Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit pencernaan yang sering

ditemukan pada anak – anak. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang

buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air

saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu

hari (Depkes RI, 2011). Diare merupakan salah satu penyakit sistem

pencernaan yang sering dijumpai di masyarakat yaitu penyakit yang ditandai

dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali dalam sehari (WHO, 2009).

Menurut Kementerian Kesehatan RI 2015, penyakit Diare

merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit

potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2015 terjadi

18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan

jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2,47%) . Pada

tahun 2016 temuan Diare tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat sejumlah

1.261.159 kasus.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2016, proporsi

kasus Diare di Jawa Tengah sendiri pada tahun 2016 sebesar 68,9 persen

meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 67,7 persen.

Walaupun masih dibawah proporsi kasus Diare pada tahun 2014 sebesar 79,8

persen. Sedangkan berdasarkan Profil Kesehatan Kota Semarang 2016,

proporsi kasus Diare di kota Semarang mengalami penurunan dari tahun 2015

1
2

sejumlah 39.893 kasus menjadi 32.100 kasus pada tahun 2016. Sedangkan

pada tahun 2014 kasus Diare di Kota Semarang sejumlah 38.134 kasus.

Meskipun mengalami penurunan dari tahun 2015 dan 2014, kasus Diare masih

termasuk dalam 10 besar penyakit rumah sakit. Sebagian besar kasus diare

pada anak disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi virus, bakteri, atau

parasit (Rachma S. Sutrisno, 2013). Faktor lainnya yang beresiko

menyebabkan diare adalah faktor perilaku seperti buang air besar di sembarang

tempat dan tidak mencuci tangan sebelum makan, faktor lingkungan seperti

tidak tersedianya air bersih, jamban dan sanitasi yang baik, serta faktor dari

dalam seperti daya tahan tubuh anak (Hadi Siswanto, 2010).

Menurut Nabiel Ridha (2014) anak usia toddler (1-3 tahun) dilihat

dari tahap perkembangan menurut Sigmun Freud sedang memasuki fase anal.

Dimana fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terpusat pada anus, anak

akan menahan BAB/BAK bahkan anak akan memainkan fesesnya. Pada fase

ini mengajarkan anak konsep bersih menjadi hal yang sangat penting karena

akan berpotensi menimbulkan penyakit. Diare masih menjadi masalah penting

bagi kesehatan masyarakat terutama bagi keluarga yang mempunyai anak usia

balita karena menurut Profil Kesehatan Kota Semarang 2016, 9.153 kasus dari

32.100 kasus Diare di Kota Semarang ditemukan pada anak usia balita.

Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan penulis, ditemukan 382

kasus Diare pada anak balita di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran pada

tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2014 sejumlah 349 kasus dan 334 kasus
3

pada tahun 2015. Sehingga terjadi peningkatan sebanyak 48 kasus dari tahun

2015.

Balita yang mengalami Diare sangat memerlukan perhatian khusus,

karena selama terjadi diare tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara

cepat. Pada saat yang bersamaan, usus akan kehilangan kemampuannya untuk

menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan kepadanya (IDAI, 2014). Bila

penderita Diare terutama pada anak usia balita telah kehilangan banyak cairan

dan elektrolit, maka gejala dehidrasi akan mulai tampak. Seperti berat badan

menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung,

serta selaput lendir bibir, mulut dan kulit tampak kering.

Menurut Nabiel Ridha (2014), derajat dehidrasi pada anak dengan

Diare diklasifikasikan menjadi dehidrasi berat jika terjadi penurunan berat

badan sebesar 10%, dehidrasi sedang jika terjadi penurunan berat badan

sebesar 5 – 10%, dehidrasi ringan jika terjadi penurunan berat badan sebesar

2,5 – 5% dan diare tanpa dehidrasi jka penurunan berat badan anak kurang dari

2,5%. Penanganan secara cepat dan tepat mejadi kunci untuk meminimalisir

gejala – gejala dehidrasi yang mungkin muncul pada anak balita.

Dehidrasi memicu gangguan kesehatan, mulai dari gangguan ringan

seperti mudah mengantuk, hingga penyakit berat seperti penurunan fungsi

ginjal. Pada awalnya anak akan merasa haus karena telah terjadi dehidrasi

ringan. Bila tidak ditolong, dehidrasi bertambah berat dan timbulah gejala –

gejala syok hipovolemik. Karena itu pengobatan awal untuk mencegah dan

mengatasi keadaan dehidrasi sangat penting pada anak dengan Diare (IDAI,
4

2009). Pemberian cairan yang tepat dengan jumlah yang memadai merupakan

modal yang utama mencegah dehidrasi. Cairan harus diberikan sedikit demi

sedikit dengan frekuensi sesering mungkin (Agustina, 2008). Dalam penelitian

Ade Wulandari 2012 menyatakan bahwa peran obat – obatan tidak begitu

penting dalam menangani anak dengan Diare. Penanganan balita Diare harus

dimulai di tingkat rumah tangga yang diantaranya dengan pemberian Oralit

atau LGG serta suplemen Zinc. Dalam penelitiannya juga dipaparkan bahwa

penggunaan oralit dan suplemen zinc dalam penanganan pertama pada balita

dengan diare belum maksimal. Hal tersebut dikarenakan keengganan Ibu

dalam membuat dan memberikan Oralit yang dapat menyebabkan mual,

ketidakyakinan Ibu akan khasiatnya dan ketidaktersediaan suplemen Zinc di

dalam rumah.

