Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare ialah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan

konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi

buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari

yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.

Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun

pertama.

Dalam menentukan derajat kesehatan di indonesia, terdapat beberapa

indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka

kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup waktu lahir. Angka

kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan

anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tubuh

bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh

status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak,

faktor sosial ekonomi dan pendidikan ibu, (Hidayat, 2010).

Diare lebih domain menyerang balita karea daya tahan tubuhnya yang

masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri

penyebab diare. Jika diare disetai muntah berkelanjutan akan menyebabkan

dehidrasi (kekurangan cairan). Inilah yang harus diwaspadai karena sering

terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan menyebabkan kematian.

1
Dehidrasi yang terjadi pada bayi ataupun anak akan cepat menjadi parah. Hal

ini di sebabkan karena seorang anak berat badannya lebih ringan dari orang

dewasa. Maka cairan tubuhnya pun relative lebih sedikit, sehingga jika

kehilangan sedikit saja cairan dapat mengganggu organ-organ vitalnya.

Apalagi sang anak belum mampu mengomunikasikan keluhannya, sehingga

tidak mudah mendeteksinya. Dehidrasi akan semakin parah jika ditambah

dengan keluhan lain seperti mencret dan panas karena hilangnya cairan tubuh

karena penguapan. Kasus kematian balita karena dehidrasi masih banyak

ditemukan dan biasanya terjjadi karena ketidakmampuan orang tua

mendeteksi tanda-tanda bahaya ini (Cahyono, 2010)

Penyakit diare ini adalah penyakit yang multifaktoral, dimana dapat

muncul karena akibat tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang kurang

serta akibat kebiasaan atau budaya masyarakat yang salah. Oleh karena itu

keberhasilan menurunkan serangan diare sangat tergantung dari sikap dan

pengetahuan setiap anggota masyarakat, terutama membudayakan pemakaian

larutan oralit pada anak yang menderita diare. Saat ini upaya yang sedang

digalakkan dan dikembangkan pada masyarakat luas untuk menanggulangi

diare dengan upaya rehidrasi oral (oralit) dan ternyata dapat menurunkan

angka kematian dan kesakitan karena diare (Maryunani, 2010)

Menurut data World Health Organization (WHO, 2013), diare ialah

penyebab nomor dua kematian balita di seluruh dunia, dimana merupakan

penyakit yang dapat dicegah dan diobati. Secara global, terdapat hampir 1,7

miliar kasus diare setiap tahun. Diare juga membunuh sekitar 760.000 balita

2
setiap tahunnya. Diare juga merupakan penyebab utama malnutrisi pada

balita. Padahal sebagian besar kasus diare dapat dicegah dengan meminum

air bersih serta sanitasi dan higienitas yang cukup.

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga

merupakan penyakit KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun

2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18

kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang.

Di provinsi Sulawesi Utara kasus diare dapat ditangani sebesar 55,9%

(kemenkes, 2016).

Puskesmas Kawangkoan merupakan puskesmas yang ada di kecamatan

yang berada di Kabupaten Minahasa. Menurut data awal yang diambil,

Jumlah keseluruhan kasus diare yang terdapat pada balita di tahun 2017 yaiu

163 kasus degan total bayi-balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Kawangkoan yaitu 520 bayi-balita. Melihat masalah diatas, diare masih

sering menyerang balita di Puskesmas Kawangkoan. Salah satu faktor yang

berkontribusi terhadap tingginya kejadian diare adalah belum optimalnya

pengetahuan tentang diare, sehingga banyak kasus diare yang terjadi. Ini juga

disebabkan karena kurang memadainya pengetahuan orangtua (ibu) balita.

Tentang tindakan-tindakan, apa saja yang menurunkan insiden diare,

sehingga diharapkan dengan pengetahuan tersebut Ibu dapat mengambil

keputusan untuk meminimalisir resiko atau hal-hal yang menyebabkan diare.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

menadakan penelitian tentang. “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu

3
dengan Kejadian Diare pada Balita Di Wilayah kerja Puskesmas

Kawangkoan”.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap kejadian diare

pada balita, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan

kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan angka kejadian

diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan.

b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan angka kejadian diare

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitan ini dapat menjadi bahan masukan dalam

membimbing dan menambah pengetahuan mahasiswi keperawatan

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada

balitaBagi

2. Bagi tempat Penelitian

4
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang baik

dalam membantu meningkatkan pengetahuan ibu tentang dampak negatif

dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan

dalam melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan kejadian diare

pada balita.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengetahuan

1. Definisi

Secara umum pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang,

pengetahuan merupakan suatu bentuk tahu dari manusia yang diperolehnya

dari pengalaman perasaan, akal dan pikiran dan intituisinya setalah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Dewi 2009).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

pengguna pancainderanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu apa yang

diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia.

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat

kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak

disegaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengalaman

terhadap suatu objek tertentu ( Mubarak, 2011)

Diare sebagaimana diketahui menyebabkan kematian pada anak balita.

Pengetahuan ibu tentang diare perlu karena diare berbahaya. Salah satu

satu dasar pengetahuan pencegahan diare jika pada salah satu anggota

keluarga, maka dengan adanya pengetahuan yang cukup bagi ibu-ibu

dalam menjaga kesehatan keluarga sehingga dapat memberikan

konstribusi yang baik terhadap penanggualangan diare untuk keluarga.

Pengetahuan ibu yang ada hubungannya dengan pencegahan diare antara

6
lain mengenai ciri-ciri anak yang terkena diare, mengetahui penyebab

diare, mengetahui usaha-usaha mengatasi diare misalnya ibu tahu cara

membuat larutan gula garam (LLG) sebagai pengobatan diare dirumah

(DepKes RI, 2007).

Pengetahuan ibu sangat berpengaruh dalam terjadinya diare pada anak

balita. Bila pengetahuan ibu baik, ibu akan mengetahui cara merawat anak

yang menderita diare dirumah dan berobat atau merujuk kesarana

kesehatan. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang. Pengetahuan berpengaruh terhadap praktik, baik secara

langsung atau tidak langsung, melalui perantara sikap. Praktik seseorang

dibentuk oleh interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang

menyangkut pengetahuan dan sikap terhadap objek, sedangakan sikap

merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi

perilaku seseorang. Sikap merupakan perasaan seseorang untuk

mendukung atau tidak mendukung terhadap objek tertentu (Rosiji, 2009)

Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala

klinis, pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare

pada balita berperan penting dalan penurunan angka kematian dan

pencegahan kejadian diare dan malnutrisi pada balita (Wati A, 2015).

7
Pengetahuan yang mencakupi domain kognitif mempunyai 6 tingkat

yaitu (Fitriani, 2011):

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall)

materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan

atau rangsangan yang telah diterimah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

besar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

secara luas.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan

masih didalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

8
f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai ini terkait dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Contoh : dapat membandingkan antara anak yang ukup gizi dengan

yang kekurangan gizi.

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) ada 2 yaitu:

1. Cara tradisional atau non ilmiah

a. Cara coba-salah (trial and error), memperoleh pengetahuan dari

cara coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”.

b. Cara kekuasaan atau otoritas. Kebiasaan ini bias diwariskan

turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman adalah guru yang

terbaik, mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

2. Cara modern

Cara baru dan modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian

(research methodology).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wati (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

dengan Kejadian Diare adalah sebagai berikut:

9
a. Umur

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan

mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya

proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur

belasan tahun. Daya ingat seseorang itu salah satunya di pengaruhi oleh

umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya

umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang

di perolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia

lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan

berkurang.

b. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan

berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari

proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal

untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga

ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi

seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan

juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam

lingkungan seseorang memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh

pada cara berpikir seseorang

10
d. Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan

orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar

dan memperoleh suatu pengetahuan.

e. Pendidikan

Pendidikan adalah kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga

sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula

menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya

B. Sikap

1. Definisi

Sikap adalah reaksi tertutup, tidak dapat dilihat secara langsung sehingga

sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Adanya sikap akan

menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objek-objeknya.

Dengan kata lain sikap merupakan produk dari proses sosialisasi seorang

memberikan reaksi sesuai dengan rangsangan yang ditemuinya (Hasan, 2010)

Sikap adalah kecenderungan dalam subjek menerima atau menolak sesuatu

obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai obyek yang berharga

sangat berperan dalam pengobatan diare karena merekalah yang biasanya

melaksanakan upaya dehidrasi oral, memberikan makanan, mengenali

11
dehidrasi dan pada waktunya mencari bantuan pengobatan serta pengobatan

(Wati, 2015).

Sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu : a. Kepercayaan

(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional

atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak

Sikap merupakan reaksi dan respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap satu stimulus atau objek Fitriani (2011) Notoatodjo (2007) seperti

halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkat yaitu:

a. Menerima (receiving)

Meminta diartikan bahwa orang (subject) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (object)

b. Merespon (responding)

Menberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berati bahwa orang

menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain atau mengerjakan atau mendiskusi suatu

masalah indikasi sikap tingkat tiga

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah terpilihnya dengan

segalah resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

12
2. Fungsi sikap menurut Wawan & Dewi, 2011 :

a. Fungsi instrumental atau fungsi manfaat atau fungsi penyesuaian

Disebut fungsi manfaat karena sikap dapat membantu mengetahui

sejauh mana manfaat objek sikap dalam pencapaian tujuan. Dengan

sikap yang diambil oleh seseorang, orang dapat menyesuaikan diri

dengan baik terhadap lingkungan sekitar, disini sikap berfungsi untuk

penyesuaian.

b. Fungsi pertahanan ego

Sikap tertentu diambil seseorang ketika keadaan dirinya atau

egonya merasa terancam. Seseorang mengambil sikap tertentu untuk

mempertahankan egonya.

c. Fungsi ekspresi nilai

Pengambilan sikap tertentu terhadap nilai tertentu akan

menunjukkan sistem nilai yang ada pada diri individu yang

bersangkutan.

d. Fungsi pengetahuan

Jika seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, itu

berarti menunjukkan orang tersebut mempunyai pengetahuan terhadap

objek sikap yang bersangkutan.

13
C. Tindakan

Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan factor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui.

Menurut Notoamodj (2012), praktik atau tindakan ini dapat dibedakan

menjadi 3 tingkatan, yakni:

1. Praktik terpimpin (guided response), yaitu apabila subjek atau

seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada

tuntutan atau menggunakan paduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism), yaitu apabila subjek atau

seseorang telah melakukan atau mempraktikan suatu hal secara

otomatis.

3. Adopsi (adoption), yaitu tindakan atau praktik yan sudah berkembang.

D. Diare

1. Definisi

Diare adalah peyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

buang air besar lebih dari biasanya ( > 3 kali/hari ) disertai perubahan

konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lender

(Suraatmaja, 2008).

14
Diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan

sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya

cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinaj akan mengakibatkan

dehidrasi yang berakibat kematian. Oleh karena itu, diare tidak boleh

dianggap sepeleh, keadaan ini harus dianggap serius mengingat cairan

banyak keluar dari dalam tubuh, sedangakan manusia pada umumnya 60%

terdiri dari air, oleh sebab itu bila seseorang menderita diare berat, maka

dalam waktu singkat saja tubuh penderita sudah kelihatan sangat kurus.

Wati (2015) berpendapat bahwa, penyakit diare yang terjadi tanpa adanya

upaya kuratif dan rehabilitatif dapat mengakibakan gejala perjalanan

penyakit yang lebih serius. Diantaranya ialah seperti disentri, kolera, atau

batulisme dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit

Crohn (penyakit peradangan menahun pada dinding usus dengan gejala

awal yaitu diare menahun atau diare dalam waktu lama). Mskipun

penderita apenditis umumnya tidak mengalami diare tetapi kejadian

timbunya diare pada penderita apenditis dapat menjadi gejala umum

radang usus buntu.

2. Etiologi

Diare akut disebabkan oleh banyak faktor antara lain infeksi, makanan,

efek obat, imunodefisiensi dan keadaan tertentu.

a. Infeksi

15
Infeksi terdiri dari infeksi enternal dan parental. Infeksi enternal

adalah infeksi saluran pencernaan dan infeksi parental adalah infeksi

bagian tubuh lainnya di luar system pencernaan (Mansjour dkk 2001).

1) Infeksi enternal : infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak.

a) Infeksi bakteri : vibrio, E.coli, salmonella, shigella,

campylobacter, Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, dll.

c) Infeksi parasite : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,

strongyloides), protozoa (entamoeba histolica, giardia

lamblia, tricmhonas hominis).

d) Jamur (candida albicans).

2) Infeksi parental (sistemik) : infeksi di luar alat pencernaan

makanan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis atau

tonsifaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis, dan sebagainya.

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak di bawah 2 tahun

b. Makanan

Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi mankanan, makanan pedas,

makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap makan

tertentu seperti susu sapi akan terjadi malabsorbsi karbonhidrat,

disakarida, lemak, protein, vitamin, dan mineral.

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,

basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang

16
matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah

mengakibatkan diare pada anak-anak/ balita (Amaliya 2010).

c. Imunodefisiensi

Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penuruan atau

ketidakadaan respon imun normal. Defisiensi imun terutama Secretory

Immunoglobin A (Sig A) yang mengakibatkan berlipat gandanya

bakteri, flora usus, jamur, terutama candida.

d. Terapi obat.

Walaupun sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi namun diare

juga dapat dipicu oleh pengunaan obat-obatan. Obat-obatan yang dapat

menyebabkan diare diantarannya antibiotic dan antasida

3. Epidemiologi

Penyakit diare lebih sering terjadi pada balita dari pada anak yang lebih

besar. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak

perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral melalui makanan dan

minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Prevalensi diare yang tinggi di daerah berkembang merupakan kombinasi

dari sumber air yang tercemar dengan kukurangan protein yang

menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (Amaliya 2010).

Penurunan angka kejadian diare pada bayi di Negara maju sengat erat

kaitannya dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI), yang sebagian

disebabkan oleh kurangnya pencemaran minum anak dan sebagian lagi

karena faktor pencegahan imunologik dari ASI. Perilaku yang dapat

17
menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko

terjadinya diare antara lain, menggunakan air yang telah tercemar oleh

bakteri (Amaliya 2010).

4. Gejala Klinis Diare

a. Bayi/anak menjadi cegeng dan gelisah.

b. Dapat terjadi peningkatan suhu badan

c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada

d. Tinja cair, yang dapat disertai darah atau lender

e. Dapat terjadi muntah sebelum atau sesudah diare

f. Dapat terjadi dehidrasi, yang ditandai ;

1) Penurunan berat badan

2) Pada bayi, ubun-ubun menekung

3) Penurunan turgor kulit

4) Selaput mulut dan bibir mongering

5. Patofisiologi Diare

Proses terjadiya diare dapat disebabkan oleh berbagai factor

diantaranya:

a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali dengan adanya

mikroorganisme yang masuk kedalam saluran pencernaan yang

kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus

yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi

perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan ganguan

fungsi usus dalam absorpsi caira yang elektrolit. Atau juga dapat

18
diakibatkan adanya tokin bakteri bakteri dalam usus sehingga sel

mukosa usus mengalami iritasi yang berujung pada peningkatan

sekresi cairan dan elektrolit.

b. Faktor malabsorpsi. Terjadi kegagalan absorpsi yang

mengakibatkan peningkatan osmotik sehingga terjadi pergeseran

keseimbangan air dan elektrolit kerongga usus yang dapat

meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.

c. Faktor makanan. Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak

mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan

peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan rentang waktu bagi

usus untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.

d. Faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadi peningkatan

peristaltic yang akhirnya mempengaruhi rentang waktu penyerapan

makanan yang menyebabka diare (Hartono, 2010).

6. Jenis diare

Menurut Wati A (2015) rentang waktunya, diare terbagi 2 jenis yaitu:

a. Diare akut

Diare akut merupakan diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronis

Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari atau lebih.

Menurut patogenesisnya, diare terbagi atas:

19
a. Diare sekretorik.

Diare sekretorik berarti terjadi peningkatan pada sekresi aktif. Atau

terdapat inhibisi absorbs dengan kerusakan structural yang minimal.

Penyebab tersering diare jenis ini adalah toksi kolera yang

menstimulasi sekresi anion, khususnya ion klorida.

b. Diare osmotik

Diare osmotik terjadi karena terlalu bayak air yang masuk ke usus.

Jika seseorang meminum cairan dengan gula atau garam yang

berlebihan, ini dapat menyebabkan air dari tubuh terserap ke usus dan

menyebabkan diare osmotik.

Diare osmotik juga dapat disebabkan oleh maldigesti (seperti pada

penyakit pankreatik atau penyakit seliaka). Dimana nutrisi tetinggal di

lumen untuk menyerap air. Pada individu yang sehat, terlalu banyak

mengkonsumsi magnesium atau vitamin C atau laktosa dapat

menyebabkan diare osmotik dan distensi usus.

Seseorang dengan intoleransi laktosa juga dapat terkena diare

osmotik jika terlalu banyak minum susu. Pada seseorang dengan

malabsorpsi fruktosa, konsumsi fruktosa yang berlebihan juga dapat

menyebabkan diare. Pada kebanyakan kasus diare osmotik

menghilang ketika berhenti mengkonsumsi agen penyebab (seperti

susu,permen,dll).

c. Diare eksudatif.

20
Diare eksudatif terjadi dengan adanya darah dan pus pada tinja, ini

terjadi pada penyakit usus inflamatoik.

d. Diare inflamatorik

Diare eksudatif ketika terjadi kerusakan pinggiran mukosa, yang

berakibat pada kehilangan cairan secara pasi serta penurunan

kemampuan usus untuk menyerap cairan. Ini dapat disebabkan oleh

infeksi bakteri, virus, parasite, atau masalah autoimun, seperti

penyakit usus inflamatorik. Ini juga dapat disebabkan oleh

tuberculosis, kanker kolon, dan enteritis.

e. Disentri

Jika terdapat darah, ini dikenal sebagai disentri. Darah tersebut

merupakan tanda serangan anatomis jaringan usus. Disentri

disebabkan oleh shigella, Entamoeba histolysca, dan salmonella.

Menurut Wati A(2015) derajat dehidrasi, diare terbagi atas:

a. Dehidrasi ringan

Anak mengalami kurang dari 4 kali BAB cair/hari, dengan sedikit

muntah, tanpa adanya tanda-tanda dehidrasi lainnya.

b. Dehidrasi Sedang

Anak mengalami 4-10 kali BAB cair/hari, dengan beberapa kali

muntah, munul rasa haus, warna urin sedikit gelap, tidak ada air mata,

mulut mongering, tanpa disertai penurunan turgor kulit.

c. Dehidrasi berat

21
Anak mengalami lebih dari 10 kali BAB cair/hari, sering muntah,

tidak dapat meminum air, tak kencing selama 6 jam terakhir, tampak

sangat mengantuk, mata dan mulut kering, ubun-ubun cekung, turgor

kulit kembali lambat.

7. Faktor yang mempengaruhi terjadinya diare

Kejadian diare dapat disebabkan oleh beberapa fakor yaitu gizi,

kepadatan penduduk, sosila ekonomi, perilaku, dan kesehatan lingkungan

(Amaliya 2010).

a. Faktor Gizi

Interaksi diare dan gizi merupakan lingkaran setan, karena diare

menyebabkan gizi kurang dan gizi kurang dapat memperberat diare.

Penngobatan dengan makanan yang tepat dapat cukup terhadap

penderita diare merupakan komponen utama pengobatan klinis diare

dan juga pengobatan di rumah. Defisiensi zat makanan dan cairan pada

penderita diare harus segera ditangani. Terdapat bukti nyata bahwa

pemberian makanan yang tepat dan cukup dapat mempercepat proses

penyembuhan selama dan sesudah menderita diare.

b. Faktor Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi tingkat parisipasi

aktif dalam melaksanakan upaya pelayanan masyarakat, misalnya

meningkatkan fasilitas kesehatan linkungan, meningkatkan status gizi

masyarakat yang merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian

diare di masyarakat. Selain itu misalnya berpenghasilan rendah pada

22
umumnya mempunyai keadaan sanitasi yang buruk dan keberhasilan

perorangannya juga buruk.

c. Faktor Kesehatan Lingkungan

Melalui faktor lingkungan, seseorang yang keadaan fisik atau daya

tahannya terhadap penyakit kurang, akan mudah terserang penyakit.

Penyakit-penyakit tersebut seperti diare, kolera, campak, demam

berdarah dengue, difteri, pertussis, malaria, influenza, hepatitis, tifus,

dll.

8. Pencegahan diare

a. Cuci tangan

Mencuci tangan menggunakan sabun dan air terbukti menurunkan

insidensi diare sebesar 42-48%.

b. Air bersih

Penyediaan air bersih dan penampung air yang bersih dapat

mengurangi 88% angka kematian yang diakibatkan diare pada balita.

Penelitian lain membuktikan bahwa penyediaan air bersih dan

penampung air bersih mengurangi 22-27% angka kejadian diare pada

anak.

c. Nutrisi

Defisiensi nutrisi pada negara berkembang dapat dikurangi dengan

praktik makan yang lebih baik. Kombinasi suplementasi dan vitamin A

terbukti mengurangi angka kejadian diare pada anak.

23
d. Menyusui

Anak yang menyusui selama 6 bulan pertama kehidupannya terbukti

lebih terlindung oleh diare dibandingkan anak yang tidak menyusui

selama 6 bulan pertama (Machfoedz, 2011).

9. Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan elektrolit secara mendadak, dapat

terjadi berbagai macam komplikasi seperti (Yulianti & Lia, 2010) :

a. Dehidrasi (ringan/sedang/berat)

b. Syok hopovolemik

c. Hipoglikemia

d. Kejang

e. Malnutrisi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.

10. Penanganan diare

Penangana utama diare adalah dengan rehidrasi, yang adalah usaha

untuk mengembalikan cairan yang hilang selama diare. Caranya adalah

dengan memberikan cairan pengganti yang sesuai dengan cairan yang

keluar sejak awal terjadinya diare. Rehidrasi dirumah dapat dilakukan oleh

ibu/keluarga dengan oralit (Sitorus, 2013).

a. Diare tanpa dehidrasi

Anak dengan diare tanpa dehidrasi dapat diberikan cairan lebih

banyak untuk mencegah dehidrasi. Anak harus tetap diberikan

makanan sesuai dengan umurnya dan menerima ASI

24
Perawatan anak di rumah dengan diare tanpa dehidrasi.

1. Berikan cairan tambahan

 Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk

mencegah dehidrasi. Gunakan cairan rumah tangga yang

dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan yang cair (seperti

sup,air tajin ) dan kalau tidak ada cairan tersebut, dapat

diberikan hanya air matang(Purbasari, 2009).

 Jika anak menyusui ASI, maka harus tetap diberikan.

 Jika anak mendapatkan/diberikan ASI eksklusif, berikan

cairan rehidrasi oral (CRO) atau air minum tambahan pada

ASI. Setelah diare berhenti, ASI ekslusif dapat diteruskan.

