidikan
Formal yang pertanyaan Dasar (SD,
Diselesaikan tentang SMP)
Oleh pendidikan 2. Jenjang
Responden responden.
Pendidikan
Berdasarkan menengah
Ijasah (SMA)
Terakhir yang 3. Jenjang
Dimiliki
pendidikan
Tinggi
Diploma,
Sarjana.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan
eksperimen semu (quasy experiment) penelitian yang menguji coba suatu intervensi
pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok perbandingan namun tidak
dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek kedalam kelompok perlakuan
atau kontrol (Dharma,2011). Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah kontrol diri sendiri (pre and post without control) penelitiaan yang hanya
melakukan intervensi pada suatu kelompok tanpa pembanding.
Efektivitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan
pre test (kelana, 2011).

Variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dilakukan dalam
waktu bersamaan melihat ada tidaknya pengaruh madu dengan air kelapa, dengan
media leaflet dan audiovisual terhadap tingkat dehidrasi pasien GE pada anak
diruang anak RS Pertamina Prabumulih.

Skema 4.1
Skema Desain Penelitian

R1 ----- O1----- X1------ O2

Keterangan :
R : Responden penelitian semua mendapatkan perlakuan /intervensi
O1 : Pre test pada kelompok perlakuan
O2 : Post Test setelah perlakuan
X1 : Uji coba/intervensi pada kelompok perlakukan sesuai protokol
(kelana, 2011).
B. Populasi, Sampel dan teknik pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemuadian di tarik kesimpulan (Jiwantoro, 2017). Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh Pasien dengan GE dehidrasi ringan/sedang
dan berat di ruang anak RS Peertamina Prabumulih.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Jiawantoro,2017).
Rumus Sampel :
(t-1) (n-1) >15
(2-1) (n-1) >15
(1) (n-1) >15
(n-1) >15

n = 15 + 1

n = 16

(J Supranto,2007)

Untuk mengantisipasi hilangnya unit ekseprimen maka dilakukan korelasi


dengan :

(1 – f )

Atau

Drop out = 10 % x n

=10% x16

=2
F = Populasi unti ekperimen yang hilang atau mengundurkan diri atau drop out.

Untuk memperhitungkan adanya kesalahan dan sebaiganya,maka pengambilan


sampe ditambah sebanyak 10% sehingga sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah 16 + 10% = 18 sampel.

3. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling,yaitu pengambilan sampel bukan secara acak.Pengambilan
sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat
diperhitungkan,tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi
kepraktisan belaka.Metode yang di gunakan untuk pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling yang didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,berdasarkan ciri atau
sifat populasi yang sudah di ketahui sebelumnya (Notoadmojo,2012).

Untuk mendapatkan sampel,maka ditentukan kriteria sampel yang terdiri dari


kriteria inklusi dan eksklusi.Kriteria sampel adalah kriteria yang menentukan
dapat atau tidaknya sampel yang digunakan (Hidayat,2013).
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
yang akan di teliti.Sementara kriteria eksklusi adalah menghilangkan subjek
karena tidak dapat dijadikan sebagai sampel (Jiwantoro,2017).Adapun kriteria
ekslusi dalam peneliitian ini :
Kriteria dalam pengambilan sampel sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1) Bersedia menjadi responden dan mengisi lembar persetujuan.
2) Merupakan Populasi klinik Faskes Primer Pertamedika Prabumulih.
3) Merupakan pasien yang minum obat rutin hipertensi selama 8 bulan
berturut-turut dari bulan januari sampai dengan agustus 2020.
4) Kesadaran komposmentis,kooperatif dan dapat berkomunikasi
dengan baik.

b. Kriteria ekslusi
1) Tidak bersedia menjadi responden
2) Tidak mampu berkomunikasi secara baik
3) Pasien yang tidak mengkonsumsi obat rutin selama 8 bulan terturut-
turut.

C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik FaskesPertamedika Prabumulih.

D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang terdiri dari waktu pesiapan ,pelaksanaan, dan penyusuna
laporan yang di lakukan pada bulan November 2020 sampai januari
2021.Sedangkan pelaksanaan atau pengumpulan data responden pada bulan
Desember 2020.

