BAB I
PENDAHULUAN
mencret, tinjanya encer, dapat bercampur darah lendir kadang disertai muntah-
melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh,
maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak
usia lima tahun. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak
antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada
akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak. Diare disebut juga muntaber
(Triatmodjo, 2008).
(Parashar, 2003).
Menurut WHO (2005), diare merenggut nyawa sekitar 3,5 juta anak
1
1
dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun.
diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian
tersebut pada umur < 2 tahun. Rata-rata anak usia < 3 tahun di negara
dari tinja mempunyai nilai sensitifitas cukup tinggi (70-90%), tetapi biaya
Hasil survey Subdit Diare angka kesakitan diare semua umur tahun
penduduk, tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk dan tahun 2010 411/1000
penduduk. Kematian diare pada Balita 75,3 per 100.000 balita dan semua
umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur. Diare merupakan penyebab
kematian no. 4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular.
Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal
ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah
umur lima tahun. Diare pada tingkat kronis dapat mengakibatkan dehidrasi,
2
2008).
kematian balita akibat diare disebabkan oleh diare akut. Kebijakan pemerintah
semua umur dari 54 per 100.000 penduduk menjadi 28 per 100.000 penduduk,
menurunkan angka kematian balita dari 2,5 per 1.000 balita menjadi 1,25 per
1.000 balita dan menurunkan angka fatalitas kasus (CFR) diare pada KLB dari
Diseases London School Of Hygiene and Tropical Medicine pada tahun 2003,
Perbaikan perilaku ibu terhadap balita seperti pemberian Asi sampai anak
3
sebelum dan sesudah beraktifitas, membuang tinja pada tempat yang tepat,
(Notoadmodjo, 2003)
sebanyak 16.674 orang dan yang berumur > 5 tahun sebanyak 24.513 orang.
Kasus diare ini terbanyak setelah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
dengan judul “Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada
Diare Pada Balita di Wilayah Kerja UPF Puksesmas Banjarsari Ciawi Bogor
Juni 2015.
ketengah masyarakat.
mempengaruhinya.
6
Responden pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Menurut WHO diare adalahberak cair lebih dari tiga kali dalam 24
penyakit dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau
7
8
2.1.2 Etiologi
faktor, yaitu :
1. Faktor Infeksi
Usaurfus,Camfylobacter, Aeromonas)
c. Parasit :
Blastissistis Huminis)
E. Colisalmonella
c. Kurang gizi
e. Immuno Defesiansi
f. Lingkungan
g. Faktor Gizi
h. Kependudukan
i. Pendidikan
j. Sosial Ekonomi
k. Perilaku Masyarakat
(Alatas, 1999).
2.1.3 Patofisiologi
kotor.
e. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar atau
(Suririnah, 2008).
(Sinthamurniwaty, 2006).
menjadi 3, yaitu :
1) Dehidrasi Ringan
melihat:
a) Lesu
b) Haus
c) Agak rewel
2) Dehidrasi sedang
a) Gelisah
b) Cengeng
12
c) Kehausan
d) Mata cekung
3) Dehidrasi Berat
berat badan)
(Alatas, 1999).
13
besar bayi atau balita. Jika tinja encer dengan frekuensi buang air
besar 3 kali atau lebih dalam sehari, maka bayi atau balita tersebut
mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah putih. Namun, untuk
2.1.8 Patogenesis
a. Gangguan Osmotik
timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
rongga usus.
(Suratmaja, 2005).
pada awalnya anak akan merasa haus karena telah terjadi dehidrasi
gelisah dan bisa tidak sadarkan diri pada dehidrasi berat, mata tampak
cekung, ubun-ubun cekung (pada bayi), bibir dan lidah kering, tidak
tampak air mata walaupun menangis, turgor berkurang yaitu bila kulit
perut dicubit tetap berkerut, nadi melemah sampai tidak teraba, tangan
dan kaki terasa dingin dan kencing berkurang. Pada keadaan dihidrasi
2.1.10 Komplikasi
hipertonik).
b. Renjatan Hipovolemik.
