Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI Ny.

R DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DIARE DI RUANG POLI ANAK
UPT PUSKESMAS PAHANDUT
PALANGKARAYA

OLEH:
Asa Sinta : 2019.NS.A.07.002 Manoah Almin Y : 2019.NS.A.07.052
Candra : 2019.NS.A.07.037 Prilesmana : 2019.NS.A.07.060
Cinia Kasmara : 2019.NS.A.07.064 Prisca Maria W.M : 2019.NS.A.07.020
Debby Fitri H : 2019.NS.A.07.042 Seli Mutia : 2019.NS.A.07.024
Juandi : 2019.NS.A.07.013 Tiara Aprilianti : 2019.NS.A.07.0
Liri : 2019.NS.A.07.015

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di negara-negara berkembang (Raini, 2016). Diare masih menjadi
suatu problematika dan masalah bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang
terutama di Indonesia. Angka mortalitas, morbiditas dan insidennya cenderung
meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Sampai saat ini, diare masih
menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia, terutama di Negara berkembang.
Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare menjadi salah satu
bukti bahwa diare masih membutuhkan perhatian khusus.
Menurut data dari WHO tahun 2013, diare masih menjadi penyebab kematian
terbesar kedua pada balita. Tiap tahunnya diare menyebabkan kematian pada
760.000 balita di seluruh dunia. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan
gabungan angka kematian balita karena AIDS, malaria dan campak. Berdasarkan
karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling
tinggi menderita diare (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Secara global, ada hampir
1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak setiap tahun (WHO, 2017). Kasus diare
di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 2.544.084. Derajat keparahan diare pada
balita tergantung pada etiologi dan cara penanganan yang diberikan. Diare dapat
dibedakan menjadi diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari dan diare
persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari. Penyebab tersering diare pada anak
adalah infeksi baik yang terjadi di luar atau di dalam usus. Selain itu diare juga
dapat disebabkan oleh obat-obatan, kelainan saluran cerna, defisiensi vitamin,
ataupun tertelan logam berat. Diare akut pada anak biasanya disebabkan oleh
rotavirus (40-60%), 10% disebabkan oleh infeksi bakteri. Diare yang tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan
keseimbangan asam basa akibat dari kehilangan air dan elektrolit. Apabila hal ini
berlangsung lama, dapat terjadi malabsorpsi berat sehingga terjadi gangguan gizi
dan/atau hipoglikemia. Komplikasi terburuk dari diare pada balita adaah
kematian.1,6 Sebagai salah satu penyakit berbasis lingkungan, ketersediaan air
bersih, sanitasi dan higenitas adalah salah satu pemegang peranan penting pada
kejadian diare. Data WHO menunjukkan 88% dari kasus diare disebabkan oleh
konsumsi air yang tidak bersih dan sehat, sanitasi dan higenitas yang tidak
memadai. WHO mengestimasikan 94% kejadian diare dapat dicegah dengan
modifikasi lingkungan termasuk peningkatan ketersediaan air bersih, dan
peningkatan sanitasi dan higenitas.7 Sebagai salah satu upaya peningkatan sanitasi
dan higenitas, Puskesmas Manggis I melakukan gerakan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) di tingkat keluarga. PHBS tersebut terdiri dari persalinan ditolong
tenaga kesehatan, pemberian ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita setiap
bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban, memberantas jentik nyamuk di rumah, makan sayur dan
buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok. Untuk
kegiatan PHBS di Puskesmas Manggis I, jumlah rumah tangga yang
diklasifikasikan sehat yaitu sejumlah 897 KK (71,22%). Jumlah ini belum
menncapai target yang diharapkan yaitu 80%. Persentase terendah rumah tangga
yang diklasifikasikan sehat berdasarkan PHBS terletak di Desa Gegelang, yaitu
hanya 46%.5 Diantara 10 poin PHBS tersebut, penyebab diare pada balita dapat
bersumber dari balita  yang  tidak  mendapat ASI eksklusif, penggunaan air yang
tidak bersih, kebiasaan tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta
tidak memiliki jamban yang sehat.8 Tingkat pemberian ASI eksklusif di wilayah
Puskesmas Manggis I tahun 2013 masih belum memenuhi target yaitu hanya
57,92% dari target 80%. Di Desa Gegelang, persentase pemberian ASI eksklusif
pada tahun 2013 adalah sebesar 60%. Pemberian ASI eksklusif sangat penting
pada 6 bulan awal kehidupan anak. Salah satu fungsi ASI adalah memberikan
kekebalan dari ibu ke anak sehingga anak tidak mudah tertular oleh penyakit.5 Air
bersih adalah air yang digunakan utuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas
fisik air minum di Indonesia termasuk dalam katagori baik (tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau).9 Sumber air minum terlindung telah digunakan oleh
80,43% keluarga di Provinsi Bali, namun ini masih di bawah target yang
diharapkan yaitu 100%. Di Kabupaten Karangasem, akses air bersih mencapai
90,33% pada tahun 2012, tetapi persentase keluarga yang 12 ORIGINAL
ARTICLE Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2018; 9(1): 10-18 |
doi: 10.15562/ism.v9i1.147 diperiksa hanya 40,36% dari total keluarga yang
tercatat.3 Di wilayah Puskesmas Manggis I, akses air bersih rata-rata mencapai
96% dari 90% total keluarga yang diperiksa. Di Desa Gegelang, akses air bersih
mencapai 95% dari 90% jumlah keluarga yang diteliti pada tahun 2013.
Ketersediaan akses air bersih di Desa Gegelang merupakan nomor dua terbawah
dari total 6 Desa yang termasuk wilayah cakupan Puskesmas Manggis I.5.
Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan lingkungan
yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, keadaan sosial
ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi terjadinya diare. Selain itu, diare juga bisa disebabkan karena
makanan yang tidak sehat atau makanan yang diproses dengan cara yang tidak
bersih sehingga terkontaminasi bakteri penyebab diare seperti Salmonella,
Shigella dan Campylobacter jejuni (Purwaningdyah, 2015). Penyakit diare sering
menyerang pada anak-anak dari pada dewasa dikarenakan daya tahan tubuhnya
yang masih lemah. Namun masih banyak ibu yang belum cukup mampu
memberikan penanganan yang baik, hal ini dikarenakan pengetahuan tentang
penanganan diare pada anak masih rendah sehingga akan mempengaruhi sikap ibu
dalam penanganan diare pada anaknya. Peran ibu dalam melakukan
penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan karena pengetahuan
merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan
pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap, tetapi
mempunyai hubungan yang positif, yaitu dengan peningkatan pengetahuan maka
dapat terjadi perubahan sikap (Farida, 2016). Pada negara berkembang diare
berkaitan dengan kurangnya pasokan air bersih, kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang sanitasi dan hygiene (khususnya kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun) serta kondisi kesehatan dan status gizi yang kurang baik (Raini,
2016). Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan memegang peranan
penting pada tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikisnya.
Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare. Diare yang semakin parah menyebabkan tinja menjadi cair disertai lendir atau
darah. Warna tinja makin lama berubah mejadi kehijau-hijauan karena tercampur
empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare (Ariani, 2016). Penyakit diare
juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi dengan tepat. Dehidrasi
dapat terjadi karena usus bekerja tidak optimal sehingga sebagian besar air dan zat-
zat yang terlarut di dalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh
kekurangan cairan atau dehidrasi (Kurniawati, 2016).
Pemberian intervensi memiliki pengaruh yang signifikan, hal tersebut
dibuktikan dengan manajemen diare ditatanan rumah tangga berpengaruh
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan diare anak.
Peningkatan pengetahuan pada orang tua dalam mengasuh anak secara
spesifik dapat membantu orang tua dalam merubah kebiasaan untuk
mengimplementasikan perubahan dalam lingkungan keluarga. Perubahan
perilaku yang terjadi adalah sebuah proses belajar untuk orang tua agar
meningkatkan pengetahuan dalam menangani diare pada anak dilingkungan
keluarga (Rahmawati, dkk 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
“Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada Bayi Ny. R di Ruang Poli
Anak Puskesmas Pahandut Palangka Raya?”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada Bayi Ny.R dengan diagnosa
medis diare di Ruang Poli Anak UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada Bayi Ny.R dengan diagnosa medis
diare di Ruang Poli Anak UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada Bayi Ny.R dengan diagnosa medis
diare di Ruang Poli Anak UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
1.3.2.3 Menyususn intervensi keperawatan pada Bayi Ny.R dengan diagnosa medis
diare di Ruang Poli Anak UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
1.3.2.4 Melaksanakan implementasi keperawatan pada Bayi Ny.R dengan diagnosa
medis diare di Ruang Poli Anak UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
1.3.2.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada Bayi Ny.R dengan diagnosa medis
diare di Ruang Poli Anak UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diare yang digunakan dalam peningkatan profesi keperawatan dan pelayanan
kesehatan.
1.4.2 Bagi Pengembangan IPTEK
Dengan adanya asuhan keperawatan diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep
pendekatan proses keperawatan.
1.4.3 Bagi Pendidikan
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap
ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan khususnya bagi
mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diare sehingga dapat diterapkan di masa yang akan
datang.
1.4.4 Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa terus mengembangkan dan meningkatkan ilmu
pengetahuan melalui literatur kepustakaan dan media informasi lainnya
tentang ilmu keperawatan dan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
standar.
1.4.5 Bagi Klien dan Keluarga
Bagi klien diharapakan dapat lebih memahami bagaimana penanganan
pasien dengan diare dan bagaimana tanda dan gejala yang muncul serta
bagaimana cara pencegahannya. Diharapkan keluarga klien untuk lebih
menjaga kesehatan atau mempertahankan status kesehatan klien serta
mendapatkan pengetahuan yang bertambah mengenai penyakit yang diderita.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebihbanyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat
(Markum, 2016). Menurut WHO (2014), diare adalah buang air besar encer
lebih dari 3 x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu
diare akut dan kronis. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari
4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H, 2006).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Potter &
Perry. 2010)
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi
defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g
per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah.
2.1.2 Etiologi
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari,
2015).
2.1.2.1 Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun
adanya infeksi.
1) Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.
2) Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang
paling sering.
3) Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus
urinarius dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan,
antibiotik, toksin yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis,
dan intoleransi terhadap laktosa.
2.1.2.2 Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
1) Sindrom malabsorpsi
2) Defek anatomis
3) Reaksi alergik
4) Intoleransi laktosa
5) Respons inflamasi
6) Imunodefisiensi
7) Gangguan motilitas
8) Gangguan endokrin
9) Parasit
10) Diare nonspesifik kronis
2.1.2.3 Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi,
penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau
higiene buruk, pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.
2.1.3 Patofisiologi
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
1) Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2) Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas
untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih
kecil.
3) Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh
gangguan malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis,
misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui
stimulasi usus oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai
oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare
jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua
penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin,
2007).

