Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

METODELOGI PENELITIAN

Dosen Pengampu:

Dr. Haerani Nur, S.Psi., M.Si

Oleh :

Alfian Untung (220032301001)


Alvionita Saalino (220032301002)
Jeany Pongressa Pasulu (220032301017)
Miftahunnikmah Burhanuddin (220032301020)

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
1. Uraian tentang penelitian kualitatif

PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian untuk memahami

fenomena-fenomena manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran yang

menyeluruh dan kompleks yang dapat disajikan dengan kata-kata, melaporkan

pandangan terinci yang diperoleh dari sumber informan, serta dilakukan dalam

latar setting yang alamiah (Fadli, 2021).

Kualitatif bercirikan oleh tujuan peneliti yang berupaya memahami

gejala-gejala yang sedemikian rupa tidak memerlukan kuantifikasi atau karena

gejala-gejala tersebut tidak mungkin diukur secara tepat. Metode peneliti

kualitatif adalah mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta

atau realita. Fakta, realita, masalah, gejala serta peristiwa hanya dapat dipahami

bila peneliti menelusurinya secara mendalam dan tidak hanya terbatas pada

pandangan di permukaan saja. Kedalaman ini yang menciri khaskan metode

kualitatif, sekaligus sebagai faktor unggulannya. (Yusanto, 2019).

Melalui penelitian kualitatif Basrowi & Suwandi (dalam Fadli, 2021)

menuturkan bahwa peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang

dialami subjek dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian kualitatif didalamnya

melibatkan peneliti sehingga akan paham mengenai konteks dengan situasi dan

setting fenomena alami sesuai yang sedang diteliti. Dari setiap fenomena

merupakan sesuatu yang unik, berbeda dengan yang lainnya karena berbeda

konteksnya. Penelitian kualitatif untuk memahami kondisi suatu konteks


dengan mengarahkan pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai

potret kondisi dalam suatu konteks yang alami (natural setting), tentang apa

yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya yang di lapangan studi. Ada

beberapa macam strategi pendekatan metode kualitatif diantaranya adalah studi

naratif, fenomenologi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus. Perbedaan

kelima strategi pendekatan tersebut adalah pada fokusnya (Creswell 2015: 145).

Adapun tujuan penelitian kualitatif dapat dilihat dari:

1. Penggambaran obyek penelitian (desricbing object); agar obyek penelitian

dapat dimaknai maka perlu digambarkan melalui cara memotret,

memvideo, meilustrasikan dan menarasikan. Penggambaran ini dapat

dilakukan terhadap obyek berupa peristiwa, interaksi sosial, aktivitas sosial

religious, dan sebagainya.

2. Mengungkapkan makna di balik fenomena (exploring meaning behind the

phenomena); makna dibalik fenomena/fakta dapat diungkap bila peneliti

memperlihatkan dan mengunkapkan melalui wawancara mendalam (dept

interview) dan observasi berpartisipasi (participation observation).

3. Menjelaskan fenomena yang terjadi (explaning object); fenomena yang

tampak di lapangan terkadang tidak sama dengan apa yang menjadi tujuan,

menjadi inti persolan atau dengan kata lain yang tampak berbeda dengan

maksud utama, sehingga perlu adanya penjelasan secara detail, rinci dan

sistematis.

Bogdan & Biklen (1982); Frankel & Wallen (1998), menguraikan

bahwa karakteristik kualitatif yaitu:


1. Latar yang alamiah (naturistic inquiry)

2. Peneliti adalah sebagai instrument kunci

3. Bersifat deskriptif

4. Penelitian kualitatif lebih menekankan terhadap proses daripada

hasil/autcome

5. Analisis data dilakukan secara induktif

6. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna

Adapun tahapan khusus penelitian kualitatif diantaranya, yaitu:

1. Identifikasi masalah; peneliti harus memulai apa yang menjadi sasaran

penelitian, artinya menyangkut spesifikasi isu/fenomena yang hendak

dipelajari/diteliti.

2. Literature riview (penelusuran pustaka); bagian ini peneliti harus mencari

bahan atau sumber bacaan yang terkait fenomena yang akan diteliti,

sehingga peneliti harus dapat menemukan kebaruan (novelty) atau

kelebihan dari penelitianya dengan penelitian sebelumnya.

3. Menentukan tujuan penelitian; peneliti harus mengidentifikasi

maksud/tujuan utama dari penelitiannya.

4. Pengumpulan data; peneliti harus memperhatikan dalam memilih dan

menentukan objek/partisipan yang potensial, guna menjangkau kemampuan

partisipan untuk terlibat secara aktif dalam penelitian.