15
d. Hipoglikemia.
halus.
g. Malnutrisi energi protein ( akibat muntah dan diare, jika lama dan
2.1.11 Pencegahan
balita. Pastikan peralatan makan dan minum anak bersih dan tidak
makanan lainya.
i. Bayi yang minum susu botol lebih muda terserang diare pada
bayi.
2008).
2.1.12 Penanganan
gula pasir dan seujung sendok teh garam dapur. Diaduk rata dan
c. Bila diare tidak terhenti dalam sehari atau penderita lemas sekali
a) Beri oralit.
merangsang.
(Suratmaja, 2005).
a. Berikan dukungan pada ibu untuk menyusui, jika bayi tidak dapat
b. Jika ibu memberikan makanan atau cairan lain selain ASI harus
segera dihentikan.
dengan perbandingan 1: 3.
3) Jika bayi tidak dehidrasi, Asi diberikan lebih sering dan lebih
lama.
memungkinkan.
dalam 1 jam.
dalam 5jam
dalam 5 jam.
(Suraatmaja, 2003).
2.2.1 Pengetahuan
(Poerwadarminto, 2001).
mempunyai 6 tingkatan,yaitu :
a. Tahu (know)
(Shirran, 2008).
b. Memahami (Comprehension)
c. Aplikasi (Application)
d. Analisis (Analysis)
(Shirran, 2008).
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
(Shirran, 2008).
diklasifikasikan menjadi :
benar.
2.2.2 Pendidikan
semakin diperhitungkan.
24
karena umumnya ibu tidak ingin anaknya jatuh sakit. Ibu yang
pendidikan ibu.
2.2.3 Pekerjaan
yang baik dengan orang lain, setiap orang harus dapat bergaul
untuk bekerja.
26
untukdicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Asi saja sudah
berasal dari air susu sapi sebagai pengganti ASI (Firmasyah, 2009)
2006).
seperti sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki
daya tahan tubuh yang lemah. Orang tua berperan besar dalam
(Mediacastor, 2006)
28
Pada bayi yang tidak diberi Asi secara penuh, pada 6 bulan
(Setiawan, 2006).
29
- Pengetahuan
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Sikap
- Kepercayaan
Diare pada
- Keyakinan Balita
- Nilai-nilai
- Personal hygiene
- Riwayat alergi
- Sumber Informasi
( Renforing Factors ) :
- Sumber Informasi
Gambar 2.1
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diare Pada Balita (Green, 1980).”
30
BAB III
konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
4. Pemberian Asi
Ekslusif
Gambar 3.1
30
31
menghasilkan
penghasilan
(Muhammad Ali,
2000)
5 Pemberian Pemberian Asi Kuesio Jika ibu memberi Asi 1. YA Nominal
ASI saja tanpa ner
Eksklusif makanan 2. Tidak
tambahan apapun
selama 6 bulan
pertama kehidupan
bayi (Roesli,
2005)
2. Ada hubungan antara Pendidikan ibu dengan kejadian Diare pada Balita.
3. Ada hubungan antara Pekerjaan ibu dengan kejadian Diare pada Balita.
pada Balita
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
pengumpulan data primer dilakuan pada bulan Juni 2015 di wilayah kerja
33
34
1. Populasi
(Sugiyono, 2009).
2. Sampel
n= ____N______
1 + N (d2)
Keterangan :
N : Populasi
n : Jumlah Sampel
N= 700
n = _____700_______
1 + 700 (0,012)
n = ______700______
88
n = 88
Tabel 4.1
Total 700 88
penelitian.
responden.
yang diajukan.
2015.
37
a. Editing
b. Pengelompokan Data
diberikan.
38
c. Coding
dianalisis.
