PENDAHULUAN
1
terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu penyebab utama
tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum
diperkirakan 10 juta anak berusia di bawah 5 tahun yang meninggal dunia,
setiap tahunnya sekitar 20% anak meninggal dunia diakibakan diare
(Kurniati, 2013).
Di Amerika Serikat, kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta
kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah sakit.
Di seluruh dunia sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun. Di
Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi
data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat diare
dalam waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare
masih merupakan penyebab kematian anak di seluruh dunia, meskipun
tatalaksana sudah maju (Amin, 2015).
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB) yang sering di sertai
dengan kematian. Pada tahun 2015 terdapat 18 kali KLB diare dengan jumlah
penderita 1.213 orang da kematian 30 orang (2,47%) Angka kematian saat
KLB diare di harapkan <1%. Berdasarkan rekapitulasi KLB diare dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2017, bahwa tahun 2010 angka kematian saat
KLB masih cukup tinggi (>1%) yaitu 2,94%, kecuali pada tahun 2011 angka
kematian saat KLB 0,40% sedangkan tahun 2015 angka kematian diare saat
KLB bahkan meningkat menjadi 2,47%. Maka perkiraan jumlah penderita
diare di fasilitas kesehatan sebanyak 5.097.247 orang, sedangkan jumlah
penderita diare yang di laporkan di fasilitas kesehatan sebanyak 4.017.861
orang atau 74,33%. Data tersebut masih di bawah target Nasional yaitu
sebesar 5.405.235 atau 100% (Kemenkes RI, 2016)
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015, Provinsi DKI
Jakarta menjadi salah satu terbesar dari penemuan kasus diare di indonesia.
Pada tahun 2015 di laporkan jumlah penderita diare dan yang memeriksa ke
pelayanan kesehatan mencapai 701.488 kasus dengan kasus yang di tangani
2
yaitu 51,0%. Dari sekitar 10,15 juta penduduk DKI Jakarta, di perkirakan 214
per 1.000 penduduk diantaranya menderita diare.
Berdasarkan Rikesdas (2013) angka kejadian diare pada balita di
Jakarta Barat sebanyak 12,7%. Surveilans Dki Jakarta tahun 2017 kasus
diare pada balita di Kota Jakarta Barat yaitu 5,57%. dan berdasarkan data
puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan kasus diare semakin meningkat
pada tahun 2017 yakni 564 (20,41%) dan pada tahun 2018 kasus diare
meningkat menjadi 621 (22,47%).
Dalam konteks kesehatan di indonesia diare merupakan isu kesehatan
utama yang akibatkan sanitasi buruk. Jalur masuknya virus bakteri atau
pathogen penyebab diare ketubuh manusia dikenal dengan istilah 4F : Fluids
(air), Fields (tanah), Flies (lalat), dan Fingers (tangan). Tahapannya dimulai
dari cemaran yang berasal dari kotoran manusia feses yang mencemari 4F,
lalu cemaran itu berpindah ke makanan yang kemudian disantap oleh manusia
(Kemenkes RI, 2011).
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak
memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana
kebersihan, pembuangan tinja yang tidak hygienis, kebersihan perorangan
dan lingkungan yang jelek, serta pengolahan dan penyimpanan makanan yang
tidak semestinya. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agen
penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan
meningkatnya kerentangan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI
selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor
lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan
pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan
perilaku manusia. Apa bila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat
pula maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes RI, 2011).
Karena diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan, maka
faktor lingkunganpun berperan sangat besar terhadap kejadian diare dan tidak
3
boleh diabaikan. Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian diare yaitu faktor
lingkungan (Sarana air bersih, jamban keluarga, kepadatan hunian rumah,
sarana pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah), faktor ibu (perilaku,
pendidikan, pengetahuan) dan faktor balita (ASI eksklusif, imunisasi campak
dan status gizi), serta faktor keluarga (jumlah balita dalam keluarga dan sosial
ekonomi keluarga) (Depkes RI, 2011).
Perilaku kesehatan dapat diwujudkan dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI. NO.
1193/MENKES/SK/2004 adalah salah satu kebijakan nasional. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat merupakan program pemerintah yang bertujuan
untuk menciptakan suatu kondisi baik perorangan, keluarga maupun
kelompok masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku serta
sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS (Depkes RI, 2011). Dampak
diare yang terjadi pada balita selain kematian adalah dehidrasi, terganggunya
pertumbuhan (gagal tumbuh), dan merupakan penyebab utama kekurangan
gizi pada anak dibawah lima tahun (WHO, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lipna Labudo (2018) tentang
hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat, rumah tangga dengan
kejadian penyakit diare pada anak usia 1 sampai 4 tahun di Desa Kie-ici
Kecamatan Ibu kabupaten halmahera barat. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan study
potong silang. Jumlah sebanyak 70 responden. Adapun data dikumpulkan
dengan cara wawancara, juga kuesioner yang nantinya dianalisis dengan
menggunakan uji chi-square (CI=95%, α=0,05). Adapun hasil analisis data
primer diketahui bahwa terdapat hubungan menggunakan air bersih dengan
kejadian diare pada Bayi 1-4 Tahun dengan nilai p value= 0,032. Terdapat
hubungan kebiasaan cuci tanggan dengan menggunakan sabun dengan
kejadian diare pada balita usia 1-4 tahun dengan nilai p value =0,012.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter Puskesmas Kecamatan
Grogol didapat bahwa penyebab diare yang terjadi diwilayah ini adalah
ketersediaan air bersih, jamban yang tidak bersih, anak yang jajan
4
sembarangan, dan pengolahan makanan yang tidak bersih. Dampak diare
yang terjadi di wilayah Puskesmas Kecamatan Grogol adalah berat badan
menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi
cekung, dehidrasi ringan sampai ke berat, bahkan ada yang sampai
meninggal.
Untuk mengurangi angka kejadian diare, Peran perawat adalah
memberikam motivasi kepada keluarga dan masyarakat agar mampu
menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota keluarga,
misalnya dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya
diare, dampak diare dan cara pencegahan diare. Berdasarkan dari latar
belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 2-5 Tahun di
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Kota Jakarta Barat Tahun 2019”.
5
1.3.3 Bagaimana gambaran cuci tangan pakai sabun di Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan tahun 2019?
1.3.4 Bagaimana gambaran pengetahuan ibu di Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan tahun 2019?
1.3.5 Bagaimana hubungan perilaku ibu dengan kejadian diare pada balita
usia 2-5 tahun di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Kota
Jakarta Barat Tahun 2019?
1.3.6 Bagaimana hubungan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare
pada balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Kota Jakarta Barat Tahun 2019?
1.3.7 Bagaimana hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada
balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Kota
Jakarta Barat Tahun 2019?
6
1.4.2.6 Mengetahui hubungan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian
diare pada balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan Kota Jakarta Barat Tahun 2019.
1.4.2.7 Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada
balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Kota Jakarta Barat Tahun 2019.
7
1.6 Ruang Lingkup
Kebayoran Lama Kota Jakarta Selatan Tahun 2019. Penelitian ini dilakukan
semakin meningkat pada tahun 2017 yakni 564 (20,41%) dan pada tahun
2018 kasus diare meningkat menjadi 621 (22,47%). Penelitian ini akan
keluarga yang memiliki anak usia 2-5 tahun yang sedang atau pernah