PENDAHULUAN
yang tidak adekuat, kemiskinan, dan pendidikan yang terbatas (WHO, 2013 ).
penyakit endemis dan juga merupakan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar
Biasa (KLB) disertai dengan kematian. Pada tahun 2018 terjadi 10 kali KLB
penderita 756 orang dan kematian 36 orang (CFR 4,76%). Angka kematian
(CFR) diharapkan 1%), sedangkan pada tahun 2018 CFR Diare mengalami
peningkatan dibanding tahun 2017 yaitu menjadi 4,76% (Kemenkes RI, 2018).
Data Profil Kesehatan Bangka Belitung pada tahun 2019, jumlah penduduk di
untuk provinsi Kepulauan. Bangka Belitung adalah 270 per 1000 penduduk
yaitu sebesar 37.082 kasus. Dari target tersebut, pada tahun 2019 diperoleh data
1
Akper Pangkalpinang
2
adalah 843 per 1000 penduduk yaitu sebesar 22.319 kasus. Dari target
tersebut,pada tahun 2019 diperoleh data sebanyak 7.462 kasus diare pada
Adapun Faktor risiko yang mempengaruhi diare pada anak antara lain
Adapun Tanda dan gejala pada anak yaitu, Mula mula anak/bayi cengeng
air besar dengan kosistensi tinja cair atau encer,warna tinja berubah menjadi
(Lestari, 2016).
Dampak yang sering terjadi pada anak dengan diare adalah dehidrasi. Dehidrasi
Terdiri dari, dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Dehidrasi ringan terdapat tanda
normal,minum biasa dan turgor kulit kembali cepat. Dehidrasi sedang umumya
terlihat gelisah dan rewel,mata terlihat cekung,haus dan merasa ingin minum
banyak dan turgor kulitnya kembali lambat. Sedangkan dehidrasi berat keadaan
umumnya terlihat lesu,lunglai atau tidak sadar, mata terlihat cekung,dan turgor
Selain itu Peran Perawat sebagai pendidik yaitu memberikan informasi tertentu,
adapun peran perawat yang kedua sebagai care giver yaitu memberikan asuhan
Akper Pangkalpinang
3
Tingginya angka kejadian dan banyaknya masalah yang terjadi pada diare,maka
peran perawat sangat penting dalam mengatasi masalah diare. Peran perawat
(Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang terdiri atas Pemberian ASI dan makan,
antibiotik hanya batas indikasi, dan pemberian nasihat, (Dinkes, Babel, 2019).
Tujuan khusus
Akper Pangkalpinang
4
Akper Pangkalpinang
5
Akper Pangkalpinang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
center care). Family center care adalah unsur yang penting dalam perawatan
peristiwa yang berbeda sifat dan maknanya,akan tetapi saling berkaitan dan
seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur. Menurut
6
Akper Pangkalpinang
7
besar jumlah,ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
Khodijah,Setyaningrum,Dewi, 2017).
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola teratur dan dapat
adanya proses diferensiasi dari sel sel tubuh, jaringan, organ-organ dan system
kembang yang perlu dibina /dipantau,yaitu: gerak kasar atau motorik kasar
duduk,berdiri. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
Akper Pangkalpinang
8
Konsep tumbuh kembang Balita, anak usia balita asalah usia (1-3 tahun). Pada
periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan
tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk
3. Bagian kaki berlawanan secara khas terdapat pada masa balita karena otot-
balita berada pada tahap pra-operasional (2-7tahun). Tahap ini ditandai oleh
Akper Pangkalpinang
9
istilah ekspresif, 2 tahun anak bisa menggunakan 300 kata, menggunakan 2 atau
3 suku kata (frase) dan menggunakan kata ganti, usia 2,5 tahun anak
psikososial anakbalita berada pada tahap ke-2: otonomi vs perasaan malu dan
ragu-ragu. Masa ini disebut masa balita yang berlangsung mulai 1-3 tahun
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
dan energy,menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
1. Mulut
Akper Pangkalpinang
10
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
dari mulut dilapisi oleh selaput lender. Pengecapan dirasakan oleh organ
(Haryono,2012).
2. Tenggorokan
dari bahasa yunani yaitu pharynk. Didalam lengkung faring terdapat faring
3. Kerongkongan ( esofagus )
Akper Pangkalpinang
11
4. Lambung
asam dan enzim yang disekresikan dari dinding perut. Setelah benar-benar
5. Usus halus
Usus halus atau usu kecil bagian dari saaluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Usus halus berbentuk tabung panjang
dimana sebagian besar vitamin dan nutrisi diserap dari makanan ke dalam
lender untuk melumasi isi usus, dan air untuk membantu melarut makanan
Akper Pangkalpinang
12
6. Usus besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rectum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar ( setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi (Haryono,
2012) .
