Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Helath Organization (WHO) Diare Merupakan salah satu

penyebab utama dari mordibiditas dan mortalitas di Negara yang sedang

berkembang dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, persediaan air

yang tidak adekuat, kemiskinan, dan pendidikan yang terbatas (WHO, 2013 ).

Data Riset Kesehatan (Riskesdas) tahun (2018,) penyakit diare merupakan

penyakit endemis dan juga merupakan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar

Biasa (KLB) disertai dengan kematian. Pada tahun 2018 terjadi 10 kali KLB

yang tersebar di delapan provinsi, delapan kabupaten /kota dengan jumlah

penderita 756 orang dan kematian 36 orang (CFR 4,76%). Angka kematian

(CFR) diharapkan 1%), sedangkan pada tahun 2018 CFR Diare mengalami

peningkatan dibanding tahun 2017 yaitu menjadi 4,76% (Kemenkes RI, 2018).

Data Profil Kesehatan Bangka Belitung pada tahun 2019, jumlah penduduk di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebanyak 1.374.985 jiwa. Angka

kesakitan Diare semua umur yang berkunjung ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan

untuk provinsi Kepulauan. Bangka Belitung adalah 270 per 1000 penduduk

yaitu sebesar 37.082 kasus. Dari target tersebut, pada tahun 2019 diperoleh data

sebanyak 18.121 kasus Diare (Dinkes,2019). Diare Balita yang berkunjung ke

Fasilitas Pelayanan kesehatan untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

1
Akper Pangkalpinang
2

adalah 843 per 1000 penduduk yaitu sebesar 22.319 kasus. Dari target

tersebut,pada tahun 2019 diperoleh data sebanyak 7.462 kasus diare pada

Adapun Faktor risiko yang mempengaruhi diare pada anak antara lain

Balita. ASI Ekslusif, status imunisasi Balita,PHBS, dan sanitasi lingkungan .

Adapun Tanda dan gejala pada anak yaitu, Mula mula anak/bayi cengeng

gelisah,suhu tubuh mungkin meningkat,nafsu makan berkurang,sering buang

air besar dengan kosistensi tinja cair atau encer,warna tinja berubah menjadi

kehijau-hijauan karena bercampur empedu,anus dan sekitarnya lecet karena

sering difekasi. Dampak dari diare yaitu, kehilangan air (dehidrasi),gangguan

keseimbangan asam basa,hipoglikemia,gangguan gizi dan gangguan sirkulasi

(Lestari, 2016).

Dampak yang sering terjadi pada anak dengan diare adalah dehidrasi. Dehidrasi

Terdiri dari, dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Dehidrasi ringan terdapat tanda

atau lebih dari keadaan umumnya baik,mata terlihat normal,rasa haunya

normal,minum biasa dan turgor kulit kembali cepat. Dehidrasi sedang umumya

terlihat gelisah dan rewel,mata terlihat cekung,haus dan merasa ingin minum

banyak dan turgor kulitnya kembali lambat. Sedangkan dehidrasi berat keadaan

umumnya terlihat lesu,lunglai atau tidak sadar, mata terlihat cekung,dan turgor

kulitnya kembali lambat >2 detik (Anwar,2020).

Selain itu Peran Perawat sebagai pendidik yaitu memberikan informasi tertentu,

adapun peran perawat yang kedua sebagai care giver yaitu memberikan asuhan

Akper Pangkalpinang
3

keperawatan pada anak diare.dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan ,

intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Tingginya angka kejadian dan banyaknya masalah yang terjadi pada diare,maka

peran perawat sangat penting dalam mengatasi masalah diare. Peran perawat

sebagai pendidik yaitu memberikan informasi kepada keluarga tentang

pelaksanaan perawatan pencegahan diare yang disebut dengan LINTAS DIARE

(Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang terdiri atas Pemberian ASI dan makan,

antibiotik hanya batas indikasi, dan pemberian nasihat, (Dinkes, Babel, 2019).

Berdasarkan Latar Belakang di atas, penulis tertarik melakukan Asuhan

keperawatan pada anak yang menderita diare dengan masalah keperawatan

kekurangan volume cairan di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada anak diare dengan masalah

keperawatan kekurangan volume cairan?

1.3 Tujuan Studi Kasus

1.1.1 Tujuan umum

Untuk Melakukan dan mendeskripsikan Asuhan keperawatan pada anak diare

dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan.

Tujuan khusus

Akper Pangkalpinang
4

1. Melaksanakan pengkajian pada anak diare dengan masalah keperawatan

kekurangan volume cairan.

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada anak diare dengan masalah

keperawatan kekurangan volume cairan.

3. Merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan masalah

keperawatan Kekurangan volume cairan.

4. Melakukan tindakan keperawatan pada anak diare dengan masalah

keperawatan Kekurangan volume cairan.

5. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada anak diare dengan masalah

keperawatan kekurangan volume cairan.

6. Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada anak diare dengan

masalah keperawatan kekurangan volume cairan.

