Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN

KEJADIAN DIARE PADA BALITA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi
(Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare dan ISPA. Diare lebih
dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat
rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare. Diare merupakan salah satu penyebab angka
kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada balita. Menurut Parashar tahun 2007, di
dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap tahunnya karena penyakit diare. Dimana sebagian
kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasukIndonesia(DepkesRI, 2007).

Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup
masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal
apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air, sehingga
bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi (Depkes, 2010).

Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah
geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki laki maupuun perempuan,
tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak
terjadi pada bayi dan balita. Di negara berkembang termasukIndonesiaanak-anak menderita diare
lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari
semua penyebab kematian (Depkes, 2010).

Penyakit diare diIndonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal
ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian
terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat,
pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR
2,52%). Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta
setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai dengan 400.000 balita. Pada survei tahun
2000 yang dilakukan oleh Depkes RI melalui Ditjen P2MPL di 10 provinsi didapatkan hasil bahwa
dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sample sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare
pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare pertahun (Soebagyo, 2008).

Jumlah kasus diare di Maju Jaya tahun 2010 yaitu sebanyak 825.022 penderita, sedangkan jumlah
kasus diare pada balita yaitu sebanyak 269.483 penderita. Jumlah kasus diare pada balita setiap
tahunnya rata-rata di atas 32,66%, hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada balita masih tetap
tinggi dibandingkan golongan umur lainnya (Dinkes Maju Jaya, 2011). Kabupaten Sukolegowo
merupakan salah satu dari 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Maju Jaya dengan angka kejadian diare
pada balita tahun 2008 cukup tinggi yaitu sebanyak 2.035 kasus, (Dinkes Sukolegowo, 2009). Pada
tahun 2009 sebanyak 1.979 kasus dan pada tahun 2010 sebanyak 5.116 kasus, (Dinkes
Sukolegowo, 2011)
Kabupaten Sukolegowo terbagi menjadi 19 kecamatan dan salah satunya adalah Kecamatan
Sumber Jadi. Berdasarkan data dari Puskesmas Sumber Jadi penderita diare pada tahun 2008
sebanyak 524 penderita dan diare pada balita sebanyak 301 penderita. Pada tahun 2009 sebanyak
642 penderita dengan jumlah diare pada balita sebanyak 344 penderita. Pada tahun 2010 sebanyak
783 penderita, jumlah penderita diare balita tahun 2010 sebanyak 387 penderita. Desa
Sukomakmur, Kecamatan Sumber Jadi, Kabupaten Sukolegowo adalah Desa dengan jumlah Balita
terbanyak di Kecamatan Sumber Jadi yaitu sebanyak 231 Balita dengan angka kejadian diare pada
tahun 2010 sebanyak 54 kasus (Puskesmas Sumber Jadi, 2011).

Berdasarkan hasil survey PHBS yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Sukolegowo
bersama dengan Puskesmas Sumber Jadi di Desa Sukomakmur, Kecamatan Sumber Jadi,
Kabupaten Sukolegowo pada bulan Oktober 2010 didapatkan hasil sebagai berikut 63% termasuk
kriteria sehat dan sisanya sebanyak 37% masuk kriteria tidak sehat. Berdasar pada angka hasil
survey PHBS tersebut ternyata masih ada sebagian dari penduduk yang masuk kriteria tidak sehat
sehingga dimungkinkan bisa menjadi penyebab tingginya angka kejadian diare di desa tersebut.

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah lingkungan, praktik penyapihan yang
buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui praktik-praktik yang tidak higienis seperti
menyiapkan makanan dengan tangan yang belum dicuci, setelah buang air besar atau
membersihkan tinja seorang anak serta membiarkan seorang anak bermain di daerah dimana ada
tinja yang terkontaminasi bakteri penyebab diare (Depkes, 2010).

Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolah makanan sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan yang sehat dan bersih.
Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap masalah kesehatan balitanya tentu sangat penting
agar anak selalu dalam keadaan sehat dan terhindar dari berbagai penyakit, sedangkan yang
mengalami diare tidak jatuh pada kondisi yang lebih buruk. Sebagian besar angka kematian diare ini
diduga karena kurangnya pengetahauan masyarakat terutama ibu, mengenai upaya pencegahan
dan penanggulangan diare (Wijaya, 2002).

Kurangnya pengetahuan bisa mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku di bidang


kesehatan sehingga bisa menjadi penyebab tingginya angka penyebaran suatu penyakit termasuk
penyakit diare yang mempunyai resiko penularan dan penyebaran cukup tinggi. Penyakit diare yang
merupakan penyakit berbasis lingkungan juga dipengaruhi oleh keadaan kebersihan baik
perorangan (personal hygiene) maupun kebersihan lingkungan perumahan, sanitasi yang baik dan
memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh personal hygiene yang baik akan bisa mengurangi
resiko munculnya suatu penyakit termasuk diantaranya penyakit diare. Personal hygiene dan
sanitasi lingkungan perumahan yang baik bisa terwujud apabila didukung oleh perilaku masyarakat
yang baik atau perilaku yang mendukung terhadap program-program pembangunan kesehatan
termasuk program pemberantasan dan program penanggulangan penyakit diare.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air
bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis,
kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta pengolahan dan penyimpanan makanan
yang tidak semestinya. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi
faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor
penjamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak
memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor
lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua
faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula,
maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes, 2005).
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare, pemerintah melalui Dinas
Kesehatan melakukan beberapa upaya : 1) Meningkatkan kwalitas dan kwantitas tatalaksana diare
melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan pelaksanaan Pojok Oralit, 2)
Mengupayakan tatalaksana penderita diare di rumah tangga secara tepat dan benar, 3)
Meningkatkan upaya pencegahan melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), 4)
Meningkatkan sanitasi lingkungan, 5) Meningkatkan kewaspadaan dini dan penanggulangan
kejadian luar biasa diare (DepKes RI, 2000). Upaya pencegahan diare meliputi : memberikan ASI,
memperbaiki makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan,
menggunakan jamban, membuang tinja bayi dengan benar dan memberikan imunisasi campak
karena pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare yang lebih berat (Depkes,
2010).

Puskesmas Sumber Jadi melalui Program Pemberantasan Penyakit Menular, secara intensif terus
berupaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat termasuk di dalamnya
program penanggulangan penyakit diare baik secara promotif, preventif maupun kuratif. Kegiatan
yang telah dan selalu dilaksanakan adalah penyuluhan tentang penyakit diare di berbagai kelompok
masyarakat, baik melalui kegiatan Posyandu, pertemuan Kader, kelompok arisan dan kegiatan-
kegiatan masyarakat yang lain baik yang bersifat formal maupun non formal, di samping itu kegiatan
kuratif juga dilaksanakan dengan fasilitas Puskesmas rawat inap dan UGD Puskesmas yang buka
24 Jam semua ini dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat,
termasuk sebagai bentuk kesiapan apabila terjadi kasus luar biasa (KLB) termasuk mengantisipasi
apabila terjadi KLB penyakit diare.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian mengenai
hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada
balita di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian
diare pada balita di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah: mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukomakmur Kecamatan
Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo.

1.3.2. Tujuan khusus.

1) Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang penyakit diare.

2) Mengidentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

3) Mengidentifikasi kejadian diare pada balita.

4) Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita.

5) Menganalisis perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita.
1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat khususnya bagi peneliti dan fihak-fihak terkait baik secara
teoritis maupun praktis.

1.4.1. Manfaat secara teoritis

1) Sebagai salah satu sumber informasi tentang hubungan antara pengetahuan dan Perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian dan upaya pencegahan penyakit diare pada balita.

2) Sebagai pengembangan dari ilmu keperawatan khususnya keperawatan komunitas tentang


hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada
balita, upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit diare.

1.4.2. Manfaat secara praktis

1) Bagi Instansi terkait (Puskesmas dan Dinas Kesehatan)

1. Memberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk neningkatkan pelayanan kesehatan


yang diberikan kepada masyarakat khususnya dalam mengatasi masalah diare.
2. Sebagai masukan dalam merencanakan program untuk upaya pencegahan penyakit diare di
masyarakat.

2) Bagi masyarakat / keluarga

Menimbulkan kesadaran pada keluarga atau masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan
penyakit diare, serta kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan baik secara mandiri
maupun dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.

1.5. Relevansi

Pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare merupakan salah satu komponen yang sangat
penting untuk mengatasi masalah diare di masyarakat, pengetahuan akan sangat berpengaruh
dalam pembentukan sikap dan perilaku, semakin baik pengetahuan seseorang maka akan semakin
positif sikap seseorang sehingga perilaku yang unsur-unsurnya sangat dipengaruhi oleh sikap akan
semakin positif pula .