WOC

Faktor infeksi F.malabsorbsi F.makanan F.Psikologi


KH,Lemak,Protein

Masuk dan meningk. Tekanan toksin tak dapat cemas


berkembang osmotik diserap
dalam usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Frekuensi BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elektrolit integritas kulit


berlebihan perianal

gangguan kes. cairan As. Metabl mual, muntah


dan elektrolit

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan menurun

Gangguan Oksigensi BB menurun

Gangguan Tumbang
2.1.4 Manifestasi Kinis
2.1.4.1 Diare akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut,
rasa tidak enak, nyeri perut.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
4) Demam.
2.1.4.2 Diare kronik
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
2) Penurunan BB dan nafsu makan.
3) Demam indikasi terjadi infeksi.
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
Bentuk klinis diare
Diagnose Didasarkan Pada Keadaan
Diare cair akut a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14 hari
b. Tidak mengandung darah
Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB kolera,
atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01
atau 0139
Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
buruk
Diare terkait a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
antibiotika
(Antibiotic
Associated
Diarrhea)
Invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja
b. Massa intra abdominal (abdominal mass)
c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
KLASIFIKASI TINGKAT DEHIDRASI
ANAK DENGAN DIARE
Klasifikasi Tanda-Tanda Atau Gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare dengan
a. Letargis/tidak sadar dehidrasi berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau
malas minum
d. Cubitan perut kembali
sangat lambat (≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan cairan dengan
atau sedang a. Rewel gelisah makanan untuk dehidrasi ringan
b. Mata cekung b. Setelah rehidrasi, nasehati
c. Minum dengan lahap atau ibu untuk penangan dirumah dan
haus
kapan kembali segera
d. Cubitan kulit kembali
dengan lambat

Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda a. Beri cairan dan makanan untuk
untuk diklasifikasikan sebagai menangani diare dirumah
dehidrasi ringan atau berat b. Nasehati ibu kapan kembali segera
c. Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak membaik

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


2.1.5.1 Laboratorium :
1) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )
4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2.1.5.2 Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
2.1.6. Penalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddart (2014):
1) Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,
mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit penyebab
2) Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi) dan
antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil)
dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
3) Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan
4) Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau
diare tergolong berat
5) Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat
muda atau pasien lansia.
6) Terapi obat menurut Markum (2008):
a. Obat anti sekresi : asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30
mgklorpromazine 0,5 – 1 mg / kg bb/hari
b. Obat anti spasmotik : papaverin, opium, loperamide
c. Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan
penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau
lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2.2.1.2 Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
1) Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
3) Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
6) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
7) Perkembangan
a. Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
 Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
b. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson: Autonomy vs
Shame and doundt, Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa
dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh
Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan
orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu
over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu
yang dapat berkembang pada diri anak.
c. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
 Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
 Meniru membuat garis lurus (GH)
 Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
 Melepasa pakaian sendiri (BM)
8) Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum
f. Sistem pernafasan : dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat >37,50c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang >2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/
24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang mrs bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang
2.2.2.2 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2.2.2.3 Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
2.2.2.4 Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi
diare.
2.2.2.5 Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun
terus menerus.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


