Anda di halaman 1dari 79

48

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu

masalah dengan perlakuan tertentu (seperti memeriksa, mengusut, menelaah, dan

mempelajari secara cermat dan sungguh-sungguh) “sehingga diperoleh sesuatu

(seperti mencapai kebenaran, memperoleh jawaban atas suatu masalah,

pengembangan ilmu pengetahuan, dan sebagainya)”. Penelitian (reseach) juga

merupakan “serangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan masalah”.

Oleh karena itu untuk menghasilkan penelitian yang baik, maka diperlukan

pemahaman dan penguasaan terhadap berbagai hal yang erat kaitannya dengan

penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan satu hal yang harus dikuasai adalah

tentang metodologi penelitian.

Metode penelitian adalah “ilmu yang mempelajari tentang metode-metode

penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam penelitian”. Dengan demikian metode

penelitian dapat diartikan bahwa sebagai suatu bahasan yang membahas secara teknik

metode-metode yang digunakan dalam sebuah penelitian. Sehingga dapat dinyatakan

bahwa “metode merupakan suatu unsur yang mutlak ada didalam penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan”.

Berangkat uraian diatas, maka dalam penelitian ini akan menjelaskan tentang

metode yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. Pola/jenis penelitian
49

Fokus penelitian adalah “penggunaan media visual dalam

mengefektifkan proses pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama

Islam di SDN II Demuk Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung”.

Dalam mengungkapkan subtansi peneliti melakukan penelitian pada

latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. Dengan demikian

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu inkuiri

naturalistik alamiah. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong

yang dimaksud penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang

menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang atau perilaku yang dapat diamati.

Metode kualitatif lebih diutamakan dalam paradigma naturalistik

bukan karena kuantitatif, melainkan metode kualitatif lebih manusiawi bagi

manusia sebagai instrumen peneliti. Metode interview dan metode observasi

begitu juga tehnik analisanya lebih merupakan ekstensi dari perilaku manusia

seperti berbicara, mendengarkan, melihat, berinteraksi, bertanya, minta

penjelasan, mengekspresikan kesungguhan dan menangkap yang tersirat.

“Pola penelitian desktriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode

dalam penelitian status sekelompok manusia suatu obyek, suatu kondisi, suatu

sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada sekarang”.

Penelitian ini berusaha untuk membuat deskripsi fenomena yang

diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan fakta atau

karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat. Tujuan utama

penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan


50

akurat tentang material atau fenomena yang telah diselidiki. Dari pengertian

pola penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif ini

diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan

dilakukan dan tujuannya untuk melukiskan variabel atau kondisi apa yang ada

dalam situasi tersebut.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti adalah salah satu tenaga pendidik/guru di SDN II Demuk

tersebut. Dalam penelitian ini peneliti akan datang langsung menemui

pimpinan lembaga pendidikan dalam hal ini kepala sekolah, para dewan guru

dan stafnya di SDN II Demuk Kecamatan Pucanglaban Kabupaten

Tulungagung. Peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap

obyek/data yang dibutuhkan yaitu tentang penggunaan media pendidikan

agama Islam di SDN II Demuk.

Kehadiran peneliti di sini dimaksudkan supaya mampu memahami

kenyataan-kenyataan lapangan yang terkait dengan obyek penelitian dan dapat

memperoleh informasi yang faktual tentang masalah yang diteliti.

Seorang peneliti dalam penelitian kualitatif harus bisa menempatkan

diri ketika berada di lapangan penelitian, seorang peneliti diharapkan untuk

selalu bersikap alamiah, tidak menonjol dan dengan cara yang tidak memaksa

ketika berinteraksi dengan subyek penelitian.

Jika peneliti memperlakukan subyek penelitian sebagai subyek

penelitian sebenarnya, maka mereka akan bertindak sebagai subyek

penelitian, hal ini memungkinkan subyek tidak bertindak dan bereaksi secara
51

alamiah dalam latar alamiahnya. Maka dalam hal ini peneliti berusaha untuk

menyidik orang-orang dalam latar alamiahnya tentang bagaimana mereka

berpikir dan bertindak menurut cara mereka. Dengan demikian peneliti

berusaha agar jangan sampai terjadi tindakan dan cara para subyek peneliti

berubah.