Pelaksanaan kegiatan dalam pencegahan penyakit diare melalui program pemberantasan penyakit
menular secara rutin harus selalu dilaksanakan khususnya secara preventif atau pencegahan
melalui penyuluhan di berbagai kelompok masyarakat baik kelompok formal maupun non formal,
sehingga upaya yang selama ini yang terus digalakkan oleh Pemerintah bisa mendapatkan hasil
sesuai dengan harapan semua fihak. Balita yang merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan
rawan penyakit memerlukan perhatian yang lebih supaya kasus-kasus diare pada balita bisa
dikurangi atau diatasi sehingga angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit diare pada
balita bisa diatasi. Program pencegahan penyakit diare untuk bisa tercapai hasilnya diperlukan kerja
sama yang baik antara masyarakat dan petugas kesehatan. Sehingga sangat diperlukan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian
diare pada balita sehingga dalam pelaksanaan program pencegahan penyakit diare dapat terwujud.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Penyakit Diare

2.1.1. Definisi penyakit diare

Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekwensinya lebih sering
dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (DepkesRI, 2000). Sedangkan menurut
Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai
lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak)
peringkat pertama diIndonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak
dan orang dewasa. Menurut Depkes (2010) diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume keenceran, serta
frekwensi lebih dari 3 kali sehari pada anak dan pada bayi lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa
lendir darah. Menurut Mansjoer A (2003), diare adalah buang air besar dengan konsistensi encer
atau cair dan lebih dari 3 kali sehari. Diare menurut Ngastiyah (2005) adalah keadaan frekwensi
buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali sehari pada anak, konsistensi
faeces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.

2.1.2. Etiologi

Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan
zat gizi), makanan dan faktor psikologis.

1) Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi
yang umumnya menyerang antara lain:

a) Infeksi oleh bakteri: Escherichia colin, Salmonella thyposa, Vibrio cholerae(kolera), dan
serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik seperti pseudomonas. Infeksi basil
(disentri),

b)

Infeksi virus rotavirus.

c) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),

d) Infeksi jamur (Candida albicans).

e) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan radang tenggorokan, dan

f) Keracunan makanan

2) Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi
karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan
diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut.
Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida.
Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap
diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul
karena lemak tidak terserap dengan baik.

3) Faktor makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak
lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah
mengakibatkan diare pada anak dan balita.

4) Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis. Tetapi
jarang terjadi pada balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.

2.1.3. Patofisiologi

Menurut Depkes (2010) proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan,
diantaranya:

1) Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk dalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit atau juga dikatakan bakteri akan
menyebabkan sistem transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.

2) Faktor malabsorbsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
usus sehingga terjadi diare.

3) Faktor makanan

Dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk
menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.

4) Faktor psikologis

Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi kecepatan gerakan peristaltik usus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.

2.1.4. Jenis diare


Penyakit diare menurutDepkesRI(2000), berdasarkan jenisnya dibagi menjadi empat yaitu :

1) Diare Akut

Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).
Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.

2) Disentri

Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan
berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa.

3) Diare persisten

Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare
persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

4) Diare dengan masalah lain

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit
lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

2.1.5. Tanda-tanda diare

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, tinja cair, warna tinja makin lama kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu,
anus dan daerah sekitar lecet, ubun-ubun cekung, berat badan menurun, muntah, selaput lendir
mulut dan kulit kering (Ngastiyah, 2005).

2.1.6. Gejala diare

Menurut Widjaja (2000), gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :

1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah.

2) Suhu badan meningkat,

3) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah

4) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,

5) Lecet pada anus,

6) Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,

7) Muntah sebelum dan sesudah diare,

8) Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah),


9) Dehidrasi (kekurangan cairan), dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat.

Sebelum anak dibawa ke tempat fasilitas kesehatan untuk mengurangi resiko dehidrasi sebaiknya
diberi oralit terlebih dahulu, bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga misalnya air tajin, kuah
sayur, sari buah, air the, air matang dan lain-lain.

2.1.7. Epidemiologi penyakit diare

Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut: Penyebaran kuman
yang menyebabkan diare. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan
risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan, menggunakan botol susu yang kotor, menyimpan makanan masak pada suhu kamar,
menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja
dengan benar.

1) Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare.
Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak,
imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan
balita.

2) Faktor lingkungan dan perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan,
yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian diare.

2.1.8. Pencegahan diare

Di bawah ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah agar anak-anak tidak
terjangkit penyakit diare, hal-hal tersebut adalah:

1) Memberikan ASI

ASI turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada balita karena antibodi dan zat-
zat lain yang terkandung di dalamnya memberikan perlindungan secara imunologi.

2) Memperbaiki makanan pendamping ASI

Perilaku yang salah dalam pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan resiko
terjadinya diare sehingga dalam pemberiannya harus memperhatikan waktu dan jenis makanan
yang diberikan. Pemberian makanan pendamping ASI sebaiknya dimulai dengan memberikan
makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan dan dapat diteruskan pemberian ASI, setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih, tambahkan macam makanan lain dan frekwensi pemberikan makan
lebih sering (4 kali sehari). Saat anak berumur 11 tahun berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, frekwensi pemberiannya 4-6 kali sehari.

3) Menggunakan air bersih yang cukup

Resiko untuk menderita diare dapat dikurangi dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi
air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanannya di rumah.

4) Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman
diare adalah mencuci tangan.

5) Menggunakan jamban

Upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko penularan
diare karena penularan kuman penyebab diare melalui tinja dapat dihindari.

6) Membuang tinja bayi dengan benar

Membuang tinja bayi ke dalam jamban sesegera mungkin sehingga penularan kuman penyebab
diare melalui tinja bayi dapat dicegah.

7) Memberikan imunisasi campak

Anak yang sakit campak sering disertai diare sehingga imunisasi campak dapat mencegah
terjadinya diare yang lebih parah lagi (Depkes, 2010).

2.2. Konsep Pengetahuan

2.2.1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo S, 2003),
yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan
tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain, kemampuan analisis dapat dilihat penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis).

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan suatu bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation).

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu
materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

2.2.3. Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua (Notoatmodjo S, 2005), yakni :

1) Cara tradisional atau non ilmiah

2) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya
peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Metode
ini masih dipergunakan sampai sekarang terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui
suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
3) Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya. Baik berdasarkan fakta
empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru terbaik, maksudnya bahwa pengalaman itu sumber pengetahuan dan
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

5) Melalui jalan pikiran

Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan pengalaman-pengalaman


yang ditangkap oleh indera. Kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep yang memungkinkan
seseorang untuk memahami suatu gejala. Sedangkan berfikir deduksi adalah proses berpikir
berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus.

6) Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian
(research methodology).

2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Adabeberapa faktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang baik langsung maupun tidak
langsung diantaranya adalah:

1) Umur

Semakin cukup umur tingkat pematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir, belajar, bekerja sehingga pengetahuanpun akan bertambah. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya. (Nursalam & Siti Pariani, 2001).

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit memahami pesan atau informasi yang
disampaikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi
sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Effendy N, 1998). Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. (Nursalam & Siti Pariani, 2001).
Menurut Kuncoroningrat (1997) yang dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani (2001), makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Tingkat pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan tingkat
pendidikan yang melandasi tingkat pendidikan menengah, adapun bentuk pendidikan dasar adalah
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan tinggi merupakan lanjutan pendidikan menengah adapun bentuk pendidikan tinggi
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan dokter yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi (Standar Pendidikan Nasional, 2005).

3) Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan oleh karena pengalaman yang diperoleh dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. (Notoatmodjo S, 2005).

2.3. Konsep Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

2.3.1. Pengertian

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
dasar kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam
hal kesehtan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar memahami dan mampu melaksanakan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta
berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan di masyrakat.

2.3.2. Komponen PHBS

Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang melakukan komponen-komponen PHBS yang
meliputi:

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2) Memberi bayi ASI eksklusif

3) Menimbang bayi dan balita

4) Menggunakan air bersih

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6) Menggunakan jamban sehat

7) Memberantas jentik nyamuk

8) Makan buah dan sayur setiap hari

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10) Tidak merokok di dalam rumah

2.3.3. Manfaat PHBS

1) Bagi keluarga

1. Menjadikan anggota keluarga lebih sehat dan tidak mudah sakit


1. Anggota keluarga lebih giat dalam bekerja
2. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

2) Bagi masyarakat.

1. Mampu mengupayakan lingkungan sehat.


2. Mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
4. Mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti
Posyandu, tabungan ibu bersalin (Tabulin), arisan jamban, ambulan desa.

2.3.4. Kriteria penilaian PHBS

Rumah tangga termasuk kriteria sehat apabila memenuhi nilai 10 (sepuluh) atau mempunyai
perilaku positif pada setiap komponen PHBS dan dikatakan tidak sehat apabila salah satu dari
sepuluh komponen PHBS ada yang nilai 0 (nol) atau perilaku negatif (DepkesRI, 2010).

2.4. Kerangka Konsep

Pengetahuan

1. Tahu

2. Memahami

3. Aplikasi

4. Analisis

5. Sintesis

6. Evaluasi
1. Infeksi Saluran Pencernaan
2. Malabsorpsi
3. Makanan Terkontaminasi
4. Psikologis

Kerangka konseptual adalah hubungan antara konsepkonsep Yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,2005). Kerangaka konseptual dalam
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1

1. Pengetahuan masyarakat tentang diare bertambah


1. PHBS menjadi lebih positif
2. Kejadian diare berkurang
3. Derajat kesehatan masyarakat meningkat
4. Kwalitas hidup masyarakat meningkat
5. Umur
6. Pendidikan
7. Pengalaman
8. Sumber informasi
9. Sosial ekonomi
10. Keadaan lingkungan
11. Fasilitan kesehatan
12. Media informasi

PHBS
Sikap
Intervening
1. Pemberian ASI eksklusif
2. Penggunaan botol susu
3. Kebiasaan cuci tangan
4. Menggunakan air yang bersih
5. Kebiasaan membuang tinja
6. Menggunakan jamban yang sehat
7. Jarak Sumber air dengan jamban

Diare
Diteliti

Keterangan

Tidak Diteliti

Gambar 2.1 : Kerangka konseptual

Keterangan Bagan:

20

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan diantaranya pendidikan, pengalaman,
umur, dan sumber informasi sedangkan faktor yang mempengaruhi PHBS adalah sosial ekonomi,
Keadaan lingkungan, Fasilitas kesehatan, Media informasi. Selajutnya pengetahuan dan PHBS
akan bisa mempengaruhi terhadap proses terjadinya penyakit diare, apabila beberapa faktor
tersebut bisa diatasi maka diharapkan outputnya adalah :

1. Pengetahuan masyarakat tentang diare bertambah


2. PHBS menjadi lebih positif (masuk kriteria sehat)
3. Kejadian diare berkurang
4. Derajat kesehatan masyarakat meningkat
5. Kwalitas hidup masyarakat meningkat

2.5. Hipotesis

H1 : 1. Adahubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di Desa


Sukomakmur, Kecamatan Sumber Jadi, Kabupaten Sukolegowo.