2.2.3.1 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal dengan
Kriteria hasil :
1. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : <
40 x/mnt )
2. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
3. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional: Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit.
2. Pantau intake dan output
Rasional: Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3. Timbang berat badan setiap hari
Rasional: Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt
4. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5. Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional: koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional:engganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi
normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
Implementasi:
1) Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
2) Memantau intake dan output
3) Menimbang berat badan setiap hari
4) Menganjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien 2-3
lt/hr
5) Berkolaborasi :
a. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
b. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Evaluasi:
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : <
40 x/mnt ), turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, dan konsistensi BAB lembek, frekuensi 1 kali perhari.
-
2.2.3.2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan
nutrisi terpenuhi dengan
Kriteria hasil:
1) Nafsu makan meningkat
2) BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
3) Rasional: situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
4) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional: Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
5) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
Rasional: Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
6) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. Obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional: Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Implementasi:
1) Mendiskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
2) Menciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
3) Memberikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
4) Memonitor intake dan out put dalam 24 jam
5) Berkolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
c. Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
d. Obat-obatan atau vitamin ( A).
Evaluasi:
- BB meningkat atau normal sesuai umur.

2.2.3.3 Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil:
1) Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
2) Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa).
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional: Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)
2) Berikan kompres hangat
Rasonal: merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi
panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional: Merangsang pusat pengatur panas di otak
Implementasi:
1) Memonitor suhu tubuh setiap 2 jam
2) Memberikan kompres hangat
3) Berkolaborasi pemberian antipirektik.
Evaluasi:
- Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C), Tidak terdapat tanda infeksi
(rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa).
2.2.3.4 Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan
frekuensi BAB (diare)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit
tidak terganggu dengan criteria hasil: Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet,
kebersihan terjaga dan keluarga mampu mendemontrasikan perawatan
perianal dengan baik dan benar.

Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional: Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah
dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional: Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
Implementasi:
1) Mendiskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
2) Mendemontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila
basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
3) Mengatur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam.
Evaluasi:
- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga dan keluarga
mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. Identitas

Nama Klien : By. Ny. R


TTL : Palangka Raya, 04 Agustus 2020
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Katoik
Suku/Bangsa : Dayak/ Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Anggrek
Diagnosa Medis : Diare
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
TTL : Palangka Raya, 1 Juni 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Dayak/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Anggrek
Hubungan Keluarga : Ibu Kandung

1. Keluhan utama
Ny. R mengatakan “ bayi saya hari ini sudah lebih dari 5 kali BAB dan
berbentuk encer”
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Pasien datang ke puskesmas Pahandut di antar oleh ibunya untuk
berobat ke Poli Anak dengan keluhan BAB lebih dari 5 kali dan
berbentuk encer. 1 hari yang lalu, bayi Ny. R terus menangis, rewel dan
juga BAB tetapi hanya 2 kali/hari. Akan tetapi pada tanggal 28 agustus
2020 Bayi Ny. R BAB yang tida berhenti-henti akhirnya Bayi Ny. R
langsung dibawa ke puskesmas untuk di periksa dan mendapatkan
penangan secara medis dari tenaga kesehatan.
c. Riwayat kesehatan lalu
a. Riwayat prenatal : selama hamil ibu pasien
memeriksakan kehamilannya
Secara rutin ke Bidan. Keluhan
selama hamil di rasakan oleh ibu
yaitu mual-muntah, pusing pada usia
kehamilan 12 minggu.
Riwayat persalinan: P1 A0
b. Riwayat natal : Tempat melahirkan : Bidan praktek
Persalinan : Normal
Penolong persalinan : Bidan
Usia Kehamilan : 43 minggu
BB Lahir : 3,5 kg
c. Riwayat postnatal : Kondisi saat lahir bayi normal.
Bayi setelah lahir menangis spontan
Bayi pada saat lahir tidak
mengalami asfiksia
maupun distosia bahu.
d. Penyakit sebelumnya : Tidak ada
e. Imunisasi :-
1) Imunisasi

Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT MMR VIT


A
Usia 2 1 hari
Minggu

d. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu pasien mengatakan keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan
seperti: Hipertensi, Jantung, Diabetes Melitus dan Asma keluarga juga
tidak ada riwayat penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, Kusta,
TB Paru dan penyakit menular lainnya.
e. Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien (By. Ny. R)
= Hubungan Keluarga
= Tinggal Serumah
I. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Bayi tampak terus menangis, BAB lebih dari 5 kali
berbentuk encer, bayi tampak lemah, kesadaran compos menthis.
1. Tanda vital
Tekanan darah :- mmHg
Nadi : 128 x/mnt
Suhu : 36,3 o
C
Respirasi : 32 x/mnt
2. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup : () Ya (×) Tidak
Keadaan : () cembung (×) cekung
(×) lain,lain...
Kelainan : (×) Hidrocefalus (×) Microcephalus
Lain-lain : tidak ada keluhan dan tidak ada masalah
keperawatan
b. Rambut
Warna :
Keadaan : Rontok (×) Ya
() Tidak
Mudah dicabut (×) Ya
() Tidak
Kusam (×) Ya
() Tidak
Lain-lain : tidak ada keluhan dan tidak ada masalah
keperawatan
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : cukup bersih, tidak ada lesi
Peradangan/benjolan : (×) Ada, sebutkan:
Tidak ada benjolan dan peradangan di
kepala
Lain-lain : tidak ada keluhan dan tidak ada masalah
keperawatan
d. Mata
Bentuk : () simetris (×) tidak
Conjungtiva : merah muda
Skelera : Putih
Reflek pupil : isokor, pupil mengecil saat diransang
cahaya
Oedem Palpebra : (×) Ya () tidak
Ketajaman penglihatan : baik
Lain-lain : tidak ada keluhan dan tidak ada masalah
e. Telinga
Bentuk : () Simetris (×) tidak
Serumen/secret : (×) Ada () tidak
Peradangan : (×) Ada () tidak
Ketajaman pendengaran : pasien menoleh dan merespon saat di
panggil namanya
Lain-lain : Tidak ada keluhan dan tidak ada masalah
f. Hidung
Bentuk : () Simetris (×) tidak
Serumen/secret : (×) Ada () tidak
Pasase udara : (×) terpasang O2 - liter () tidak
Fungsi penciuman : baik
Lain-lain : tidak ada
g. Mulut
Bibir : intak (×) ya
() tidak
Stanosis (×) ya
() tidak
Keadaan (×) kering
() lembab
Palatum () keras
(×) lunak
h. Gigi
Carries (×) ya, sebutkan () tidak
Jumlah gigi : belum ada
Lain-lain : tidak ada keluhan dan tidak ada masalah
3. Leher dan tengorokan
Bentuk : simetris
Reflek menelan : belum bisa menelan makanan
Pembesaran tonsil : tidak ada pembesaran
Pembesaran vena jugularis : tidak ada pembesaran
Benjolan : tidak ada benjolan
Peradangan : tidak ada peradangan
Lain-lain : tidak ada keluhan dan tidak ada
masalah
4. Dada
Bentuk : () simetris (×) tidak
Retraksi dada : (×) ada () tidak
Bunyi nafas : Vesikuler
Tipe pernafasan : pernapasan dada
Bunyi jantung : normal, S1, S2 (lup dup)
Iktus cordis : tidak ada pembesaran
Bunyi tambahan : tidak ada suara nafas tambahan
Nyeri dada : tidak ada nyeri di bagian dada
Keadaan payudara : baik
Lain-lain : tidak ada keluhan dan tidak ada
masalah
5. Punggung
Bentuk : () simetris (×) tidak
Peradangan : (×) ada, sebutkan : tidak ada peradangan
Benjolan : (×) ada, sebutkan : tidak ada benjolan
Lain-lain : tidak ada keluhan dan tidak ada masalah

