Anda di halaman 1dari 19

TUGAS 1

RESUME JURNAL

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah : Metodologi Penelitian Bimbingan Penyuluhan

DOSEN PEMBIMBING : Aisyah Khumairo M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

INTAN WULANDARI

(1904030004)

KELAS A

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FALKUTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

METRO

T.A 2021/ 1442 H


RAGAM PENELITIAN QUALITATIVE

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena


(fenomeologis) tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti; perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah ( Kirk dan Miller, Jane Richie, Bogdan dan Bikley, Guba dan Lincoln).

Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

1. berlatar alamiah, hal ini dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif melakukan
penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan.
2. manusia sebagai instrumen (alat) penelitian, hal ini peneliti ini atau dengan bantuan
orang lain merupakan alat pengumpul data utama (participation observation-pengamatan
berperan serta).
3. metode kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan pengamatan, wawancara.
4. Analisis data secara induktif, penelitian yang beranjak dari hal umum sampai ke khusus
dengan beberapa alasan bahwa penelitian secara induktif lebih dapat menemukan
kenyataan-kenyataan jamak yang terdapat dalam data, membuat hubungan peneliti
dengan responden lebih eksplisit.
5. Teori dari dasar grounded theory, teori yang bersal dari bawah ke atas.
6. deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar.
7. lebih mementingkan proses dari pada hasil.
8. adanya batas yang ditentukan oleh fokus.
9. adanya kriteria pengabsahan data.
10. design yang bersifat sementara.
11. hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bimbingan dan


Konseling.

A. Data Primer
1. Observasi Kualitatif
Johnson & Christensen, observasi kualitatif adalah observasi yang dilakukan oleh
peneliti dalam setting alamiah dengan tujuan mengeksplorasi atau menggali suatu
makna. Selama proses observasi, peneliti perlu membuat field notes selama dan
sesudah proses observasi berkenaan dengan peristiwa atau fenomena penting yang ada
dalam konteks penelitian dan subjek penelitian. Ada 4 tipe observasi kualitatif yaitu:
a. complete participant
b. participant as-observer
c. observer asparticipant
d. complete observer.

Lincoln & Guba, menjelaskan alasan pemanfaatan observasi yaitu:

a. teknik observasi didasarkan atas pengalaman secara langsung.


b. teknik observasi memungkinkan melihat dan mengamati diri sendiri.
c. observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan
dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh
dari data.
d. sering terjadi ada keraguan pada peneliti.
e. teknik observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang
rumit.
f. dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,
observasi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
2. Wawancara Kualitatif
Johnson & Christensen, wawancara adalah metode pengumpul data atau alat
pengumpul data yang menunjukkan peneliti sebagai pewawancara mengajukan
sejumlah pertanyaan pada partisipan sebagai subjek yang diwawancarai. Mcleod,
wawancara adalah cara yang feksibel untuk mengumpulkan data penelitian yang rinci
dan pribadi. Kehadiran wawancara memungkinkan terus-menerus pemantauan
mengenai informasi yang dikumpulkan, dan peneliti memeriksa apa yang dikatakan
oleh partisipan. Wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif ialah in-depth
interview yang mempunyai tujuan memperoleh informasi yang mendalam tentang
makna subjektif, pemikiran, perasaan, sikap, perilaku, persepsi, keyakinan, motivasi,
dll. Tohirin dalam penelitian kualitatif, wawancara mendalam (indepth interview)
biasanya dilakukan secara tidak berstruktur. Data yang dikumpulkan melalui
wawancara umumnya adalah data verbal yang diperoleh melalui percakapan atau tanya
jawab. Oleh karena menulis hasil wawancara memiliki banyak kelemahan dan akan
sangat sulit menulis sambil melakukan wawancara serta sulit dibedakan mana data
deskriptif dan mana data hasil tafsiran, maka selama melakukan wawancara, sebaiknya
menggunakan instrumen pembantu alat perekam (tape recorder).
B. Data Sekunder
1. Dokumen-dokumen Kualitatif
Creswell, selama penelitian, peneliti juga mengumpulkan dokumen-dokumen
kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen public (seperti Koran, makalah, laporan
kantor) atau dokumen privat (seperti buku harian, diary, surat, email).
2. Dokumen Resmi
Johnson & Christensen, dokumen resmi adalah segala sesuatu dalam bentuk tulisan,
foto, dan rekaman elektronik yang diciptakan oleh institusi organisasi (majalah, koran,
jurnal ilmiah, dan kurikulum sekolah). Dokumen resmi didalamnya termasuk materi
audio visual. Data ini bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau segala jenis
suara/bunyi.