 Jika sudah melewati masa ASI eksklusif, maka dapat berikan:

• Cairan rehidrasi oral

• Makanan yang banyak mengandung air (sup, bubur)

• Air matang

 Aturan untuk memberikan cairan tambahan untuk mencegah

dehidrasi

• Anak < 2 tahun  50 – 100 ml setiap setelah buang air

besar.

• Anak ≥ 2 tahun  100 – 200 ml setiap setelah buang air

besar.

2. Berikan suplemen zink

a. Dosis zink yang harus diberikan:

25
• ≤ 6 bulan ½ tablet (10 mg) per hari.

• 6 bulan 1 tablet (20 mg) per hari.

b. Cara memberikan suplemen zink

 Pada bayi, larutkan tablet dalam sedikit air lalu

campurkan pada susu atau CRO.

 Anak yang lebih besar, tablet dapat langsung diminum

atau dilarutkan. Suplemen zink diberikan selama 10-14

hari.

3. Anak tetap diberikan makanan

Kebiasaan penderita diare dipuasakan dapat memperburuk

keadaan penderita. Oleh karena itu, pemberian makanan pada

penderita diare harus tetap dilakukan. Jika anak masih menyusu

maka selama anak menderita diare menunjukkan bahwa 80%

makanan masih dapat diserap oleh dinding usus. Karana itu,

pemberian makanan harus tetap dilakukan walaupun ini berarti

memperbanyak feses anak. Selain dapat mempertahankan tingkat

gizi anak, juga anak dapat sembuh lebih cepat.

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk

oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih

mendapatkan ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang

minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak

26
usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat

makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna

sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian

makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu

pemulihan berat badan anak (Purbasari, 2009).

4. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak:

1) Buang air besar cair lebih dari 3 kali

2) Terjadi penurunan berat badan

3) Mata cekung

4) Demam

5) Tidak mau makan/minum seperti biasa

6) Tidak terlihat membaik

b. Dehidasi ringan/ sedang

Diare dengan dehidrasi ringan / sedang dapat diberikan Cairan

rehidrasi oral seperti air kelapa, air tajin, air teh encer, sup wortel, air

perasan buah dan larutan oralit. Pemakaian cairan ini lebih dititik

beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi. Bila mampu melakukan

rehidrasi dini, dan berhasil mencegah dehidrasi serta dapat

mempertahankan kondisi itu, maka kematian akibat diare dapat

dihindari. Dengan perawatan yang seksama dirumah, penderita tidak

perlu dirawat dirumah sakit

27
c. Dehidrasi berat

Bila terjadi dehidrasi berat, tidak ada pilihan lain kecuali mengirim

anak kerumah sakit / puskesmas untuk dirawat. penderita harus segera

diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan

terapioral. Untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang

diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan

cara :

1) Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernafasan, suhu dan tekanan

darah.

2) Perhatikan frekuensi buang air besar anak masih sering, encer atau

sudah berubah konsistensinya.

3) Berikan minum teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah

bibir dan selaput lendir kering.

4) Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan-

makanan lunak.

5) Imunisasi campak

28
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Ibu
Kejadian Diare

Sikap Ibu

Gambar 3.1. Kerangka Konsep penelitian “Hubungan Pengetahuan dan

Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas

Kawangkoan”.

B. Hipotesis

Ho:

1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare

pada balita di wilayah kerja puskesmas kawangkoan.

2. Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita

di wilayah kerja puskesmas kawangkoan.

29
Ha:

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan.

2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan.

30
C. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu

dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan”.

No Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


. Operasional Ukur Ukur
Variabel Dependen
1. Kejadian Suatu keadaan Kuesioner -Diare: 2 Nominal
Diare pada dimana -Tidak
Balita terjadinya Diare: 1
buang air
besar cair
berlendir
dengan
frekuensi
lebih dari
3x/hari.
Variabel Independen
2. Pengetahua Pengetahuan Kuesioner - Baik, jika Ordinal
n ibu terhadap skoring
diare. jawaban > 1
2
- Kurang
Baik, jika
skoring
jawaban
≤12
3. Sikap Kecenderunga Kuesioner - Baik, jika Ordinal
n dalam ibu skoring
menerima jawaban ≥ 6
atau menolak - Kurang
sesuatu obyek Baik, jika
berdasarkan jawaban ≤ 6
penilaian
terhadap
obyek itu
sebagai obyek
yang berharga
sangat
berperan
dalam
pengobatan
diare.

31
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan desain cross

sectional yaitu suatu penelitian dimana pengumpulan data dilakukan secara

bersamaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat dan

mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare

Pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Adapun tempat pelaksanaan penelitian bertempat diwilayah kerja

Puskesmas Kawangkoan

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah dilaksanakan pada bulan juni 2018

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita yang

bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah balita yang bertempat tinggal di

wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan dan mengalami diare dalam enam

bulan terakhir yang berjumlah 543 orang. Teknik pengambilan sampel

32
pada penelitian ini adalah dengan cara Simple Random Sampling, dengan

menggunakan rumus Slovin dan didapat jumlah sample sebanyak 84

sample.

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populas

d = Jumlah presisi 10%

N
n=
1+ N ¿ ¿

520
n=
1+520 ¿ ¿

520
n=
1+520(0,01)

520
n=
6,2

n=83.87=di bulatkan 83 orang

Dengan demikian didapat besar sample yaitu 84 ibu yang memiliki balita

D. Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu yang bersedia di wawancara.

b. Ibu yang mempunyai balita usia 1-5 tahun.

2. Kriteria Eksklusi

a. Ibu yang sedang sakit saat penelitian.

b. Ibu tidak ada di lokasi penelitian.

33
E. Analisa Data

1. Analisis univariate

Analisis univariat adalah suattu proses pengolahan data dengan

menggambarkan dan meringkas data secara ilmiahh dalam bentuk table

atau grafik.

2. Analisis bivariate

Semua data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisi dalam bentuk

diagram, grafik dan table frekuensi untuk menjelaskan hubungan antara

variable, maka digunakan perangkat Head dalam komputer.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden

akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden.

Masalah etika ini terutama ditekankan pada:

1. Informed consent / lembar persetujuan

Lembar persetujuan ini akan diberikan pada responden yang akan

mengisi kuisioner dan memenuhi kriteria inklusi. Jika subyek menolak,

peneliti tetap menghomati hak-hak mereka.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan maka subyek tidak mencantumkan

nama tapi diberi kode atau inisial.

3. Confidentialy

Kerahasiaan informal responden dijamin oleh peneliti dan hanya

data-data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

34
BAB V

HASIL DAN PEBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Kawangkoan merupakan salah satu Puskesmas dikabupaten

Minahasa yang terletak di Lingkungan III Kelurahan Uner Kecamatan

Kawangkoan.

Puskesmas Kawangkoan berdiri sejak tahun 1964 dengan status Rumah

Sakit Umum dan kemudian beralih Puskesmas sejak tahun 1976, memiliki

luas pekarangan panjang 100 m x 90 m = 9.000 m². Adapun luas wilayah

kerja puskesmas kawangkoan adalah 3.360 Ha.

Wilayah kerja puskesmas Kawangkoan berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sonder

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tompaso

3. Sebelah barat berbatasan dengan Amurang, Minahasa Selatan

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Romboken

Wilayah kerja puskesmas Kawangkoan terdiri dari:

1. Uner

2. Uner 1

3. Kinali

4. Kinali 1

5. Sendangan

6. Sendangan Tengah

7. Sendangan Selatan

35
8. Talikuran

9. Talikuran Utara

10. Talikuran Barat

11. Kiawa 1

12. Kiawa 1 Utara

13. Kiawa 1 Barat

14. Kiawa 2

15. Kiawa 2 Timur

16. Kiawa 2 Barat

17. Tondegesan

18. Tondegesan 1

19. Tondegesan 2

20. Kanonang 3

Jumalah tenaga yang ada di Puskesmas Kawangkoan berjumlah 38 orang.