6. Abdomen
Bentuk : () simetris (×) tidak
Bising usus : normal
Asites : (×) ada () tidak
Massa : (×) ada, sebutkan: tidak ada massa
Hepatomegali : (×) ada () tidak
Spenomegali : (×) ada () tidak
Nyeri : (×) ada, sebutkan : tidak ada nyeri
Lain-lain : BAB lebih dari 5 kali berbentuk encer
7. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot : Bisa bergerak bebes dan uji kekuatan otot 5/5
Oedem : (×) ada, sebutkan () tidak
Sianosis : (×) ada, sebutkan () tidak
Clubbing finger : (×) ada () tidak
Keadaan kulit/turgor : Teradi kemerahan pada bagian bawah (pantat)
Lain-lain : Resiko Kerusakan Integritas Kulit
8. Genetalia
a. Laki-laki
Kebersihan :
Keadaan testis : ( ) lengkap( ) tidak
Hipospadia :( ) ada ( ) tidak Tidak dikaji
Epispadia :( ) ada ( ) tidak
Lain-lain :
b. Perempuan
Kebersihan :
Keadaan labia : ( ) lengkap ( ) tidak
Peradangan/ benjolan :
Menorhage : Usia
Siklus
Lain-lain :
3.1.2. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1. Gizi : Status Gizi Baik
BB: 3,5 kg
BB normal
2. Kemandirian dalam bergaul : Belum bisa
3. Motorik halus :-
4. Motorik kasar :-
5. Kognitif dan bahasa: :-
6. Psikososial :-
3.1.3. Pola Aktifitas sehari-hari
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1. Nutrisi
a. Frekuensi 3-6x/ hari 3-6x/ hari
b. Nafsu makan/selera
baik baik
c. Jenis makanan
ASI ASI
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
1-2x/hari 2-5x/hari
Konsistensi
encer encer
b. BAK
Frekuensi
Konsistensi menggunakan pampers menggunakan pampers
3. Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 1-4 jam/hari 1-2 jam/hari
b. Malam/ jam
7-8 jam/hari 7-8 jam/hari
4. Personal hygiene
a. Mandi 2x/hari 2x/hari
b. Oral hygiene
- -
Lain-lain : BAB lebih dari 5 kali berbentuk encer.

3.2. Terapi Medis


- Edukasi / Pendidikan Kesehatan
- pemberian obat saleb kulit.
3.3. Data Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi maupun
pemeriksaan lainnya.

Palangka Raya, 28 Agustus 2020


Mahasiswa,

TTD
Kelompok 1
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: Ibu pasien faktor lingkungan yang Resiko kerusakan
kurang sehat integritas kulit
mengatakan sering buang
air besar Terpajan/terpapar bakter,
virus

DO: Pasien tampak


Frekuensi BAB meningkat
sekitar area perineal
(anus) tampak Teradi kelembapan di area
area perineal (anus)
kemerahan, pasien
mengguanakan pempres Resiko Kerusakan Integritas
Kulit
yang ketat.

DS : - faktor lingkungan yang Defisit Pengetahuan


DO: kurang sehat orang tua tentang
1. Keluarga pasien belum penyakit
pernah mendapatkan Terpajan/terpapar bakter,
pendidikan kesehatan virus
tentang Diare
2. Keluarga pasien belum Kurangnya paparan sumber
mengetahui tentang informasi tentang Diare
pengertian Diare
Kurang pengetahuan
PRIORITAS MASALAH

1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan Pasien


ditandai dengan sekitar area perineal (anus) tampak kemerahan, pasien
mengguanakan pempres yang ketat.
2. Defisit pengetahuan orang tua tentang penyakit berhubungan dengan
kurangnya paparan sumber informasi ditandai dengan Keluarga pasien belum
pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang Diare, Keluarga pasien
belum mengetahui tentang pengertian Diare.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : By. Ny. R