1. Adahubungan antara Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada
balita di Desa Sukomakmur, Kecamatan Sumber Jadi, Kabupaten Sukolegowo.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau
pemecahan masalah. Pada dasarnya menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo, 2005). Pada bab
ini akan diuraikan tentang : Waktu dan tempat penelitian, Desain Penelitian, Kerangka Kerja,
Populasi, Sampel dan sampling, Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel, Instrumen Penelitian,
Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisa Data, Etika penelitian.

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan yang dimulai dari perencanaan (penyusunan proposal) sampai dengan
penyusunan laporan akhir yang dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2011.
Adapun pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Juni 2011.

3.1.2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sukomakmur, Kecamatan Sumber Jadi, Kabupaten
Sukolegowo, alasan mengambil tempat ini adalah selama 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun 2008,
2009 dan 2010 desa tersebut terdapat kasus diare khususnya pada balita dengan jumlah relatif lebih
banyak dibanding desa yang lain di wilayah kerja Puskesmas Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo,
desa Sukomakmur pada tahun 2010 juga menjadi tempat dilaksanakan survey PHBS dengan hasil
63% termasuk kriteria sehat dan 37% termasuk kriteria tidak sehat.

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti
berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan. Desain sangat erat dengan
bagaimana kerangka konsep penelitian sebagai petunjuk perencanaan penelitian secara rinci dalam
hal pengumpulan dan analisa data, (Nursalam, 2005).

22

Dalam hal ini metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik korelasional yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan untuk mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan
serta menguji berdasarkan teori yang sudah ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan
hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2005).

Jenis penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya setiap subjek penelitian hanya
diobservasi satu kali saja (Notoatmodjo, 2005).

3.3. Kerangka Kerja (Frame Work).

Kerangkan kerja adalah: pentahapan atau langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah yang dilakukan
dalam melakukan penelitian (kegiatan awal sampai akhir) (Nursalam, 2005). Kerangka kerja
penelitian tentang hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
kejadian diare tertera pada gambar 3.1

Penyusunan Proposal

Populasi

Semua ibu-ibu yang memiliki balita tercatat sebagai penduduk Desa Sukomakmur Kecamatan
Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo sebanyak 231 orang

Sampel

Sebagian ibu-ibu yang memiliki balita tercatat sebagai penduduk Desa Sukomakmur Kecamatan
Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo, sebanyak 76 orang

Sampling

Simple random Sampling


Desain Penelitian

cross sectional

Pengolahan dan Analisa Data


Pengumpulan Data
Kuisioner

Editing, Coding, Scoring, Tabulating, uji korelasi spearmans rho dengan program SPSS 15

Penyusunan Laporan Akhir

Gambar 3.1 Kerangka kerja penelitian tentang hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita.

3.4. Populasi, Sampel dan Sampling

3.4.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. (Notoatmodjo, 2005). Populasi
dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu-ibu yang memiliki balita (berumur 1-5 tahun) yang bertempat
tinggal di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo, sejumlah 231
responden.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah sebagian kecil yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini sampel yang diteliti yaitu
sebagian dari ibu-ibu yang memiliki balita yang bertempat tinggal di Desa Sukomakmur Kecamatan
Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo, pada penelitian ini sampel yang diteliti adalah yang sesuai
dengan kriteria inklusi sejumlah 76 responden.

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Adapun yang menjadi kriteria inklusi dalam sampel
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ibu-ibu yang memiliki balita bertempat tinggal dan tercatat sebagai penduduk Desa
Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo dan datang ke Posyandu.
2. Dapat membaca dan menulis.
3. Dapat berkomunikasi dengan baik.
4. Bersedia menjadi responden.

2) Besar sampel
Besar sampel adalah anggota yang akan dijadikan sampel (Nursalam, 2003). Rumus yang
digunakan untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sample
maksimal menurut Sastroasmoro Sudigdo (2002) dengan rumus sebagai berikut:

n =

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besarnya populasi

Z = Nilai standart normal untuk = 0,05 adalah 1,96

p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 %

q = 1 p atau sama dengan 100% p

d = Tingkat kesalahan yang dipilih 0,05

Ibu-ibu balita di desa Sukomakmur, Kecamatan Sumber Jadi, Kabupaten Sukolegowo sebagai
populasi dalam penelitian ini berjumlah 231 orang

Sehingga sampel pada penelitian ini ditetapkan sebesar 76 responden.

3.4.3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi dari populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara-cara
yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan setiap penelitian (Nursalam, 2005). Pada penelitian ini teknik pengambilan
sampel dilakukan secara acak yaitu dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu
bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi
sebagai sampel. Untuk mencapai sampel ini, setiap elemen diseleksi secara acak (random). Nomor
responden ditulis pada secarik kertas, dimasukkan ke dalam kotak, diaduk dan diambil secara acak
sesuai besarnya sampel (Notoatmodjo S, 2005).

3.5. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.5.1. Variabel

1) Variabel Independen (Variabel bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).

2) Variabel dependen (Variabel Tergantung)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita.

3.5.2. Definisi Operasional


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik
yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi dan pengukuran secara cermat
terhadap objek atau fenomena. (A.Aziz A.H, 2007). Adapun definisi operasional variabel penelitian
ini tertera pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Definisi Operasional variabel tentang hubungan pengetahuan dan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita.

N Definisi Alat Skala


Variabel Parameter Kategori
o Operasional ukur ukur
1 IndependenPen Kemampuan 1. Pengertian diare Kuisio Ordin 1. Bena
getahuan ibu yang 2. Penyebab diare ner al r=1
a. mempunyai 3. Tanda-tanda dan gejala 2. Sala
balita untuk diare h=0
menjawab 4. Cara penyebaran atau
dengan penularan diare Dengan
benar 5. Cara pencegahan diare Kriteria:
terhadap 20 6. Cara penanganan atau
pertanyaan penatalaksanaan diare Baik
tentang Jika benar
penyakit 76 100%
diare
Cukup jika
benar 56
76%

Kurang jika
benar
kurang dari
56 %

(Nursalam,
2003)
b Perilaku hidup Perilaku 1. Pemberian ASI esklusif Kuisio Ordin 1. Ya =
bersih dan hidup bersih 2. Balita ditimbang dalam ner al 1
sehat (PHBS) dan sehat tiga bulan terakhir 2. Tida
(PHBS) res 1. Cuci tangan k=0
ponden dengan air bersih
sesuai dan sabun Dengan
dengan sebelum makan Kriteria:
kriteria dan atau setelah
program buang air besar, Sehat jika
PHBS yang dll, jawaban ya
telah 2. Menggunakan air = 100%
dimodifikasi bersih untuk
dan keperluan rumah Tidak sehat
disesuaikan tangga sehari-hari jika ada
dengan 1. Memiliki salah satu
masalah atau jawaban
diare mengguna tidak
kan
jamban (Depkes RI,
2. Air yang 2010)
diminum
selalu
dimasak
terlebih
dahulu
3. Jarak
Sumber
air dengan
jamban 10
meter atau
lebih

2 DependenKeja Buang air 1. Buang air besar lebih Kuisio Nomi 1. Tida
dian diare pada besar cair dari 3-4 kali perhari ner nal k
balita yang 2. Tinja berbentuk cair Diar
dialami oleh 3. Dengan atau tanpa e =
balita yang disertai lendir 1
terpilih 2. Diar
sebagai e =
sampel 0
dalam kurun
waktu bula
n Juli 2010
Sekarang

3.6. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data

3.6.1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Pada penelitian
ini instrumen yang digunakan untuk variabel pengetahuan dan kejadian diare adalah kuisioner untuk
variabel Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kuisioner yang digunakan disesuaikan dengan
format PHBS dan diambil yang sesuai dengan masalah diare.

3.6.2. Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan ijin dari Direktur AKADEMI MELATI Bunga Jaya dan Kepala Desa
Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo, peneliti mengadakan pendekatan
pada ibu balita di desa Sukomakmur, Kecamatan Sumber Jadi, Kabupaten Sukolegowo untuk
mendapatkan persetujuan sebagai responden penelitian.

3.7. Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan, dimana tujuan pokok
penelitian adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam mengungkap fenomena (Nursalam,
2003).

1) Coding.

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria tertentu. Klasifikasi
ukumnya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa angka (Moh.Nasir, 2005). Pada
penelitian ini pengkodean sebagai berikut:

1. Variabel pengetahuan
1. Jawaban benar diberi nilai 1
2. Jawaban salah diberi nilai 0
3. Variabel Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
1. Jika jawaban ya diberi nilai 1
2. Jika jawaban tidak diberi nilai 0
3. Variabel kejadian diare
1. Jika tidak diare diberi nilai 1
2. Jika diare diberi nilai 0.