Terdiri dari 3 dokter umum, 1 dokter gigi, 8 bidan, 11 orang perawat, 1 orang

perawat gigi, 3 orang tenaga farmasi, 3 orang tenaga kesehatan lingkungan, 3

orang tenaga gizi, 1 orang tenaga fisioterapi, 3 orang tenaga pengelolah

program kesehatan, 1 orang tenaga non medis.

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Tabel 5.1. distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat

pendidikan di wilayah kerja puskesmas kawangkoan

Pendidikan Frekuensi Percent %

36
SD 52 62.7
SMP 7 8.4
SMA 10 12.0
PT 14 16.9
Total 83 100.0

Berdasarkan tabel 5.1. menunjukkan bahwa dari 83 responden sebagian

besar berpendidikan SD sebanyak 52 (62.7%) responden, yang

berpendidikan SMP sebanyak 7 (8.4%) responden, yang berpendidikan

SMA sebanyak 10 (12.0%) responden, dan yang berpendidikan di

perguruan tinggi sebanyak 14 (16,9%) responden

Tabel 5.2. distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di

wilayah kerja puskesmas kawangkoan

Pekerjaan Frekuensi Percent %


IRT 63 75.9
TNI/POLRI 4 4.8
PNS 10 12.0
Wiraswasta 6 7.2
Total 83 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 83 responden sebagian

besar bekerja sebagai IRT sebanyak 63 (75.9%) responden, yang bekerja

sebagai PNS sebanyak 10 (12%) responden, yang bekerja sebagai

Wiraswasta sebanyak 6 (7.2%) responden. Dan yang bekerja sebagai

TNI/POLRI sebanyak 4 (4,8%) responden.

Tabel 5.3. distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu di wilayah

kerja puskesmas kawangkoan.

Pengetahuan ibu Frekuensi Percent %

37
Baik 31 37.3
Kurang 52 62.7
Total 83 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 83 responden ibu

dengan tingkat pendidikan kurang sebanyak 52 (62.7%) responden. Dan

yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sebanyak 31 (37.3%)

responden.

Tabel 5.4. distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap ibu di

wilayah kerja puskesmas kawangkoan

Sikap ibu Frekuensi Percent %


Baik 50 60.2
Kurang 33 39.8
Total 83 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 83 responden sikap ibu

yang baik sebanyak 50 (60.2%) responden. Dan sikap ibu yang kurang

baik sebanyak 33 (39.8%) responden.

Tabel 5.5 distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian diare di

wilayah kerja puskesmas kawangkoan

Kejadian diare Frekuensi Percent %


Diare 44 53.0
TIdak Diare 39 47.0
Total 83 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 menggambarkan bawah dari 83 responden yang

mengalami diare yaitu sebanyak 44 (53%) responden, dan yang tisak

mengalami diare yaitu sebanyak 39 (47%) responden.

38
2. Analisa Bivariat

Tabel 5.6. distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat

pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas

kawangkoan

Kejadian diare
Pengetahuan Tidak Total
Diare
ibu diare OR P
n(%) n(%) n(%)
11 20 31
Baik
35.5% 64.5 % 100%
33 19 52
Kurang 0.317 0.025
63.5% 36.5% 100%
44 39 83
Total
53% 47% 100%

Berdasarkan tabel 5.6 di atas menggambarkan bahwa dari 31 responden

yang mengalami kejadian diare pada pengetahuan ibu yang baik sebanyak

11 (35.5%) responden. Dan yang tidak mengalami diare sebanyak 20

(64.5%) responden. Sedangkan dari 52 responden yang mengalami

kejadian diare pada ibu dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 33

(63.5%) responden, dan yang tidak mengalami diare pada ibu dengan

pendidikan rendah sebanyak 19 (36.5%) responden.

Selanjutnya dari analisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat

signifikan (α) adalah 0.05 dan didapatkan nilai probabilitas (p) 0.025.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara hubungan

pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas

kawangkoan. Pada penelitian ini menunjukkan hasil odds ratio yaitu 0.317

yang berarti bawah pengetahuan baik yang baik memiliki resiko yang lebih

39
rendah untuk terkena diare yaitu sebesar 0,3 kali dibandingkan dengan

pengetahuan ibu yang kurang dengan kejadian diare

Tabel 5.7. distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap ibu dengan

kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas kawangkoan

Kejadian diare
Tidak Total
Sikap ibu Diare OR P
diare
n(%) n(%) n(%)
21 29 50
Baik 0.315 0.024
42.0% 58.0% 100.0%
23 10 33
Kurang
69.7% 30.3% 100.0%
Total 44 39 83
53.0% 47.0% 100.0%

Berdasarkan tabel 5.7. di atas menggambarkan bahwa dari 50

responden yang mengalami kejadian diare sebanyak 21 (42%) responden

pada ibu dengan sikap baik. Dan yang tidak mengalami kejadian diare

pada ibu dengan sikap yang baik sebanyak 29 (58%) responden.

Sedangkan dari 33 responden yang mengalami kejadian diare pada ibu

dengan sikap yang kurang sebanyak 23 (69.7%) responden. Dan yang

tidak mengalami diare pada ibu dengan sikap kurang sebanyak 10

(30,3%) responden.

Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji chi square (x2) dengan nilai

signifikan (α) adalah 0.05 dan nilai p value 0.024. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara huubungan sikap

ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas

kawangkoan. . Pada penelitian ini menunjukkan hasil odds ratio yaitu

40
0.315 yang berarti bawah sikap ibu yang baik memiliki resiko yang lebih

rendah untuk terkena diare yaitu sebesar 0,3 kali dibandingkan dengan

sikap ibu yang kurang dengan kejadian diare

C. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dari 31

responden yang mengalami kejadian diare pada pengetahuan ibu yang baik

sebanyak 11 (35.5%) responden. Dan yang tidak mengalami diare

sebanyak 20 (64.5%) responden. Sedangkan dari 52 responden yang

mengalami kejadian diare pada ibu dengan tingkat pendidikan rendah

sebanyak 33 (63.5%) responden, dan yang tidak mengalami diare pada ibu

dengan pendidikan rendah sebanyak 19 (36.5%) responden.

Selanjutnya dari analisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat

signifikan (α) adalah 0.05 dan didapatkan nilai probabilitas (p) 0.025.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara hubungan

pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas

kawangkoan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati dkk (2015)

yang berjudul faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak usia 3-

6 tahun di TK raudhatul athfal alauddin Makassar menunjukkan bahwa

ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare dengan nilai p

value = 0.00.

41
Hasil ini juga di dukung oleh penelitian yang Dewi (2017) yang

berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak

balita di wilayah kerja puskesmas helvetia tahun 2017, yang mengatakan

bawah terdapat hubungan pengetahuan dengan kejadian diare p value =

0.00.

Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khikmah

F (2012) yang berjudul hubungan pegetahuan ibu tentang diare dengan

kejadian diare pada balita usia 2-5 tahun di wilayah kerja puskesmas

kecamatan karanganyar kabupaten karanganyer. Mengatakan bawah

terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare dengan nilai p

value = 0.001.

Namun Hasil penelitian lain mengatakan bawah tidak sejalan dengan

penelitian ini yang mana tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan

kejadian diare seperti yang di kemukakan oleh Hapsari & Gunardi (2015)

yang meneliti tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku

Orang Tua Tentang Diare Pada Balita Di RSCM Kiara.

Masalah kurang pengetahuan (keluarga) pada anak dengan diare ini

dapat disebabkan oleh karena informasi yang kurang ataupun budaya yang

menyebabkan tidak mementingkan pola hidup yang sehat. Sehingga rasa

ingin tahu tentang penangan atau pencegahan diare masih kurang.

Pengetahuan menurut KBBI berasal dari kata tahu, segala sesuatu yang

diketahui; kepandaian (Anwar D, 2017).