Oleh karena itu cara mengadakan wawancara tidak semua dilakukan

secara formal, yakni wawancara dilakukan dengan cara non formal yang mana

subyek yang diwawancarai tidak menyadari bahwa mereka telah

diwawancarai untuk diteliti dan dilakukan antara dua orang, (yaitu

pewawancara dan yang diwawancarai) dengan derajat yang sama.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di sebuah lembaga pendidikan Dasar yaitu di

SDN II Demuk Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung. Sekolah ini

secara struktural di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional, yang

mana di dalamnya digunakan sebagai tempat pentransferan ilmu-ilmu umum

dan ilmu agama dengan berpedoman pada kedisiplinan dalam segala bidang

kehidupan.

Di SDN Demuk II ini peneliti pilih dengan alasan terdapatnya sebuah

masalah terkait dengan kurang optimalnya kinerja guru dalam menggunakan

media pembelajaran PAI yang ada serta kurangnya kreatifitas guru dalam

menggunakan media pembelajaran PAI di SDN II tersebut dan kurang

sadarnya para guru akan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai tenaga
52

pendidik dalam rangka untuk menunjang keefektifan proses tujuan pendidikan

serta mempunyai daya saing dengan sekolah-sekolah lain yang setingkat.

4. Sumber Data

Arikunto menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber data

adalah “subyek dari mana data diperoleh”. Sedangkan menurut Lofland

sebagaimana yang dikutip maleong menyatakan bahwa sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan berhubungan

dengan fokus penelitian. Data yang bersumber dari manusia dan data yang

bersumber dari non manusia. Data dari manusia diperoleh dari orang yang

menjadi informal (orang yang secara langsung, menjadi subyek penelitian).

Sedangkan data non manusia bersumber dari dokumen-dokumen berupa

catatan, hasil observasi yang berhubungan dengan fokus penelitian.

Adapun suber-sumber data tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga

yaitu : Person, Place, dan Paper.

a) Person yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban

lisan melalui wawancara atau interview. Dan termasuk sumber data ini

adalah kepala sekolah, Guru Pendidikan agama Islam, siswa, serta

semua pihak yang terkait dengan penggunaan media visual grafis

pendidikan agama Islam di SDN II Demuk .

b) Place yaitu sumber data ini dapat memberikan gambaran situasi,

kondisi, pembelajaran yang berkaitan dengan masalah yang dibahas


53

dalam penelitian. Misalnya: gedung sekolah, ruang kelas, masjid atau

musholla sekolah .

c) Paper yaitu sumber data yang menyajikan data-data berupa huruf,

angka, gambar, dan symbol-symbol yang lain. Data ini diperoleh

melalui metode dokumentasi yaitu berupa: daftar guru dan arsip yang

masih relevan dengan penelitian ini .

Dari ketiganya ini peneliti jadikan sebagai sumber utama yang

dituangkan dalam catatan tertulis untuk kemudian disajikan dalam skripsi

sebagai hasil usaha gabungan hasil melihat, mendengar, bertanya dan

mencatat untuk memperkaya data.

Hal tersebut dilakukan secara sadar dan terarah, karena memang dari

berbagai macam informasi yang tersedia tidak seluruhnya akan digali oleh

peneliti.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kata-kata dan tindakan

Data yang berbentuk kata-kata ini diambil dari para responden atau

informan pada waktu kegiatan wawancara langsung. Jadi data ini berupa

keterangan dari para responden atau informan untuk mengetahui tata cara

pemilihan dan evaluasi media visual grafis pendidikan agama Islam kelas

III di SDN II Demuk.

Sedangkan data yang berbentuk tindakan, diperoleh dari kegiatan

observasi yang mengamati tentang bagai mana guru dalam menggunakan

media visual grafis Kelas III di SDN II Demuk.


54

b. Data tertulis

Data yang berbentuk tulisan ini diperoleh dari pihak SDN II Demuk

yang tentunya berkaitan dengan subyek penelitian, yaitu penggunaan media

visual grafis pendidikan agama Islam di SDN II Demuk.

Data dalam penelitian ini adalah semua data atau informasi yang

diperoleh dari para informan yang dianggap paling mengetahui secara rinci

dan jelas mengenai fokus penelitian yang diteliti. Selain itu, data juga

diperoleh dari hasil dokumentasi yang menunjang terhadap data yang

berbentuk kata-kata tertulis maupun tindakan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengeksplorasi jenis data kualitatif

yang terkait dengan masing-masing fokus penelitian yang sedang diamati.

Sumber data dalam penelitian ini ialah terkait dengan dari mana data tersebut

diperoleh. Data ini dapat diperoleh dari kepala sekolah SDN II Demuk, guru-

guru, siswa, dan sumber-sumber lain yang dimungkankan dapat memberikan

informasi.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer

untuk keperluan penelitian. Pengumplan data merupakan langkah yang amat

penting diperoleh dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang

dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Pengumpulan data adalah

prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang di

perlukan. Perlu dijelaskan bahwa pengumpulan data dapat dikerjakan

berdasarkan pengalaman.
55

Memang dapat dipelajari metode-metode pengumpulan data yang

lazim digunakan, tetapi bagaimana mengumpukan data di lapangan, dan

bagaimana menggunakan teknik tersebut dilapangan atau di laboratorium,

berkehendak akan pengalaman yang banyak.

Secara umum metode pengumpulan data terbagi atas beberapa

kelompok yaitu:

a. Observasi (pengamatan)

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen.

Teknik observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematik terhadap gejala

yang tampak pada obyek penelitian (Margono). Observasi sebagai alat

pengumpulan data, ini banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku

ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik di dalam

situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat di bedakan

menjadi particiobservation (observasi berperan serta) dan non

participantobservation. Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan

maka observasi dapat di bedakan menjadi observasi tersetruktur dan tidak

tersetruktur.

a. Observasi Berperanserta (Participant Observation)

Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

b. Observasi Nonpartisipan
56

Dalam observasi ini peneliti tidak telibat dan hanya sebagai pengamat

independen.

c. Observasi Tersetruktur

Dalam observasi ini adalah observasi yang telah dirancang secara

sistematis, tentang apa yang akan diamati, dimana tempatnya. Jadi

observasi tersetruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti

tentang variable apa yang akan diamati.

d. Observasi Tidak Tersetruktu

Observasi Tidak Tersetruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan

secara sistematis tentang apa yang akan diobservasikan, hal ini dilakukan

karena peneliti tidak tau secara pasti tentang apa yang akan diamati.

Dalam penelitian ini peneliti mengamati dengan cara langsung.

Pengamatan langsung di sini yaitu peneliti langsung terjun atau melibatkan

diri dalam latar yang sedang diteliti. Metode ini digunakan peneliti untuk

mengetahui secara empiris tentang fenomena yang diamati dan untuk

memperoleh data yang berhubungan dengan cara guru dalam menggunakan

media visual grafis dalam mengefektifkan proses pencapaian tujuan belajar

PAI siswa kelas III di SDN II Demuk.

b. Wawancara Mendalam

Pewawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti, dan juga apa bila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil.


57

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan intervew pada

satu atau beberapa orang yang bersangkutan.

Menurut Suharsimi Arikunto metode interview dibagi menjadi 3

macam:

1. Interview bebas (Ingaudet interview), dimana pewawancara bebas


menanyakan apaa saja, tetapi mengingat juga akan data apa yang akan
dikumpulkan.
2. Interview terpimpin (guidet interview), yaitu interview yang dilakukan
oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaaan lengkap dan
terperinci seperti yang dimaksudkan dalam interview instruktur.
3. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan
interview terpimpin. Dalam melaksanakan pewawancara membawa
pedoman yang hanya gasis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

Berdasarkan dari ketiga metode interview di atas, maka peneliti dalam

melaksanakan penelitian menggunakan metode interview bebas terpimpin,

yaitu peneliti membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang

hal-hal yang akan ditanyakan yang ada kaitannya dengan bagaimana guru PAI

dalam memilih media visual grafis di SDN II Demuk dan Bagaimana tata cara

guru PAI dalam mengevaluasi media visual gravis di SDN II demuk.

Dengan metode ini, dimaksudkan untuk mencari kelengkapan data

yang terkait dengan penggunaan media visual grafis dalam mengefektifkan

proses pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama islam kelas III di

SDN II Demuk Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung yang

diperoleh selama menggunakan metode observasi hasil wawancara kemudian

disusun secara sistematis.

Dalam hal ini, peneliti berinteraksi langsung dengan Guru Pendidikan

Agama Islam (GPAI) guna memperoleh data, sehingga validitas data tersebut
58

akurat. Dan tak lupa peneliti dalam wawancara mendalam membuat field note

agar tidak lupa terhadap data yang diperoleh.

Bogdan dan Biklen sebagaimana yang dikutip Ahmad Tanzeh dan


Suyitno, menyatakan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang
apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

Maka dari itu peneliti selalu membuat fild note setiap melakukan

metode penelitian, terutama hasil interview atau wawancara.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yaitu pengumpulan data dengan melihat atau mencatat

laporan yang sudah tersedia. Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-

dokumen resmi seperti: monografi, catatan-catatan serta buku-buku peraturan

yang ada.

Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode pengumpulan data

dengan cara mencatat dokumen-dokumen, arsip-arsip, catatan-catatan

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda, foto dan lain-lain yang

ada kaitannya dengan latar belakang obyek penelitian.

Disini peneliti menggunakan dokumentasi untuk mengetahui data-data

dari latar belakang obyek penelitian antara lain untuk mengetahui sejarah

berdirinya sekolah, keadaan guru, siswa, struktur organisasi, denah sekolah,

dan lain-lain sebagainya.


59

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategorisasi dan satuan uraian

dasar.

Sementara itu Bogdan dan Biklen mengemukakan, sebagaimana yang

dikutip Ahmad Tanzeh dan Suyitno, bahwa analisa data adalah “proses

pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-catatan

dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman

terhadap semua hal yang dikumpulkan dan menyajikan apa yang ditemukan”.

Miles dan Huberman mengatakan sebagaimana dikutip Ahmad Tanzeh

dan Suyitno, analisis data interaktif (interaktif model) terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu : (a) reduksi data, (b) penyajian

data, (c) penarikan kesimpulan. Ketiga alur tersebut dapat dilihat dalam uraian

sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh peneliti dari lapangan jumlahnya cukup

banyak untuk itu perlu dicatat lebih teliti dan rinci. Semakin lama peneliti

terjun kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan

rumit.
60

Miles dan Huberman mengatakan, sebagaimana dikutip Ahmad

Tanzeh dan Suyitno, reduksi data merupakan suatu kegiatan proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data mentah yang didapat dari catatan-catatan yang tertulis di

lapangan.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa reduksi data berlangsung

terus-menerus selama penelitian.

Setelah itu disederhanakan, disusun secara sistematis dan

dijabarkan hal-hal yang penting tentang hasil temuan dan maknanya.

Dalam proses reduksi data ini, banyak data temuan yang berkenaan

dengan masalah penelitian saja yang dipakai. Sedangkan data yang tidak

relevan dengan masalah penelitian dibuang. Dengan kata lain reduksi data

merupakan analisis yang menggolongkan, menajamkan, mendengarkan,

membuang yang tidak penting dan menggorganisasikan data sehingga

memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan. Data yang peneliti

peroleh dilapangan, peneliti dipilih dan dikelompokkan sesuai dengan

fokus penelitian sehingga data akan lebih mudah dipahami dan dimengerti

hingga akhir data dapat disajikan dengan baik.

Adapun langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam

pengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Membuat ringkasan dan mengedit hasil wawancara sementara. Jadi

setiap melakukan wawancara dengan siswa, guru atau yang lainya,


61

maka kemudian hasilnya diringkas dan diedit mana yang sekiranya

dan sudah sesuai.

2. Mengembangkan pertanyaan selama wawancara. Jadi setiap

pertanyaan dalam wawancara, selalu peneliti kembangkan guna

menggali data yang lebih dalam.

3. Mempertegas fokus penelitian. Selama penelitian, penulis selalu

memperhatikan focus penelitian, hal ini bertujuan agar setiap data

yang dikumpulkan tetap dalam lingkup focus penelitian ataupun sesuai

dengan focus penelitian.

b. Penyajian data

Proses penyajian data ini merupakan proses penyusunan informasi

secara sistematis yang memberikan kemungkinan ditarik kesimpulan.

yang mana kesimpulan tersebut merupakan hasil temuan penelitian karena

data yang didapat berupa kata-kata atau kalimat yang berhubungan dengan

fokus penelitian.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh disajikan dalam bentuk

uraian singkat dan teks bersifat naratif. Karena dalam penelitian ini, data

yang didapat berupa kalimat, kata-kata yang berhubungan dengan fokus

penelitian, sehingga sajian data merupakan sekumpulan informasi yang

tersusun secara sistematis yang memberikan kemungkinan untuk ditarik

kesimpulan. Dengan kata lain, proses penyajian ini merupakan proses

penyusunan informasi secara sistematis dalam rangka memperoleh

kesimpulan-kesimpulan berbagai temuan penelitian.


62

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan pada saat analisis data yang

berlangsung secara terus menerus selesai dikerjakan, baik yang

berlangsung di lapangan maupun setelah selesai di lapangan.