5. Analisis dan interpretasi data (interpretation); data yang telah diperoleh oleh

peneliti kemudian dianalisis atau ditafsirkan sehingga menghasilkan

gagasan atau teori baru.


6. Pelaporan; peneliti membuat laporan hasil penelitiannya dengan corak

deskripsi, karena menggunkan metode kualitatif sehingga membutuhkan

penggambaran secara luas dalam laporannya dan harus memposisikan

pembaca seolah-olah sebagai orang yang terlibat dalam penelitian

(Sugiarto, 2015).

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif perlu diperhatikan, sebab

kualitas riset sangat tergantung dari kualitas dan kelengkapan data yang telah

didapatkan. Pertanyaan yang selalu diperhatikan dalam pengumpulan data

adalah apa, dimana, kapan, dan bagaimana. Penelitian kualitatif biasanya

bertumpu pada trianggulasi data yang diperoleh dari tiga metode yaitu

interview, participant observation, dan analisis dokumen (document record)

(Marshall, & Rossman, 1999 dalam Fadli 2021).


DAFTAR PUSTAKA

Fadli, M.R. (2021). Memahami Desain Metode Penelitian Kualitatif. Humanika, 21


(1), 33-54.

Sugiarto, E. (2015). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis.


Suaka Media.

Yusanto, Y. (2019). Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif. Journal of Scientific


Communication, 1 (1).
2. Uraian pemahaman kelompok tentang pendekatan fenomologi dalam

metode penelitian.

A. Bagaimana landasan filosofis/paradigma yang melatarbelakangi

fenomologi?

Fenomena ialah studi mengenai pengalaman (experience). Pengalaman ini

merupakan pengalaman yang dialami oleh seorang subjek bukan yang

dialami oleh peneliti sehingga bersifat sangat subjektif karena dari sudut

pandang orang pertama. Sudut pandang ini berawal dari kesadaran subjek

berbicara mengenai kehidupan subjek atau mengenai dirinya secara pribadi.

Dalam arti lain penyampaiannya mengenai mengenai filosofi of mind yakni,

bagaimana pikiran menyampaikan apa yang dirasakan akan lingkungan atau

melalui pengelaman kesadaran. Pengalaman kesadaran ialah sebuah realitas

yang terjadi atau yang dialami oleh seorang subjek mengenai suatu objek.

Maka itu dikatakan pula berfokus kepada makna subjektif dari realitas

objektif didalam kesadaran kehidupan yang dijalani setiap harinya. Seperti

pola asuh yang dialami seorang anak dilingkungan keluarganya baik

terhadap dirinya pribadi ataupun saudaranya akan tetap berpengaruh.

B. Bagaimana deskripsi dan ciri pendekatan fenomologi?

Dalam memahami fenomonologi ada tiga kata kunci yaitu: pengalaman,

kesadaran, makna subjekti yang artinya ada sesuatu yang dialami oleh

seseorang kemudian, dalam mengalami butuh kesadaran dan subjektif

memaknai hal tersebut. Adapun ciri-ciri pendekatan fenomologi yakni:


- Studi fenomonologi tidak tertarik mengkaji aspek kausalitas dari suatu

pengalaman, melainkan mengkaji bagaimana seseorang mengalami

suatu peristiwa, dan memaknai peristiwa tersebtu bagi dirinya.

- Studi fenomenologi berasumsi bahwa seseorang mengalami suatu

peristiwa dengan segenap kesadarannya. Kesadarannya ini yang pada

gilirannya akan menentukan perbedaan perilaku antara individu yang

menghadapi situasi serupa. Karena itu perlu di gali kesadaran terdalam

dari subjek penelitian terkait suatu pengalaman.

- Suatu fakta yang diteliti dalam prespektif fenomenologi bersifat

subjektif karena berdasarkan penuturan para subjek yang mengalami

fakta atau peristiwa itu sendiri.

- Teknik pengambilan data utama dalam studi penomenologi

menggunakan wawancara mendalam terhadap subjek penelitian

C. Bagaimana menjamin objektivitas dari penelitian yang menggunakan

pendekatan fenomonologi ?