Tipe Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bimbingan dan Konseling

A. Fenomenologis
Pada hakikatnya penelitian kualitatif mengunakan pendekatan secara fenomenologis.
Artinya Peneliti berangkat kelapangan dengan mengamati fenomena yang terjadi
dilapangan secara alamiah. Namun nanti yang akan membedakan masing-masing jenis
penelitian itulah fokus penelitian. Apakah penelitian itu fokus kebudaya, fenomena, kasus
dan sebagainya. Ada beberapa pengertian tentang fenomenologi menurut Hursserl
diantaranya yaitu:
1. pengalaman subjektif atau fenomeno logikal.
2. suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang.

Hal ini dapat dipahami bahwa penelitian fenomenolgi merupakan pandangan berfikir yang
menekankan pada pengalaman-pengalaman manusia dan bagaimana manusia
menginterpretasikan pengalamannya.

Ditinjau dari hakekat pengalaman manusia dipahami bahwa setiap orang akan
melihat realita yang berbeda pada situasi yang berbeda dan waktu yang bebeda. Sebagai
contoh : “ perasaan” (feeling) pada pagi ini akan berbeda pada pagi besok. Sehinga jarak,
waktu, hubungan manusia, tempat tinggal, akan mempengaruhi setiap pengalaman
manusia. Maka metode dalam fenomenologis ini menekankan kepada bagaimana
seseorang memaknai pengalamannya. Istilah fenomenologis sering digunakan sebagai
anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe
subjek yang ditemui. Dalam arti khusus istilah ini mengacu kepada pada penelitian
terdisiplin tentang kesadaran dari persfektif pertama seseorang.

Ada beberapa ciri-ciri pokok fenomenologis yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis
menurut Moleong, yaitu :

1. mengacu kepada kenyataan, dalam hal ini kesadaran tentang sesuatu benda secara
jelas.
2. memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada
dalam situasi-situasi tertentu.
3. memulai dengan diam. Para fenomenologis berasumsi bahwa kesadaran bukanlah
dibentuk karena kebetulan oleh sesuatu hal yang lain dari pada dirinya sendiri. Diam
merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Dalam
hal ini ditekankan pada aspek subjektif dari prilaku orang.

Dalam mengajukan pertanyaan penelitian ada dua hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu :

1. apakah unsur yang penting dari pengalaman atau perasaan.


2. apakah keberadaan pengalaman menentukan hakikat manusia.

Sumber data dari penelitian ini adalah fenomena yang sedang dipelajari yang berupa
pengalaman subjek yang diteliti. Data akan dikumpulkan melalui wawancara langsung,
observasi, menggunakan video, catatan lapangan. Data yang dikumpulkan diperoleh dari
wawancara mendalam antara peneliti dengan informan (subjek). Sebagai contoh dari
penelitian fenomenologi ini dibidang pendidikan seperti fenomena pengajaran disekolah,
dimana peneliti melihat proses pengajaran disekolah apa, kenapa, bagaimana proses itu
dilakukan oleh pendidik, peserta didik, dan sebagainya. Kesimpulannya, penelitian
fenomenologi merupakan varietas dari penelitian kualitatif yang berfokus pada aspek
subyektif dari perilaku orang, memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-
orang yang berada dalam situasi tersebut.

Dalam bimbingan dan konseling, penelitian fenomenologi digunakan untuk


penghayatan yang sungguh-sungguh mengenai fenomena dalami peneliti di lapangan guna
mendapatkan deskripsi komprehensif menurut pengalaman subjek secara empiris. Contoh
penelitian fenomenologi dalam bimbingan dan konseling adalah: Konsep Diri Siswa Autis
Sekolah Autis Jodipati (Kajian Analisis Fenomenologi Empiris).