1. Analisis Univariat
(2008) : P = f x 100%
n
Keterangan : P : persentase
n : Jumlah Sampel
39
2. Analisis Bivariat
Eklusif,)
SPSS versi 16,0. Apabila nilai p kurang dari 0,05, maka hasilnya
X2 = ∑ (O – E)2
E
X2 = N (ad – bc)
Keterangan :
O : Nilai Observasi
X2 : Nilai Chi-Square
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
yang terdiri dari 7 orang dokter umum, 3 orang dokter gigi, 6 orang
42
43
Jawa Barat, dengan luas wilayah 2.518 Ha, yang terdiri dari tanah
darat dengan luas 1471,827 Ha dan tanah sawah dengan luas 1046,173
dari 51.403 jiwa laki-laki dan 51.098 jiwa perempuan, dengan jumlah
sebagian besar adalah tidak tamat Sekolah Dasar yaitu sebesar 43,15%
sebagai berikut:
44
Bogor
Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor
Tabel 5.1
Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja UPF Puksesmas Banjarsari
Ciawi Bogor Periode Januari - Juni 2015
Dari analisis data diatas dapat dilihat bahwa angka kejadian diare pada
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Diare
di Wilayah Kerja UPF Puksesmas Banjarsari
Ciawi Bogor Periode Januari - Juni 2015
Dari hasil analisis data diatas dapat dilihat dari 88 responden, didapatkan
sebagian besar responden terbanyak kepada ibu yang berpengetahuan baik yaitu
2. Pendidikan Ibu
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Wilayah
Kerja UPF Puksesmas Banjarsari Ciawi Bogor
Periode Januari - Juni 2015
Dari hasil analisis data diatas dapat dilihat dari 88 responden, didapatkan
sebagian besar kepada ibu yang berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 68 responden
3. Pekerjaan Ibu
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Wilayah
Kerja UPF Puksesmas Banjarsari Ciawi
Bogor Periode Januari - Juni 2015
Dari hasil analisis data diatas dapat dilihat dari 88 responden, sebagian
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja UPF Puksesmas Banjarsari
Ciawi Bogor Periode Januari - Juni 2015
Dari hasil analisis data diatas dapat dilihat dari 88 ibu yang mempunyai
balita, didapatkan sebagian besar didominasi kepada ibu yang memberikan ASI
Tabel 5.8
Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Kejadian Diare pada
Balita di Wilayah Kerja UPF Puksesmas Banjarsari Ciawi Bogor
Periode Januari - Juni 2015
Kejadian Diare
Pengetahuan Total P-
No Ya Tidak OR
Diare Value
N % N % N %
1 Kurang 11 78,5 3 21,5 14 100
2 Baik 25 33,7 49 66,3 74 100 ,002 0,139
Total 36 40,9 52 59,1 88 100
responden ibu yang mempunyai balita, proporsi kejadian diare pada balita
lebih besar kepada ibu yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 78,5%,
statistik nilai uji chi square dengan Person Chi Square = 0,002 ; maka
0,139. Yang berarti odds ratio pada ibu yang berpengetahuan baik
balita 0,139 kali > besar dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan
kurang.
Tabel 5.9
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita
di Wilayah Kerja UPF Puksesmas Banjarsari Ciawi Bogor
Periode Januari - Juni 2015
Kejadian Diare
Pendidikan Total P–
Ya Tidak OR
Ibu Value
N % N % N %
1 Rendah 14 70 6 30 20 100
2 Tinggi 22 32.5 46 67.5 68 100 0,003 0.139
Total 36 40,9 52 59,1 88 100
responden. Proporsi kejadian diare pada balita sebagian besar kepada ibu
berpendidikan tinggi.
48
statistik nilai uji chi square dengan Person Chi Square = 0,003 ; maka
yang signifikan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare pada balita.