Objektivitas dalam fenomologi berarti membiarkan fakta berbicara untuk

dirinya sendiri yang artinya bahwa jika fakta itu telah dipersilahkan untuk

mengungkapkan dirinya maka itu akan menjadi objektif, meskipun dari

sudut pandang seseorang. Namun orang tersebut mengungkapkan sesuai

dengan dirinya sehingga kita tidak iktu campur didalamnya. Hal ini bisa

dicapai dengan “Epoche” dan “Eiditik”. Epoche adalah proses dimana

peneliti menanggukan atau menunda penilaian terhadap fakta atau


fenomena yang diamati sekalipun ia telah memiliki prakonsepsi

sebelumnya. Biarlah fenomena itu berbicara apa adanya tanpa intervensi

penilaian baik atau buruk, positif atau negative, bermoral atau tidak

bermoral dari peneliti. Sedangkan, Eiditik adalah memahami fenomena

melalui pemahaman atas uangkapan atau ekspresi yang dugunakan subjek.

D. Bagaimana fokus penelitian fenomenologi ?

Ada 2 hal utama yang menjadi fokus penelitian fenomenologi, yaitu:

1) Textural description, yakni “apa” yang dialami subjek penelitian tentang

sebuah fenomonologi (kata kuncinya “pengalaman”)

2) Structural description, yaitu “bagaimana” subjek mengalami dan

“memaknai” pengalamannya (kata kunci “kesadaran” dan

“pemaknaan”)

E. Bagaimana merumuskan permasalahan dalam latar belakang pada

penelitian fenomenologi?

Karena merupakan studi tentang pengalaman, maka data bahwa antar

individu yang menghadapi situasi serupa bisa memiliki pengalaman yang

beragam perlu dipaparkan dengan narasi yang mengalir (tidak kaku teoritik)

F. Bagaimana rumusan pertanyaan pada penelitian fenomenologi?

Ada 3 kemungkinan pertanyaan dalam studi fenomenologi yaitu:

a. Bagaimana pengalaman subjek tentang satu fenomena atau peristiwa


b. Bagaimana subjek mengalami (apa yang dipikirkan, dirasakan, dll)

c. Bagaimana pemaknaan subjek terhadap pengalaman tersebut.

G. Bagaimana cara pengelola pengaruh dominasi teori pada penelitian

fenomenologi?

Dalam studi tentang pengalaman subjektif seseorang, kredibilitas dan

objektivitas hasil penelitian terletak pada bagaimana temuan penelitian

tepat mendeskripsikan apa yang dialami dan dihayati individu dari

pengalamnnya, bukan pada kesesuaian dengan teori. Karena itu peneliti

perlu mengelola agar sejak awal tidak terbawa mindset teoritik yang

kemudian tanpa sadar banyak mengarahkannya saat berinteraksi dengan

partisipan dan data pengalamannya.


3. Rancangan penelitian fenomologi

Judul Penelitian: Studi fenomenologi: Mengenai kesiapan Biologis dan

Psikologis Remaja yang Menikah Dini

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk memahami dampak

pengalaman remaja sebagai subjek dan makna mengenai objek yang akan

diteliti yakni dampak pernikahan dini dalam pendekatan fenomenologi

Metode Penelitian: Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan femonemologi yang dimana menggunakan teknik wawancara

terhadap subjek yakni remaja yang telah menikah. Penentuan subjek dilakukan

secara random sampling, dengan kriteria yang telah ditentukan. Kemudian data

yang telah diperoleh dari teknik wawancara dilakukan analisis dengan analisis

fenomenologi.

Prosedur Penelitian: ketika subjek telah menyetujui maka akan dilakukan

wawancara secara tatap muka atau pun daring sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan bersama dengan subjek. Dalam melakukan wawancara peneliti akan

memberikan beberapa pertanyaan secara terarah mengenai pengalaman dalam

pernikahan dini.

Analisis Data: Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis menggunakan

tahapan pendekatan fenomenologi yakni : a) Reduksi data yakni, peneliti

mengumpulkan data penelitian sebanyak mungkin melalui metode wawancara

yang kemudian direkam sebagai bentuk arsip data. b) Display data atau

penyajian data yakni, data yang telah diperoleh melalui wawancara kemudian

peneliti menguraikan dan menjabarkan secara terstruktur dan bersama sehingga


memperoleh akan sistematis sesuai urutan dan dapat menjelaskan atau

menjawab banyak permasalahan yang diteliti. c) Mengambil Kesimpulan,

setelah dilakukan penyajian data kemudian menarik kesimpulan dari analisis

data-data penelitian yang dilakukan.

Ekspektasi Hasil :

Hasil penelitian mengenai studi fenomena terkait remaja yang menikah dini

dapat memberikan kepada kita penambahan wawasan akan dampaknya dari hasil

pengalaman subjek. Dari penelitian ini memberitahukan kepada kita bahwa

mengenai tingkat kematangan untuk berkeluarga baik secara biologis dan

psikologis melalui sudut pandang subjek yang mempunyai pengalaman secara

kesadaran.

Anda mungkin juga menyukai