2) Skoring

Scoring adalah penentuan jumlah skor bila ada jawaban ya diberi skor 1 dan bila tidak diberi skor 0
(Moh.Nasir, 2005).

1. Variabel pengetahuan

Keterangan :

n : Nilai yang didapat

SP : skore yang didapat

SM : skore yang maksimal

(Arikunto, 2006)

Setelah persentase diketahui, menurut Nursalam (2005) kemudian hasilnya dikelompokkan pada
kriteria:

Pengetahuan baik bila persentasenya 76-100%.

Pengetahuan cukup bila persentasenya 56-76%


Pengetahuan kurang bila persentasenya < 56%.

1. Variabel Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Keterangan :

P : Persentase.

f : Nilai yang diperoleh.

n : Frekwensi total atau keseluruhan

(Budiarto E, 2001 : 37).

Setelah persentase diketahui, kemudian hasilnya dikelompokkan pada kriteria:

Kriteria sehat jika persentase 100%

Kriteria tidak sehat jika persentase < 100%

(Depkes, 2010)

3) Tabulating

Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel (Moh.Nasir, 2005). Tabulasi adalah
pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata
untuk disajikan dan dianalisa. Proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
dengan metode tally, menggunakan kartu, dan menggunakan komputer (Budiarto, 2002).

Dalam penelitian ini penyajian data dalam bentuk tabel yang menggambarkan distribusi frekwensi
responden berdasarkan karakteristiknya dan tujuan penelitian.

3.7.2 Analisa Data

1) Univariat

Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul (Sugiono, 2006).

Besarnya angka hasil perhitungan atau pengukuran diperoleh dengan cara dijumlahkan kemudian
dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan sehingga diperoleh persentase. Dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: Analisa data pengetahuan responden tentang penyakit diare
menggunakan rumus :

Keterangan :

n : Nilai yang didapat


SP : skore yang didapat

SM : skore yang maksimal

(Arikunto, 2006)

Untuk variabel pengetahuan responden tentang penyakit diare, peneliti membagi pengetahuan
menjadi 3, yaitu pengetahuan yang baik jika responden mampu menjawab benar sebanyak 76%
100%, pengetahuan cukup jika responden mampu menjawab benar sebanyak 56 75 % dan
pengetahuan kurang jika responden mampu menjawab benar sebanyak < 56 % (Nursalam, 2003)

Untuk Variabel Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kriteria sebagai berikut: Kriteria
sehat jika jawaban nilai yang didapat 100%, kriteria tidak sehat jika nilai yang didapat kurang dari
100% (Depkes, 2010)

Sedangkan variabel dependen kejadian diare dibagi dalam dua kategori yaitu jika tidak diare diberi
skor 1 dan jika diare diberi skor 0.

2) Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel yaitu pengetahuan dengan kejadian diare pada balita
digunakan uji korelasi spearmans rho, dengan signifikansi p = 0,05. Jika nilai p < 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan pengetahuan responden dengan kejadian diare
dan jika p > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara
pengetahuan responden dengan kejadian diare pada balita.

Sedangkan untuk mengetahui hubungan 2 variabel yaitu Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dengan kejadian diare pada balita digunakan uji korelasi spearmans rho, dengan signifikansi p =
0,05. Jika nilai p < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara Perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) responden dengan kejadian diare pada balita dan jika p > 0.05
maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara Perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) responden dengan kejadian diare pada balita.

Uji statistik yang digunakan untuk menganalisa data adalah uji statistik spearmans rho karena salah
satu variabelnya ordinal. Uji statistik spearmans rho digunakan untuk menghitung atau menentukan
tingkatan hubungan atau korelasi antar dua variabel, penelitian ini menggunakan teknik
komputerisasi SPSS 15 dengan kemaknaan : 0,05 artinya signifikan () dibawah atau sama
dengan 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang nyata antara dua variabel yang diteliti.

3.8 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menekankan pada masalah etika yang meliputi:

3.8.1. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian, mempunyai hak
untuk bersedia atau menolak menjadi responden. Pada informed concent juga perlu dicantumkan
untuk mengembangkan ilmu.
Lembar persetujuan menjadi responden diedarkan sebelum riset dilakukan. Tujuannya agar subyek
mengetahui maksud dan tujuan riset. Serta mengetahui dampak yang akan terjadi selama dalam
pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka peneliti harus menghormati hak-hak
reponden.

3.8.2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan identitas subyek
pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subyek. Lembar tersebut hanya diberi
nomer kode tertentu

3.8.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan
disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

3.9 Keterbatasan

Aziz Alimul (2002) menyebutkan bahwa keterbatasan merupakan bagian riset keperawatan yang
menjelaskan keterbatasan dalam penulisan riset, dalam setiap penelitian pasti mempunyai
kelemahan-kelemahan yang ada, kelemahan tersebut ditulis dalam keterbatasan. Adapun
keterbatasan yang ada dalam penelitian meliputi :

3.9.1. Sampel dan jumlah sampel

Banyaknya jumlah Ibu-ibu yang memiliki anak balita yang tinggal di Desa Sukomakmur Kecamatan
Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo sehingga peneliti hanya mengambil sebagian responden yang
terpilih sebagai sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian ini.

3.9.2. Waktu

Waktu penelitian terbatas, sehingga hasil penelitian masih kurang sempurna dan kurang
memuaskan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bagian ini berisi hasil dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan selama enam hari mulai
tanggal 13 Juni sampai dengan 18 Juni 2011, yang dilaksanakan di Desa Sukomakmur Kecamatan
Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Sumber Jadi
Kabupaten Sukolegowo. Penyajian data dimulai dari gambaran umum tempat penelitian dan data
umum tentang karakteristik responden meliputi 1) umur, 2) pendidikan 3) pekerjaan, sedangkan data
khusus meliputi 1) pengetahuan responden tentang penyakit diare 2) perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) 3) kejadian diare pada balita.

Untuk mengetahui signifikansi atau hubungan antara variabel dilakukan uji statistikspearmans
rho dengan fasilitas komputer SPSS versi 15 dengan tingkat kemaknaan 0,05, ketentuan
terhadap penerimaan dan penolakan hipotesis apabila signifikansi 0,05, maka H1 diterima dan
H0 ditolak, apabila > 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima. (Sugioyono dan Eri, 2006).

Pada bagian berikut akan disampaikan hasil pembahasan terhadap penelitian guna menjawab
pertanyaan dalam masalah penelitian.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Data umum

1) Gambaran umum lokasi penelitian

34

Desa Sukomakmur merupakan salah satu dari 12 desa di wilayah Kecamatan Sumber Jadi
Kabupaten Sukolegowo dan termasuk Wilayah kerja Puskesmas Sumber Jadi Kecamatan Sumber
Jadi Kabupaten Sukolegowo. Desa Sukomakmur memiliki 1 Polindes dengan 1 tenaga Bidan Desa
terdiri dari 5 (lima) Dusun dengan jumlah Posyandu sebanyak 5 buah Posyandu. Adapun batas
wilayah administrasi Desa Sukomakmur adalah sebagai berikut : Sebelah utara Desa Marga Jaya,
sebelah timur Desa Marga Tani, sebelah selatan Desa Maju Jaya dan sebelah barat Desa Randu
Pitu dan Desa Sumber Jadi. Desa Sukomakmur terdiri dari 1.292 KK dengan jumlah penduduk
sebanyak 4.499 jiwa, dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.259 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 2.240 jiwa. Penduduk Desa Sukomakmur sebagian besar yaitu
sebanyak 2.658 jiwa (59,07%) bekerja sebagai petani dan buruh tani.

2) Karakteristik responden menurut umur.

Distribusi frekwensi responden menurut umur yang dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok
dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi Responden Menurut Umur di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber
Jadi Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni 2011

Umur Frekwensi Persentase


< 20 Tahun 5 6,58
20 30 Tahun 57 75,00
31 40 Tahun 14 18,42
> 40 Tahun 0 0,00
Jumlah 76 100

Sumber : Data primer Juni 2011.

Bila dilihat dari umur responden, Tabel 4.1 memberikan gambaran bahwa sebagian besar
responden yaitu sebanyak 57 orang (75,0%) berumur 20-30 tahun.

3) Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan.


Distribusi frekwensi responden menurut tingkat pendidikan yang dikelompokkan menjadi 4 (empat)
kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sukomakmur
Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni 2011

Tingkat Pendidikan Frekwensi Persentase


SD 11 14,47
SMP / SLTP 30 39,47
SMA / SLTA 34 44,74
AKADEMI / PT 1 1,32
Jumlah 76 100

Sumber : Data primer Juni 2011.

Bila dilihat dari tingkat pendidikan, Tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan
responden hampir setengahnya yaitu sebanyak 34 orang (44,74%) adalah SMA/SLTA.

4) Karakteristik responden menurut jenis pekerjaan.

Distribusi frekwensi responden menurut jenis pekerjaan yang dikelompokkan menjadi 5 (lima)
kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Frekwensi Responden Menurut Pekerjaan di Desa Sukomakmur kecamatan
Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni 2011

Pekerjaan Frekwensi Persentase


Swasta 21 27,63
Wr swasta 2 2,63
Pns/tni/polri 0 0,00
Buruh 27 35,53
Tdk bekerja 26 34,21
Jumlah 76 100

Sumber : Data primer Juni 2011.