Dari analisis hasil data diatas diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio)
= 0,139. Yang berarti pada odds ratio ibu yang berpendidikan rendah
mengalami peluang resiko kejadian diare pada balita 0,139 kali > besar
Tabel 5.10
Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita
di Wilayah Kerja UPF Puksesmas Banjarsari Ciawi Bogor
Periode Januari - Juni 2015
Kejadian Diare
Total P–
No Pekerjaan Ibu Ya Tidak OR
Value
N % N % N %
1 Ya 24 32,5 49 67,5 73 100
2 Tidak 12 80 3 20 15 100 0,001 0,122
Total 36 40,9 52 59,1 88 100
responden, proporsi kejadian diare pada balita kepada ibu yang tidak
statistik nilai uji chi square dengan Person Chi Square = 0,001 ; maka
yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada balita.
49
Dari analisis hasil data diatas diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio)
= 0,122. Yang berarti odds ratio pada ibu yang bekerja memberikan
peluang proteksi kejadian diare pada balita 0,122 kali > besar
Balita
Tabel 5.11
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Balita di
Wilayah Kerja UPF Puksesmas Banjarsari Ciawi Bogor
Periode Januari - Juni 2015
Kejadian Diare
ASI Total P-
No Ya Tidak OR
Eksklusif Value
N % N % N %
1 Ya 21 31.3 46 68,7 67 100
2 Tidak 15 71.4 6 28.6 21 100 0,002 0,183
Total 36 40,9 52 59,1 88 100
Dari analisis data diatas dapat dilihat bahwa dari 88 responden ibu
yang mempunyai balita, proporsi kejadian diare pada balita sebagian besar
kepada ibu yang tidak memberikan Asi Eksklusif yaitu sebanyak 71,4%,
statistik nilai uji chi square dengan Person Chi Square = 0,002 ; maka
pada balita.
Dari analisis hasil data diatas diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio)
= 0,183. Yang berarti odds ratio pada ibu yang memberikan ASI Eksklusif
50
memberikan peluang proteksi kejadian diare pada balita 0,183 kali > besar
BAB VI
PEMBAHASAN
Kejadian Diare pada Balita yaitu pada 88 responden Ibu yang mempunyai Balita
yang ada di Wilayah Kerja UPF Puksesmas Banjarsari Ciawi Bogor Periode
Januari - Juni 2015. Pembahasan hasil ini meniti pada tujuan penelitian, hasil yang
didapat pada penelitian dan kesenjangan dengan tinjauan teori yang sesuai kriteria
Banjarsari Ciawi Bogor Periode Januari - Juni 2015 yaitu sebanyak 59,1
%.
sekitar 3,5 juta anak diseluruh dunia setiap tahunnya dan merupakan
51
52
kematian tersebut pada umur < 2 tahun. Rata-rata anak usia < 3 tahun di
(Parashar, 2003).
hal ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak
2010 411/1000 penduduk. Kematian diare pada Balita 75,3 per 100.000
balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur. Diare
nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%)
dan evaluasi. Tingkatan yang dicapai oleh responden dalam penelitian ini
ternyata sebagian besar baru mencapai tingkat pertama yaitu tahu atau
sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari dan ransangan
sebanyak 22,7%.
Ibu yang tidak bekerja lebih tinggi yaitu sebanyak 83,0 %, dibandingkan
ibu yang memberikan Asi Eksklusif pada balita lebih tinggi yaitu
dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk
55
sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk
bebas gula lainnya juga dapat menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada
anak-anak dan dewasa muda yang memiliki daya tahan tubuh yang
terkena diare . Bayi dan balita yang masih menyusui dengan AsiEksklusif
Asi Eksklusif yaitu pemberian Asi sejak lahir sampai usia 6 bulan
hanya mendapatkan ASI saja dari ibu tanpa diberikan makanan tambahan
(Depkes, 2002).
Pada bayi yang tidak diberi Asi secara penuh, pada 6 bulan
(Shinthamurniwaty, 2006).