B. Etnografi
Istilah ethnos dalam bahasa Yunani adalah orang, ras, atau budaya sekelompok
orang. Kalau “ethno” sebagai awalan digabungkan dengan graphic sehingga membentuk
etnographic yang merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji budaya sekelompok
orang. Penelitian Etnografi bermula dari penelitian antropologi yang mengamati budaya di
suatu tempat. Dimana penelitian lapangan ini hanya terfokus pada perkembangan budaya
di suatu daerah. Selanjutnya penelitian ini terus berkembang. Racliffe-Brown dan
Malinowski mengembangkan penelitian etnografi ini yang menekankan kepada kehidupan
masa kini oleh anggota masyarakat yaitu way of life suatu masyarakat. Dimana penelitian
ini berusaha mendiskripsikan dan membangun struktur sosial budaya suatu masyarakat
dan membandingkan sistem sosial dalam rangka mendapatkan kaidah –kaidah umum
tentang masyrakat. Dalam etnografi modern, bentuk sosial dan budaya masyarakat
dibangun dan dideskripsikan melalui analisis dan nalar sang peneliti. Struktur budaya yang
dideskripsikan adalah struktur sosial dan budaya masyarakat tersebut menurut interprestasi
sang peneliti. Selanjutnya penelitian etnografi ini terus berkembang yang disebut
Etnografi baru. Penelitian ini dikembangkan oleh Spradley. Dimana penelitian ini
menekankan kepada usaha untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat
mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan
budaya tersebut dalam kehidupan. Jadi bentuk sosial dan budaya disini menurut aliran
baru adalah susunan yang ada dalam fikiran (mind) anggota masyarakat tersebut) dan
tugas peneliti mengoreknya keluar dari fikiran mereka. Budaya suatu masyarakat terdiri
atas segala sesuatu yang ahrus diketahui dan dipercayai seseorang agar dia dapat
berprilaku sesuai dengan cara yang diterima masyarakat. Budaya bukanlah hanya suatu
fenomena material seperti benda-benda, manusia, prilaku, atau emosi. Tugas etnografi
adalah menemukan dan menggambarkan organisasi fikiran tersebut. Jalan yang paling
utama dalam memahami suatu budaya dengan mempeajari bahasa suatu budaya tersebut.
Konsep kebudayaan sebagai sistem simbol yang mempunyai makna sebuah teori
berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan makna
Interaksionalisme simbolik. Berdasarkan konsep tersebut Blummer menawarkan tiga
premis sebagai landasan teori dari etnografi yaitu :
1. Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal
kepada mereka.
2. Makna berbagai hal berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain.
3. Makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran yang digunakan
oleh orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi.

model etnografi adalah model penelitian kualitatif yang memiliki tujuan mendeskripsikan
karakteristik kultural yang terdapat dalam diri individu atau sekelompok orang yang
menjadi anggota sebuah kelompok masyarakat kultural. Peneliti etnografi bertujuan untuk
melakukan interpretasi terhadap manifestasi terbuka maupun manifestasi abu-abu dari
suatu kebudayaan. Secara eksplisit makna budaya yang didapat langsung dari masyarakat
yang menggunakan budaya tersebut melalui bahasa yang digunakan. Sedangkan secara
implisit, seorang peneliti harus mengamati, mewawancarai, mencatat secara berulang. Ada
beberapa hal yang perlu dipahami oleh seorang etnografer dalam melakukan penelitian
budaya yaitu:

1. bahasa-bahasa apa yang akan digunakan dalam mengumpulkan data dari informan
karena langkah awal dari penelitian etnografi adalah mempelajari bahasa dari
kelompok masyarakat yang akan diteliti.
2. kriteria informan yang sesuai dengan fokus penelitian.
3. Lapangan penelitian.
4. cara meneliti.

Berdasarkan cara meneliti Spradley menawarkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. mengidentifikasi budaya yang akan diteliti.


2. mengidentifikasi hal-hal yang muncul dalam budaya.
3. Kajian teori.
4. memasuki lapangan.
5. penegelompokan budaya.
6. memeproleh informan.
7. mendapatkan data.
8. analisa data.
9. menggambarkan budaya.
10. mengembangkan teori Lebih lanjut diungkapkan bahwa ada 2 hal yang mendasar
dalam pendekatan kebudayaan ini yaitu secara emic dan etic. Pendekatan ”emic” yaitu
penelitian melibatkan perilaku dari budaya itu sendiri, sedangkan dari segi ”etic” yaitu
mengkaji perilaku dari luar budaya dan menganalisa persamaan dan perbedaan antar
budaya.

Adapun tujuan menggunakan pendekatan etnografi berguna untuk memahami


rumpun masyarakat sehingga dengan adanya kajian etnografi ini dapat memberikan
informasi teori-teori ikatan budaya, menemukan teori grounded, memahami masyarakat
yang kompleks, serta memahami prilalaku manusia. Tujuan selanjutnya adalah melayani
manusia. Dalam bimbingan dan konseling, penelitian etnografi digunakan dalam
penelitian konseling lintas budaya karena dalam budaya masih terdapat percikan-percikan
esensi seperti agama, suku, paradigm berpikir, komunikasi,dll. Contoh penelitian etnografi
dalam bimbingan dan konseling adalah: Identifikasi Kepribadian Konselor menurut
Perpektif Etnik Jawa di Kota Surakarta (Kajian Analisis Perpektif Etnografi Kritik Eric
Fromm).