42
Pengetahuan ibu tentang diare meliputi pengertian, penyebab, gejala

klinis, pencegahan, dan cara penanganan yang tepat diare pada balita

sangat berperan penting dalam penurunan angka kematian dan pencegahan

kejadian diare serta malnutrisi pada balita.

Menurut asumsi peneliti bahwa semakin baik pengetahuan seseorang

hal itu bisa menjamin seseorang bisa terhindar dari diare. Demikian pula

sebaliknya apabila semakin rendah pengetahuan seseorang tentang diare

maka hal itu tentu semakin besar kemungkinan untuk terkena diare. Hal ini

dikarenakan penyebaran dan penularan penyakit diare sangat tergantung

pada pengetahuan seseorang tentang makanan dan minuman yang

tercemar dengan bakteri serta kebiasaan yang tidak mendukung kesehatan.

2. Hubungan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dari 50

responden yang mengalami kejadian diare sebanyak 21 (42%) responden

pada ibu dengan sikap baik. Dan yang tidak mengalami kejadian diare

pada ibu dengan sikap yang baik sebanyak 29 (58%) responden.

Sedangkan dari 33 responden yang mengalami kejadian diare pada ibu

dengan sikap yang kurang sebanyak 23 (69.7%) responden. Dan yang

tidak mengalami diare pada ibu dengan sikap kurang sebanyak 10

(30,3%) responden.

Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji chi square (x2) dengan nilai

signifikan (α) adalah 0.05 dan nilai p value 0.024. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara huubungan sikap

43
ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas

kawangkoan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Nutrisiani (2013) yang berjudul

faktor-faktor Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare

Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota, Desa Paya Bujuk , Blang Pase

Tahun 2013” menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan

antara sikap dengan kejadian diare pada bayi (p-value = 0,003).

Hasil penelitian lain juga yang sejalan juga dikumukan oleh Purwandari

dkk (2013) yang meneliti tentang hubungan antara perilaku mencuci

tangan dengan insisden diare pada anak usia sekolah dikabupaten jember.

Menunjukkan nilai p value = 0.00.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Maidartati & Anggraeni R. A (2017). Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian diare pada balita di puskesmas babakansari. Hasil

penelitian ini di dapat nilai p value = 0.04.

Ibu yang kurang baik sikapnya dalam penatalaksanaan diare tidak

mendukung pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan diare, hal ini tentu

berpengaruh terhadap tindakan apa yang diambil oleh seorang ibu ketika

dihadapi dengan masalah kesehatan diare pada balita. Oleh karenanya

sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesuaian reaksi terhadap

stimulus suatu tindakan. Dalam hal ini pengetahuan ibu rumah tangga

yang memiliki balita dapat memahami mengenai masalah yang ia hadapi

sehingga tepat dalam pemberian tindakan.

44
Asumsi peneliti dengan demikian semakin baik sikap ibu dalam

menangani kejadian diare pada balita maka kejadian diare dapat dikurangi,

begitupun sebaliknya semakin buruk sikap ibu dapat menyebabkan

semakin banyak balita yang mengalami kejadian diare. Hal ini

dikarenakan dengan kurangnya sikap ibu menyebabkan ibu tidak

memperdulikan cara pencegahan terjadinya diare pada balita.

45
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja

puskesmas kawongkoan tentang pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian

diare.

1. Ada hubungan yang signigfikan antara pengetahuan dengan kejadian diare

pada balita di wilayah kerja puskesmas kawangkoan, dengan nilai P value

= 0.025 (p<0.05)/

2. Ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada

balita di wilayah kerja puskesmas kawangkoan, dengan nilai P value =

0.0024 (p<0.05).

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tentang kejadian

diare pada balita agar para mahasiswa dapat memberikan penyuluhan

kepada ibu tentang cara pencegahan terjadinya diare pada balita,

2. Bagi Tempat Penelitian

Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan

informasi kepada ibu tentang kejadian diare pada balita sehingga ibu dapat

meningkatkan pengetahuannya dan tahu cara pencegahan diare pada balita.

46
3. Bagi Penliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya kiranya dapat meneliti tentang faktor-faktor

penyebab kejadian diare pada balita. Sehingga angka kejadian diare dapat

di cegah pertumbuhannya.

47
DAFTAR PUSTAKA

Anwar D. 2011. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: penerbit Amelia Surabaya.


Surabaya.

Amaliya L. 2010. Hubungan Faktor Lingkungan Dan Social Ekonomi Dengan


Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahab Pisangan Ciputat Timur. Online
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=2ah
UKEwjEqoetmpjgAhVIaCsKHXImDkMQFjABegQICBAC&url=http
%3A%2F%2Frepository.uinjkt.ac.id%2Fdspace%2Fbitstream
%2F123456789%2F25965%2F1%2FLYDIA%2520AMALIYA-
fkik.pdf&usg=AOvVaw3c8xtXGQXiK1JZKONV_1Gl. Diakses 31
januari 2019.

Cahyono S.B. (2010). Vaksinas cara ampui cegah infeksi. Yogyakarta.

Dewi A & Wawan M. (2011). Teori dan pengukuran pengetahun sikap dan
perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha medika.

Dewi B. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada


Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia. Online
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ah
UKEwiGovzTg5PgAhXHdn0KHTN0DXkQFjACegQIABAC&url=http
%3A%2F%2Fjournal.uin-alauddin.ac.id%2Findex.php%2Fjoin%2Farticle
%2Fdownload
%2F3509%2F3281&usg=AOvVaw08wPTkEdTh7Uih611szY2l di akses
29 januri 2019
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. 2016. UPTD Balai Data Surveilans dan
SIK. Profil Kesehatan Sulawesi Utara. Tersedia pada URL
https://dinkes.sulutprov.go.id/profil-kesehatan/. Akses 26 Juli 2017.
Fatmawati, Arbianingsih, Musdalifah. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Diare Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di TK Raudhatul Athfal
Alauddin Makassar.

Fitriani S. (2011). Promosi kesehatan. Yogyakarta: Graha ilmu.

Hapsari & Gunardi (2015) yang meneliti tentang Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Dengan Perilaku Orang Tua Tentang Diare Pada Balita Di RSCM
Kiara

48
Hidayat, Alimul. A. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika.
Jakarta.

Hartono (2009), Hubungan Faktor Lingkungan Dan Sosial Ekonomi Dengan


Kejadian Diare Pada Balita. [Internet]. Tersedia Dalam
http://female.store.co.id/images/media/Kesehatan Masyarakat- full.pdf,
[Diakses Tanggal 29 Januari 2019 Jam 13:00]

Hasan, 2010. Faktor-faktor Penyebab Diare Pada Balita di Puskesmas.

Khikmah F (2012) yang berjudul hubungan pegetahuan ibu tentang diare dengan
kejadian diare pada balita usia 2-5 tahun di wilayah kerja puskesmas
kecamatan karanganyar kabupaten karanganyer

Kemenkes (2016). Buletin jendela data dan kesehatan situasi di indonesia.

Maidartati & Anggraeni R. A (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian diare pada balita di puskesmas babakansari

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Trans Info
Media: Jakarta

Mansjour dkk (2001). Kapita selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1. Jakarta. Media
Aesculpius

Machfoedz, 2011. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya

Mubarak. (2011). Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha il

Nutrisiani 2013. Yang Berjudul Faktor-Faktor Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu


Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota, Desa
Paya Bujuk , Blang Pase.

Notoatmodjo. (2010). Metedologi peneltian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Notoatmodjo. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Purwandari R., Anisah A., Wantiyah. 2013. Hubungan Antara Perilaku Mencuci
Tangan Dengan Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Dikabupaten
Jember.