Untuk mengarah pada hasil kesimpulan ini tentunya berdasarkan hasil

analisis data, baik yang berasal dari catatan lapangan, observasi,

dokumentasi dan lain-lain yang didapatkan pada saat melaksanakan

kegiatan lapangan. Metode yang terakhir digunakan adalah metode

komparatif, yaitu "metode yang digunakan untuk membandingkan data-

data dari keterangan yang berkaitan dengan permasalahan kemudian

ditarik kesimpulan".

Dengan menggunakan metode-metode tersebut data yang telah

terkumpul dianalisis. Dalam tahapan analisa ini peneliti berusaha untuk

menarik kesimpulan terhadap data-data yang diperoleh dari lokasi selama

penelitian berlangsung. Dengan tahap ini diharapkan dapat menjawab

semua masalah yang telah dirumuskan dalam fokus penelitian yang telah

ditetapkan sebelumnya.

7. Pengecekan keabsahan temuan

Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam

penelitian ini, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya, untuk

menetapkan keabsahan data diperlukan tehnik pemeriksaan. Pelaksanaan

tehnik pemeriksaan berdasarkan atas empat kriteria atau hal, yaitu:


63

a. Derajat kepercayaan

(credibility)

b. Ketrampilan

(transferability)

c. Ketergantungan

(dependability)

d. Kepastian

(confirmability)

Adapun untuk memeriksa keabsahan dan kebenaran data, maka

dilakukan dengan cara:

a.Trianggulasi

Dalam pandangan Moleong, trianggulasi adalah “tehnik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai bandingan keabsahan data”. Dengan

cara ini peneliti bisa menarik kesimpulan yang mantap tidak hanya dari satu

cara pandang sehingga bisa diterima kebenarannya.

Penerapannya yakni peneliti membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara serta data dari dokumentasi yang berkaitan.

Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber data bisa teruji

kebenarannya bila mana dibandingkan data yang sejenis yang diperoleh dari

sumber lain yang berbeda.

b. Teman sejawat
64

Pemeriksaan sejawat menurut Moleong adalah tehnik yang

dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau akhir yang

diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Dari

hasil informasi yang digali, diharapkan bisa terjadi perbedaan pendapat

yang akhirnya lebih memantapkan hasil penelitian.

Tehnik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau

hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi rekan sejawat. Demikian

halnya dalam penelitian ini, peneliti juga menguji keabsahan data dengan

cara mengadakan diskusi dengan beberapa rekan sejawat, terutama dengan

rekan penulis yang membantu mengumpulkan data dari lokasi penelitian.

Usaha ini juga bisa dikatakan sebagai cara untuk mengecek

persamaan dan perbedaan pandang antara peneliti dengan rekan melalui

diskusi dan tanya jawab agar subyektifitas peneliti dalam menghadapi data

bisa dihilangkan dan obyektifitas dalam menghadapi data bisa diperkuat.

Pembahasan ini peneliti lakukan bersama beberapa teman sejawat

atau sesama peneliti yang kemudian mendiskusikan data yang dipeoroleh

oleh penulis tersebut, sehingga menghasilkan pemikiran atau ide yang sama

dari penelitian yang telah dilakukan.

c. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data,

sehingga diperlukan perpanjangan peneliti pada lokasi penelitian untuk

memperoleh data yang akurat dan memiliki keabsahan, maka peneliti ini
65

dilakukan tidak hanya sekedar memperoleh data saja, melainkan peneliti

masih perlu hadir untuk mengadakan konfiramsi data dengan sumbernya.

Oleh karenanya di sini peneliti guna memperoleh data yang akurat dan

memiliki keabsahan, peneliti tidak hanya sekedar menggali data sebanyak-

banyaknya, tetapi peneliti juga perlu memperpanjang kehadirannya untuk

mengadakan konfirmasi data lebih lanjut dengan sumbernya untuk

memperkecil kesalahan dan juga data yang digali benar-benar valid dan

akurat.

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahap penelitian ini disusun dengan langkah sebagai berikut:

a. Mengajukan judul ke Ketua Program Studi

b. Melakukan studi pendahuluan untuk memperoleh kejelasan masalah data

c. Meninjau lokasi penelitian

d. Menyusun proposal sebagai pedoman kerja penelitian (field work)

e. Melaksanakan penelitian dan mengumpulkan data yang diteliti

f. Menganalisa data (refleksi) dan merumuskan rencana tindakan ulang/

perbaikan.

g. Menyusun laporan penelitian dan mengadakan seminar untuk

meningkatkan kecermatan bila mungkin ada kekurangan atau kekeliruan

yang mungkin ada.

h. Mengadakan laporan dan menyampaikan baik kepada pembimbing serta

pada lembaga yang berwenang.