Bila dilihat dari jenis pekerjaan responden, Tabel 4.3 memberikan gambaran bahwa pekerjaan
responden hampir setengahnya yaitu sebanyak 27 orang (35,53%) bekerja sebagai buruh

4.1.2. Data Khusus


1) Karakteristik responden menurut pengetahuan tentang diare

Distribusi frekwensi responden menurut pengetahuan tentang diare dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Frekwensi Responden Menurut pengetahuan tentang diare di Desa
Sukomakmur kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni 2011

Pengetahuan Frekwensi Persentase


Baik 51 67,1
Cukup 24 31,6
Kurang 1 1,3
Jumlah 76 100

Sumber : Data primer Juni 2011.

Bila dilihat dari pengetahuan responden tentang diare, Tabel 4.4 memberikan gambaran bahwa
sebagian besar responden yaitu sebanyak 51 orang (67,1%) berpengetahuan baik.

2) Karakteristik responden menurut kriteria perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Distribusi frekwensi responden menurut kriteria PHBS dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok
dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Frekwensi Responden Menurut kriteria perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
di Desa Sukomakmur kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni 2011

Kriteria PHBS Frekwensi Persentase


Sehat 44 57,89
Tidak sehat 32 42,11
Jumlah 76 100

Sumber : Data primer Juni 2011.

Bila dilihat dari kriteria perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) responden, Tabel 4.5 memberikan
gambaran bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 44 responden (57,89%) termasuk
kriteria sehat.

3) Karakteristik responden menurut kejadian diare pada balita

Distribusi frekwensi responden menurut kejadian diare pada balita dikelompokkan menjadi 2 (dua)
kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Distribusi Frekwensi Responden Menurut kejadian diare pada balita di Desa Sukomakmur
kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni 2011

Kejadian Diare Frekwensi Persentase


Tidak diare 51 67,11
Diare 25 32,89
Jumlah 76 100

Sumber: Data primer Juni 2011.

Bila dilihat dari kejadian diare pada balita, Tabel 4.6 memberikan gambaran bahwa sebagian besar
responden yaitu sebanyak 51 responden (67,11%) tidak mengalami kejadian diare pada balita.

4) Hubungan pengetahuan dengan Kejadian Diare Pada Balita.

Tabel 4.7 Hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukomakmur
Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni 2011

Pengetahuan Kejadian Diare Pada Balita Total


Responden Tidak % Ya % Jumlah %
Baik 49 64,47% 2 2,63% 51 67,10
Cukup 2 2,63% 22 28,95% 24 31,58
Kurang 0 0,00% 1 1,32% 1 1,32
Jumlah 51 67,10 25 32,90 76 100
uji spearmans rho : p = 0,000

Sumber : Data primer Juni 2011.

Hasil uji spearmans rho menunjukkan bahwa nilai = 0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan kejadian diare pada balita. Dibuktikan pada Tabel 4.7 dari 76
responden sebagian besar responden yaitu sebanyak 49 responden (64,47%) berpengetahuan baik
dan balitanya tidak mengalami kejadian diare.

5) Hubungan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare Pada Balita

Tabel 4.8 Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di
Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo Pada Bulan Juni 2011

Kejadian Diare Kriteria Phbs Total


Tidak Sehat % Sehat % Jumlah %
Diare 25 32,89 0 0 25 32,89
Tidak diare 7 9,21 44 57,89 51 67,11
Total 32 42,11 44 57,89 76 100
uji spearmans rho : p = 0,000

Sumber : Data primer Juni 2011.

Hasil uji spearmans rho menunjukkan bahwa nilai = 0,000 < 0,05, artinya terdapat hubungan
yang bermakna antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita.
Dibuktikan bahwa pada Tabel 4.8 dari 76 responden sebagian besar responden yaitu sebanyak 44
responden (57,89%) termasuk kriteria sehat dan balitanya tidak mengalami kejadian diare.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengetahuan responden tentang penyakit diare di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber
Jadi Kabupaten Sukolegowo.

Dari analisis data tentang pengetahuan responden terhadap penyakit diare dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden yaitu sebanyak 51 responden (67,1%) berpengetahuan baik, hampir
setengahnya yaitu 24 responden (31,6%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil yaitu sebanyak
1 responden (1,3%) berpengetahuan kurang.

Pengetahuan yang baik dapat dipengaruhi dari tingkat pendidikan responden yang sebagian besar
adalah SMA/SLTA. Pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang penting dalam
meningkatkan pengetahuan karena dengan pendidikan yang baik maka responden dapat menerima
segala informasi dari luar terutama tentang cara pencegahan penyakit diare yang baik. Ini sesuai
dengan pendapat Y.B. Mantra (2006) makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah juga orang
itu menerima informasi, baik dari media massa maupun dari orang lain.

Usia responden antara 20-30 tahun yang merupakan usia dewasa dimana pada usia ini
dimungkinkan lebih banyak berkumpul dan menyerap pengetahuan dari lingkungan dimana
responden berinteraksi dengan lingkungan.

Semakin dewasa umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir (Huckluc, 1998 & dikutip Nursalam, 2005).

4.2.2. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi
Kabupaten Sukolegowo.

Dari data analisis tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) responden dapat diketehui bahwa
sebagian besar responden yaitu sebanyak 44 responden (57,89%) termasuk kriteria sehat dan
hampir setengahnya yaitu sebanyak 32 responden (42,11%) termasuk kriteria tidak sehat.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan modal utama untuk pencegahan penyakit diare
oleh karena itu sangat penting artinya bagi masyarakat untuk mengenal cara-cara mencegah
penyakit diare sehingga tidak terjadi keparahan karena penyakit ini. Belum maksimalnya perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten
Sukolegowo hal ini dapat dipengaruhi oleh masih beragamnya tingkat pendidikan responden, tingkat
pendidikan yang rendah akan lebih sulit untuk menerima suatu informasi dibanding dengan yang
berpendidikan lebih tinggi. Y.B. Mantra (1994) menyebutkan bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah juga orang itu menerima informasi, baik dari media massa maupun dari
orang lain. Hal ini sesuai degan apa yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku
yang didasari oleh suatu pengetahuan yang baik akan berlangsung lebih langgeng dan
menghasilkan hal yang lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh suatu pengetahuan

Jenis pekerjaan responden yang hampir setengahnya adalah buruh dan tidak bekerja, sehingga
kurang bisa saling berinteraksi satu sama lain untuk saling bertukar informasi tentang masalah-
masalah kesehatan sehingga program PHBS belum sepenuhnya bisa diterima oleh seluruh lapisan
Masyarakat. Menurut Sunaryo (2004) disebutkan bahwa pengalaman langsung yang dialami
individu terhadap obyek sikap berpengaruh terhadap sikap individu terhadap obyek sikap tersebut.
Selain itu informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri
individu tersebut. Azwar (2003) menyebutkan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif,
afektif dan konatif. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Orang lain dan budaya juga merupakan faktor
pembentukkan sikap seseorang.

4.2.3. Kejadian diare pada balita di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten
Sukolegowo.

Dari data analisis tentang kejadian diare pada balita dapat diketehui bahwa sebagian besar
responden yaitu sebanyak 51 responden (67,11%) balitanya tidak mengalami kejadian diare dan
hampir setengahnya yaitu sebanyak 25 responden (32,89%) balitanya mengalami kejadian diare.

Berdasarkan hasil kuisioner tentang kepemilikan jamban dari 76 responden hampir setengahnya
yaitu sebanyak 21 responden (27,6%) tidak memiliki atau tidak menggunakan jamban dan dari
kuisioner tentang jarak sumber air dengan jamban hampir setengahnya yaitu sebanyak 23
responden (29,3%) jarak kurang dari 10 meter.

Penyakit diare adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja dan merupakan penyakit menular
sehingga siapapun beresiko untuk terkena penyakit diare apalagi bila tidak ditunjang dengan
perilaku dan lingkungan sanitasi yang sehat, jarak antara sumber air dan jamban yang terlalu dekat
bisa menyebabkan pencemaran pada sumber air oleh bakteri escherichia coli yang merupakan
bakteri penyebab diare.

Menurut Depkes RI (2006) sumber air minum yang tercemar mempunyai peranan dalam
penyebaran beberapa penyakit menular termasuk penyakit diare karena sumber air minum
merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman
infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral, kuman dapat ditularkan dengan masuk
ke dalam mulut melalui perantara cairan atau benda yang tercemar dengan tinja.

4.2.4. Hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukomakmur
Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo.

Dari analisis data tentang hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di Desa
Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden yaitu sebanyak 49 responden (64,47%) berpengetahuan baik dan balitanya tidak
mengalami kejadian diare, hampir setengahnya responden yaitu sebanyak 22 responden (28,95%)
berpengetahuan cukup dan balitanya mengalami kejadian diare, sebagian kecil responden yaitu
sebanyak 2 responden (2,63%) berpengetahuan baik dan balitanya mengalami kejadian diare,
sebagian kecil responden yaitu sebanyak 2 responden (2,63%) berpengetahuan cukup dan
balitanya tidak mengalami kejadian diare dan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 1 responden
(1,32%) berpengetahuan kurang dan balitanya mengalami kejadian diare, nilai uji spearmans rho : p
= 0,000 hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,000 < 0,05 sehingga H1 diterima yang artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di Desa
Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo.

