Anda di halaman 1dari 14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2013). Desain penelitian

yang dilakukan peneliti adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Alasan peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif

dengan pendekatan fenomenologi karena dalam penelitian ini peneliti

mencoba untuk dapat menggali dan memahami fenomena tentang apa yang

dialami partisipan, misalnya perasaan, persepsi, harapan, hambatan,

dukungan, dan upaya secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan metode alamiah.

Pendekatan fenomenologi merupakan suatu pendekatan riset yang

menyampaikan intisari dari pengalaman kehidupan individu yang diteliti.

Fenomenologi berkontribusi mendalami pemahaman tentang berbagai

perilaku, tindakan dan gagasan masing-masing individu terhadap

kehidupannya melalui sudut pandangnya yang diketahui dan diterima secara

benar. Adapun penjelasan tentang pengalaman individu berdasarkan

pendekatan fenomenologi adalah berbagai persepsi individu tentang

keberadaannya di dunia, kepercayaan dan nilai-nilai yang dimilikinya tentang

sesuatu dari sudut pandangnya (Manen, 2007).

44
45

Pengalaman yang dimaksud untuk dapat diteliti dengan pendekatan

fenomenologi adalah pengalaman yang bersifat universal yang dialami oleh

seorang individu terhadap suatu fenomena yang dialaminnya dalam

kehidupan sehari-hari (Afiyanti, 2014). Fenomenologi terdiri dari 6 macam

yaitu fenomenologi penampilan (Apperances), fenomenologi esensi

(Essences), fenomenologi konstitusi (Constitutive), fenomenologi deskriptif

(Descritive), fenomenologi reduksi (Reductive), dan fenomenologi

hermeneutik (Straubert & Carpenter, 2012).

Pada penelitian ini peneliti mengikuti tahapan pendekatan

fenomenologi deskriptif seperti yang dikemukakan oleh Spiegelberg (1978)

dalam Straubert & Carpenter (2011), yaitu tahapan pertama adalah

bracketing, dimana tahap ini dilakukan oleh peneliti dan partisipan. Peneliti

melakukan bracketing dengan cara menghindari asumsi-asumsi pribadi

terhadap fenomena yang sedang diteliti. Bracketing dilakukan sejak awal

hingga peneliti mengumpulkan dan melakukan analisis data, dimana peneliti

bersikap netral dan terbuka dengan fenomena yang ada. Tahap kedua yaitu

menelaah fenomena. Menelaah fenomena dilakukan melalui proses

eksplorasi, analisis, dan deskripsi fenomena untuk memperoleh gambaran

yang utuh dan mendalam dari fenomena untuk memperoleh gambaran yang

utuh dan mendalam dari fenomena. Peneliti mengidentifikasi tiga langkah

untuk menelaah fenomena yaitu: intuiting, analyzing, describing (Strubert &

Carpenter, 2011).
46

Tahap intuiting, peneliti memasuki secara total dengan empati dan

menghargai ungkapan informan pada fenomena yang diteliti dan mrupakan

proses dimana peneliti mulai tahu tetang fenomena yang digambarkan

informan. Peneliti bersifat alami tanpa mempengaruhi informan.

Tahap analyzing, peneliti mengidentifikasi intisari fenomena tentang

persepsi kebutuhan spiritual pada usia lanjut berdasarkan data-data yang

diperoleh dari informan. Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi

seteliti dan secermat mungkin untuk memperoleh keakuratan dan kemurnian

hasil sesuai dengan pengalaman informan.

Tahap decribing, merupakan tahap terakhir dari fenomenologi

deskrptif. Pada tahap ini peneliti membuat narasi yang luas dan mendalam

tentang fenomena yang diteliti. Deskripsi tulisan ini bertujuan untuk

mengkomunikasikan arti dan makna persepsi kebutuhan spiritual pada usia

lanjut sesuai pandangan informan. Ketiga langkah tersebut merupakan satu

kesatuan dalam pemahaman arti dan makna menggunakan pendekatan

fenomenologi deskriptif dan pelaksanaannya dilakukan secara berurutan.

B. Partisipan

Populasi atau partisipan adalah keseluruhan kelompok individu atau

objek yang diminati peneliti. Penelitian kualitatif tidak diarahkan pada

jumlah sampel yang besar, namun pada kasus tipikal sesuai kekhususan

masalah peneliti. Penentuan jumlah partisipan yang terlalu besar akan

mempersulit dalam proses analisis dan mendeskripsikan hasil penelitian,


47

namun jumlah sampel yang terlalu kecil pun akan berpengaruh pada

tercapainya saturasi data.