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Bagi peneliti

Sebagai saran dan masukkan untuk menambahkan pengetahuan dan

memperoleh pengalaman khususnya pada asuhan keperawatan pada amak diare.

1.4.2 Bagi lahan penelitian Rumah Sakit

Sebagai masakan yang diperlukan dalam pelasanakan praktik pelayanan

keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan pada anak diare.

1.4.3 Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Sebagai contoh pembelajaran dalam penangan kasus pada asuhan keperawatan

keperawatan Pada asuhan keperawatan pada anak diare.

Akper Pangkalpinang
5

1.4.4 Bagi keluarga

Memberi pengetahuan dalam meningkatkan kemandirian keluarga dalam

melakukan perawatan pada anak diare.

1.4.5 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak diare.

Akper Pangkalpinang
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anak

Anak merupakan individu yang tergantung pada lingkungan untuk memenuhi

kebutuhan individualnya, salah satunya adalah lingkungan keluarga (Supartini

2004). Pemberian asuhan keperawatan pada anak, perawat harus

memperhatikan dan menerapkan asuhan yang berpusat pada keluarga (family

center care). Family center care adalah unsur yang penting dalam perawatan

anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga,sehingga kehidupan

anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarganya,sehingga perawat harus

memahami bahwa keluarga juga merupakan salah fakor yang memperngaruhi

status kesehatan anak. Keluarga dalam melakukan perawatan terhadap anak

harus saling mendukung,menghargai, serta meningkatkan kekuatan dan

kompetensi dalam memberikan as

uhan terhadap anak (Wons,et., al., 2009).

Pertumbuhan dan perkembangan istilah tumbuh kembang mencakup dua

peristiwa yang berbeda sifat dan maknanya,akan tetapi saling berkaitan dan

sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan (tumbuh kembang),

pertumbuhan (growth) memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut: Menurut

Depkes RI (1997), pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel

seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur. Menurut

Soetijiningih (1997). Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam

6
Akper Pangkalpinang
7

besar jumlah,ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa

diukur dengan (gram,pound,kilogram), ukuran panjang (cm,meter),umur tulang

dan keseimbangan sytemic (retensi kalisum dan nitrogen tubuh) (Oktiawati,

Khodijah,Setyaningrum,Dewi, 2017).

Perkembangan (development) Menurut Depkes (2006)dalam Oktiawati (2017)

perkembangan adalah bertambahnya strukur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian.Menurut Soetijiningsih (1997) dalam Oktiawati

(2017). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola teratur dan dapat

diramalkan,sebagai hasil dari proses pematangan. Proses tersebut menyangkut

adanya proses diferensiasi dari sel sel tubuh, jaringan, organ-organ dan system

organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Hal tersebut juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Sedangkan untuk

tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensial biologis

anak (Oktiawati et al., 2017 ).

Menurut Depkes RI 2006 dalam Oktiawati, 2017. Ada 4 aspek tumbuh

kembang yang perlu dibina /dipantau,yaitu: gerak kasar atau motorik kasar

adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan

pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti

duduk,berdiri. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan

Akper Pangkalpinang
8

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,tetapi memerlukan koordinasi

yang cermat seperti mengamati sesuatu,menjipit,menulis.

Konsep tumbuh kembang Balita, anak usia balita asalah usia (1-3 tahun). Pada

periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan

bagaimana mengontrol orang lain melakukan kemarahan,penolakan, dan

tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk

mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal

(Perry,1998) dalam (Oktiawati et al., 2017 )

Ciri ciri umum anak usia balita yaitu:

1. Tingginya dan berat badan meningkat,yang menggambarkan pertumbuhan

mendorong dan melambatkan karakteristik masa balita.

2. Karakteristik balita dengan menonjolnya abdomen yang diakibatkan karena

otot-otot abdomen yang tidak berkembang.

3. Bagian kaki berlawanan secara khas terdapat pada masa balita karena otot-

otot kaki harus menopang berat badan tubuh.

Pekembangan kognitif balita (menurut piaget), perkembagan kognitif anak

balita berada pada tahap pra-operasional (2-7tahun). Tahap ini ditandai oleh

pemakaian kata kata lebih awal dan memanipulasi simbol-simbol yang

menggambarkan objek atau benda dan keterikatan atau hubungan diantara

mereka (Oktiawati et al., 2017 )

Akper Pangkalpinang
9

Perkembangan Bahasa usia balita yaitu: usia 15 bulan anak menggunakan

istilah ekspresif, 2 tahun anak bisa menggunakan 300 kata, menggunakan 2 atau

3 suku kata (frase) dan menggunakan kata ganti, usia 2,5 tahun anak

menyebutkan nama panggilan dan nama lengkapnya, anak juga menggunakan

kata jamak (Oktiawati et al., 2017).

Perkembangan Psikososial (Menurut Erickson): Menurut Erickson,tahap

psikososial anakbalita berada pada tahap ke-2: otonomi vs perasaan malu dan

ragu-ragu. Masa ini disebut masa balita yang berlangsung mulai 1-3 tahun

(early childhood). Tahap ini merupakan tahap anus-otot (anal/muscular stages)

(Oktiawati, et al., 2017 ).