Purbasari E. 2009. Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Dalam


Penanganan Awal Diare Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Ciputat,
Tangerang Selatan, Banten Pada Bulan September Tahun 2009

49
RISKESDAS 2013 . Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. Riseti Dasar Kesehatan. Tersedia pada
URLhttp://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013.pdf. Akses 26 Juli 2017.
Rosiji. 2008. Persepsi Ibu Tentang Penyakit Diare Dan Oralit Berhubungan
Dengan Prilaku Dalam Perawatan Diare.
http://eprints.undip.ac.id/15323/1/SINTAMURNIWATYE4D002073.pdf
(dikutip pada tanggal 29 Januari 2019 pkl.19.48)

Sitorus H, Roland. 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Yrama Widya:


Bandung

Suraatmaja. (2008). Gastroenterologi anak. Jakarta: Sagung seto.

Wati. A. (2015). Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian diare pada
balita di wilayah kerja puskesmas Titie Kec. Titie Kab. Pidie. Online
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ah
UKEwiCzvDsrY3gAhUEinAKHbvbA8gQFjAAegQIChAC&url=https
%3A%2F%2Fkaril.uui.ac.id%2Fberkas%2F121010300072-1-
6107ad0f6d882db398f0b2f6cff108e1.pdf&usg=AOvVaw0BRwBRDPus0i
kre6om2GsW di akses januari 2019

World Healt Organization. Diarrhoeal disease. Fact sheet on diarrhoeal disease.


Tersedia pada URL http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/.
Akses 26 Juli 2017
Yulianti & Lia. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. CV Trans Info
Media, Jakarta

50
Statistik

Statistics

Pengetahuan Ibu Sikap Ibu

N Valid 83 83

Missing 0 0

Mean 12.69 7.87

Median 12.00 7.00

Mode 11 7

Std. Deviation 3.264 1.702

Variance 10.657 2.897

Minimum 10 5

Maximum 23 12

Statistics

Pendidikan Pekerjaan

N Valid 83 83

Missing 0 0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 52 62.7 62.7 62.7

SMP 7 8.4 8.4 71.1

SMA 10 12.0 12.0 83.1

PT 14 16.9 16.9 100.0

Total 83 100.0 100.0

51
Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 63 75.9 75.9 75.9

TNI/POLRI 4 4.8 4.8 80.7

PNS 10 12.0 12.0 92.8

Wiraswasta 6 7.2 7.2 100.0

Total 83 100.0 100.0

Statistics

Pengetahuan Ibu Siikap Ibu Kejadian Diare

N Valid 83 83 83

Missing 0 0 0

Pengetahuan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 31 37.3 37.3 37.3

Kurang 52 62.7 62.7 100.0

Total 83 100.0 100.0

Sikap Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 50 60.2 60.2 60.2

Kurang 33 39.8 39.8 100.0

Total 83 100.0 100.0

52
Kejadian Diare

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Diare 44 53.0 53.0 53.0

TIdak Diare 39 47.0 47.0 100.0

Total 83 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan Ibu * Kejadian


83 100.0% 0 .0% 83 100.0%
Diare

Siikap Ibu * Kejadian Diare 83 100.0% 0 .0% 83 100.0%

Crosstab

Kejadian Diare

Diare TIdak Diare Total

Pengetahuan Ibu Baik Count 11 20 31

% within Pengetahuan Ibu 35.5% 64.5% 100.0%

Kurang Count 33 19 52

% within Pengetahuan Ibu 63.5% 36.5% 100.0%

Total Count 44 39 83

% within Pengetahuan Ibu 53.0% 47.0% 100.0%

53
Chi-Square Tests

Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. Point
Value Df sided) (2-sided) (1-sided) Probability

Pearson Chi-Square 6.103a 1 .013 .022 .012

Continuity Correctionb 5.032 1 .025

Likelihood Ratio 6.166 1 .013 .022 .012

Fisher's Exact Test .022 .012

Linear-by-Linear
6.030c 1 .014 .022 .012 .009
Association

N of Valid Cases 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.57.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -2.456.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan


.317 .125 .800
Ibu (Baik / Kurang)

For cohort Kejadian Diare =


.559 .333 .938
Diare

For cohort Kejadian Diare =


1.766 1.133 2.751
TIdak Diare

N of Valid Cases 83

54
Crosstab

Kejadian Diare

Diare TIdak Diare Total

Siikap Ibu Baik Count 21 29 50

% within Siikap Ibu 42.0% 58.0% 100.0%

Kurang Count 23 10 33

% within Siikap Ibu 69.7% 30.3% 100.0%

Total Count 44 39 83

% within Siikap Ibu 53.0% 47.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Exact

Risk Sig. (2-


Estimate Sig. (2- Exact Sig. Point
Value df sided) sided) (1-sided) Probability
95% Confidence Interval
Pearson Chi-Square 6.122a 1 .013 .015 .012
Value Lower Upper
Continuity
5.061
Odds Ratio for Siikap Ibu 1 .024
Correctionb .315 .124 .799
(Baik / Kurang)
Likelihood Ratio 6.247 1 .012 .015 .012
For cohort Kejadian Diare =
Fisher's Exact Test .603 .015.406 .012 .895
Diare
Linear-by-Linear
For cohort Kejadian
6.048c Diare = 1 .014 .015 .012 .009
Association 1.914 1.084 3.380
TIdak Diare
N of Valid Cases 83
N of Valid Cases 83
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
15.51.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -2.459.

55
Lampiran 1

Lembar persetujuan menjadi responden:

Bapak/Ibu yang terhormat,

Saat ini mahasiswa fakultas keperawatan UNPI Manado sedang mangadakan

penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan kejadian diare di

puskesmas kawangkoan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

tingkat pengetahuan, sikap, dengan kejadian diare.

Penelitian ini dilakukan secara sukarela, Ibu diberikan kesempatan untuk

menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan diare dan penanganannya. Hal

yang berhubungan dengan hasil penelitian akan kami simpan sebagai rahasia. Bila

disetujui mohon kiranya surat persetujuan ini ditandatangani.

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : ...........................................................................

Umur : ...........................................................................

Pekerjaan : ...........................................................................

Alamat : ...........................................................................

Adalah orang tua/wali dari anak

Nama : .....................................................................

Umur : .....................................................................

Bersama ini menyatakan mengerti sepenuhnya tujuan dan manfaat penelitian

ini, serta bersedia ikut serta dalam penelitian ini.

Manado, / 2018

……………………..

56
Lampiran 2

IDENTITAS KLIEN
1 Umur ……….. tahun ……….bulan
2 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
3 Nama
IDENTITAS RESPONDEN
1 Nama Ibu
2 Umur …….tahun
3 Alamat
4 Pendidikan o SD o SMA
o SMP o Perguruan Tinggi
5 Pekerjaan o Ibu rumah tangga o Wiraswasta
o TNI/POLRI
o PNS
PENGETAHUAN
1 Apakah anak ibu pernah mengalami o Ya
diare? o Tidak
2 Apa yang ibu o Buang air besar dalam bentuk cair, lebih dari 3
ketahui tentang
diare? kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung
selama 2 hari atau lebih
o Buang air besar dalam bentuk cair
o Penambahan frekuensi buang air besar
o Tidak tahu
3 Apa bahaya diare jika tidak segera o lemas
ditangani? (jawaban boleh lebih dari
satu) o kekurangan minum (dehidrasi)
o berat badannya turun
o kurang nafsu makan
o Tidak tahu
4 Apakah ibu tahu penanganan awal o Ya
mencret itu dengan mencegah o Tidak
terjadinya kekurangan cairan
(dehidrasi)?
5 Apa saja tanda-tanda anak o anak gelisah (rewel)
kekurangan cairan (dehidrasi)?
o mata cekung
o mulut kering

57
o tampak kehausan
o tidak tahu
6 Apakah ibu tahu tanda-tanda o Ya
kekurangan cairan (dehidrasi) pada
anak? o Tidak