Saturasi mencerminkan tidak adanya informasi baru yang didapat

karena terjadi pengulangan informasi sesuai dengan tujuan penelitian.

Peneliti fenomenologi cenderung menggunakan sampel yang kecil, partisipan

biasanya 10 atau kurang (Polit & Back, 2012). Jumlah sampel yang

direkomendasikan untuk suatu penelitian fenomenologi adalah 3-10

partisipan, Duke (1984) dalam Creswell (2013).

Teknik pengambilan partisipan akan diambil secara purposive

sampling, yang terdiri dari 3-10 partisipan sampai tercapainya saturasi data

atau kejenuhan data. Kriteria inklusi dalam penelitian kualitatif ini antara

lain: caregiver yang merupakan keluarga dari anak dengan retardasi mental

(SLB C), mampu berkomunikasi secara jelas, anggota keluarga yang

kooperatif dan bersedia menjadi partisipan dengan memberikan persetujuan

atau informed consent, Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

keluarga dari anak yang bukan dengan retardasi mental (bisu/SLB B).

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah “SLB

Yayasan Amal Mulia Indonesia Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan”

yang berlokasi di Jalan Masjid Almubarok No. 16 Cipulir Kebayoran Lama

Jakarta Selatan.
48

Adapun untuk waktu penelitian dimulai dari tanggal 10 Oktober 2017

sampai dengan 20 Desember 2017. Proses wawancara, observasi dan

dokumentasi nantinya akan dilakukan langsung di SLB Yayasan Amal Mulia

Indonesia.

D. Etika Penelitian

Penelitian yang dilakukan harus memenuhi persyaratan etik untuk

melindungi hak partisipan terutama jika peneliti dilakukan terhadap

kelompok rentan seperti anak-anak, lanjut usia, klien dengan gangguan jiwa,

hiv aids dan klien dengan kebutuhan khusus maupun keluarganya. Karena

hal ini dapat menyebabkan terjadinya masalah etik dari hubungan sosial

antara peneliti dan partisipan tersebut (Afiyanti dan Rachmawati, 2014).

Etika penelitian yang akan diterapkan pada penelitian ini mengacu pada

prinsip etik menurut Afiyanti dan Rachmawati, (2014) yaitu prinsip:

1. Menghargai Harkat dan Martabat Para Partisipan

Penerapan prinsip ini dapat dilakukan peneliti untuk memenuhi

hak-hak partisipan dengan cara menghormati autonomi (respec for

autonomy), menjaga kerahasiaan data (confidentiality), menghargai

privasi dan digniti serta menjaga identitas partisipan. Partisipan

memiliki hak autonomi untuk menentukan keputusannya secara sadar

dan sukarela/tanpa paksaan, setelah diberikan penjelasan oleh peneliti

dan memahami bentuk partisipasinya dalam penelitian yang akan

dilakukan.
49

Peneliti wajib menjaga kerahasiaan berbagai informasi yang

diberikan oleh para partisipan. Untuk menjamin kerahasiaan data,

peneliti wajib menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data

berupa lembar persetujuan mengikuti penelitian (informed consent),

biodata, hasil rekaman, dan transkrip wawancara yang hanya bisa

diakses oleh peneliti. Hasil rekaman diberi kode partisipan tanpa nama

(hak autonomi) untuk selanjutnya disimpan dalam file khusus. Semua

data hanya boleh digunakan untuk keperluan proses analisis data

sampai penyusunan laporan penelitian.

2. Memperhatikan Kesejahteraan Partisipan

Penerapan prinsip ini dilakukan peneliti dengan memenuhi hak-

hak partisipan dengan cara memperhatikan kemanfaatan (beneficience)

dan meminimalkan resiko (non-meleficience). Prinsip memperhatikan

kesejahteraan partisipan menyatakan bahwa setiap penelitin harus

mempertimbangkan dapat memberikan manfaat yang lebih besar

daripada resiko/bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan riset yang

dilakukan.

Peneliti wajib meyakinkan bahwa kegiatan penelitian yang

dilakukan tidak menimbulkan bahaya, tidak mengeksploitasikan dan

tidak mengganggu kenyamanan partisipan sekecil apapun baik bahaya

secara fisik, maupun bahaya secara psikologis. Pada penelitian ini tidak

melakukan tindakan eksperimen yang dapat merugikan partisipan


50

melainkan hanya melakukan wawancara terkait pengalaman keluarga

dalam merawat anak dengan retardasi mental.