2.2 Anatomi & Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstenstinal ( mulai dari mulut sampai

anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima

makanan,mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energy, menyerap za-zat gizi

dan energy,menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari

tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung,usus halus,usus besar,rectum dan anus. Sistem

pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran

pencernaan,yaitu pancreas,hati dan kandung empedu (Haryono,2012).

1. Mulut

Akper Pangkalpinang
10

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada

manusia dan hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya

merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakjir di

anus.Mulut nerupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam

dari mulut dilapisi oleh selaput lender. Pengecapan dirasakan oleh organ

perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relative

sederhana,terdiri dari manis,asam,asin dan pahit.makanan dipotong-potong

oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang

(molar,geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna

(Haryono,2012).

2. Tenggorokan

Merupakan penghubung anatara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal

dari bahasa yunani yaitu pharynk. Didalam lengkung faring terdapat faring

terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung

kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,disini terletak

bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,letaknya dibelakang

rongga mulut dan rongga hidung,didepan ruas tulang belakang. Keatas

bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan

lubang bernana koana,keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut

dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium (Haryono, 2012).

3. Kerongkongan ( esofagus )

Esofagus adalah otot berbentuk tabung yang berada di dalam tenggorokan

bagian belakang.faring dan esophagus bertemu pada ruas ke-6 tulang

Akper Pangkalpinang
11

belakang. Faring dan esophagus bertemu pada ruas ke-6 tulang

belakang.setelah dikunyah dan ditelan,makanan menyusuri esophagus dan

didorong menuju lambung oleh gerak peristaltic (Mardalena,2018).

4. Lambung

Setelah makanan masuk ke dalam perut,proses pencernaan terus berlanjut di

dalam lambung.lambung adalah otot berongga berukuran besar dan terdiri

dari 3 bagian, yaitu kardia,fundus,dan antrum. Makanan masuk kedalam

lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang

bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingther menghalangi

masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.sfingter bagian atas

disebut sfingter kardia. Di dalam lambung, makanan bercampur dengan

asam dan enzim yang disekresikan dari dinding perut. Setelah benar-benar

hancur,makanan kemudian dipindahkan ke dalam usus kecil melalui sfingter

pylorus. Fungsi lambung mirip gudang makanan yang berkontrak secara

ritmik untuk bercampur makanan dengan enzim-enzim (Mardalena,2018).

5. Usus halus

Usus halus atau usu kecil bagian dari saaluran pencernaan yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Usus halus berbentuk tabung panjang

dimana sebagian besar vitamin dan nutrisi diserap dari makanan ke dalam

aliran darah.Dinding usus halus dipenuhi pembuluh darah yang bertugas

mengangkut zat-zat untuk diserap ke hati melalui vena porta

(syaifuidin,2006) di dalam (mardalena, 2018) dinding usus melepaskan

lender untuk melumasi isi usus, dan air untuk membantu melarut makanan

Akper Pangkalpinang
12

yang telah dicerna.saat makanan bergerak melalui halus, sejumlah enzim

dilepaskan yang mencerna protein,karbohidrat,dan lemak, lapisan usus halus

terdiri dari lapisan mukosa,lapisan otot melingkar (m sirkuler), dan lapisan

otot memanjang (m longitudinal) serta lapisan serosa (Mardalena,2018).

6. Usus besar

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu

dan rectum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus

besar terdiri, kolon asendens (kanan), kolon transversum,kolon desendens

(kiri) kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) (Haryono,2012).

7. Rektum Dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar ( setelah

kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat

penyimpanan sementara feses, biasanya rektum ini kosong karena tinja

disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon

desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,maka timbul keinginan

untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena

penumpukkan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang

menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.jika defekasi tidak

terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana

penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk

periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi (Haryono,

2012) .

Akper Pangkalpinang
13

8. Pankreas

Pancreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi

utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta bebrapa hormon penting

seperti insulin.pankreas terletak pada bagian posterior perut dan

berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari, pankreas terdiri

dari 2 jaringan dasar yaitu,Asini menghasilkan enzim-enzim

pencernaan,Pulau pankreas, menghasilkan hormone ( Haryono, 2012).

9. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan

memiliki berbagai fungsi,beberapa diantaranya berhubungan dengan

pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabaolisme dan

memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan

glikogen,sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi

bile,yang penting dalam pencernaan. Istilah medisyang bersangkutan dengan

hati biasanya dimulai dalam hepat-atau hepatic dari kata yunani untuk

hati,hepar (Haryono, 2012).

10. Kandung Empedu.

Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang

selanjutnya begabung membentuk duktus hepatikus umum.saluran ini

kemudian bergabung dengan sebuah saluranang berasal dari kandung

empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus

pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam

duodenum sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam

Akper Pangkalpinang
14

kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati

(Haryono,2012).