E. Etika Penelitian
Menurut Dharma (2011).secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik
penelitian keperawatan,yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut.Disamping
itu,peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan
informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi).Sebagai ungkapan
peneliti menghormati harkat dan martabat subjek peneliti seyogyanya
mempersiapkan formulir persetujuan subjek (informs consent) yang
menyangkup :
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang di timbulkan
c. Penjelasan manfaat yang didapatkan
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek
berkaitan dengan prosedur penelitian
e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian kapan
saja.
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang
diberikan oleh responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan kepada individu dalam memberikasn informasi.Setiap orang berhak
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.Oleh sebab
itu,peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasian identitas subjek.Peneliti cukup menggunakan coding sebagai
pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas /keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)


Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran,keterbukaan,dan kehati-hatian .Untuk itu,lingkungan penelitian perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian.prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua
subjek penelitiaan memperoleh perlakuan dn keuntungan yang sama,tanpa
membedakan jabatan,lama kerja,etnis dan sebagainnya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan ( balancing harms


dan benefits)
Sebuah penelitan hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada khususnya.Peneliti
hendaknya berusaha meminimalisasi sampel yang merugikan pada subjek,oleh
sebabitu pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak
mengurangi rasa sakit,cideraa,stress ataupun kematian subjek penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data/Instrumen Penelitian


Alat pengumpulan data atau instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
oleh peneliti untuk mengobserbasi,mengukur,aau menilai suati fenomena
(Dharma,2011).
1. Instrumen Penelitian
Instrumen berupa kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai
karakteristik responden dengan masing-masing 1 item pertanyaan yang
mrliputi : usia,jenis kelamin,pendidikan,Jenis Pekerjaan.Instrumen ini diisi
dengan memberikan checklist (√) pada pilihan jawaban yang tersedia.Alat
Spygnomanometer digital merk Tensione,Serta menggunakan Panduan
Relaksasi Otot Progresif dan Form Monitoring Intervensi serta Tekanan Darah.

2. Uji Coba Instrumen


a. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitan ini dimaksudkan untuk menunjukan kettepatan
pengukuran suatu indtrumen,artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila
insrument tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.Validitas
merupakan syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan dlaam
suatu pengukuran (Dharma,2011).

KuesionerkepatuhanadalahkuesionerbakuMorisky Medication Adherence


Scale (MMAS) yang terdiridari 8 pertanyaan yang
sudahdialihbahasakankedalambahasaindonesia.
Penentuanjawabankuesionermenggunakanskala Guttman,
yaitujawabanrespondenhanyaterbatas pada duajawaban, yaatautidak.
Variabelperubahan tekanan darah mengadopsidariinterpretasikuesionerasli
oleh Morisky, dimanakategoripenilaiandibagimenjadi2 cut of point,
yaituturun dan tidak turun.Uji instrumen ini dilakukan di Klinik Rawat Jalan
RS Pertamina Prabumulih dengan sampel 18 orang.

Hasil uji validitas instrumen diperoleh nilai r hitung 0,390 sampai dengan
0,798.Setelah membandingkan hasil r tabel dengan r hitung didapatkan
bahwa semua item pertanyaan tersebut valid.
b. Uji Realibilitas
Reabiitas adalah tingkat konsestensi daru suatu pengukuran.Realibilitas
menunjukan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika
instrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma,2011).Hassil uji
realibitas dilakukan dengan membandingkan r tabel dengan r hasil untuk
mendapatkan nilai Alpha.Bila r Alpha lebih besar daripada r tabel
(r≥0,7),maka pertanyaan disebut reliabel (Hastono,2016).

G. Prosedur Pengumpulan Data


1. Prosedur Administratif
a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin survei pendahuluan ke Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
b. Setelah surat permohonan izin penelitian didapatkan atau dikeluarkan oleh
Ketua STIKes PERTAMEDIKA,peneliti mengajukan surat permohonan izin
penelitian beserta melampirkan proposal.
c. Mengajukan surat ke Pimpinan tertinggi diRs Pertamina Prabumulihuntuk
melakukan peneltian di wilayah kerja Klinik Faskes.