3. Keadilan (Justice)

Meliputi hak mendapatkan perlakuan yang adil dan hak

mendapatkan keleluasaan pribadi. Hak diperlakukan dengan adil

dipenuhi dengan sikap peneliti akan memperlakukan semua partisipan

secara adil dengan tidak membeda-bedakan dan memberikan hak yang

sama pada setiap partisipan.

4. Lembar Persetujuan Partisipan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan partisipan penelitian, dengan memberi lembar persetujuan.

Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi partisipan

kepada keluarga yang memenuhi kriteria. Peneliti memberikan

informasi lengkap tentang tujuan, manfaat dan proses penelitian yang

akan di ikutinya. Setelah calon partisipan paham akan informasi yang

telah diberikan maka penelitian akan meminta kesediaan calon

partisipan untuk menanda tangani informed consent.

Peneliti juga akan menginformasikan partisipan memiliki hak

untuk memutuskan tidak melanjutkan keikutsertaannya dalam

penelitiannya tanpa sanksi apa pun dan dari siapa pun, partisipan juga
51

berhak untuk tidak menjawab pertanyaan wawancara yang dapat

menimbulkan rasa tidak nyaman bagi dirinya untuk menceritakan

pengalamannya yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. jika

partisipan tidak nyaman untuk berpartisipasi lebih lanjut, partisipan

dengan sukarela dapat mengundurkan diri dari proses penelitian

kapanpun ia inginkan.

E. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah peneliti

sendiri, dimana peneliti secara langsung melakukan wawancara

menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara semi terstruktur.

Sedangkan alat bantu yang digunakan pada saat wawancara adalah

pedoman wawancara, alat bantu perekam dan catatan lapangan. Pedoman

wawancara merupakan panduan yang digunakan dalam wawancara semi

terstruktur, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara dan

penggalian data (Sugiyono, 2007), sedangkan catatan lapangan peneliti

gunakan untuk mencatat ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan reaksi partisipan

ketika berbicara (Afiyanti dan Rachmawati, 2014).

Menurut Irawan (2007) hal-hal yang perlu dikuasai oleh peneliti dalam

melakukan wawancara adalah: mempersiapkan pedoman wawancara dan

pedoman field note (catatan lapangan), menciptakan suasana rileks,

menghindari pertanyaan tertutup, jika partisipan tidak memberikan jawaban

atau diam, ingatlah keadaan inipun merupakan data bagi peneliti, hindari
52

kekakuan saat wawancara, jangan mempengaruhi jawaban partisipan,

gunakan alat bantu perekam untuk merekam, tidak menafsirkan,

menyimpulkan, menambahkan dan mengurangi data dari partisipan.

F. Validitas Data

Validitas data dalam penelitian ini dilakukan pada data primer. Untuk

menjamin validitas data primer, peneliti melakukan uji validitas atau disebut

juga dengan triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi meliputi empat hal,

yaitu: (1) Triangulasi Metode, yaitu dilakukan dengan cara membandingkan

informasi atau data dengan cara yang berbeda. (2) Triangulasi Antar Peneliti

(jika penelitian dilakukan dengan kelompok), yaitu dengan cara

menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. (3)

Triangulasi Sumber Data, dimana peneliti menggali kebenaran informasi

tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. (4) Triangulasi

Teori, dimana hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan

informasi atau Thesis Statement informasi tersebut selanjutnya dibandingkan

dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual

peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan.

Triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi sumber data yang dilakukan dengan cara mengklarifikasi hasil


53

dari wawancara partisipan dengan petugas SLB dan menguraikan secara

mendalam tentang pengalaman keluarga dalam merawat anak dengan

retardasi mental.

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Pra Penelitian

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dimulai dari

prapenelitian, dimana peneliti melakukan studi pendahuluan di SLB

Yayasan Amal Mulia Indonesia Cipulir Kebayoran Lama Jakarta

Selatan. Setelah peneliti mempersiapkan surat permohonan izin studi

pendahuluan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

(STIKIM) dan bertemu dengan kepala TU SLB. Tindakan yang

dilakukan selanjutnya yaitu menyeleksi partisipan yang sesuai dengan

kriteria penelitian.

2. Melakukan Studi Pustaka

Peneliti telah melakukan beberapa point pada tahap ini antara lain

menyusun bab I, II, dan III. Penulis juga melakukan kajian terhadap

sumber-sumber bacaan lain untuk menambah pengetahuan tentang

pengalaman keluarga dan anak retardasi mental.


54

3. Menyusun Pedoman Wawancara

Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan pedoman-pedoman

wawancara yang disiapkan peneliti bertujuan agar pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan penulis nantinya tetap pada konteks dan tidak

melenceng dari tema penelitian itu sendiri.

4. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan dimulai pada tanggal 09 Agustus

2017. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan penelitian. Peneliti

menyerahkan proposal penelitian yang disertai dengan surat izin

penelitian yang dikeluarkan oleh kampus STIKIM.

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara sesuai dengan

kesepakatan yang telah dilakukan partisipan sebelumnya dengan

mengajukan pertanyaan inti terkait pengalaman keluarga merawat anak

dengan retardasi mental. Wawancara diawali dengan mengingatkan

kembali kontrak atau kesepakatan untuk melakukan wawancara.

Kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam terkait dengan

topik pengalaman keluarga dalam merawat anak dengan retardasi

mental berdasarkan anduan wawancara yang telah disiapkan.


55

H. Pengolahan Data

Penulisan hasil pengumpulan data dilakukan setelah proses observasi

dan wawancara, penulisan dilakukan dengan pembuatan naskah transkrip

berdasarkan hasil wawancara dan filed note. Isi suatu transkrip berupa

transformasi dari bahasa dan ekspresi verbal atau berbagai informasi yang

terjadi dari kegiatan penelitian dalam bentuk tulisan perkataan partisipan

(Kvale, 2011). Sebelum dianalisis peneliti membaca hasil transkrip dan

catatan lapangan sebanyak 3-4 kali agar dapat memahami data dengan baik

dan dapat melakukan analisis data.

I. Analisis Data

Analisis data pada pendekatan kualitatif merupakan analisis yang

bersifat subyektif, karena peneliti adalah instrumen utama untuk

pengambilan data dan analisis data penelitiaannya. Proses analisis data pada

pendekatan kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses

pengumpulan data (Afiyanti dan Rachmawati, 2014). Secara umum kegiatan

analisis data pada pendekatan kualitatif memiliki lima tahap penting yang

perlu dilakukan peneliti yaitu: 1) Mempersiapkan data, 2) Mengordinasikan

data, 3) Mereduksi data dalam bentu tema-tema yang saling berhubungan

melalui proses koding, 4) Membuat ringkasan/kodensasi kode-kode yang

telah dihasilkan, 5) Mempresentasikan data tersebut dalam bentuk gambar,

tabel, atau materi diskusi (Creswell, 2013).


56

Proses analisa data pada penelitian ini menggunakan metode

interprestasi proses koding yaitu menyusun secara sistematik data yang

ditemukan secara lengkap dan rinci. Proses ini dimulai dengan

mendengarkan deskripsi yang verbal partisipan, diikuti dengan kegiatan

membaca dan menbaca kembali transkrip verbatim. Peneliti menganalisis

pertanyaan-pertanyaan spesifik dan mengkategorikan kedalam kluster-kluster

yang akan membentuk tema.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

1. Membuat Transkrip

Memberi gambaran pengalaman personal terhadap fenomena yang

diteliti, yaitu peneliti mulai dengan mendengarkan deskripsi verbal

partisipan, membaca dan membaca ulang deskripsi tersebut.

Selanjutnya, peneliti manganalisis pertanyaan-pertanyaan spesifik

untuk memberi gambaran penuh tentang pengalamannya sendiri

terhadap fenomena yang diteliti.

2. Pertanyaan Signitifkan

Membuat daftar pertanyaan yang signitifkan. Peneliti menemukan

pernyataan-pernyataan tentang bagaimana partisipan hanya mengalami

berbagai pengalaman mereka yang dibuat dalam suatu daftar

pernyataan–pernyataan yang signitifkan.


57

3. Unit Makna

Mengelompokan pernyataan yang signitifkan tersebut dikumpulkan

dalam suatu unit data/informasi yang lebih besar, yang disebut “unit

meaning” atau tema-tema.

4. Deskripsi Teks/Wacana

Menuliskan deskripsi atau interprestasi “apa” yang dialami partispan

terkait fenomena yang diteliti. Ini yang disebut “suatu deskripsi

tekstural” tentang suatu pengalaman apa yang dialami dan dilengkapi

dengan contoh-contoh verbal tim partisipan.

5. Deskripsi Struktural

Menuliskan “bagaimana” pengalaman yang dialami pertisipan. Ini

yang disebut dengan “deskripsi struktural” dan peneliti menfleksikan

pada settingan atau konteks fenomena yang diteliti dialami partisipan.

6. Deskripsi Gabungan (Interprestasi Data)

Menuliskan deskripsi gabungan yaitu menggabungkan deskripsi

tekstural dan ini yang disebut “intisari struktural” dari pengalaman

partisipan dan representasikan aspek inti dari studi fenomenologi yang

dituliskan peneliti melalui interprestasi data.

Anda mungkin juga menyukai