2.3 Konsep penyakit Diare

2.3.1 Defenisi

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) diare merupakan kejadian buang

air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya,dengan frekuensi kalai atau

lebih selama 1hari atau lebih

Diare merupakan sebagai suatu kumpulan dari gejala infeksi saluran

pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti

bakteri,virus, dan parasit (Mendiri,2017).

Diare merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan

elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar 1kali

atau lebih dengan bentuk encer atau cair (Rita,2016).

2.3.2 Etiologi

1. Factor infeksi

Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama

diare pada anak, meliputi infeksi bakteri,infeksi virus, infeksi parenteral;

merupakan infeksi diluar system pencernaan yang dapat menimbulkan diare

seperti: otitis media akut, tonsillitis, bronkopneumonia, ensealitis, dan

sebagainya (Dermawan,2010).

Akper Pangkalpinang
15

2. Factor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan

sukrosa),monosakarida(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan

anak. Disamping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

(Dermawan,2010).

3. Faktor makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,beracun dan alergi

terhadap jenis makanan tertentu (Dermawan, 2010.

4. Factor psikolgis

Diare dapat terjadi karena factor psikologis (rasa takut dan cemas ), jarang

terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar (Dermawan,2010)

2.3.3 Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan

osmotic,akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi,sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus yang

berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul

diare. Kedua akibat raangsangan tertentu (misaknya toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Akper Pangkalpinang
2.3.4 Pathway

Gambar 2.1 Pathway


17

2.3.5 Klasifikasi

Mardalena (2018) menggambarkan klasifikasi dari diare antara lain :

1. Diare cair akut. Keluar tinja encer dan mungkin ada darah di

dalamnya.kondisi ini umumnya berakhir kurang dari 14 hari.

2. Disentri. Diare dengan adanya darah dalam feses,frekuensi BAB sering

dan kuantitas Feses sedikit.

3. Diare persisten. Diare yang berakhir dalam 14 hari atau lebih,dan dimulai

dari diare kut atau disentri

2.4 Manifestasi Klinis

Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan),tanda-

tandanya: berak cair 1-2 kali sehari, muntah(-),haus(-). Nafsu makan tidak

berkurang,masih ada keinginan untuk bermain. Pada anak yang mengalami

diare dengan dehidrasi ringan atau sedang . tanda tandanya : berak cair 4-

9kali sehari , kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu tubuh kadang meningkat,

haus , tidak ada nafsu makan, badan lesu lemas, sedangkan pada anak yang

mengalami diare dengan dehidrasi berat tanda tandanya: berak cair terus

menurus, muntak terus menerus, haus,mata cekung, bibir kering dan biru,

tangan dan kaki dingin, lemah, tidak ada nafsu makan, tidak ada keinginan

untuk bermain, tidak BAK selama 6jam atau lebih, kadang- kadang dengan

kejang dan panas tinggi.

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,

hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling patal dari

diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat dalah kenatian
18

akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan

biokimiawi berupa asidosis metabolic yang berlanjut. Seseoarang yang

kekurngang cairan akan merasa haus, berat badan berkuarang, ubun-ubun

dan mata cekung, membrane mukosa kering, tulang pipi tanpak lebih

menonjol, turgor kulit jelas ( elastisitas menurun) serta suara menjadi serak.

Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh depelesi ait yang isotonic. Karena

kehilangan beikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam

karbonat berkurang mengakibatkan penurunana pH darah yang merangsang

pusat pernafasan sehingga frekuensi pernafasan meningkat dan lebih dalam

(Lestari,2016).

2.5 Komplikasi

1. Dehidrasi

Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi gstroentritis, tingkat

dehidrasi dapat diklasifikasikan yaitu, Dehidrasi ringan, kehilangan

cairan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25ml/kg. mal, Gambaran

klinik turgor kulit kurang elastis,suara serak,penderita belum jatuh pada

keadaan syok, ubun-ubun dan mata cekung, minum normal.Dehidrasi

sedang kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75ml/kg

BB. Gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre

syok nadi cepat dan dalam. Gelisah, sangat haus, pernapasan agak cepat,

ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.


19

Dehidrasi berat kehilangan cairan 8-10% Dari berat badan atau rata-rata

125 ml/kg BB. Gambaran klinik seperta tanda-tanda dehidrasi sedang

ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot

kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah

turun, warna urine pucat, pernapasan cepat dan dalam, turgor sangat

jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum

(Mardalena,2018).

2. Hipoglikemia

Terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak

yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya

gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya

gangguan absorbs glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar

glukosa darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50% pada anak-

anak (Lestari,2016).

3. Hipokalemia

Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi yang

menyebabkan terjadinya hipokalemia ditandai dengan kelemahan otot,

peristaltik usus berkurang. Gangguan fungsi ginjal dan aritmia (Anwar,

2020).

4. Demam

Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika

penyebab diare berinvasi kedalam sel epitel usus (Grace & Jerald, 2010 ).

Bakteri yang masuk kedalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh.

Bakteri tersebut mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan membran sel.


20

Sel yang bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksi tersebut

adalah neutrofil dan makrofag dengan cara fagosistosis. Sekresi fagosik

menginduksi timbulnya demam (Anwar, 2020).