C. Grounded Teori ( teori dari dasar)


Grounded Teori (teori dari dasar), Penelitian Grounded theory pertama
dikemukakan oleh Glaser dan Strauss pada tahun 1960-an. Menurut Denzin, pada
hakikatnya penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan seperangkat
prosedur sistematik untuk mengembangkan teori (theory development), dari dasar yang
diperoleh secara induktif tentang suatu fenomena. Teori berasal dari bawah dalam suatu
pengamatan sampai menjadi istilah. Grounded theory merupakan proses yang cukup
rumit. Dimana penelitian dimulai dengan memunculkan pertanyaan umum. Sewaktu
peneliti mulai mengumpulkan data, konsep teorities diidentifikasikan. Hal mendasar dari
penelitian ini adalah bahwa suatu teori harus muncul dari data atau dengan kata lain suatu
teori harus dari bawah. Grounded teori mempersyaratkan bahwa teori muncul dari data.
Adapun ciri-ciri dari penelitian grounded theory ini adalah sebagai berikut:
1. data diperoleh dari dasar.
2. data harus sesuai dengan fenomena.
3. dipercaya dari segi kenyaataan sehari-hari.

Dimana peneliti mengamati, mengumpulkan data, mengorganisasikan data dan


membentuk teori dari data pada waktu yang bersamaan Data yang diperoleh dibandingkan
dengan data yang lain. Data yang diperoleh dari interview, observasi, dan rekaman.
Berangkat dari ciri-ciri tersebut maka penelitian grounded theory memiliki beberapa
strategi yaitu :

1. koding.
Koding adalah proses membuat kategorisasi data kualitatif dan menguraikan implikasi
dan rincian dari kategori-kategorinya.
2. Memoing.
memoing (memo) adalah proses mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan dari
peneliti sewaktu hal itu muncul selama penelitian.
3. menyaring , dan
4. diagram terpadu.
diagram terpadu dan sesi digunakan untuk menarik seluruh rincian menjadi satu, untuk
membantu agar data menjadi berarti dengan mengarahkan diri kepada teori.

Dari ulasan singkat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian grounded
theory beranjak dari pengembangan teori dari dasar Grounded theori mempersyaratkan
bahwa teori muncul dari data, namun tidak melihat hal itu sebagai bagian yang terpisah.
Pengumpulan data, analisis dan formulasi teori dianggap sebagai sesuatu yang berkaitan,
dan pendekatan memasukan prosedur secara eksplisit. Pertanyaan penelitian adalah
terbuka dan umum.

D. Studi kasus
Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelahaannya
kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendeteil, dan komprehensif.
Pendekatan studi kasus pada hakikatnya terfokus kepada kasus (case). Kasus-kasus ini
dapat diperoleh dari kasus yang unik, konteks khusus, isu- isu yang sedang berkembang,
budaya, alamiah, holistic, fenomena dan lain-lain. Penelitian studi kasus ini biasa
dilakukan pada pendekatan kualiatatif dan kuantitatif. Kasus itu sendiri adalah suatu
kesatuan kompleks beroperasi di dalam sejumlah konteks, mencakup phisik, ekonomi,
etis. Kasus itu sendiri bisa simpel dan bisa kompleks. Studi kasus itu sendiri bisa proses
pembelajaran atau hasil proses pembelajaran.
Perbedaan Prinsip antara studi kasus dan penelitian lain adalah bahwa fokus
perhatian adalah kasus yang individu dan bukan keseluruhan populasi kasus. Studi kasus
terfokus kepada sistem terikat (bounded system) biasanya dibawah kondisi alamiah
sehingga sistem dapat dipahami di dalam lingkungannya. Sebagai contoh latar belakang
kehidupan sesorang dan lingkungan seseorang pecandu norkoba, kehidupan intern sebuah
gang, pembentukan melitansi pada sebuah kelompok radikal, faktor-faktor yang melatar
belakangi tingginya swadaya pembangunan di suatu desa, merupakan beberapa contoh
dari topik telaahan suatu studi kasus. Langkah-langkah penelitian pada studi kasus sama
dengan penelitian kualitatif karena pada hakekatnya penelitian kasus adalah bagian dari
penelitian kualitatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian studi kasus
menurut Denzin, adalah sebagai berikut:
1. membatasi kasus, menentukan objek dari penelitian,
2. meyeleksi fenomena-fenomena, tema atau isu (sebagai pertanyaan penelitian),
3. menentukan pola data untuk mengembangkan isu,
4. obsevasi triangulasi,
5. menyeleksi alternatif interpretasi,
6. mengembangkan kasus yang telah ditentukan.