7 Apakah ibu mengetahui saat anak o Ya


mencret harus diberikan air minum
lebih banyak untuk mencegah o Tidak
kekurangan cairan?
8 Apakah ibu mengetahui penggunaan o Ya
oralit sebagai penanganan awal diare
dirumah? o Tidak
9 Apa saja bahan membuat oralit? o Gula
o Garam
o Air putih masak
10 Apakah ibu tahu anak mencret o Ya
memerlukan suplemen zinc?
o Tidak
11 Kemana ibu membawa berobat o Rumah sakit
anak ibu saat mencretnya sudah
semakin parah? (disertai darah, o Puskesmas/Praktek
muntah-muntah, semakin lemas) Bidan/Praktek dokter umum
o Praktek dokter spesialis
o Pengobatan alternative/tukang
urut/orang pintar
\

58
SIKAP
o Setuju
1 Diare harus segera ditangani. o Tidak setuju
o Tidak tahu
o Setuju
Penanganan awal diare dapat dilakukan
2 o Tidak setuju
dirumah.
o Tidak tahu
o Setuju
Anak diare harus segera diberikan obat
3 o Tidak setuju
antidiare.
o Tidak tahu
o Setuju
Oralit dapat dibuat sendiri di rumah dengan
4 o Tidak setuju
bahan-bahan yang mudah didapatkan.
o Tidak tahu
o Setuju
Anak diare harus dipuasakan (tidak diberikan
5 o Tidak setuju
makan).
o Tidak tahu

KEJADIAN DIARE

YA TIDAK

59
Skoring Kuesioner
Pengetahuan
No Skor Nilai Yang
Diharapkan
1 1 Ya
1
0 Tidak
Buang air besar dalam bentuk cair, lebih dari 3
3 kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung
selama 2 hari atau lebih 3
2
2 Buang air besar dalam bentuk cair
1 Penambahan frekuensi buang air besar
0 Tidak tahu
1 lemas
1 kekurangan minum (dehidrasi)
3 1 berat badannya turun 4
1 kurang nafsu makan
0 Tidak tahu
1 Ya
4 1
0 Tidak
1 anak gelisah (rewel)
1 mata cekung
5 1 mulut kering 4
1 tampak kehausan
0 tidak tahu
1 Ya
6 1
0 Tidak
1 Ya
7 1
0 Tidak
1 Ya
8 1
0 Tidak
1 Gula
9 1 Garam 3
1 Air putih masak
1 Ya 1
10
0 Tidak
Puskesmas/Praktek Bidan/Praktek dokter
3
umum
11 2 Rumah sakit 3
1 Praktek dokter spesialis
0 Pengobatan alternative/tukang urut/orang pintar
Jumlah skoring pengetahuan

60
Sikap
2 Setuju
1 1 Tidak setuju 2
0 Tidak tahu
2 Setuju
2 1 Tidak setuju 2
0 Tidak tahu
2 Setuju
3 1 Tidak setuju 2
0 Tidak tahu
2 Setuju
4 1 Tidak setuju 2
0 Tidak tahu
2 Setuju
5 1 Tidak setuju 2
0 Tidak tahu
2 Setuju
6 1 Tidak setuju 2
0 Tidak tahu
Jumlah Skoring Sikap

Purbasari E. 2009. Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Dalam

Penanganan Awal Diare Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Ciputat,

Tangerang Selatan, Banten Pada Bulan September Tahun 2009

61
Lampiran 3

Surat permohonan data awal

62
Lampiran 4

Surat ijin penelitian

63
Lampiran 5

MASTER TABEL

Kejadian
N Pendidikan Pekerjaan Pengetauan Sikap keterangan
Inisial diere
o
Kat Kat n Kat n Kat Kat
1 RS 1 1 12 2 10 1 2 Pendidikan
2 NT 1 1 11 2 6 2 1 1. SD
3 TN 1 1 12 2 7 1 1 2. SMP
4 NL 2 1 14 1 10 1 2 3. SMA
5 AD 1 1 12 2 8 1 1 4. Perguruan Tinggi
6 NS 3 2 11 2 5 2 1
7 NL 1 1 20 1 9 1 1
8 RP 4 3 11 2 12 1 2
9 HL 1 1 10 2 8 1 1
10 YL 1 1 11 2 7 1 1 Pekerjaaan
11 TK 2 1 12 2 8 1 1 1. IRT
12 RS 3 2 15 1 10 1 2 2. TNI/POLRI
13 HM 4 4 12 2 7 1 1 3. PNS
14 IL 4 3 11 2 7 1 2 4. Wiraswasta
15 RM 1 1 10 2 5 2 1
16 TK 4 3 12 2 6 2 1
17 AD 1 1 19 1 7 1 1
18 LS 3 3 10 2 11 1 1
19 KL 1 1 11 2 12 1 1
20 TS 1 1 12 2 7 1 2
21 PR 1 1 23 1 8 1 1

64
22 WA 4 3 11 2 7 1 2
23 GD 4 3 12 2 7 1 1 Pengetahuan Ibu
24 SC 1 1 11 2 7 1 1 1. Baik > 11
25 KL 1 1 21 1 8 1 1 2. Kurang ≤ 11
26 UC 1 1 12 2 7 1 2
27 JA 4 1 18 1 10 1 1
28 TD 1 1 11 2 6 2 1
29 IL 4 1 10 2 7 1 1 Sikap Ibu
30 YP 1 1 12 2 10 1 2 1. Baik ≥ 7
31 FL 1 1 12 2 8 1 1 2. Kurang < 7
32 DC 3 2 12 2 6 2 1
33 MG 1 1 13 1 7 1 2
34 KD 1 1 11 2 9 1 1
35 SG 2 1 10 2 6 2 1
36 TW 1 1 11 2 9 1 2 Kejadian Diare
37 AA 1 1 11 2 7 1 2 1. Diare
38 DJ 2 4 12 2 8 1 1 2. Tidak Diare
39 LE 3 1 10 2 5 2 1
40 NV 1 1 11 2 7 1 2
41 MA 4 1 16 1 12 1 1
42 KD 1 1 19 1 7 1 1
43 LR 1 1 11 2 6 2 1
44 SQ 4 2 10 2 8 1 2
45 PK 3 3 12 2 6 2 1
46 ME 1 1 11 2 7 1 2
47 KA 1 1 12 2 9 1 1
48 LT 1 1 11 2 7 1 2

65
49 LS 1. 1 22 1 8 1 2
50 RM 1 1 11 2 11 1 1
51 OS 1 1 12 2 10 1 2
52 HR 3 1 10 2 7 1 1
53 MG 1 1 11 2 7 1 2
54 KF 1 1 10 2 6 2 1
55 YU 1 1 12 2 9 1 2
56 BS 4 1 17 1 7 1 2
57 MP 1 1 10 2 8 1 1
58 AS 1 1 12 2 8 1 2
59 OY 2 1 11 2 6 2 1
60 VM 1 1 10 2 10 1 2
61 DL 1 1 14 1 7 1 2
62 WU 4 4 12 2 9 1 1
63 PA 1 1 11 2 7 1 1
64 KR 2 1 13 1 9 1 2
65 GL 1 1 11 2 8 1 1
66 DN 4 3 10 2 11 1 2
67 LP 1 4 15 1 7 1 2
68 DB 3 3 11 2 9 1 1
69 JL 1 1 10 2 7 1 2
70 BU 1 1 12 2 5 2 1
71 ER 1 1 11 2 6 2 1
72 MJ 1 1 12 2 9 1 1
73 WR 3 3 21 1 7 1 1
74 PO 3 1 18 1 8 1 2
75 KS 1 4 11 2 7 1 2

66
76 VA 1 1 11 2 10 1 1
77 LM 1 1 12 2 6 2 1
78 TM 2 4 10 2 7 1 1
79 SM 4 1 20 1 9 1 2
80 TG 1 1 12 2 7 1 1
81 MM 1 1 11 2 11 1 2
82 WY 1 1 21 1 10 1 1
83 YB 1 1 12 2 7 1 2

67
Lampiran 6

Surat keterangan penelitian

68
Lampiran 7

Dokumentasi

69

Anda mungkin juga menyukai