Tabel 2.1. Komplikasi (Menurut Kementrian Kesehatan, 2015)

Gejala Tindakan / pengobatan


Terdapat dua atau lebih 1. Jika tidak ada Klasifikasi
tanda-tanda berikut : berat lain : Beri cairan
1. Letargis atau tidak sadar untuk dehidrasi berat dan
2. Mata cekung tablet zinc sesuai rencana
3. Tidak bisa minum atau malas terapi C
minium 2. Jika anak juga mempunyai
4. Cubitan kulit perut kembali klasifikasi berat lain :
Klasifikasi
sangat lambat. a. Rujuk segera
DIARE DEHIDRASI
b. Jika masih bisa minum,
BERAT
berikan ASI dan larutan
oralit selama
perjalanan.
3. Jika anak > 2 tahun dan
ada wabah kolera di
daerah tersebut. Beri
antibiotik untuk kolera

Terdapat dua atau lebih DIARE DEHIDRASI Beri cairan, tablet zinc dan
tanda- tanda berikut : RINGAN / SEDANG makanan sesuai rencana
1. Gelisah, rewel / mudah terapi B
marah. Jika terdapat klasifikasi berat
2. Mata cekung. lain :
Haus, minum dengan lahap. a. Rujuk segera
Cubitan kulit perut kembali b. jika masih bisa minum,
lambat. berikan ASI dan larutan
oralit selama perjalanan
21

c. Nasihati kapan kembali


segera
d. Kunjungan ulang 3 hari
jika tida ada perbaikan
Tidak cukup tanda- tanda untuk a. Beri cairan, tablet Zinc
duklasifikasikan sebagai diare dan makanan sesuai
dehidrasi berat atau ringan / rencana terapi A.
DIARE TANPA
sedang . b. Nasihati kapan kembali
DEHIDRASI
segera.
c. Kunjungan ulang 3 hari
jika tidak ada perbaikan.

2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi ( kekurangan cairan)

(Lestari, 2016).

Tindakan :

a) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya.

b) ASI ( air susu ibu ) deteruskan – makanan diberikan seperti biasanya.

c) Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa kepuskesmas terdekat.

2.6.2 Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang

Tindakan :

a) Berikan oralit.

b) ASI ( air susu ibu ) diteruskan.

c) Teruskan pemerian makanan.

d) Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna, dan tidak merangsang.

e) Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali kepuskesmas terdekat.

2.6.3 Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat

Tindakan :
22

a) Segera bawa kerumah sakit/puskesmas dengan fasilitas perawatan.

b) Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum.

2.6.4 Takaran pemberian oralit

a) Dibawah 1 tahun : 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas setiap

kali mencret.

b) Dibawah 5 tahun ( anak balita ) : 3 jam pertama 3 gelas , selanjutnya 1

gelas tiap kali mencret.

c) Anak diatas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas

setiap kali mencret.

d) Anak diatas 12 tahun & dewasa : 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2

gelas setiap kali mencret( 1 gelas : 200cc).

2.7 Pemeriksaan Penunjangan

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diare Menurut

Mardalena (2018 ) adalah:

1. Pemeriksaan tinja: maskroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula

dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet cilinictest bila terdapat

toleransi glukosa.bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji

resistensi.

2. Pemeriksaan darah , ph darah dan elektrolit (Natrium , Kalium ,

Kalsium , dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan

asam basa.kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

3. Intubasi Duodenum, untuk mengetahui jasad renik atau parasite secara

kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik


23

2.8 Konsep Asuhan keperawatan

2.8.1 Pengkajian

Faktor Presipitasi dari diare adalah disebaskan oleh makanan yang tercemar

oleh kuman melalui makanan,jari tangan,lalat,dan feses,serta muntah dan

diperberat bila klien makan tidak teratur,Faktor Predisposisinya adalah

minum air mentah,makan makanan yang tidak bersih dan pedas,tidak

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,dari wc dan menyiapkan

makanan(Anwar,2020).

2.8.2 Pengumpulan data:

Identitas klien, meliputi nama,umur,jenis kelamin,alamat,pekerjaan,

suku/bangsa, agama,status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit,nomor

register dan diagnosa medik.

Keluhan utama : keluhan utama diare adalah BAB lebih dari 7 kali dalam

sehari frekuensi yang tidak normal ditandai normal ditandai dengan

konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair(Anwar, 2020 ).

2.8.3 Riwayat penyakit sekarang

Biasanya klien menyatakan sudah diare > 4 hari, BAB lebih dari 7 kali

dalam sehari frekuensi yang tidak normal dengan dengan konsistensi tinja

yang lebih lembek atau cair di tandai dengan gejala nyeri perut,pusing

kepala,mual , muntah dan anoreksi (Anwar, 2020 ),

2.8.4 Riwayat penyakit dahulu


24

Pernah mengalami diare sebelumya,pemakaian antibiotik atau kortikosteroid

jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),

alergi makanan,ISPA ( Infeksi saluran atas ) ,OMA (Otitis media akut ) ,ISK

( Infeksi saluran kemih ),dan Campak (Anwar, 2020 ).