Contoh penelitian etnografi dalam bimbingan dan konseling adalah : Profil Siswa Korban
Bullying (Kajian Studi Kasus di SMA Amarta).

E. Hermeutika
Hermeneutika ialah tipe penelitian kualitatif dengan menelaah serta menafsirkan
buku teks. Palmer, menyatakan hermeneutika adalah studi pemahaman, khususnya tugas
pemahaman teks. Ilmu alam mempunyai metode-metode pemahaman tentang obyek-
obyek natural; “karya” memerlukan hermeneutik, “ilmu pengetahuan” pemahaman
memposisikan karya sebagai karya. Tipe hermeneutika dibagi menjadi 8 yaitu :
Hermeneutika Gadamerian, Hermeneutika Betti, Hermeneutika Eksistensial Ontologis
“Martin Heidegger”, Hermeneutika Teologis “Rudolf Bultmann”, Hermeneutika “Karl-
Otto Apel”, Hermeneutika “Jurgen Habermas”, Hermeneutika Fenomenologis “Paul
Ricoeur”, dan Hermeneutika Ganda. Dari 8 tipe hermeneutika, yang relevan digunakan
dalam bimbingan dan konseling yaitu hermeneutika Gadamerian, hermeneutika
fenomenologis “Paul Ricoeur” dan hermeneutika ganda. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
1. Hermeneutika Gadamerian
hermeneutik dibagi menjadi dua yaitu hermeneutik objektif (objectivist
hermeneutics) dan hermeneutik alektik (alectic hermeneutics). Tataran ini
menjelaskan bahwa hermeneutik Gadamerian merupakan jenis riset hermeneutik
objektif (objectivist hermeneutics). Pokok pemikiran hermeneutika Gadamerian yaitu
terdapat pada sebuah pola lingkaran hermeneutik. Lingkaran tersebut terdiri dari pola
naik turun antara bagian (part) dan keseluruhan (whole) untuk memahami makna
dalam sebuah teks akan mengubah pemahaman kita pada keseluruhan dan sebaliknya
pengubahan pada pemahaman kita terhadap keseluruhan (whole) akan mengubah
pemahaman kita pada bagian dan seterusnya. antara part dan whole akan
menghasilkan pemahaman yang melandasi makna (understanding of underlying
meaning). Hal ini menandakan bahwa dalam proses interpretatif terjadi proses
interaksi antara peneliti (interpreter) dan teks (interpreted) memiliki kepentingan
historis yaitu prasangka, tradisi, kepentingan, bahasa, dan budaya. Dapat disimpulkan
bahwa hermeneutik Gadamerian sebagai metode penafsiran teks masa lalu agar dapar
dipahami pada masa sekarang melalui siklus antara part dan whole dengan
menggunakan bahasa sebagai alat utama dalam menafsirkan makna teks.
2. Hermemenutika fenomenologis “Paul Ricoeur”
Paul Ricoeur dalam De I’ntretation, mendefinisikan hermeneutika yang mengacu
balik pada fokus eksegesis tekstual sebagai elemen distingtif dan sentral dalam
hermeneutika. Yang di maksud dengan hermeneutika adalah teori tentang kaidah-
kaidah yang menata sebuah eksegesis, dengan kata lain, sebuah interpretasi teks
partikular atau kumpulan potensi tanda-tanda keberadaan yang dipandang sebagai
sebuah teks. Hermeneutika adalah proses penguraian yang beranjak dari isi dan
makna yang nampak ke arah makna terpendam dan tersembunyi. studi Ricoeur
membedakan antara simbol univokal dan equivokal. Simbol univokal adalah tanda
dengan satu makna yang ditandai, seperti simbol dalam logika simbol, sementara
simbol equivokal adalah fokus sebenarnya dari hermeneutika. Karena hermeneutika
harus terkait dengan teks simbolik yang memiliki multi-makna (multiple meaning), ia
dapat membentuk kesatuan semantik yang memiliki (seperti dalam mitos) makna
permukaan yang betul-betul koheren dan sekaligus mempunyai signifikansi lebih
dalam. Hermeneutika adalah sistem dimana signifikansi mendalam diketahui di
bawah kandungan yang nampak.
3. Hermeneutika Ganda
Metode Giddens, HG, berlandaskan pada filosofi yang menyakini bahwa
fenomena kajian teori sosial adalah aksi dan interpretasi, bahwa manusia (agen/actor)
bertindak berdasarkan kesadaran dan penafsiran atas tindakannya sendiri dan tindakan
orang-orang lain, bahwa teori dibangun melalui penafsiran peneliti atas tafsiran
tindakan agen/actor terteliti. Analisis hermeneutika ganda adalah hermeneutika
bersusun. Alvesson dan Skoldberg, analisis hermeneutika bersusun adalah metode
yang melalui penafsiran atas penafsiran (refleksif) tidak saja berupa hermeneutika
ganda ala Giddens melainkan menjangkau penafsiran tingkat tiga yaitu “triple
hermeneutics” atau tingkat empat yaitu “quadri hermeneutics”. latar penelitian
hermeneutika ganda atau analisis hermeneutika bersusun adalah sangat luas.
Sebagaimana etnografi, hermeneutika ganda/analisis hermeneutika bersusun dapat
dilakukan dalam latar masyarakat umum luar sekolah, latar pendidikan/sekolah.
Konteks bimbingan dan konseling, atau instansi atau tempat kerja (work place).
Alvesson dan Skoldberg, tahap pengumpulan dan analisis data pada hermeneutika
ganda yaitu :
1. pengamatan dan catatan lapangan dilakukan secara komprehensif, utuh, namun
terfokus.
2. interpretasi bersusun dalam mana dilakukan sejumlah tingkatan interpretasi.
3. membaca ekstentif dan perbincangan meta teori.