Selain oralit dan suplemen Zinc, penggunaan cairan rehidrasi

intravena IVFD (Intravenous Fluids) yang digunakann sebagai pertolongan

pertama pada penderita yang sudah kehilangan banyak cairan pada saat masuk

dan selama perawatan di rumah sakit karena rute intravena mempunyai

bioavailbilitas yang sempurna di dalam tubuh sehingga penderita dapat segera

pulih dan bisa segera sembuh (Fras Korompis dkk, 2013).

Tugas perawat dalam pemenuhan kebutuhan cairan pada anak balita

dengan Diare diantaranya menghitung kebutuhan cairan, menghitung intake

output pasien, mengobservasi gejala dehidrasi, memberikan cairan intravena,

dan memonitor tanda vital. Perawat juga bertugas membantu keluarga dalam
5

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam tata laksana

diare secara komprehensif dan rasional (Ade wulandari, 2012).

Sesuai dengan prevalensi kasus Diare baik di Jawa Tengah, Kota

Semarang mauupun Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran, penyakit Diare

pada anak terutama pada balita masih sangat tinggi. Sehingga diperlukan

perhatian yang lebih dalam penanganan penyakit ini. Peran perawat adalah

sebagai advokator, konsultan, fasilitator, pendidik kesehatan, dan pemberi

asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit. Sehingga perawat harus

berperan untuk memberikan pelayanan kesehatan serta informasi dan

pengelolaan mengenai penanganan diare khususnya dalam pemenuhan

kebutuhan cairan. Karena pemenuhan cairan sangat penting bagi semua

individu terutama bagi balita yang sedang mengalami pertumbuhan dan

perkembangan.

Berdasarkan data dan fakta tentang diare pada balita, penanganan

kebutuhan cairan menjadi fokus penulis dalam karya tulis ini. Tidak hanya

tindakan kuratif yang akan dipelajari dalam karya tulis ini, tetapi tindakan

promotif dan preventif yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan

pengetahuan keluarga dalam menangani diare secara tepat. Maka dari itu

penulis tertarik untuk membuat laporan kasus tentang asuhan keperawatan

anak yang berjudul Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada

Anak Usia Toddler Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.


6

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan

Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Anak Usia Toddler Dengan Diare Di

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Cairan

Pada Anak Usia Toddler Dengan Diare Di Rumah Sakit Umum Daerah

Ungaran?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak usia Toddler yang

mengalami Diare dengan fokus studi pemenuhan kebutuhan cairan di

Rumah sakit Umum Daerah Ungaran.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak usia Toddler yang

mengalami Diare dengan fokus studi pemenuhan kebutuhan cairan di

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada anak usia Toddler yang

mengalami Diare dengan fokus studi pemenuhan kebutuhan cairan di

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.


7

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada anak usia Toddler yang

mengalami Diare dengan fokus studi pemenuhan kebutuhan cairan di

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak usia Toddler yang

mengalami Diare dengan fokus studi pemenuhan kebutuhan cairan di

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.

e. Melakukan evaluasi pada anak usia Toddler yang mengalami Diare

dengan fokus studi pemenuhan kebutuhan cairan di Rumah Sakit Umum

Daerah Ungaran.

E. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan yang

diberikan pada anak usia Toddler yang mengalami Diare dengan fokus studi

pemenuhan kebutuhan cairan.

2. Manfaat praktisi

a. Institusi Pendidikan

Penulis berharap bahwa karya tulis ini dapat memberi manfaat

dan menambah pengetahuan atau bahan bacaan bagi

mahasiswa/mahasiswi Poltekkes Kemenkes Semarang, terutama

Jurusan Keperawatan Semarang.


8

b. Perawat

Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien anak

usia toddler yang mengalami Diare baik secara kuratif, preventif

maupun promotif.

c. Keluarga

Untuk menambah pengetahuan kepada keluarga terutama Ibu

tentang penyakit diare, serta meningkatkan kemampuan keluarga untuk

mengenal dan menangani masalah tersebut dengan lebih cepat dan tepat.

d. Klien

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan

informasi lebih tentang Penyakit Diare pada Anak.

Anda mungkin juga menyukai