Dari analisis data hasil tabel 5.8, dapat dilihat bahwa proporsi
kejadian diare pada balita kepada ibu yang berpengetahuan baik lebih
menunjukkan statistik nilai uji chi square dengan Person Chi Square =
0,139. Yang berarti odds ratio pada ibu yang berpengetahuan kurang
mengalami peluang resiko kejadian diare pada balita 0,139 kali > besar
dicapai oleh responden dalam penelitian ini ternyata sebagian besar baru
seluruh bahan yang dipelajari dan ransangan yang telah diterima. Cara
dengan itu, tidak ada salahnya pada ibu untuk mencari informasi sebanyak
Balita
Dari hasil analisis data tabel 5,9 terlihat bahwa proporsi kejadian
diare pada balita dengan ibu yang berpendidikan rendah lebih tinggi yaitu
sebanyak 70% daripada ibu yang berpendidikan tinggi lebih kecil yaitu
sebanyak 32,5%.
menunjukkan statistik nilai uji chi square dengan Person Chi Square =
ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare
pada balita.
58
Dari analisis hasil data diatas diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio)
= 0,139. Yang berarti pada odds ratio ibu yang berpendidikan rendah
mengalami peluang resiko kejadian diare pada balita 0,139 kali > besar
rendah, hal ini sesuai dengan teori Pendidikan adalah jenjang pendidikan
dari seseorang yang mengetahui orang lain dalam berprilaku (Blum, 1980).
umumnya ibu tidak ingin anaknya jatuh sakit. Ibu yang berpendidikan baik
Agustina (2000), bahwa salah satu resiko relatif yang bermakna terhadap
(Muamalah, 2006).
Balita
Dari hasil analisis data tabel 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi
kejadian diare pada balita, cukup besar kepada ibu yang tidak bekerja
menunjukkan statistik nilai uji chi square dengan Person Chi Square =
ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare
pada balita.
Hal ini terjadi kesenjangan antara teori bahwa Pendidikan ibu turut
tangga yang bekerja akan memberi dampak ekonomi yang lebih baik
jelas disini pada ibu yang tidak bekerja, kurang memahami tentang balita
Pada Balita
Dari hasil analisi data tabel 5.11 dapat dilihat bahwa proporsi kejadian
diare pada balita dengan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif lebih
tinggi yaitu sebanyak 71,4%, daripada ibu yang memberikan Asi Eksklusif
menunjukkan statistik nilai uji chi square dengan Person Chi Square =
Dari analisis hasil data diatas diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio)
= 0,183. Yang berarti odds ratio pada ibu yang tidak memberikan ASI
Eksklusif mengalami peluang resiko kejadian diare pada balita 0,183 kali
bayi yang baru lahir, pemberianAsi secara penuh mempunyai daya lindung
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan
sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk
bebas gula lainnya juga dapat menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada
anak-anak dan dewasa muda yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare .
62
Bayi dan balita yang masih menyusui dengan Asi Eksklusif umumnya
jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula
(Mediacastor, 2006)
63
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Puksesmas Banjarsari Ciawi Bogor Periode Januari - Juni 2015, maka penulis
1. Univariat
Pendidikan Ibu, sebagian besar pada ibu yang pendidikan rendah yaitu
sebanyak 77,3 %.
pekerjaan ibu, sebagian besar pada ibu yang tidak bekerja yaitu
sebanyak 83,0 %. 65
64
7.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
ibu-ibu. Sehingga pengetahuan ibu dapat menjadi lebih baik lagi, karena
pada anak balita. Sehingga diharapkan juga angka kejadian diare pada
apabila ada suatu kejadian diare pada satu kelurahan pada anak balita
2. Bagi Peneliti
3. Bagi Masyarakat
diare pada anak balita, pemberian hanya Asi Eksklusif saja pada usia 0 –
terutama tentang pencegahan diare, sehingga apabila ada balita ibu yang
terkena diare disuatu desa dapat tertangani degan cepat dan tepat dan
dengan prilaku hidup bersih dan sehat dapat mengurangi kejadian diare
pada balita.