Tahap-Tahap Penelitian Kualitatif Dalam Bimbingan dan Konseling

A. Tahap Identifikasi dan Memfokuskan Penelitian Suatu Penelitian


selalu berawal dari mengidentifikasi masalah dan merumuskannya dalam bentuk
pertanyaan penelitan yang penggambarannya harus jelas mengenai hal yang ingin diteliti
oleh calon peneliti. Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah namanya fokus
penelitian yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada cakupan atau topik-
topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian. Pertanyaan-pertanyaan dalam
fokus penelitian harus didukung oleh alasan-alasan yang jelas. Alasan-alasan sesuai
dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik, induktif, naturalistik sesuai gejala-gejala
yang diteliti.
B. Tahap Memilih Tipe Penelitian
Penelitian kualitatif memiliki banyak tipe. Terkadang khalayak menggunakan
penelitian kualitatif hanya sebatas penelitian deskriptif saja tanpa menyebut dengan tegas
tipe penelitian kualitatif mana yang akan digunakan dalam penelitian. Hal tersebut
memang tidak salah tetapi belum bisa dikatakan spesifik karena penelitian kualitatif
memiliki ciri khas tersendiri yaitu fokus dengan tipe riset yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
C. Tahap Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara studi pendahuluan (studi pra-lapangan), observasi pratisipasi,
wawancara mendalam, wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dokumentasi,
dll. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dipilih salah satu atau bisa dipilih
lebih dari satu secara kongruen. Pemilihan lebih dari satu dalam penelitian kualitatif
dimungkinkan karena penelitian kualitatif merupakan penelitian memiliki variasi metode
termasuk dalam hal pengumpulan data.
D. Tahap Analisis dan Interpretasi Data
Miles dan Huberman secara umum, terdapat tiga jalur analisis data kualitatif yaitu,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi
data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data adalah
kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan adalah
dimana peneliti terus menarik kesimpulan pada saat di lapangan.
No. Nama Sumber Variabel Definisi Dimensi/ Metode Subjek Hasil Kelebihan &
(Tahun) Operasional Aspek Kekurangan
Var. Penelitian
Kepribadian

1. Siti Jurnal Variabel Perilaku sosial Dimensi internal : Penelitian ini Anak usia dini Hasil penelitian Kelebihannya Gaya
Kurniasih, Caksana, dependen : anak usia dini mengembangkan menggunakan usia 5-6 tahun di menunjukkan bahasa dan
STKIP AL- Pendidikan perilaku yang dapat perilaku sosial anak penelitian pulau sabesi, bahwa : sistematika
sosial. usia dini dengan 1. Perilaku sosial
Islam Tunas Anak Usia dibentuk kualitatif lampung selatan, kepenulisan yang
Variabel melakukan anak usia dini di
Bangsa, Dini, dengan dengan metode provinsi lampung. digunakan peniliti
independen : kegiatan tradisional Pulau Sebesi
Bandar Desember kegiatan yang dilakukan etnografi. Data mudah dipahami
tradisi terbentuk
Lampung 2018, tradisional bersama-sama. dikumpulkan detail dan sangat
kegiatan dalam tradisi
(2018) Volume.1 yang dapat Dimensi eksternal : melalui jelas. Namun ada
tradisional. kegiatan
No.2 dilakukan Adanya lingkungan observasi, kekurangan yang
bersama yang
bersama-sama dan masyarakat wawancara, harus diperbiki
diikuti oleh
oleh yang mendukung dokumentasi yaitu pada saran
anak-anak usia
masyarakat di penuh untuk foto, dan tidak jelas ditujukan
dini.
pulau sabesi. memberikan dokumentasi kepada siapa dan
2. Proses
pembelajaran tertulis. Data ada bagian tabel
pembentukan
secara langsung dianalisis yang tulisannya
perilaku sosial
tentang hormat dengan model sangat kecil
pada anak usia
menghormati. Spradley. sehingga sulit untuk
dini melalui
dibaca.
keterlibatan
langsung anak-
anak dengan
mengikuti
tradisi kegiatan
bersama.
3. keterlibatan
masyarakat
(sosio-budaya)
melalui semua
partisipasi
warga dan
masyarakat
dalam
memberikan
contoh
langsung
melalui
kegiatan
tradisional.

2. Elvia Jurnal Variabel Perilaku Dimensi internal : Pendekatan remaja yang Hasil penelitian Kelebihan dalam
Netrasari, Bimbingan dependen : agresif yang 1. Kelelahan fisik. dalam memiliki perilaku pada ketiga jurnal penelitian ini
Universitas Dan perilaku dilakukan oleh 2. untuk mendapat penelitian ini agresif dengan subjek dapat adalah sistematika
agresif. perhatian dari diketahui:
Negeri Konseling, santri di adalah kualitatif karakteristik penulisannya
Variabel 1. Faktor
Yogyakarta, April 2015, pondok lingkungan sosial. dengan jenis Remaja pondok sangat detail dan
independen : penyebab
(2015) Edisi 5 Tahun pesantren. 3. Terdapat santri studi kasus. pesantren yang jelas sehingga
kelelahan fisik, (antecendent)
Ke-4 yang dimintai Metode yang berusia 12-21 mudah dipahami.
lingkungan internal dan
bantuan oleh digunakan tahun, dan tinggal Namun kekurangan
sosial, eksternal,
subjek tetapi untuk di asrama Pondok dalam penulisan ini
pengaruh subjek memiliki
tidak dapat mengumpulkan Pesantren Al- adalah untuk hasil
keluarga. faktor
membantu data adalah Ihsan. dan pembahasan
penyebab
subjek itu. observasi, sebaiknya tidak
berdasarkan
wawancara, dan diberi tabel agar
Dimensi eksternal : latar belakang
dokumentasi. mudah
1. Kurang keluarga.
Metode yang membacanya.
mendapatkan 2. Identifikasi
digunakan
kasih sayang dari bentuk
untuk
keluarga. (behavior)
menganalisis
2. Nenek dan kakek perilaku agresif
data adalah
yang selalu meliputi bentuk
reduksi data,
memanjakan verbal dan non
penyajian data,
cucunya. verbal dengan
dan penarikan
3. Respon teman- frekuensi sering
kesimpulan.
teman kepada dan intensitas
Untuk menguji
subjek setelah berat.
keabsahan data
subjek
melakukan menggunakan 3. Dampak
perilaku agresif. triangulasi data, (consequence)
triangulasi setelah
metode, dan melakukan
triangulasi perilaku agresif
sumber. meliputi
dampak bagi
diri sendiri dan
lingkungan.

3. Irianto dan Gadjah Mada Varibel Perasaan Dimensi internal : Menggunakan Guru sebagai Hasil penelitian Jurnal penelitian
Subandi, Journal Of dependen : bahagia yang rasa bahagia guru Pendekatan pendidik dan menunjukkan yang dibuat sangat
Universitas Psychology, perasaan di tujukan ketika mengajar kualitatif siswa-siswa yang bahwa guru detail
bahagia. dan perasaan yang
Gadjah September kepada guru fenomenologi. ada di pedalaman mengarahkan pembahasannya,
Variabel positif.
Mada, 2015, Volume yang mengajar proses papua. perasaannya ke gaya bahasa mudah
independen : Dimensi eksternal :
(2015) 1, No. 3. di daerah pengumpulan hal-hal yang dipahami, serta
mengajar, dan dukungan dari
pedalam data dilakukan positif sistematika
menunjukkan masyarakat dan
papua melalui metode berdasarkan penulisannya juga
hal-hal positif. lingkungan
sehingga wawancara, pengalaman sangat lengkap.
setempat yang
menunjukkan observasi, dan selama mengabdi, Kekurangan dari
sangat penuh.
hal-hal yang dokumentasi. yaitu : ketika jurnal ini adalah
positif kepada siswa-siswa di pada sub babnya
para siswanya. pedalaman dapat menggunakan
mengikuti tulisan miring dan
pelajaran yang tidak tebal jadi
diberikan dan tidak kelihatan.
melanjutkan
pendidikan ke
jenjang yang lebih
tinggi, dapat
menunjukkan
identitas guru
secara langsung
di pedalaman,
adanya kesatuan
kerja diantara
para guru, dan
mendapatkan
dukungan dari
masyarakat
setempat
maupun keluarga
mereka.

4. Gredha S. Jurnal Veriabel Kondisi Dimensi internal : Instrumen individu yang Dari hasil analisis Bahasa yang
Rea dan Psikologi dependen : individu yang 1. Memiliki penelitian yang bekerja pada data penelitian digunakan cukup
Cholichul Industri dan perasaan tidak dapat perasaan bosan. digunakan Radio Sonora diperoleh mudah untuk
bosan. 2. tugas dan
Hadi, Organisasi, menerima adalah Surabaya yang penyebab dipahami dan
Variabel tanggung jawab
Universitas Juni 2012, kenyataan wawancara telah mengisi kebosanan kerja pembahasannya
independen : yang besar.
Airlangga, Volume.1, dalam sebuah 3. tuntutan kerja kualitatif, Tipe kuesioner pada karyawan sangat detail.
tanggung
(2012). No.02. pekerjaan. yang banyak. wawancara Boredom Radio Sonora Tetapi
jawab,
4. serta yang digunakan Proneness Scale Surabaya adalah kekurangannya
tuntutan, dan quantitative dalam yang quantitative pada tabel-tabel
quantitative overload. penelitian ini dikembangkan overload tulisannya terlalu
overload. Dimensi eksternal :
adalah oleh Norman D. dikarenakan kecil sehingga sulit
mengambil jatah
cuti tahunan. wawancara Sundberg dan adanya tuntutan untuk
dengan Richard F. Farmer. perusahaan yang membacanya.
terstandar Karyawan yang cukup banyak,
terbuka, dan terletak pada P75. dan qualitative
ditulis secara overload
rinci. Analisis dikarenakan
yang digunakan adanya perasaan
dalam bahwa tugas dan
penelitian ini tanggung jawab
adalah analisis yang dimiliki
grounded terlalu banyak.
theory. Cara untuk
mengatasi
kebosanan kerja
tersebut adalah
refreshing atau
mengambil jatah
cuti tahunan.

5. Yohanes Jurnal Teologi Variabel Memiliki Dimensi internal : menggunakan prinsip-prinsip Hasil dari Sistematika
Verdianto Dan dependen : Kepribadian menafsirkan metode hermeneutika penelitian ini penulisannya sudah
Universitas Pendidikan kepribadian yang religius. pemikiran teks Al- penelitian yang berkembang menyatakan bagus. Tetapi
religius. kitab Hermeneutika bahwa setidaknya
Halmahera, Kristen, Juli dokumen sejak gereja mula- Pembahasannya
Variabel yang ditulis oleh ada tiga prinsip
(2020). 2020, Volume. dengan mula sampai ke kurang detail
independen : orang lain. penafsiran Alkitab
1 Nomor. 1. Dimensi eksternal : menggunakan zaman post sejak gereja mula- sehingga sulit untuk
penafsiran
adanya beberapa pendekatan modern saat ini. mula sampai ke memahaminya
prinsip-prinsip
perubahan prinsip kualitatif zaman post serta tidak ada
Al-Kitab.
hermeneutika modern. Pertama, saran dalam
Hermeutika Al-
dengan metode hermeneutika penulisan jurnal.
kitab yang Alkitab secara
berkembang. deskripsi
literal yang
analitis. disetujui oleh
semua bapa-bapa
gereja mula-mula.
Kedua,
hermeneutika
modern yang
lebih mengarah
kepada alasan
daripada prinsip
literal. Ketiga,
hermeneutika
kontemporer
(postmodern)
lebih ke arah
sebuah proses
pemahaman yang
bersifat
sementara (tidak
kekal).

Anda mungkin juga menyukai