Akper Pangkalpinang
13
8. Pankreas
Pancreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari, pankreas terdiri
9. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
hati biasanya dimulai dalam hepat-atau hepatic dari kata yunani untuk
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang
Akper Pangkalpinang
14
kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati
(Haryono,2012).
2.3.1 Defenisi
air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya,dengan frekuensi kalai atau
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar 1kali
2.3.2 Etiologi
1. Factor infeksi
sebagainya (Dermawan,2010).
Akper Pangkalpinang
15
2. Factor malabsorbsi
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan
anak. Disamping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
(Dermawan,2010).
3. Faktor makanan
4. Factor psikolgis
Diare dapat terjadi karena factor psikologis (rasa takut dan cemas ), jarang
terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar (Dermawan,2010)
2.3.3 Patofisiologi
osmotic,akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus yang
diare. Kedua akibat raangsangan tertentu (misaknya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
Akper Pangkalpinang
2.3.4 Pathway
2.3.5 Klasifikasi
1. Diare cair akut. Keluar tinja encer dan mungkin ada darah di
3. Diare persisten. Diare yang berakhir dalam 14 hari atau lebih,dan dimulai
tandanya: berak cair 1-2 kali sehari, muntah(-),haus(-). Nafsu makan tidak
diare dengan dehidrasi ringan atau sedang . tanda tandanya : berak cair 4-
9kali sehari , kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu tubuh kadang meningkat,
haus , tidak ada nafsu makan, badan lesu lemas, sedangkan pada anak yang
mengalami diare dengan dehidrasi berat tanda tandanya: berak cair terus
menurus, muntak terus menerus, haus,mata cekung, bibir kering dan biru,
tangan dan kaki dingin, lemah, tidak ada nafsu makan, tidak ada keinginan
untuk bermain, tidak BAK selama 6jam atau lebih, kadang- kadang dengan
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling patal dari
diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat dalah kenatian
18
dan mata cekung, membrane mukosa kering, tulang pipi tanpak lebih
menonjol, turgor kulit jelas ( elastisitas menurun) serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh depelesi ait yang isotonic. Karena
(Lestari,2016).
2.5 Komplikasi
1. Dehidrasi
cairan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25ml/kg. mal, Gambaran
sedang kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75ml/kg
BB. Gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre
syok nadi cepat dan dalam. Gelisah, sangat haus, pernapasan agak cepat,
Dehidrasi berat kehilangan cairan 8-10% Dari berat badan atau rata-rata
kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah
turun, warna urine pucat, pernapasan cepat dan dalam, turgor sangat
jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum
(Mardalena,2018).
2. Hipoglikemia
Terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
glukosa darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50% pada anak-
anak (Lestari,2016).
3. Hipokalemia
2020).
4. Demam
Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika
penyebab diare berinvasi kedalam sel epitel usus (Grace & Jerald, 2010 ).
Bakteri yang masuk kedalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh.
Terdapat dua atau lebih DIARE DEHIDRASI Beri cairan, tablet zinc dan
tanda- tanda berikut : RINGAN / SEDANG makanan sesuai rencana
1. Gelisah, rewel / mudah terapi B
marah. Jika terdapat klasifikasi berat
2. Mata cekung. lain :
Haus, minum dengan lahap. a. Rujuk segera
Cubitan kulit perut kembali b. jika masih bisa minum,
lambat. berikan ASI dan larutan
oralit selama perjalanan
21
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi ( kekurangan cairan)
(Lestari, 2016).
Tindakan :
a) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya.
Tindakan :
a) Berikan oralit.
Tindakan :
22
a) Dibawah 1 tahun : 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas setiap
kali mencret.
dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet cilinictest bila terdapat
resistensi.
2.8.1 Pengkajian
Faktor Presipitasi dari diare adalah disebaskan oleh makanan yang tercemar
makanan(Anwar,2020).
Keluhan utama : keluhan utama diare adalah BAB lebih dari 7 kali dalam
Biasanya klien menyatakan sudah diare > 4 hari, BAB lebih dari 7 kali
dalam sehari frekuensi yang tidak normal dengan dengan konsistensi tinja
yang lebih lembek atau cair di tandai dengan gejala nyeri perut,pusing
alergi makanan,ISPA ( Infeksi saluran atas ) ,OMA (Otitis media akut ) ,ISK
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah
saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama
sekali serta pengeluaran cairan tubuh akan banyak terbuang melalui feses
(Anwar, 2020).
2. Pola eliminasi
Biasanya Klien menyatakan sudah diare >4 hari, BAB lebih dari 7 kali
dalam sehari frekuensi yang tidak normal dengan konsistensi tinja yang
lebih lembek atau cair. Klien dengan diare terjadi peningkatan suhu
tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga
Aktivitas Klien akan terganggu karena haus tirah baring total,agar tidak
rumah sakit dan klien harus bed rest total (Anwar, 2020 ).