2. Prosedur Teknis
a. Peneliti mejelaskan maksud dan tujuan dilaksanakan penelitan kepada
responden.
b. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
yang sudah ditetapkan.
c. Meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam melaksanakan
penelitian setelah diberikan penjelasan dan kesempatan untuk bertanya.
d. Meminta responden yang bersedia untuk ikut serta dalam pelaksanaan
penelitian untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subjek
penelitian.
e. Melakukan pretest berupa pengisian instrumen A mengenai karakteristik
pasienyang dilakukan oleh peneliti sendiri.
H. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa pengolahan data dilakukan untukmencegah
GIGO (garbage in garbage out),bila yang masuk sampah maka keluarnya juga
sampah.oleh karena itu proses pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Editing
Editing merupakan suatu kegiatan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan dan
perbaikan terhadap data yang sudah didapat.
b. Coding
Setelah semua data disunting maka langkah selanjutnya dilakukann coding,yaitu
memberi kode data dengan cara mengubah kalimat atau huruf menjadi angka.
c. Data entry atau Processing
Data entry adalah memasukan data yang sudah dilakukan pengkodean ke dalam
software komputer.
d. Cleaning
Setelah semua data sudah dimasukan ke dalam software komputer kemudian
perlu dilakukan pemeriksaan kembai data yang sudah di entry apabila terjadi
kesalahan atau ketidaklengkapan maka dilakukan perbaikan atau koreksi.

I. Analisa Data
Proses pengolahan data dapat dilakukan dengan cara :
1. Uji Normalitas
Normalitas merupakan suatu distribusi yang menunjukan sebaran data yang
seimbang dan sebagian besar data berada pada nilai di tengah.Tujuannya untuk
menguji apakah dalam model regresi,variabel pengganggu memiliki distribusi
normal (Jiwantoro,2017).Uji normalitas yang digunakan dalam peneltian ini
adalah uji statistik dengan Skewness.
Dalam mengetahui suatu data berdistribusi normal atau tidak,peneliti
menggunakan nilai skewness dan standar errornya menghasilkan nilai -2 (1,96)
sampai +2 (1,96) maka data dinyatakan berditribusi normal (Hastono,2016).

Rumus Skewness : Х – Mo
Sk =
s
Keterangan :
Sk : Kooefisien Skewness
X : Rata – rata
Mo : Modus
s : Simpangan baku

2. Anlisa Univariat
Analisa Umivariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk analisis ini terjuan dari jenis
datanya.Untuk data numerik digunakan nilai rata-rata ,median dan standar
deviasi.Pada umumnya dalam analisi ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan presentase dai tiap variabel (Notoatmodjo,2012).Dalam penelitian
ini analisa univariat yang dilakukan menjelaskan atau mendeskripsikan variabel
independen yaitu pendidikan kesehatan dan karakteristik responden yang
meliputi usia,pendidikan,lama bekerja,tingkat pengetahuan dan riwayat
penyakit.Data yang didapat kemudian di hitung jumlah dan prosentase masing-
masing kelompok dan disajikan dengan menggunakan tabel serta di
interpretasikan.Data yang bersifat kategorik disajikan dalam bentuk frekuensi
dan prosentase.Sedangkan data numerik disajikan dalam bentuk mean,median
dan standar deviasi.

Rumus distribusi frekuensi :


X = f/n x 100%

Keterangan :
X : Frekuensi relatif dari suatu kelas
f : Frekuensi suatu kelas
n : banyak sampel
(Hidayat,2013)

3. Analisa bivariat
Analisi bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang di
duga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo,2012).Pada penelitian ini
menggunakan Uji Paired t-test.Paired t-test digunakan untuk menguji beda
mean dari 2 hasil pengukuran pada kelompok yang sama (misalnya beda mean
pre dan post test ) (Dharma,2011).Syarat/asumsi yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut :
a. Data berdistribusi normal/simetris
b. Kedua kelompok data independent
c. Variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (dengan
hanya dua kelompok)

Rumus :

d
T = _____
SD_d/√n

Keterangan :
d : Rata-rata deviasi / selisih sampel 1 dan 2
SD_d : Standar deviasi dari deviasi / selisih sampel 1 dan sampel 2
(Hastono & Sabri ,2014)

Anda mungkin juga menyukai