Ruang Rawat : Poli anak

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Resiko Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV dan Kaji kerusakan yang terjadi 1. Mengetahui keadaan umum dan Menjadi data
pada kulit klien. dasar untuk memberikan informasi intervensi
kulit berhubungan dengan keperawatan selama 2 kali
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan perawatan luka.
kelembapan kunjungan diharapkan Resiko kering. 2. Mengetahui keadaan integritas kulit.
3. Anjurkan ibu pasien untuk mengganti pampers 3. Menghindari gangguan integritas kulit dan
Kerusakan integritas kulit
pasien menjaga kebersihan integritas kulit.
tidak terjadi dapat teratasi 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian 4. Mencegah aktivitasi virus yang bisa masuk.
salab kulit.
dengan kriteria hasil:
1. Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. Ny. R
Ruang Rawat : Poli Anak
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Defisit pengetahuan orang tua Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua. 1. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua
2. Berikan pertanyaan kepada orang tua tentang klien.
tentang penyakit b/d keperawatan 1x pendidikan
penyakit Diare sebelum dilakukan pendidikan 2. Mengetahui pemahaman orang tua klien
kurangnya paparan sumber kesehatan diharapkan kesehatan. tentang ruang lingkup penyakit anaknya.
3. Berikan pendidikan kesehatan tentang Diare, 3. Meningkatkan pengetahuan orang tua klien.
informasi masalah defisit pengetahuan
jelaskan tentang pengertian Diare, tanda dan Supaya keluarga lebih memahami isi
tentang penyakit teratasi dan gejala, penyebab, cara pencegahan dan penyuluhan.
bagaimana perawatan penyakit Diare 4. Evaluasi bertujuan untuk menilai pemahaman
pengetahuan orang tua
4. Lakukan evaluasi setelah pendidikan tentang materi yang telah diberikan dan
meningkat dengan kriteria kesehatan, berikan kesempatan orang tua untuk menilai apakah keluarga memperhatikan saat
bertanya dan berikan pertanyaan kepada orang dilakukan penyuluhan.
hasil:
tua tentang materi yang sudah di sampaikan. 5. Meningkatkan percaya diri pasien
1. Orang tua pasien mengerti 5. Berikan pujian atas jawaban dari orang tua.
tentang penyakit Diare.
2. Orang tua pasien
menetahui penyebab dari
Diare
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jumat, 1. Monitor TTV dan Kaji kerusakan yang terjadi pada kulit S: Ibu mengatakan “bagian bawah (pantat) anak saya Kelompok 1
klien.
28 Agustus 2020 merah”.
2. MenJaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
3. Menganjurkan ibu pasien untuk mengganti pampers O:
pasien
- Bagian pantat tampak merah
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian salab
kulit. - Klien tampak gelisah
- Sering menangis
A: Masalah Kerusakan integritas kulit belum Teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Monitor TTV dan Kaji kerusakan yang terjadi pada
kulit klien.
2. MenJaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering.
3. Menganjurkan ibu pasien untuk mengganti pampers
pasien
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian salab
kulit.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jumat, 1. Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua. S: Ibu pasien mengatakan: “Saya tidak mengerti tentang Kelompok 1
2. Memberikan pertanyaan kepada orang tua tentang
28 Agustus 2020 Diare”.
penyakit Diare sebelum dilakukan pendidikan kesehatan.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang Diare O:
jelaskan tentang pengertian Diare, tanda dan gejala,
1. Pasien Kooperatif
penyebab, cara pencegahan dan bagaimana perawatan
2. Pasien mengerti tentang penyakit Diare
penyakit Diare
3. Saat diberikan pertanyaan pasien bisa menjawab
4. Melakukan evaluasi setelah pendidikan kesehatan,
berikan kesempatan orang tua untuk bertanya dan berikan
pertanyaan kepada orang tua tentang materi yang sudah A: Masalah Defisit Pengetahuan Teratasi
di sampaikan.
P: Hentikan Intervensi
5. Memberikan pujian atas jawaban dari orang tua
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian

Pengkajian menurut penulis yang ditemukan pada Bayi Ny R dengan Diare di


temukan keluhan utama pada yaitu pasien BAB lebih dari 5 kali berbentuk encer dan
ditemukan pemeriksaan fisik, yaitu keadaan Bayi tampak terus menangis, BAB lebih
dari 5 kali berbentuk encer, bayi tampak lemah, kesadaran compos menthis.. Tanda-
tanda vital suhu : 36,53 0C, nadi : 128x/menit, RR : 32x/menit.
Pengkajian menurut teori (Nursalam, 2010:17). adalah tahap awal dari proses
keeprawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk menegvaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
pasien. Menurut (Arif Muttaqin, 2011:171), pengkajian yang dapat dilakukan pada
pasien dengan Diare adalah adalah sebagai berikut: Identitas, keluhan utama yang di
dapat biasanya bervariasi, keadaan umum.

4.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa menurut penulis yang ditemukan pada By. Ny. R dengan Diare
diagnosa yang didapatkan Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kelembapan Pasien ditandai dengan sekitar area perineal (anus) tampak kemerahan,
pasien mengguanakan pempres yang ketat. Defisit pengetahuan orang tua tentang
penyakit berhubungan dengan kurangnya paparan sumber informasi ditandai dengan
Keluarga pasien belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang Diare,
Keluarga pasien belum mengetahui tentang pengertian Diare.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau beresiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (Nursalam, 2001:35).
4.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut fakta yang ditemukan pada By. R dengan diare dengan
Diagnosa menurut penulis yang ditemukan pada By. Ny. R dengan Diare diagnosa
yang didapatkan Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan
Pasien ditandai dengan sekitar area perineal (anus) tampak kemerahan, pasien
mengguanakan pempres yang ketat. Defisit pengetahuan orang tua tentang penyakit
berhubungan dengan kurangnya paparan sumber informasi ditandai dengan Keluarga
pasien belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang Diare, Keluarga
pasien belum mengetahui tentang pengertian Diare. Menurut teori (Surhayanto,
2009:193) intervensi keperawatan adalah perilaku sfesifik yang diharapkan dari
pasien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat, Setelah merumuskan
diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan (Intervensi) keperawatan,
tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan, mencegah yang
dirasakan oleh pasien. Adapun intevensi dengan Diagnosa Kerusakan Integritas Kulit
: Monitor TTV dan Kaji kerusakan yang terjadi pada kulit klien Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan kering, Anjurkan ibu pasien untuk mengganti pampers pasien,
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian salab kulit.
Diagnosa Defisit pengetahuan orang tua tentang penyakit b/d kurangnya
paparan sumber informasi : Kaji tingkat pengetahuan orang tua. Berikan pertanyaan
kepada orang tua tentang penyakit Diare sebelum dilakukan pendidikan kesehatan.
Berikan pendidikan kesehatan tentang Diare, jelaskan tentang pengertian Diare, tanda
dan gejala, penyebab, cara pencegahan dan bagaimana perawatan penyakit Diare
Lakukan evaluasi setelah pendidikan kesehatan, berikan kesempatan orang tua untuk
bertanya dan berikan pertanyaan kepada orang tua tentang materi yang sudah di
sampaikan,, Berikan pujian atas jawaban dari orang tua.