2. Tingkat kesadaran
3. Sistem respirasi
4. Sistem kardiovaskuler
5. Sistem integumen
kusam.
26
6. Sistem gastrointestinal
muntah, anoreksia , BAB lebih dari 7x, nyeri perut terasa tidak enak,
7. Sistem musculoskeletal
8. Sistem abdomen
Saat palpasi didaptkan limpa dan hati membesar dengan kosistensi lunak
2019 ) adalah :
intake inadekuat
menginvasitraktus GI
proses keperawatan.
)
4. Anjurkan ibu
untuk
menggantikan
pakaian
yangmudah
menyerap
keringat
daribahan katun.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
paracetamol.
2. Kolaborasi
pemberian
cairan infus
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Pantau status
cairan berhubungan tindakan keperawatan 3 hidrasi
dengan kehilangan x 24 jam, pasien (membrane
cairan yang berlebihan terlihatkan mukosa,turgor
dari traktus GI ke tandarehidrasi dan kulit, frekuensi
dalam feses atau mempertahankan nadi, dan tekanan
muntahan hidrasi darah ).
yang adekuat kriteria 2. Pantau intake
hasil: dan output
1. Membrane mukosa pasien (balance
bibir lembab cairan .
2. Turgor kulit baik 3. Pantau hasil
3. Urin jernih dan laboratorium
tidak pekat. elektrolit seperti
4. Elektrolit serum natrium, kalium,
normal (Natrium klorida ).
29
Kolaborasi.
1. Berikan larutan
oralit untuk
rehidrasi :
renalit 70 ml
2. Kolaborasi
dengan dokter
pemberian
cairan infus
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Anjurkan
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan 3 keluarga untuk
berhubungan dengan x 24 jam, kebutuhan menyediakan
intake inadekuat nutrisi terpenuhi : makanan yang
1.Berat badan anak bergizi.
ideal usia 3- 12 bulan : 2. Berikan
(umur (bulan)+ 9 ) / 2 = informasi yang
9,5 kg. tepat tentang
2.Interpretasi status gizi kebutuhan gizi
menurut warelow 1972 anak.
( Kosim et al., 2014) : 3. Berikan
gizi baik ( 90-110 % ). informasi pada
BB anak/ BB ideal x ibu untuk
100 % tetaprileks
30
untuk
mengurangi
kemungkinan
menyebarnya
feses.
6. Gunakan popok
disposable yang
superabsorbent
untuk menahan
fesespada
tempat-nya dan
mengurangi
kemungkinan
terjadinya
dermatitis
popok.1
7. Kolaborasi
pemberian
antibiotic.
5. Gangguan Eliminasi bab Setelah dilakukakam 1. kelola
diare berhubungsn dengan Tidakan keperawatan pemeriksaan
fisiologi : prosesinfeksi, Selama 1 x 24 jam kultur
inflamasi,iritasi,malabsorbsi Dengan keiteria hasil : sensivitas feses
Dan parasit 1. Tidak ada diare 2. Evaluasi
2. Feses tidak ada darah pengobatan
dan mucus yang berefek
3. Nyeri perut tidak ada samping
4. Pola BAB normal gastrointestinal
5. Elektrolit Normal 3. Monitor kulit
6. Asam basa normal sekitar perianal
7. Hidrasi baik terhadap
(membrane mukosa adanya iritasi
lembab, tidak panas, dan ulserasi
32
kenaikan berat
badan sehingga
evaluasi
pemberian diet
4. mencegah agar
perut tidak
kosong
Untuk memberikan
diet sesuai dengan
kebutuhan.
tercapai atau tidak,pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu
berlangsung atau menilai dari respon pasien disebut evaluasi prose dan
36
kebutuhan cairan .
METEDOLOGI PENELITIAN
Rancangan studi kasus yang dipakai untuk penelitian ini adalah deskriptif
evaluasi keperawatan.
Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua pasien dengan
Fokus studi pada kasus ini adalah Asuhan Keperawatan Pada anak Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(Dermawan,2020).
37
Akper Pangkalpinang
38
1. Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara secara verbal dan non verbal tentang
riwayat penyakit, dahulu dan keluarga. Sumber data dari pasien, rekam
Akper Pangkalpinang
39
narasi dan deskriptif hingga dapat disertai dengan ungkapan verbal dari
keluarga pasien
langsung dengan manusia, maka segi etika studi kasus harus diperhatikan
karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan studi kasus. Masalah
Akper Pangkalpinang
40
5. Kerahasiaan (Convidentiality)
Akper Pangkalpinang