2.8.5 Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada salah satu keluarga yang mengalami diare

2.8.6 Pola-Pola fungsi kesehatan

1. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah

saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama

sekali serta pengeluaran cairan tubuh akan banyak terbuang melalui feses

(Anwar, 2020).

2. Pola eliminasi

Biasanya Klien menyatakan sudah diare >4 hari, BAB lebih dari 7 kali

dalam sehari frekuensi yang tidak normal dengan konsistensi tinja yang

lebih lembek atau cair. Klien dengan diare terjadi peningkatan suhu

tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga

dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh (Anwar, 2020 ).

3. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas Klien akan terganggu karena haus tirah baring total,agar tidak

terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu (Anwar, 2020).

4. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan frekuensi

BAB dan peningkatan suhu tubuh ( Anwar, 2020 ).


25

5. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan karena tidak tahu cara penanganan dan

penyebab diare (Anwar, 2020 ).

6. Pola sensori dan kognitif

Pada penciuman,perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan

umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham

pada klien (Anwar, 2020 ).

7. Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di

rumah sakit dan klien harus bed rest total (Anwar, 2020 ).

8. Pola penanggulangan stress

Biasanya klien akan nampak cemas (Anwar,2020 ).

2.8.7 Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum: didaptkan klien tampak lemah,suhu tubuh

meningkat,nadi cepat dan lemah

2. Tingkat kesadaran

Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis)

3. Sistem respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan dan nafas cepat.

4. Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah, dan bradikardi relatif.

5. Sistem integumen

Kulit kering,turgor kulit menurun,muka tampak pucat, rambut agak

kusam.
26

6. Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah,mukosa mulut, lidah kotor (khas), mual,

muntah, anoreksia , BAB lebih dari 7x, nyeri perut terasa tidak enak,

peristaltik usus meningkat.

7. Sistem musculoskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

8. Sistem abdomen

Saat palpasi didaptkan limpa dan hati membesar dengan kosistensi lunak

serta nyeri tekan pada abdomen.pada perkusi didapatkan perut kembang

serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.

2.8.8 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut (Anwar,2020 & Oktiawati & Julianti ,

2019 ) adalah :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang

berlebihan dari traktrus GI ke dalam feses atau muntahan

2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake inadekuat

4. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena defekasi

yang seringdan feses yang cair

5. resiko infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang

menginvasitraktus GI

6. Gangguan eliminasi bab Diare berhubungan dengan fisiologi : proses

infeksi, inflamasi , iritasi, malabsosrbsi dan parasit.


27

7. Defisit cairan dan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan

intake dan output

8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bergubungan

dengan masukkan tidak adekuat.

Intervensi Keperawatan Menurut( Haryani, 2020 )

Merupakan proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang

dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, mengurangi Masalah- Masalah

klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu

proses keperawatan.

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan ( Anwar, 2020 & Oktiawati &

Julianti , 2020, Lestari, 2016 ).

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Hipertmi berhubungan Setelah dilakukan 1. Ukur suhu tiap 1
dengan dehidrasi tindakan keperawatan 1 jam.
x 24 jam, tidak terjadi 2. Motivasi anak
demam kriteria hasil : dan
1. Tidak demam keluargauntuk
2. Suhu 36 ° C meningkatkan
3. Tubuh teraba hangat asupan cairan
per- oral.
3. Ajarkan dan
anjurkanorang
tua melakukan
water
tepidsponge
(kompres hangat
28

)
4. Anjurkan ibu
untuk
menggantikan
pakaian
yangmudah
menyerap
keringat
daribahan katun.

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
paracetamol.
2. Kolaborasi
pemberian
cairan infus
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Pantau status
cairan berhubungan tindakan keperawatan 3 hidrasi
dengan kehilangan x 24 jam, pasien (membrane
cairan yang berlebihan terlihatkan mukosa,turgor
dari traktus GI ke tandarehidrasi dan kulit, frekuensi
dalam feses atau mempertahankan nadi, dan tekanan
muntahan hidrasi darah ).
yang adekuat kriteria 2. Pantau intake
hasil: dan output
1. Membrane mukosa pasien (balance
bibir lembab cairan .
2. Turgor kulit baik 3. Pantau hasil
3. Urin jernih dan laboratorium
tidak pekat. elektrolit seperti
4. Elektrolit serum natrium, kalium,
normal (Natrium klorida ).
29

132 –147 mEq/L). 4. Motivasi anak


5. Balance cairan dan keluarga
untuk
meningkatkan
asupancairan per
oral.
5. Pantau
kebutuhan
cairan.

Kolaborasi.
1. Berikan larutan
oralit untuk
rehidrasi :
renalit 70 ml
2. Kolaborasi
dengan dokter
pemberian
cairan infus
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Anjurkan
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan 3 keluarga untuk
berhubungan dengan x 24 jam, kebutuhan menyediakan
intake inadekuat nutrisi terpenuhi : makanan yang
1.Berat badan anak bergizi.
ideal usia 3- 12 bulan : 2. Berikan
(umur (bulan)+ 9 ) / 2 = informasi yang
9,5 kg. tepat tentang
2.Interpretasi status gizi kebutuhan gizi
menurut warelow 1972 anak.
( Kosim et al., 2014) : 3. Berikan
gizi baik ( 90-110 % ). informasi pada
BB anak/ BB ideal x ibu untuk
100 % tetaprileks
30