4.4 Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan selama satu hari pada tanggal 28
Agustus 2020 dinas di Ruang Poli anak, yaitu diagnosa pertama dengan implementasi
yaitu Monitor TTV dan Kaji kerusakan yang terjadi pada kulit klien, MenJaga
kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering, Menganjurkan ibu pasien untuk
mengganti pampers pasien, Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian salab kulit.
Implementasi untuk diagnosa Defisit pengetahuan orang tua tentang penyakit
implementasi : Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua, Memberikan pertanyaan
kepada orang tua tentang penyakit Diare sebelum dilakukan pendidikan kesehatan,
Memberikan pendidikan kesehatan tentang Diare jelaskan tentang pengertian Diare,
tanda dan gejala, penyebab, cara pencegahan dan bagaimana perawatan penyakit
diare, Melakukan evaluasi setelah pendidikan kesehatan, berikan kesempatan orang
tua untuk bertanya dan berikan pertanyaan kepada orang tua tentang materi yang
sudah di sampaikan, Memberikan pujian atas jawaban dari orang tua
kesehatan tentang penyebab nyeri dan berkolaborasi dalam pemberian obat.
Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa,
penatalaksanaan sesuai dengan intervensi keperawatan yang direncanakan.
4.5 Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap pengukuran keberhasilan rencana keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien. Untuk menilai/mengevaluasi
keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan, Penulis melihat dan
membandingkan dengan kriteria tujuan yang ada di rencana keperawatan. Hal yang
dievaluasi adalah perilaku/keadaan yang ditujukan oleh By.Ny R sesuai yang
dinyatakan dalam tujuan dan kriteria hasil yang ada.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebihbanyak
dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau
setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum, 2016). Diare
adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi defekasi (lebih dari
3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per hari) dan perubahan
konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir
dan darah.
Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain karena kesehatan lingkungan yang
belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, keadaan sosial ekonomi dan
perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
terjadinya diare. Selain itu, diare juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak
sehat atau makanan yang diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga
terkontaminasi bakteri penyebab diare seperti Salmonella, Shigella dan
Campylobacter jejuni (Purwaningdyah, 2015). Penyakit diare sering menyerang pada
anak-anak dari pada dewasa dikarenakan daya tahan tubuhnya yang masih lemah.
Namun masih banyak ibu yang belum cukup mampu memberikan penanganan yang
baik, hal ini dikarenakan pengetahuan tentang penanganan diare pada anak masih
rendah sehingga akan mempengaruhi sikap ibu dalam penanganan diare pada
anaknya. Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan
suatu pengetahuan karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor
predisposisi yang penting. Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan
memegang peranan penting pada tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikisnya.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan kasus pasien
diare sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
5.2.2 Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Asuhan keperawatan diharapkan mampu mengikuti dan menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Pendidikan hendaknya dapat menyediakan referensi yang memadai dan terbaru
bagi mahasiswa sebagai sumber pembelajaran terhadap asuhan keperawatan yang
akan diberikan pada klien di lahan praktek. Hendaknya pendidikan selalu
memberikan dan meningkatkan bimbingan dan arahan bagi mahasiswa dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
5.2.4 Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa terus mengembangkan dan meningkatkan ilmu
pengetahuan melalui literatur kepustakaan dan media informasi lainnya tentang ilmu
keperawatan dan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar.
5.2.5 Bagi Klien
Bagi klien diharapakan dapat lebih memahami bagaimana penanganan diare
dan bagaimana tanda dan gejala yang muncul serta bagaimana cara pencegahannya.
Diharapkan keluarga klien untuk lebih menjaga kesehatan atau mempertahankan
status kesehatan klien serta mendapatkan pengetahuan yang bertambah mengenai
penyakit yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2006. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 7.


EGC. Jakarta.

Markum.AH. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

NANDA. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Suryanah. 2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai