Anda di halaman 1dari 20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan

pada permasalahan yang ada, maka bentuk penelitiannya adalah kualitatif

yang bersifat deskriptif dengan memberikan gambaran sebagaimana yang ada

dan terjadi pada objek penelitiannya. Metode kualitatif yaitu sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini

diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Dalam hal ini

tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau

hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagi keutuhan, ia

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, ia menfaatkan metode

kualitatif dan analisis data secara induktif. Ia mengarahkan sasaran penelitian

pada usaha menemukan teori dari dasar. Bersifat deskriptif, lebih

mementingkan proses dari pada hasil dan membatasi studi tentang fokus. Ia

memilih seperangkat kriterial untuk menulis keabsahan data. Rancangan

penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian disepakati oleh peneliti dan

subjek penelitian.1

1
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Remaja Rosda Karya
2004)., hlm. 3
Menurut teknik penjelasannya, maka bentuk penelitian ini adalah

penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang satu dengan variabel

yang lain.2

Penelitian jenis ini digunakan untuk menggeneralisasikan kategori dalam

rangka memahami fenomena manusia, terutama dalam melihat atau

mengamati segala sesuatu yang di dalam orang dalam bahasa yang seloyal

mungkin tentang perasaan dan pengalaman mereka atau mengamati orang lain

dalam lingkungannya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, karena melalui

pendekatan ini diharapkan fenomena yang tampak di lapangan dapat

diinterpretasikan makna dan isinya lebih dalam. Melalui pendekatan

fenomonologis dapat diarahkan kepada dwifokus dari pengamatan, yaitu

pertama, apa yang tampil dalam pengamatan, yang berarti seluruh proses

merupakan objek studi. Kedua, apa yang langsung diberikan dalam

pengalaman itu, secara langsung hadir bagi yang mendalaminya. 3

B. Waktu dan Tempat Penelitian

2
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Jakarta: Djambatan 2002), hlm. 10

3
M. MunandarSoelaeman, Ilmu Sosial Dasar; Teori dan Konsep Ilmu Sosial. (Bandung:
Eresco, 1987), hlm. 126
Penelitian ini diagendakan dari bulan Januari 2018 hingga Oktober

2020, adapun tempat penelitian ini adalah Pesantren Sabilul Hasanah di Desa

Mainan Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini Pesantren Sabilul Hasanah di Desa Mainan

Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

D. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Adapun jenis data penelitian ini dibagi pada dua bentuk, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berasal dari

pimpinan dan pengelola pondok pesantren dan para santri yang menjadi subjek

penelitian yang diperoleh melalui wawancara. Pemilihan sumber ini dilakukan

secara purposif sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. 4 Sumber penelitian ini

adalah para pimpinan pesantren Sabilul Hasanah, ustadz dan santri. Oleh

karena itu, peneliti mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut dalam

pemilihan sumber penelitian:

1. Pimpinan pesantren dan

ustadz inilah yang memiliki latar belakang keilmuan yang lebih memadai

khususnya terkait dengan nilai-nilai pluralisme.


2. Pimpinan pesantren dan ustadz inilah yang terlibat langsung dalam proses

eksternalisasi dan sosialisasi nilai-nilai pluralisme.


4
Sugiyono, Metode Penelitian... hlm.85
3. Pimpinan pesantren dan ustadz inilah pula yang melakukan proses

internalisasi ditambah dengan para santri.

Sementara data sekunder adalah data yang berasal dari literatur dan hasil

penelitian sejenis.

A. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

a) Teknik Pengumpulan Data

Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data berupa

kata-kata, pengamatan untuk mengamati tindakan dan dokumentasi untuk

mengumpulkan data-data tertulis (terdokumentasikan), yang kemudian

dicatat dalam catatan lapangan. Kemudian sesuai dengan bentuk jenis

penelitian kualitatif dan sumber data yang digunakan, maka teknik

pengumpulan data yang akan dilakukan meliputi:

1) Wawancara (Interview)

Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan atau

informasi melalui tanya jawab langsung, dengan tatap muka atau

melalui alat komunikasi. Wawancara dilakukan dengan pedoman

wawancara.5 Menurut Kartono6 melibatkan dua pihak yang

berkedudukan berbeda. Pihak yang satu sebagai pencari informasi dan

pihak lainnya sebagai pemberi informasi.

5
Joko P Subagyo, Metode Penelitian: dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), hal. 39

6
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni, 1990), hal.
39
Pada penelitian ini, wawancara tidak ditulis langsung di depan

responden, tetapi ditulis di tempat yang berbeda segera setelah

wawancara dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi kecurigaan

dalam menjawab pertanyaan dan hasil wawancara lebih aktual.

Data yang akan digali melalui wawancara ini adalah meliputi

pandangan kiyai terhadap hakikat pesantren, kehidupan pesantren,

jiwa pesantren, tradisi yang harus dilestarikan, proses pembelajaran,

sistempendidikan dan upaya-upaya melestarikantradisi pesantren di

pesantren Sabilul Hasanah.

2) Pengamatan Terlibat (Participation Observation)

Penggunaan pengamatan ialah pengamatan yang

mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,

perhatian, prilaku tak sadar, kebiasan dan sebagainya. Pengamatan

memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana yang

dilihat oleh subjek penelitian, hidup saat itu menangkap arti fenomena

dari segi pengertian subjek, menangkap kehudupan budaya dari segi

pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu;

pengamatan memungkinkan peneliti merasa apa yang dirasakan dan

dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula sebagai peneliti

menjadi sumber data; pengamatan memungkinkan pembentukan

pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihak peneliti maupun

dari pihak subjek.7

7
Lexy J Moleong,. Metodologi penelitian…hal. 234
Pada instrumen ini, peneliti akan mengamati secara langsung

beberapa aspek yang berkenaan dengan tradisi dan kehidupab di

pesantren, interaksi santri dan kyai, serta implemantasi nilai-nilai

salafiyah yang dipertahnkan dan nilai-nilai kemodernan yang

diakomodir.

3) Dokumentasi

Moleong8 mengatakan dokumen ialah setiap bahan tertulis atau

film, record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan

seorang penyidik. Dokumen dapat digunakan sebagai sumber data

karena dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji,

menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Data yang akan diungkap

melalui instrument ini adalah profil lembaga pendidikan pesantren,

profil pengajar dan santri serta sejarah pesantren mulai dari awal

berdirinya hingga saat ini. selain itu juga melalui dokumentasi akan

diperoleh data mengenai keadaan lembaga pendidikan pesantren

melalui demografis dan geografis.

b) Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal

ini sependapat dengan Nasution9 bahwa dalam penelitian naturalistik,

kualitatif, tidak ada pilihan daripada menjadikan manusia sebagai

instrumen penelitian utama. Alasannya adalah bahwa segala sesuatunya

8
Lexy J Moleong, metodologi penelitian…hal. 216-217
9
Nasution, S. Metode Penelitian Ilmiah: Naturalistik Kualitatif. (Bandung: Tarsito,
2003), hlm. 55
belum mempunyai bentuk yang pasti, masalah, fokus penelitian, prosedur

penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu

semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.

B. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan selama proses pengumpulan data. Penelitian

kualitatif dilakukan:

1. Analisis selama pengumpulan data yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu

produksi data dan selanjutnya membuat kode serta mengembangkan

proposisi sehingga memperoleh kesimpulan.

2. Analisis dalam situs artinya peneliti membuat bagan-bagan dalam martiks

daftar masalah yang tertata berdasarkan waktu, keadaan, yang pada

akhimya melakukan verifikasi jaringan kasual untuk menguji predeksi.

3. Analisis lintas situs artinya mengurutkan substansi masalah dalam tabel

ringkasan yang selanjutnya menyajikan bagan pencari lintas situs waktu

dan setiap peristiwa.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah: (a) mempersiapkan

instrument sebagai panduan berupa daftar pertanyaan yang disusun sesuai

dengan tujuan penelitian; (b setelah data terkumpul, maka data tersebut

dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan; (c) jika

ditemukan data yang belum akurat dan guna menjaga keabsahan data, maka

penulis akan mengkonfirmasi ulang data tersebut dengan cara wawancara

ulang; (d) setelah data diperoleh melalui wawancara, dokumentasi dan


observasi, dilakukan pengelompokan data dan langsung dilakukan analisis

atau reduksi; (e) data-data yang telah direduksi diberi kode-kode tertentu agar

lebih sistematis dalam penganalisaan lebih lanjut; (f) setelah direduksi semua

data, maka dilanjutkan dengan analisis data untuk menyusun hasil penelitian

dengan memperhatikan fokus penelitian, tujuan penelitian dan kegunaanya

serta kesimpulan penelitian; (g) menyusun deskripsi data atau penyajian hasil

penelitian.

C. Pertanggung Jawaban Peneliti

Agar penelitian memiliki keabsahan yang tinggi maka langkah-

langkah yang peneliti lakukan untuk memenuhi: 1) kredibilitas, peneliti: (a)

menyediakan waktu untuk mengenal baik responden dan keadaan lapangan

sehingga mendapatkan kesempatan untuk mengumpulkan data dan mengecek

data yang diperlukan, (b) melakukan triangulasi data dengan mengecek

kebenaran data pada sumber lain yaitu membandingkan data hasil wawancara

antara subjek penelitian, (c) melakukan member check yaitu meminta

pendapat dari subjek penelitian untuk menilai kebenaran data yang sudah

disimpulkan berdasarkan data-data yang terkumpul dari subjek penelitian itu

sendiri; 2) Transferbilitas, yaitu mengusahakan agar terdapat kemungkinan

penelitian ini digunakan pada situasi lain, maka peneliti mendeskripsikan data

penelitian ini secara sistematis, rinci, dan jelas sehingga memudahkan

pemakai lain untuk mentranfer hasil penelitian ini pada situasi lain; 3)

dependabilitas, peneliti lakukan dengan secara konsisten dalam

mengumpulkan data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep


penafsiran dari data di lapangan yang disesuaikan dengan masalah penelitian

yang dirumuskan terlebih dahulu sehingga data yang diperoleh dapat ditarik

kesimpulannya; 4) Konfirmabilitas, dilakukan dengan membandingkan data

wawancara dari subjek penelitian dengan hasil observasi peneliti terhadap

subjek penelitian dan data dokumentasi yang telah dikumpulkan. Selanjutnya,

juga dilakukan dengan menunjukkan data penelitian berupa hasil wawancara,

observasi, dan dokumentasi kepada kepada subjek penelitian yang

berkepentingan agar subjek penelitian mengetahui kebenaran dari data yang

telah dikumpulkan.

D. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Latar Belakang Pondok Pesantren Sabilul Hasanah Banyuasin

Pendirian Pondok Pesantren Sabilul Hasanah diawali pada tahun

1992, ketika Bapak KH. Muhammad Mudarris SM. diminta mengobati

penyakit warga dusun setempat, yang pada waktu itu masih bernama

Dusun Pursowari Desa Mainan. Dan berangkat dari rasa kepedulian yang

besar guna melakukan pembinaan rohani dan keagamaan kepada

masyarakat setempat, sebagai salah satu upaya penanggulangan penyakit

kejiawaan yang banyak diderita oleh masyarakat, maka tersirat keinginan

untuk mendirikan Pondok Pesantren disertai keyakinan dalam waktu yang

singkat wilayah ini akan menjadi ramai layaknya sebuah kota santri.
Hasrat unutk mendirikan Pondok Pesantren tersebut, ternyata

mendapat tanggapan positif dari masyarakat sekitar. Hal ini terbukti


adanya persetujuan dari masyraat setempat yang menginginkan adanya

sarana pendidikan yang dicita-citakan memajukan pembangunan di

wilayah setempat, sekaligus berupaya mengembangkan sumber daya

manusia melalui jalur agama.


Rencana tersebut akhirnya dapat terlaksana pada tanggal 17 April

1994 dengan ditandai diletakkannya batu pertama pembangunan masjid

dan disusul dengan pembangunan asrama dan lokal belajar.


Adapun secara resmi proses belajar mengajar di Pondok Pesantren

Sabilul Hasanah dimulai pada bulan Januari 1995 untuk Madrasah Diniyah

berikut pengajian kitab salafi (informal) dan pada tanggal 17 juli 1995

menyusul dioperasikannya Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah

(Pendidikan Formal).

Pondok Pesantren Sabilul Hasanah sebagai salah satu Pondok

Pesantren yang berada di Wilayah Propinsi Sumatera Selatan berupaya

ingin memberikan sumbangsih kepada bangsa dan negara Indonesia

tercinta berupa pemikiran dan kerja nyata sesuai dengan kemampuan yang

ada untuk dapat berperan aktif dalam memajukan pembangunan manusia

seutuhnya yang berpedoman pada Alquran, Hadist, Ijma dan Qias.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat At–Taubat

Ayat :122

          


      
      
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S At–Taubat
Ayat :122)

Selain daripada itu, sebagai salah satu institusi pendidikan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya

sumber daya manusia yang berkualitas baik secara moral (Akhlakul

Karimah) juga intelektual. Maka perlu kita sadari bersama bahwa Pondok

Pesantren Sabilul Hasanah adalah bagian daria daerah yang berjuang untuk

selalu dapat memajukan Desa Purwosari khususnya, Kabupaten Banyuasin

Sumatera Selatan Umumnya.

Sebagai bukti kecintaan masyarakat terhadap keberadaan Pondok

Pesantren Sabilul Hasanah dan kebermanfaatan Pondok Pesantren Sabilul

Hasanah bagi masyarakat sekitar, dibuktikan dengan adanya

kemanunggalan masyarakat dengan Pondok Pesantren dalam berbagai

kegiatan, baik yang diadakan oleh Pondok Pesantren maupun yang

diadakan oleh Desa, sampai pada pengajuan jalan tembus ke pihak

Kabupaten.

2. Visi dan Misi

Selain dari pada itu, pendirian Pondok Pesantren Sabilul Hasanah

didasari oleh niatan yang cukup besar untuk dapat menjadi salah satu

Pondok Pesantren yang berada di Wilayah Propinsi Sumatera Selatan yang

memiliki Visi : “Berperan aktif memberikan sumbangsih kepada bangsa

dan negara Indonesia tercinta, berupa pemikiran dan kerja nyata sesuai
dengan kemampuan yang ada, demi memajukan pembangunan manusia

seutuhnya, yang berpedoman pada Alquran, Al-Hadist, Ijma’ dan Qias”.

a. Sehubungan dengan cita-cita atau visi Pondok Pesantren Sabilul

Hasanah sebagaimana di atas, yang diharapkan dapat dicapai di masa

mendatang, maka ada beberapa misi yang dijalankan, yaitu:

membimbing dan mengarahkan santri agar dapat menjadi insan yang

memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat, serta memiliki

kepribadian dan moral yang luhur serta mulia.

b. Mendidik santri agar menjadi generasi bangsa yang berwawasan

Intelektual, Inovatif dan kreatif sehingga benar-benar menjadi sosok

manusia yang Produktif dan berakhlatul karimah.

c. Melaksanakan amanat berupa lahan dan sumber daya lainnya serta

mengolah komoditi yang bernilai ekonomi tinggi dan dibutuhkan atau

diminati oleh masyarakat dengan jalan yang halal dan diridhoi oleh

Allah SWT.

d. Berperan aktif dalam pengembangan perekonomian rakyat dengan jalan

memberdayakan unit-unit usaha yang sudah ada maupun yang akan

ditumbuhkan dan dikelola oleh Pondok Pesantren.

Dengan berbekal pengalaman yang dimiliki, secara bertahap sasaran

tersebut diupayakan dapat terlaksana dalam kurun waktu yang relatif tidak

terlalu lama.Hal ini disebabkan sejak awal berdirinya, Pondok Pesantren

Sabilul Hasanah dalam melaksanakan sebagian besar programnya didahului

dengan perencanaan yang matang dan rasa percaya diri yang tinggi.10
10
sabilulhasanah.com, diakses pada tanggal 4 Desember 2017
3. Demografi Pondok Pesantren

Kampus Pondok Pesantren Sabilul Hasanah terletak di wilayah

Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan tepatnya di Jalan Palembang

– Jambi KM 24 Desa Purwosari Kec. Sembawa berjarak 25 km dari kota

Palembang. Secara geografis Pondok Pesantren Sabilul Hasanah terletak di

antara L2.9120238 Long- 104.5082374 dengan kategori wilayah dataran

rendah. Dan saat ini memiliki kantor sekretariat di Palembang (Ibu kota

Propinsi Sumatera Selatan) tepatnya beralamat di Jalan. Ahmad Dalim

Komplek Griya Mitra 2 Bok A No. 23 Bukit Lama Kec. Ilir Barat I Kota

Palembang.

Wilayah Pondok Pesantren Sabilul Hasanah terletak di antara

perkekebunan karet baik milik masyarakat setempat maupun milik PT. dan

sebagian besar tanah di lingkungan Pesantren berjenis tanah mediteran /

tanah merah.

4. Jenis dan Tipologi Pesantren Sabilul Hasanah

Merujuk tipologi pesantren sebagaimana dikemukakan Yacub pada

uraian sebelumnya, maka Pesantren Sabilul Hasanah dapat dikategorikan

pada pesantren khalafi, yakni pesantren yang tidak hanya mengajarkan ilmu

agama namun juga ilmu umum. Memperhatikan sistem dan kajian kitab-kitab

klasik (kuning) dapat juga pesantren Sabilul Hasanah dikategorikan sebagai


pesantren kombinasi yang mengintegrasikan sistem pendidikan pesantren

salaf dengan pesantren khalaf.

Sebagaimana diketahui, pesantren salaf, lebih menekankan pada

pengajaran ilmu-ilmu agama, khususnya melalui kajian kitab-kitab klasik

seperti al-ajrumiyah, imrithi, taqrib, safinatun najjah, dan lainnya. Pesanten

salaf pada umumnya tidak menyelenggarakan pendidikan formal seperti

SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/MA.

Pesantren Sabilul Hasanah mengkombinasikan sistem pesantren salaf

tersebut dengan pendidikan modern (khalaf), terutama dicirikan dengan

disediakannya pendidikan formal, MTs dan MA. Pendidikan formal MTs dan

MA yang diselenggarakan mengacu sepenuhnya pada kurikulum K13 saat ini

sebegaimana yang ditentukan oleh Kementerian Agama.

5. Kurikulum Pondok Pesantren Sabilul Hasanah

Sebagaimana disebutkan bahwa Pesantren Sabilul Hasanah memiliki

pendidikan formal MTs dan MA. Pendidikan formal ini sepenuhnya

menggunakan kurikulum sebagaimana ketentuan peraturan kedua lembaga

pendidikan tersebut, yaitu kurikulum Kemenag dan Diknas.

Selain pendidikan formal MTs dan MA, Pesantren Sabilul Hasanah juga

memiliki unit pendidikan Muallimin dan Muallimat. Pendidikan Muallimin

dalam prakteknya adalah pendidikan informal mengacu pada Kurikulum yang

sebagaian besarnya direncanakan dan disusun secara mandiri oleh Pesantren.

Madrasah Muallimin ini merupakan lembaga pendidikan formal

setingkat MtTs (3 tahun awal) dan MA (3 tahun akhir). Operasional Madrasah


yang menjadi unggulan di Pesantren Sabilul Hasanah ini telah dimulai pada

tahun ajaran 2009-2010. Pendidikan Madrasah Muallimin Muallimat ini

berorientasi pada pendidikan agama dan kajian kitab kuning dengan muata

sebanyak 85% dan tetap mempertahankan materi umum sebanyak 15%

sebagai modal untuk mengikuti ujuan nasional, sehingga prospek lulusannya

diharapkan bisa mnejadi sosok ulama/ilmuan, bukan hanya secara ilmiyah

tapi juga dalam amaliyahnya, serta bisa melanjutkan pendidikannya ke

jenjang pendidikan tinggi dalam maupun luar negeri.

Kurikulum kitab madrasah muallimin dan muallimat meliputi: Nahwu

(Jurumiyah, Al-Imrithi dan Alfiyah Ibnu Malik) Fiqh (Fathul Qarib, Fathul

Mu’in), Shorof (Amtsilatu Tashrif, Makshud, Qowaidul I’lal), Tauhid (Fathul

Majid, Matan Umm Barahain) Tasrif (Tasrif Jalalain, Ulumul Qur’an)

Balaghoh (Husnus Syiyaghoh) Hadist (Bulughul Marom, Riyadhus Sholihin)

Ushul Fiqh (Waroqoot, Ghayatul Wushul) Akhlak (Adabul Ta’lim Muta’llim,

Kifayatul Atqiya) Manakib, Sullamul Munauroq) dan lain sebagainya.11

6. Mazhab dan Afiliasi Organisasi Keislaman Pesantren Sabilul Hasanah

Ideologi Keislaman yang dikembangkan oleh pesantren Sabilul

Hasanah adalah Ahlussunnah Waljamaah dengan mazhab fiqh utama

Syafi’iyah.12 Mazhab fiqh yang digunakan tetap dengan mempertimbangkan 3

mazhab ahlussunnah masyhur lainnya: Maliki, Hanafi dan Hambali.

Sementara afiliasi organisasi keislamannya adalah Nahdhatul Ulama. Hal ini

11
https://sabilulhasanah.com/madrasah-mualimin-mualimat-m3/ diakses pada 25 Maret 2018
12
Wawancara KH. Mudarris, pada 25 Januari 2018
tampak nyata karena pimpinan Pesantren Sabilul Hasanah, KH. Mudarris. SM

adalah ketua PWNU Provinsi Sumatera Selatan dua periode berturut-turut

tahun 2010-2015 dan 2015-2020.

Memperhatikan paham keislaman yang dianut oleh Sabilul Hasanah

maka pesantren Sabilul Hasanah memiliki ciri-ciri sebagamana yang banyak

ditemukan pada pesantren NU.

Pesantren selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan yang banyak

berafiliasi dengan NU. Para pengasuhnya banyak yang menjadi pengurus NU

dari pusat sampai daerah, tetapi dengan berkembangnya aliran-aliran baru

yang mendirikan pesantren, warga NU patut mengetahui cirri-ciri pesantren

NU dan non-NU.

Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj menjelaskan, di antara sebagian ciri

pesantren NU adalah memiliki sikap egaliter, toleran, sederhana, menyatu

dengan masyarakat serta antara pesantren satu dengan yang lainnya

merupakan jaringan kultural yang berakar dari hubungan guru dan santri.

Membedakan pesantren NU dan Non NU menurut Said, beberapa ciri

yang biasanya melekat pada pesantren non-NU biasanya adalah tertutup

dengan masyarakat, memiliki birokrasi yang sangat ketat dengan materi

kurikulum yang tidak merujuk ke kitab kuning. Perbedaan materi ini sangat

berpengaruh pada kehidupan santri setelah terjun ke masyarakat terkait sikap

toleransi dan penghargaan terhadap golongan lain.13

13
http://www.nu.or.id/post/read/18297/cermat-bedakan-pesantren-nu-dan-non-nu, diakses pada 25
Maret 2019
Ciri khas keNUan pesantren Sabilul Hasanah di antaranya juga terlihat

pada kita-kitab klasik yang diajarkan kepada para santrinya, di antaranya:

Nahwu (Jurumiyah, Al-Imrithi dan Alfiyah Ibnu Malik) Fiqh (Fathul Qarib,

Fathul Mu’in), Sharaf (Amtsilatu Tashrif, Makshud, Qowaidul I’lal), Tauhid

(Fathul Majid, Matan Umm Barahain) Tafsir (Tafsir Jalalain, Ulumul

Qur’an) Balaghoh (Husnus Syiyaghoh) Hadist (Bulughul Marom, Riyadhus

Sholihin) Ushul Fiqh (Waroqoot, Ghayatul Wushul) Akhlak (Adabul Ta’lim

Muta’llim, Kifayatul Atqiya) Manakib, Sullamul Munauroq) dan lain

sebagainya.

Kitab-kitab tersebut sejauh pengamatan dan pengalaman penulis, adalah

kitab-kitab standar yang “harus” ada pada pesantren NU. Demikian juga ke

Syafiiyyahan pesantren Sabilul Hasanah dapat dilihat pada kitab-kitab fiqh

yang diajarkan di atas.

Tradisi pesantren NU juga tampak jelas pada kegiatan-kegiatan santri di

lingkungan pesantren. Di antaranya Yasinan, Tahlilan, pembacaan Barjanji,

pembacaan Manaqib, seni Hadrah dan lainnya. Sebagaimana diketahui,

hampir seluruh pesantren yang berafiliasi ke NU, hampir dapat dipastikan

akan melakukan tradisi kegiatan-kegiatan tersebut, yang hampir tidak akan

ditemukan pada pesantren non NU.

Mengetahui mazhab fiqh dan afiliasi organisasi keagamaan pesantren

Sabilul Hasanah adalah sangat penting dalam penelitian ini. Dengan

mengetahui mazhab fiqh dan afiliasi organisasi pesantren Sabilul Hasanah,

maka peneliti akan mudah untuk merumuskan bagaimana sikap dan


pandangan pesantren terhadap paham pluralisme yang menjadi fokus dalam

penelitian ini.

7. Demografi Santri dan Ustadz Pesantren

Jumlah santi di Pesantren Sabilul hasanah adalah 1.199, dengan

perincian jumlah santri pria berjumlah 501 orang dan santri perempuan

berjumlah 698 orang, dengan tenaga pengajar dan tenaga kependidikan

berjumlah 125 orang.14 Santri ini memiliki latar belakang daerah yang

beragam. Sebagain besar masih berasal dari kabupaten Banyuasin dan Muba.

Asal suku santri juga beragam, terdapat suku Melayu, Jawa, Bugis, Sunda dan

lainnya, namun demikian lebih dominan Melayu dan Jawa.

Tenaga pengajar dan tenaga kependidikan berjumlah 125 orang.

Sebagaimana halnya santri, para ustadz ini juga berasal dari suku yang

beragam, terutama didominasi Melayu dan Jawa. Pimpinan pesantren tidak

membatasi ustadz/guru dalam hal faham keagamaan secara sangat ketat.

Karena itu dijumpai beberapa ustadz yang tidak berhaluan NU, ada juga dari

warga Muhammadiyah. Namun demikian, ustadz yang berfaham keagamaan

garis keras, tidak ditemukan di pesantren ini.

8. Struktur Organisasi

Majelis Pengasuh

Pimpinan/Ketua : KH. Muhammad Mudarris SM.

Wakil & Anggota : H. M. Wahib Sunharlan SM.


14
http://pbsb.ditpdpontren.kemenag.go.id/pdpp/profil/8296, diakses pada 29 Juli 2019
Sekret. & Anggota : H. M. Syarif Chumas Asyawali

Anggota : 1. Nyai Hj. Siti Nurjannah

2. H. M. Ubaidillah Luai Addimsiki, M.Si

3. H. M. Tamamul Abrori SM`

4. H. Ahmad Mubari, M.Pd.I

Pengurus Harian

Lurah Pondok : H. M. Abdullah Yazid Attamimi

Wakil Lurah : Hj. Dewi Malihah Masruroh

Sekretaris : Mirliansyah, S.Pd.I

Wk. Sekretaris : Lucky Setia Nugraha, S.Ud

Bendahara : Edi Santoso

Wakil Bendahara : Misbahul Munir, SE

Bidang-bidang

Pendidikan : Abdurrahman, S.Th.I, Siti Suharti Alhafidhoh

Peribadatan : H. Miftahul Huda, Mudatsir

KAMTIB : M. Syahrul Mubarok, S.Th.I, Abu Darda’, S.Sy

KKL/KKS : Hermansyah, Siti Basyiroh

Anda mungkin juga menyukai