Pengetahuan akan sangat menunjang terhadap pemahaman seseorang tentang suatu penyakit
termasuk pengetahuan ibu tentang penyakit diare akan sangat membantu dalam mencegah
terjadinya penyakit diare pada balita, pengetahuan yang baik akan menunjang perilaku yang baik
demikian sebaliknya pengetahuan yang kurang akan menyebabkan perilaku yang negatif atau
perilaku yang tidak mendukung terhadap upaya kesehatan. Keberhasilan dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit diare di masyarakat merupakan hasil yang dicapai dengan adanya
pengetahuan yang baik yang diwujudkan dengan kegiatan/program upaya pencegahan dari penyakit
tersebut. Hal ini sesuai degan apa yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku yang
didasari oleh suatu pengetahuan yang baik akan berlangsung lebih langgeng dan menghasilkan hal
yang lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh suatu pengetahuan.

4.2.5. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di
Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo.

Dari analisis data tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare
pada balita di Desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 44 responden (57,89%) termasuk kriteria sehat
dan balitanya tidak mengalami kejadian diare, hampir setengahnya responden yaitu sebanyak 25
responden (32,89%) termasuk kreteria tidak sehat dan balitanya mengalami kejadian diare dan
sebagian kecil responden yaitu sebanyak 7 responden (9,21%) termasuk kriteria tidak sehat dan
balitanya tidak mengalami kejadian diare serta tidak satupun responden yang termasuk kreteria
sehat dan balitanya mengalami kejadian diare.

Perilaku seseorang di bidang kesehatan akan berdampak pada kesehatannya. Semakin baik
perilaku seseorang maka akan semakin kecil resiko seseorang untuk terkena penyakit, demikian
sebaliknya perilaku yang buruk akan semakin memperbesar seseorang untuk terkena penyakit.
Masyarakat yang termasuk kriteria tidak sehat dapat dimungkinkan menjadi salah satu penyebab
masih adanya kasus penyakit diare pada balita di desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi
Kabupaten Sukolegowo, menurut Depkes RI (2010) disebutkan bahwa Perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat disebutkan juga bahwa diare adalah salah
satu penyakit yang berbasis lingkungan yang juga dipengaruhi oleh faktor perilaku masyarakat di
bidang kesehatan, perilaku yang positif akan mengurangi tingkat resiko terkena penyakit diare dan
sebaliknya perilaku yang negatif akan semakin memperbesar resiko seseorang terkena penyakit.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga bisa mencerminkan peran serta masyarakat dalam
menjaga kondisi lingkungan suatu tempat agar tetap bersih dan sehat, menurut Perkin (1938) yang
dikutip oleh Azwar (2003) menyatakan bahwa sehat atau tidaknya seseorang tergantung dari
adanya keseimbangan yang relatif dari suatu bentuk dan fungsi tubuh yang terjadi sebagai hasil dari
kemampuan penyesuaian diri yang dinamis terhadap berbagai tenaga atau kekuatan yang
umumnya bersumber dari lingkungannya sehingga timbul adanya penyakit yang menyebabkan sakit
atau tidaknya seseorang tergantung ada tidaknya suatu proses yang dinamis dan merupakan
hubungan yang timbal balik.
Terciptanya lingkungan yang cukup dan dinamis dapat menunjang kehidupan dan kesehatannya
yang pada saat ini telah banyak dilaksanakan manusia dengan program pencegahan. Upaya
pencegahan penyakit diare karena pengaruh lingkungan dapat dilaksanakan dengan program
kesehatan dan membuat kondisi lingkungan yang sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan
kesehatan dimasyarakat tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh C. Roy dalam teori adaptasinya
dinyatakan bahwa semua kondisi lingkungan yang mempengaruhi dan berakibat terhadap
perkembangan perilaku seseorang, dengan lingkungan yang baik akan membantu masyarakat
dalam mengurangi resiko akibat dari lingkungan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian hubungan
pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita

5.1 Kesimpulan

1) Pengetahuan responden tentang diare di desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi


Kabupaten Sukolegowo sebagian besar adalah baik.

2) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) responden di desa Sukomakmur Kecamatan Sumber
Jadi Kabupaten Sukolegowo sebagian besar adalah sehat.

3) Kejadian diare pada balita di desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten
Sukolegowo sebagian besar adalah tidak terjadi.

4) Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di desa Sukomakmur
Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo.

5) Ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada
balita di desa Sukomakmur Kecamatan Sumber Jadi Kabupaten Sukolegowo.

5.2 Saran

1) Bagi profesi keperawatan

Terwujudnya suatu asuhan keperawatan komunitas yang paripurna dibutuhkan keterampilan dan
pengetahuan yang baik dari perawat itu sendiri. Hubungan antara pengetahuan dan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita harus menjadi perhatian dari profesi
keperawatan komunitas dalam melaksanakan asuhan keperawatan di masyarakat, sehingga asuhan
keperawatan komunitas dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh semua pihak.

2) Bagi Instansi terkait

44
Puskesmas melalui Petugas kesehatan lebih aktif dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dengan cara memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang masalah kesehatan khususnya
tentang tata cara pemberian ASI pada balita yang diare dan cara penanganan awal pada balita yang
menderita diare khusunya dalam mencegah agar tidak terjadi kekurangan cairan (dehidrasi)
sehingga pemahaman masyarakat tentang cara penanganan terhadap penyakit diare akan lebih
baik dan resiko kekurangan cairan bisa dicegah.

Program Perawatan Kesehatan Masyarakat harus lebih digiatkan lagi dengan melibatkan seluruh
unsur tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas serta melibatkan Kader Kesehatan Desa sehingga
Program Kesehatan yang dilaksanakan di Masyarakat bisa lebih mengenai sasaran dan sesuai
dengan tujuan yaitu meningkatkan derajat kesehatan Masyarakat.

Program Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu untuk lebih dikenalkan di masyarakat
terutama tentang kreteria jamban keluarga yang sehat sehingga pemahaman dan kesadaran
masyarakat akan kesehatan akan semakin baik.

3) Bagi Masyarakat

Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) responden yang termasuk kriteria baik
perlu untuk dipertahankan dan berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit diare sedangkan yang pengetahuan termasuk kategori cukup dan kurang perlu untuk
menambah pengetahuan dan dapat mengetahui permasalahan yang ditimbulkan oleh penyakit
diare. Bagi responden yang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) termasuk kriteria tidak sehat
diharapkan supaya berperilaku lebih positif dengan melakukan kebersihan lingkungan, tidak buang
air besar di kali/saluran air tetapi buang air besar pada jamban/WC, mengusahakan jarak
WC/Jamban dengan sumber air/sumur 10 meter atau lebih. sehingga bisa menghindari resiko
terhadap suatu penyakit khususnya penyakit yang berdampak lingkungan termasuk penyakit diare.

4) Bagi Peneliti

Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan terutama tentang penyakit
diare serta perlu memperbaiki dan melakukan penelitian lebih lanjut agar lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Aziz, A. (2005). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Azwar, S. (2003). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budiarto, E., 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Depkes, R I., 2008. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL.

Depkes, R I., 2009. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL.

Depkes, R I., 2010. Panduan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Rumah Tangga. Jakarta: Pusat
Promosi Kesehatan.

Depkes, R I., 2010. Buku Bagan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta: Depkes RI.
Depkes, R I., 2010. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL.

Dinkes Sukolegowo, 2011. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukolegowo 2010. Sukolegowo:
Dinkes Sukolegowo.

Luluk Sulistiyono, dkk. 2011. Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah. Edisi ke lima. Bunga Jaya:
AKADEMI MELATI.

Mansjoer Arief, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. Ketiga Jilid kedua. Jakarta : Aesculapius

Muhidin, S. A., dan Abdurahman, M., 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muhidin, S. A., dan Abdurahman, M., 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian.
Bandung: Pustaka Setia.

Notoatmodjo S., 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo S., 2005. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta :
Andi Offset

Notoatmodjo S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Nursalam & Pariani, 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Puskesmas Sumber Jadi, 2011. Olah Data Simpustronik. Sukolegowo: Puskesmas Sumber Jadi.

Satroasmoro, Sudigdo 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : CV. Sagung Seto.

Soebagyo, 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press.

Sugiono, 2005. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiono, 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sukarni, M. 2002. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bandung: Kanisius

Widjaja, 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.

Widyastuti, P. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Lampiran 1
KUESIONER UNTUK RESPONDEN

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

Petunjuk Pengisian

1. Beri tanda silang (X) pada jawaban kotak di sebelah kiri pilihan jawaban anda.
2. No Resp : (diisi petugas/peneliti)
3. Data Demografi

1. PENDIDIKAN IBU
1. SD
2. SMP/ SLTP
3. SMA/SLTA
4. AKADEMI/PT

2. PEKERJAAN IBU
1. Swasta
2. Wiraswasta
3. PNS / TNI / POLRI
4. Buruh
5. Tidak bekerja

3. UMUR IBU
1. < 20 Tahun
2. 20 30 Tahun
3. 31- 40 Tahun
4. > 40 tahun
1. Kejadian Diare

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Bacalah dengan teliti setiap soal dan pilihan jawabannya.