Kebutuhan energi : BB dalam


x 100 = aaa kkal memberikan
Kebutuhan protein 12 % ASI.
x aaa : 9 = gram 4. Timbang BB
Kebutuhan lemak 30 % anak tiap hari.
x aaa : 9 = gram
Kebutuhan karbohidrat Kolaborasi
58% x aaa : 4 = gr 1. Berikan nutrisi
melalui selang
NGT jika anak
tidak mampu
secara peroral
2. Konsultasikan
dengan ahli gizi
terkait
pemberian
makanan yang
tepat.
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. kaji tanda-tanda
berhubungan dengan tindakan keperawatan infeksi
mikroorganisme yang 3x 24 jam tidak terjadi 2. pantau suhu
menginvasitraktus GI infeksi. tubuh klien
Kriteria hasil : 3. pantau leukosit
1.Tidak ada inflamasi 4. pertahankan
pada daerah anal kebiasaan
2.Tidak ada iritasi pada mencuci tangan
daerah anal yang cermat
3.Leukosit normal untuk
( 5000- mengurangi
14000/ ul ) penyebaran
4.Suhu normal ( 36,5 – infeksi
37,5 %) 5. Pasang popok
dengam rapat
31

untuk
mengurangi
kemungkinan
menyebarnya
feses.
6. Gunakan popok
disposable yang
superabsorbent
untuk menahan
fesespada
tempat-nya dan
mengurangi
kemungkinan
terjadinya
dermatitis
popok.1
7. Kolaborasi
pemberian
antibiotic.
5. Gangguan Eliminasi bab Setelah dilakukakam 1. kelola
diare berhubungsn dengan Tidakan keperawatan pemeriksaan
fisiologi : prosesinfeksi, Selama 1 x 24 jam kultur
inflamasi,iritasi,malabsorbsi Dengan keiteria hasil : sensivitas feses
Dan parasit 1. Tidak ada diare 2. Evaluasi
2. Feses tidak ada darah pengobatan
dan mucus yang berefek
3. Nyeri perut tidak ada samping
4. Pola BAB normal gastrointestinal
5. Elektrolit Normal 3. Monitor kulit
6. Asam basa normal sekitar perianal
7. Hidrasi baik terhadap
(membrane mukosa adanya iritasi
lembab, tidak panas, dan ulserasi
32

vital sign normal, 4. ajarkan pada


hemaktokrit dan urin keluarga
output dalam batas penggunaan
normal. obat anti diare.
5. instruksikan
pada pasien
dan keluarga
untuk mencatat
warna,
volume ,
frekuensi, dan
konsistensi
feses.
6. ajarkan pada
pasien teknik
pengurangan
strees jika
perlu
7. kolaborasi
tanda dan
gejala diare
menetap.
8. monitor hasil
lab (elektrolit
dan leukosit )
9. monitor turgor
kulit, mukosa
oral sebagai
indicator
dehidrasi.
10. konsultasi
dengan ahli
33

gizi untuk diet


yang tepat

6 Gangguan eliminasi bab Setelah dilakukan 1. kelola


diare berhubungan dengan tindakan keperawatan pemeriksaan
fisiologi: proses , infeksi , selama 1 x 24 jam diare kultur
inflamasi, iritasi pasien teratasi dengan sensitivitas
malabsorbsi dan parasit kriteria hasil : feses.
1. Tidak ada diare 2. Evaluasi
2. Feses tidak ada pengobatan yang
darah dan mukus berefek samping
3. Nyeri perut tidak gastrointestinal.
ada. 3. evaluasi jenis
4. Pola BAB normal intake makanan.
5. Elektrolit normal 4. ajarkan pada
6. Asam basa normal keluarga
7. Hidrasi baik pengunaan obat
( membrane mukosa anti diare.
lembab , tidak 5. Instruksikan
panas, vital sign pada pasien dan
normal, hemaktokrit keluarga untuk
dan urin output mencatat warna,
dalam batas normal. volume,
frekuensi dan
konsistensi
feses.
6. ajarkan pada
pasien teknik
pengurangan
stress jika perlu.
7. kolaborasi jika
tanda dan gejala
diare menetap
34

8. monitor hasil lab


( elektrolit dan
lukosit )
9. monitor turgor
kulit , mukosa
oral sebagai
indicator
dehidrasi.
10. konsultasi
dengan ahli gizi
untuk diet yang
tepat.
7. Defisit cairan dan elektrolit Setelah dilakukan 1. monitor intake
berhubungan dengan tindakan keperawatan 3 dan output
ketiakseimbangan intake X 24 jam pasien cairan
dan output menunjukkan cairan 2. monitor tanda-
dalam batas normal tanda dehidrasi.
dengan kriteria hasil : 3. monitor ttv
1. Kebutuhan cairan 4. anjurkan untuk
terpenuhi banyak minum
2. Kulit itidak kering 5. kolaborasi
3. Klien tampak segar pemberian obat
dan terapi cairan
8. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan 1. mengetahui
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan pola nutrisi
tubuh berhubungan dengan selama 3 x 24 jam klien
masukkan tidak adekuat kebutuhan nutrisi 2. mendorong
ditandai terpenuhi dengan klien untuk
kriteria hasil : nafsu makan
1. Berat badan naik 3. deteksi
2. Kebutuhan akan perubahan berat
kekurangan nutrisi badan
dapat terpenuhi penurunan atau
35

kenaikan berat
badan sehingga
evaluasi
pemberian diet
4. mencegah agar
perut tidak
kosong
Untuk memberikan
diet sesuai dengan
kebutuhan.

2.9 Implementasi Keperawatan

Tahap Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan

keperawatan ) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan

keperawatan. Jenis tindakan keperawatan yang tercantum dalam langkah

atau tahap pelaksanaan tersebut yaitu tindakan keperawatan mandiri atau

independent (Hidayat, A. Alimul Aziz, 2011). Didalam Haryani,2020.

2.10 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak,pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu

kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan

berlangsung atau menilai dari respon pasien disebut evaluasi prose dan
36

kegiatan melakukan evaluasi denga target tujuan yang diharapkan disebut

evaluasi hasil (Nursalam, 2009 ). Di dalam Haryani, 2020).

2.11 Kekurangan volume cairan

Penurunan cairan intarvaskuler, interstisial, dan / atau intarseluler. Ini

mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar

natrium, penyebab dari kekurangan volume cairan yaitu, hambatan

mengakses cairan , asupan cairan kurang, kurang pengetahuan tentang

kebutuhan cairan .

Batasan Karakteristik : ((Herdman & Kamitsuru, 2018 ).

1. Perubahan status mental

2. Penurunan turgor kulit

3. Penurunan tekanan darah

4. Penurunan tekanan nadi

5. Penurunan volume cairan

6. Penurunan turgor lidah

7. Penurunan haluaran urine

8. Peningkatan suhu tubuh


BAB 3

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus yang dipakai untuk penelitian ini adalah deskriptif

untuk menggambarkan Asuhan Keperawatan pada anak diare dengan

pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, daignosis

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua pasien dengan

kasus dan masalah keperawatan yang sama , yaitu Asuhan Keperawatan

Pada Anak Diare dengan masalah kekurangan volume cairan

3.3 Fokus Studi

Fokus studi pada kasus ini adalah Asuhan Keperawatan Pada anak Diare

dengan Masalah Keperawatan kekurangan volume cairan

3.4 Definisi Operasional

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi

dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna

hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

(Dermawan,2020).

37
Akper Pangkalpinang
38

Kekurangan volume cairan adalah rentan terhadap penurunan, peningkatan,

atau pergeseran cepat cairan intravascular, interstisial, dan / intraselular lain,

yang dapat menganggu kesehatan. Ini mengacu pada kehilangan,

peningkatan cairan tubuh atau keduanya. (Herdman & Kamitsuru, 2018 ).

3.5 Lokasi dan Waktu

Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Pangkalpinang dan waktu

pengambilan bulan 26 April - 8 Mei 2021

3.6 Pengumpulan Data

1. Wawancara

Peneliti akan melakukan wawancara secara verbal dan non verbal tentang

hasil anamnesis yang berisi tentang identitas pasien, keluhan utama,

riwayat penyakit, dahulu dan keluarga. Sumber data dari pasien, rekam

medik dan perawatan lainnya

2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Peneliti akan melakukan observasi dengan cara pengumpulan data

dengan melakukan pengamatan secara langsung dan pemeriksaan fisik

dengan pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, juga

riwayat kesehatan keluarga dan riwayat terdahulu ( Hidayat, 2007).

3.7 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian Asuhan

Keperawatan Pada Anak Diare yang berlaku di Akper di Pangkalpinang

Akper Pangkalpinang
39

3.8 Penyajian Data

Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data

sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca. Data disajikan secara

narasi dan deskriptif hingga dapat disertai dengan ungkapan verbal dari

keluarga pasien

3.9 Etika Studi Kasus

Masalah etika dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam studi kasus mengingat studi kasus keperawatan akan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika studi kasus harus diperhatikan

karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan studi kasus. Masalah

etika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut

3. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed

consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan

tersebut ( Hidayat, 2007).

4. Tanpa Nama (Anonimity)

Anonomity berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar

pengumpulan dara (kuesioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data tersebut. Masalah yang memberikan jaminan

Akper Pangkalpinang
40

dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan dijelaskan ( Hidayat, 2007).

5. Kerahasiaan (Convidentiality)

Sub bab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus

dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset ( Hidayat, 2007).

Akper Pangkalpinang

Anda mungkin juga menyukai