PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang, hal ini ditandai
dengan semakin banyaknya masyarakat maupun daerah yang mengusahakan
penggemukan sapi. Dewasa ini usaha penggemukan sapi sudah menyebar ke
beberapa daerah di luar Jawa, seperti Aceh, Lampung, Sulawesi, Bali, NTB dan
NTT.
Penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan hingga skala usaha yang
besar, namun ada pula yang mengembangkan usahanya dalam bentuk kelompok
dalam kandang yang berkelompok pula (Siregar, 2006). Usaha penggemukan
mendatangkan keuntungan ganda berupa keuntungan dari pertambahan bobot
badan dan kotoran (feses) berupa pupuk kandang (bokasi). Besar keuntungan ini
tergantung pada pertambahan bobot badan yang dicapai dalam proses
penggemukan, lama penggemukan dan harga daging saat penjualan. Terdapat
berbagai pertimbangan yang harus dilakukan dalam memulai usaha penggemukan
sapi, yakni metode penggemukan yang dipilih, jenis ternak yang digemukkan,
aspek manajemen dan tatalaksana penggemukan.
Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan
kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari,
Agar usaha ternak sapi potong menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam beternak sapi potong
(baca: Karakteristik dan Jenis Sapi Potong).
Tujuan Penulisan
Memberi informasi pada pembaca, apa dan bagaimana pengaruh serta hal-hal
yang dapat di jadikan bahan pengalaman untuk dapat dimanfaatkan dikemudian
hari mengenai pemeliharaan sapi potong.
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM PEMELIHARAAN
Pemeliharaan persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai memelihara
ternaksapi potong adalah membersihkan kandang dengan desinfeksi. Demikian
juga dalam penggunaan alat harus memenuhi baik faktor higienis, keamanan
ternak maupun efisiensi (Anonima, 2012).
Induk yang sedang bunting sama dengan sapi yang sedang berproduksi,
membutuhkan makanan yang cukup mengandung protein, mineral dan vitamin.
Induk bunting harus dipisahkan dengan kelompok sapi yang tidak bunting dan
pejantan. Semua induk bunting hendaknya dikumpulkan menjadi satu. Apabila
sudah dekat masa melahirkan harus dipisahkan di kandang tersendiri yang bersih,
kering, dan terang. Lantai kandang harus diberi alas, misalnya dengan jerami atau
rumput (Anonima, 2012).
Jika “pedet” (anak sapi umur 0 – 8 bulan) telah lahir, semua lendir yang
menyelubungi tubuh. Sewaktu membersihkan lendir pada tubuh, peternak harus
menekan-nekan dada pedet untuk merangsang pernapasan. Selanjutnya tali pusar
dipotong, disisakan sepanjang 10 cm dan diberi desinfektan dengan yodium
tincture 10 persen. Tiga puluh menit sesudah lahir, biasanya pedet sudah mulai
bisa berjalan dan menyusu pada puting induk. Tempat dimana pedet itu berbaring
harus diberi alas jerami atau rumput kering yang bersih dan hangat (Anonima,
2012) .
Menurut (Anonimb 2010), ada 3 cara pemeliharaan sapi antara lain sebagai
berikut :
1. Pemeliharaan Secara Ekstensif
Pemeliharaan sapi secara ekstensif biasanya terdapat di daerah-daerah yang
mempunyai padang rumput yang luas, seperti di Nusa tenggara, Sulawesi selatan,
dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang penggembalaan,
sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan di tempat-tempat tertentu
yang diberi pagar, disebut kandang terbuka.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
a. Sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai nilai jual tinggi
diantara ternak – ternak lainnya. Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan
ini untuk di konsumsi, karena kandungan protein yang tinggi. Laju pertambahan
penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan daging yang juga
meningkat. Oleh karena itu usaha sapi potong merupakan salah satu usaha yang
memiliki nilai ekonomi tinggi.
b. Dalam usaha ternak sapi potong, ada beberapa tahap untuk menghasilkan
sapi-sapi yang mempunyai produktifitas tinggi, diantaranya dengan mengetahui
tatalaksana perkandangan yang sesuai, pakan yang cukup, tatalaksana reproduksi ,
tatalaksana penggemukan, pasca panen serta pemasarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Khairdin. 2012. Jenis-jenis Sapi Potong di Indonesia.
http://epetani.deptan.go.id/blog/jenis-jenis-sapi-potong-di-indonesia-4037.
Diakses pada tanggal 11/10/2014
Ngadiyono nono. 2007. Beternak Sapi. Citra aji pratama. Yogyakarta
Urip santoso.2013.Tantangan dan strategi agribisnis sapi potong.
http://agribisnispeternakan.wordpress.com/2013/04/15/tantangan-dan-strategi-
agribisnis-sapi-potong/. Diakses pada tanggal 1/10/2014