2. Beri tanda silang () pada pilihan jawaban anda.
3. Baca kembali semua pertanyaan pastikan tidak ada yang terlewatkan.

Apakah anak ibu mulai bulan Juli 2010 sampai sekarang pernah mengalami diare?

a. Ya b. Tidak

1. Pengetahuan responden tentang penyakit diare


1. Apa yang dimaksud dengan diare ?

a. Buang air besar sekali sehari b. Buang air besar lembek kurang
dari 3 kali sehari
c. Buang air besar encer 3 4 kali d. Buang air besar 2 kali sehari
atau lebih dalam sehari

1. Menurut anda siapakah yang paling berisiko terkena penyakit diare

a. Anak Remaja b. Bapak bapak


c. Orang Dewasa d. Anak balita

1. Menurut anda apa yang bisa menyebabkan diare pada anak balita?

a. Penyakit saluran pencernaan b. Penyakit Kulit


c. Penyakit Tenggorokan d. Penyakit Telinga

1. Menurut anda bagaimana tanda-tanda diare pada balita?

a. Anak kelihatan gembira b. Tinja cair atau encer


c. Nafsu makan tidak berubah d. Tidak muntah

1. Bagaimana keadaan anak apabila mengalamai diare?


a. Panas badan tinggi b. Muntah sebelum dan sesudah
diare
c. Buang air besar encer 3 4 kali d. Semua benar
atau lebih dalam sehari

1. Menurut anda bagaimana cara penularan penyakit diare?

a. Melalui pernafasan b. Melalui makanan atau minuman


c. Melalui pakaian d. Melalui pandangan mata

1. Menurut anda hal-hal yang bisa menyebabkan diare adalah?

a. Buang tinja sembarangan b. Tidak cuci tangan dengan sabun


sesudah buang air besar.
c. Menggunakan air yang tercemar d. Semua benar

1. Anak yang menderita diare bila tidak segera ditangani maka ?

a. Tubuh anak akan kelebihan b. Tubuh anak akan kekurangan


cairan cairan
c. Tubuh anak akan kelebihan d. Tubuh anak akan kelebihan
berat badan makanan

1. Apa yang bisa diberikan pada anak apabila menngalami diare sebelum anak dibawa ke
fasilitas kesehatan?

a. Oralit b. Sari buah


c. Air tajin dan kuah sayur d. Semua benar

1. Anak yang mengalami diare maka akan lemas, hal ini disebabkan?

a. Tubuh anak kelebihan cairan b. Tubuh anak kekurangan


cairan
c. Tubuh anak kelebihan berat badan d. Tubuh anak kelebihan
makanan

1. Penyebab utama penyakit diare adalah dari?

a. Pakaian b. Makanan dan minuman


c. Perhiasan d. Semua benar
1. Menurut anda apa yang bisa dilakukan untuk mencegah agar anak tidak terkena diare?

a. Memberikan ASI b. Menggunakan air bersih


c. Memberikan imunisasi campak d. Semua benar

1. Lingkungan yang bisa menimbulkan penyakit diare adalah?

a. Lingkungan yang bersih b. Lingkungan yang kotor


c. Lingkungan yang sehat d. Semua benar

1. Hal-hal yang bisa menimbulkan penyakit diare adalah?

a. Sumber air minum yang tercemar b. Makanan yang kotor


c. Jajan sembarangan d. Semua benar

1. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko diare pada anak adalah?

a. Cuci tangan sebelum menyuapi b. Pemberian ASI secara penuh


anak 4-6 bulan
c. Botol susu selalu dibersihkan atau d. Semua benar
direbus sebelum digunakan

1. Botol yang dipergunakan untuk memberikan susu formula pada balita dibersihkan dengan
cara?

a. Dicuci kemudian direbus sampai air b. Dicuci saja tanpa direbus.


mendidih
c. Selalu diganti dengan botol yang d. Semua benar
baru

1. Air yang digunakan untuk mengolah makanan balita harus ?

a. Air matang. b. Air mentah.


c. Air bersih. d. Semua benar

1. Bahan makanan yang digunakan untuk membuat makanan balita adalah ?

a. Bahan makanan segar. b. Bahan makanan yang sudah


layu.
c. Bahan makanan yang kadaluwarsa. d. Semua benar
1. Cara yang baik untuk memanaskan makanan cair balita yang sudah menjadi dingin adalah ?

a. Dipanaskan tanpa menunggu b. Dihangatkan saja.


sampai mendidih.
c. Dipanaskan sampai mendidih. d. Semua benar

1. Apabila anak yang masih minum ASI mengalami diare dan disertai muntah apakah ASI tetap
perlu diberikan?

a. Tetap diberikan. b. Tidak diberikan.


c. Diberikan kalau minta saja d. Terserah ibunya

1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Bacalah dengan teliti setiap soal dan pilihan jawabannya.


2. Beri tanda centang ( V ) pada pilihan jawaban anda.

No. Pertanyaan Ya Tidak


1 Apakah anak ibu pada saat lahir sampai umur 2 hari
hanya diberi ASI saja?
2 Apakah anak balita dalam tiga bulan terakhir
ditimbang setiap bulan ?
3 Apakah untuk keperluan rumah tangga sehari-hari,
menggunakan air bersih ?
4 Apakah sebelum makan dan atau setelah buang air
besar, dll, anggota rumah tangga mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun ?
5 Apakah tersedia ( memiliki atau menggunakan )
jamban di rumah tangga ?
6 Apakah jarak sumber air dengan jamban 10 meter
atau lebih?
7 Apakah air yang diminum selalu dimasak terlebih
dahulu?

Lampiran 2
KISI-KISI DAN KUNCI JAWABAN KUISIONER

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

1. Pengetahuan responden tentang diare.


1. Pengertian diare
2. Penyebab diare
3. Tanda-tanda dan gejala diare
4. Cara penyebaran atau penularan diare
5. Cara pencegahan diare
6. Cara penanganan atau penatalaksanaan diare

1. Komponen PHBS
1. Pemberian ASI esklusif
2. Balita ditimbang dalam tiga bulan terakhir
3. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan atau
setelah buang air besar, dll,
4. Menggunakan air bersih untuk keperluan rumah tangga sehari-
hari
5. Memiliki atau menggunakan jamban di rumah tangga
6. Air yang diminum selalu dimasak terlebih dahulu
7. Jarak Sumber air dengan jamban 10 meter atau lebih

1. Kunci jawaban

No Jawaban No Jawaban
1 C 11 B
2 D 12 D
3 A 13 B
4 B 14 D
5 D 15 D
6 B 16 A
7 D 17 C
8 B 18 A
9 D 19 C
10 B 20 A

Lampiran 3

TABULASI HASIL PENELITIAN

VARIABEL PENGETAHUAN
NO NO SOAL KUISIONER
RESP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
31 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
36 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
47 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
48 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
50 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
51 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
52 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
57 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
59 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
61 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
62 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
63 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
64 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
65 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
66 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
67 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
68 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
69 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
70 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
72 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
73 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
74 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
75 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
76 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
JML 68 64 76 68 72 76 73 76 62 76 76 66 76 66 65 74 76
% 89% 84% 100% 89% 95% 100% 96% 100% 82% 100% 100% 87% 100% 87% 86% 97% 100

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


NO NO SUB VARIABEL PHBS
JML KRITERIA
RESP 1 2 3 4 5 6 7
1 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
2 1 1 1 1 1 0 1 6
SEHAT
3 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
4 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
5 1 1 1 1 1 0 1 6
SEHAT
6 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
7 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
8 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
9 1 0 1 1 0 0 1 4
SEHAT
10 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
11 1 1 1 0 0 0 1 4
SEHAT
12 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
13 1 1 1 1 0 0 1 5
SEHAT
14 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
15 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
16 1 1 1 0 0 0 1 4
SEHAT
17 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
18 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
19 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
20 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
21 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
22 0 1 1 1 0 0 1 4
SEHAT
23 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
24 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
25 1 1 1 0 0 0 1 4
SEHAT
NO NO SUB VARIABEL PHBS
JML KRITERIA
RESP 1 2 3 4 5 6 7
26 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
27 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
28 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
29 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
30 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
31 1 1 1 1 0 0 1 5
SEHAT
32 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
33 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
34 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
35 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
36 0 1 1 1 0 0 1 4
SEHAT
37 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
38 1 1 1 0 0 0 1 4
SEHAT
TIDAK
39 1 1 1 1 0 1 1 6
SEHAT
TIDAK
40 1 1 1 0 1 0 1 5
SEHAT
41 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
42 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
43 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
44 1 1 1 1 0 0 1 5
SEHAT
45 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
46 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
47 1 1 1 1 0 0 1 5
SEHAT
TIDAK
48 1 1 1 1 1 0 1 6
SEHAT
49 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
50 1 1 1 0 1 0 1 5
SEHAT
51 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
NO NO SUB VARIABEL PHBS
JML KRITERIA
RESP 1 2 3 4 5 6 7
52 1 1 1 0 0 0 1 4 TIDAK
SEHAT
53 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
54 1 1 1 1 1 0 1 6
SEHAT
TIDAK
55 1 1 1 0 0 1 1 5
SEHAT
56 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
57 1 1 1 1 1 0 1 6
SEHAT
TIDAK
58 1 1 1 1 0 1 1 6
SEHAT
59 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
60 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
61 1 1 1 1 0 1 1 6
SEHAT
TIDAK
62 1 1 1 0 0 0 1 4
SEHAT
TIDAK
63 1 1 1 1 0 1 1 6
SEHAT
64 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
65 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
66 1 1 1 1 0 1 1 6
SEHAT
67 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
68 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
69 1 1 1 0 0 1 1 5
SEHAT
TIDAK
70 1 1 1 1 1 0 1 6
SEHAT
71 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
72 1 1 1 1 1 0 1 6
SEHAT
TIDAK
73 1 1 1 1 0 1 1 6
SEHAT
TIDAK
74 1 1 1 0 1 1 1 6
SEHAT
75 1 1 1 1 1 1 1 7 SEHAT
TIDAK
76 1 1 1 1 1 0 1 6
SEHAT
Jumlah 74 75 76 65 55 53 76 474
% 97,4% 98,7% 100,0% 85,5% 72,4% 69,7% 100,0% 89,10%

TABULASI KUISIONER PENELITIAN


NO KEJADIAN
PENDIDIKAN PEKERJAAN UMUR PHBS PENGETAHUAN
RESP DIARE
1 3 1 2 1 1 3
2 2 1 2 1 0 3
3 2 5 2 1 1 3
4 3 5 3 1 1 3
5 2 1 2 1 0 3
6 3 1 3 1 1 3
7 2 4 2 1 1 3
8 3 1 3 1 1 3
9 1 1 2 0 0 1
10 2 4 3 1 1 3
11 3 1 2 0 0 2
12 2 4 3 1 1 3
13 3 5 2 0 0 2
14 1 2 2 1 1 3
15 3 4 3 1 1 3
16 2 4 2 0 0 2
17 1 5 3 1 1 3
18 2 4 2 1 1 3
19 3 4 3 1 1 3
20 3 1 2 1 1 3
21 2 5 2 1 1 3
22 1 4 2 0 0 3
23 3 4 2 1 1 3
24 3 4 3 1 1 3
25 2 1 3 0 0 2
26 3 4 3 1 1 3
27 3 4 2 1 1 3
28 1 4 1 1 1 3
29 2 5 3 1 1 3
30 3 5 2 1 1 3
31 3 4 2 0 0 2
32 3 4 3 1 1 3
33 3 1 3 1 1 3
34 2 5 1 1 1 3
35 1 4 1 1 1 3
36 2 5 1 0 0 2
37 1 1 3 1 1 3
38 2 5 3 0 0 2
39 2 5 3 1 0 3
40 1 4 2 0 0 2
41 3 1 2 1 1 3
42 2 5 2 1 1 3
43 1 1 2 1 1 3
44 3 5 2 0 0 2
45 3 1 2 1 1 3
46 3 5 2 1 1 3
47 3 1 3 0 0 2
48 2 5 2 0 0 2
49 1 1 2 1 1 3
50 2 5 3 0 0 2
51 2 4 2 1 1 2
52 3 4 2 0 0 2
53 3 2 2 1 1 3
54 2 1 3 0 0 2
55 3 4 2 0 0 2
56 3 5 3 1 1 3
57 2 1 3 0 0 2
58 2 5 3 1 0 3
59 3 5 2 1 1 2
60 3 4 2 1 1 3
61 3 1 2 1 0 3
62 2 5 2 0 0 2
63 2 4 3 0 0 2
64 2 4 3 1 1 3
65 2 5 2 1 1 3
66 3 5 2 1 0 3
67 3 5 2 1 1 3
68 3 1 3 1 1 3
69 2 4 3 0 0 2
70 1 1 3 0 0 2
71 3 5 2 1 1 3
72 3 5 3 0 0 2
73 4 5 2 1 0 3
74 2 4 3 0 0 2
75 2 4 2 1 1 3
76 2 4 2 0 0 3

Keterangan
NO Uraian Skor Keterangan
1 SD
2 SLTP
PENDIDIKAN
1 3 SLTA
4 PT

1 SWASTA
2 PEKERJAAN 2 WR SWASTA
3 PNS/TNI/POLRI
4 BURUH
5 TDK BEKERJA

1 < 20 Tahun
2 20 30 Tahun
UMUR
3 3 31- 40 Tahun
4 > 40 tahun

0 DIARE
KEJADIAN DIARE
4 1 TIDAK DIARE

1 SEHAT
PHBS
5 0 TIDK SEHAT

3 BAIK
6 PENGETAHUAN 2 CUKUP
1 KURANG

Lampiran 4

HASIL UJI SPSS 15

Frequencies

Statistics

UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN DIARE


N Valid 76 76 76 76
Missing 0 0 0 0

Frequency Table

UMUR
Valid
Frequency Percent Cumulative Percent
Percent
Valid < 20 TH 5 6,6 6,6 6,6
20 30
57 75,0 75,0 81,6
TH
31 40
14 18,4 18,4 100,0
TH
Total 76 100,0 100,0

PENDIDIKAN

Valid
Frequency Percent Cumulative Percent
Percent
Valid SD 11 14,5 14,5 14,5
SLTP 30 39,5 39,5 53,9
SLTA 34 44,7 44,7 98,7
PT 1 1,3 1,3 100,0
Total 76 100,0 100,0

PEKERJAAN

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid SWASTA 21 27,6 27,6 27,6
WIRASWASTA 2 2,6 2,6 30,3
BURUH 27 35,5 35,5 65,8
TIDAK
26 34,2 34,2 100,0
BEKERJA
Total 76 100,0 100,0

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid KURANG 1 1,3 1,3 1,3
CUKUP 24 31,6 31,6 32,9
BAIK 51 67,1 67,1 100,0
Total 76 100,0 100,0

KRITERIA PHBS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
TIDAK
Valid 32 42,1 42,1 42,1
SEHAT
SEHAT 44 57,9 57,9 100,0
Total 76 100,0 100,0

KEJADIAN DIARE

Valid
Frequency Percent Cumulative Percent
Percent
Valid DIARE 25 32,9 32,9 32,9
TIDAK
51 67,1 67,1 100,0
DIARE
Total 76 100,0 100,0

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENGETAHUAN *
76 100,0% 0 ,0% 76 100,0%
DIARE

PENGETAHUAN * DIARE Crosstabulation

Count

DIARE
TIDAK Total
DIARE
DIARE
PENGETAHUAN KURANG 1 0 1
CUKUP 22 2 24
BAIK 2 49 51
Total 25 51 76

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
DIARE * KRITERIA
76 100,0% 0 ,0% 76 100,0%
PHBS

DIARE * KRITERIA PHBS Crosstabulation


Count

KRITERIA PHBS Total


TIDAK
SEHAT
SEHAT
DIARE DIARE 25 0 25
TIDAK DIARE 7 44 51
Total 32 44 76

Nonparametric Correlations

Correlations

PENGETAHUAN DIARE
Spearmans PENGETAHUAN Correlation
1,000 ,880(**)
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,000
N 76 76
DIARE Correlation
,880(**) 1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 76 76

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations

Correlations

KRITERIA
DIARE
PHBS
Correlation
1,000 ,821(**)
Coefficient
DIARE
Spearmans rho Sig. (2-tailed) . ,000
N 76 76
KRITERIA Correlation ,821(**) 1,000
PHBS Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 76 76

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

DISTRIBUSI FREKWENSI JAWABAN RESPONDEN

SOAL NOMER 1

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 8 10,5 10,5 10,5
BENAR 68 89,5 89,5 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 2

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 12 15,8 15,8 15,8
BENAR 64 84,2 84,2 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 3

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BENAR 76 100,0 100,0 100,0

SOAL NOMER 4
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 8 10,5 10,5 10,5
BENAR 68 89,5 89,5 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 5

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 4 5,3 5,3 5,3
BENAR 72 94,7 94,7 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 6

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BENAR 76 100,0 100,0 100,0

SOAL NOMER 7

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 3 3,9 3,9 3,9
BENAR 73 96,1 96,1 100,0
Total 76 100,0 100,0
SOAL NOMER 8

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BENAR 76 100,0 100,0 100,0

SOAL NOMER 9

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 14 18,4 18,4 18,4
BENAR 62 81,6 81,6 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 10

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BENAR 76 100,0 100,0 100,0

SOAL NOMER 11

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BENAR 76 100,0 100,0 100,0

SOAL NOMER 12

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 10 13,2 13,2 13,2
BENAR 66 86,8 86,8 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 13

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BENAR 76 100,0 100,0 100,0

SOAL NOMER 14

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 10 13,2 13,2 13,2
BENAR 66 86,8 86,8 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 15

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 11 14,5 14,5 14,5
BENAR 65 85,5 85,5 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 16

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 2 2,6 2,6 2,6
BENAR 74 97,4 97,4 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 17

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BENAR 76 100,0 100,0 100,0

SOAL NOMER 18

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 8 10,5 10,5 10,5
BENAR 68 89,5 89,5 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 19

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 6 7,9 7,9 7,9
BENAR 70 92,1 92,1 100,0
Total 76 100,0 100,0

SOAL NOMER 20

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SALAH 19 25,0 25,0 25,0
BENAR 57 75,0 75,0 100,0
Total 76 100,0 100,0

Lampiran 5

PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Judul : Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Dengan
Kejadian Diare Pada Balita.

Peneliti :

NIM :.

Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam Penelitian Ilmiah ini sebagai responden dengan
mengisi angket yang disediakan oleh penulis.

Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan Penelitian Ilmiah ini dan saya telah
mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang akan saya
berikan. Apabila ada pertanyaan yang diajukan menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya, peneliti
akan menghentikan pada saat ini dan saya berhak mengundurkan diri.

Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan suka rela, tanpa ada unsur pemaksaan dari
siapapun, saya menyatakan :

Bersedia menjadi responden dalam penelitian Ilmiah.

Sukolegowo, Tanggal 13 Juni 2011

Peneliti Responden


Lampiran 6

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

BULAN
NO KEGIATAN
MEI 2011 JUNI 2011 JULI 2011
1 Pembuatan Judul X
2 Konsultasi Judul X
3 Studi Kepustakaan X
4 Penyusunan Proposal X X
5 Ujian Proposal X
6 Revisi Proposal X
7 Perijinan Skripsi X
8 Pengumpulan Data X X
Pengolahan Data dan
9 X X X X
Analisa Data
10 Ujian/Sidang Skripsi X
11 Revisi Skripsi X

Keterangan :

X = Pelaksanaan kegiatan

Anda mungkin juga menyukai