Sedangkan menurut pendapat Moloeng yang terdiri dari:


66

1) Tahap pra lapangan

- Menyusun rancangan penelitian

- Memilih lapangan penelitian

- Mengurus perizinan

- Menjajaki dan memanfaatkan informasi

- Menyiapkan perlengkapan penelitian

- Persoalan etika penelitian

2) Tahap pekerjaan lapangan

- Memahami latar penelitian dan persiapan diri

- Memasuki lapangan

- Berperan serta sambil mengumpulkan data

3) Tahap analisis data

Pada tahap ini peneliti menyusun data yang telah terkumpul serta

sistematis dan terinci, sehingga data tersebut mudah dipahami dan

temuannya dapat di informasikan kepada orang lain secara jelas.

4) Tahap pelaporan hasil penelitian

Tahap ini dilakukan dengan membuat laporan tertulis dari hasil

penelitian yang telah dilakukan. Laporan ini akan ditulis dalam bentuk

skrpsi.
67
68

A. Tinjauan Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

“tengah” “perantara” atau “materi” “pengantar” atau pengantar pesan dari

pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely mengatakan bahwa media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan

sekolah merupakan media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan

sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,

dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.

Association for Education and Communication Technology (AECT)

mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses

penyaluran informasi.

Sedangkan Education AssociationI (NEA) mendefinisikan sebagai benda

yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta

instrument yang digunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat

mempengaruhi efektifitas program intruksional.

Di samping sebagai sistem penyampaian pesan atau informasi. Disamping

sebagai sistem penyampaian atau pengantar media yang sering diganti dengan kata

mediator menurut Fleming adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan

dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media


69

menujukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara

dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Di samping itu

mediator dapat pula mencerminkan pengartian bahwa setiap sistem pembelajaran

yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan canggih,

dapat disebut media. Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan

mangantarkan pasan-pesan pembelajaran.

Heinich dan kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai

perantara yang mengajar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film,

foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan bahan-bahan cetakan, dan

sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan

atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud

pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.

Media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai

pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi

tersebut dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses

komunikasi.

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang

mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Satu diantaranya adalah

meningkatkan minat belajar siswa selama melakukan proses pembelajaran itu

sendiri. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat

perhatian guru sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena

itu tiap-tiap pendidik perlu mempelajari bagaimana menetapkan media

pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam


70

proses belajar mengajar.

Guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan

oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai

dengan perkembangan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat

yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan

keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping

itu, guru dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media

pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.

Sementara itu Gagnet dan Briggs secara implicit mengatakan bahwa media

pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi

materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape, recorder, kaset, video

camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi

dan computer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau

wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang

dapat merangsang siswa untuk belajar. Berdasarkan uraian beberapa batasan

tentang media di atas berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada

setiap batasan itu.

a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

sebagai hadwer (perangkat keras) yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat,

didengar, atau diraba, dengan panca indera

b. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai

software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam

perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
71

c. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik

di dalam maupun di luar kelas.

e. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru

dan siswa dalam proses pembelajaran.

f. Media pendidikan dapat digunakan secara masal.

g. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan menajemen yang berhubungan

dengan penerapan suatu ilmu.

2. Tujuan Media Pembelajaran

Dalam bukunya Hujair Sanaky menyebutkan bahwa tujuan media

pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Mempermudah proses pembelajaran di kelas

b. Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran

c. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar, dan

d. Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.

3. Fungsi media pembelajaran

Dalam buku Asnawir & Basyirudin Usman mengemukakan bahwasannya

pada saat ini media pengajaran mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan

mengajar bagi guru

b. Memburu pengalaman lebih nyata (yang abstrak menjadi konkrit)

c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak

membosankan)
72

d. Semua indra murid dapat diaktifkan, kelemahan satu indra dapat di

imbangi oleh indra lainnya

e. Dapat membengkitkan dunia teori dengan realita

f. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

4. Manfaat Media pembelajaran

Dalam bukunya Ashar Arsyad mengemukakan bahwa manfaat media

pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan infomasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan motivasi

belajar, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih

langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk

belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan

waktu.

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada

siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan

lingkungan nya misalnya melalui karyawisata, kunjungan kemusium atau

kebun binatang.

5. Urgensi Penggunaan Media Pembelajaran

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi.

Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri


73

di mana guru atau dosen dan siswa/mahasiswa bertukar pikiran untuk

mengembangkan ide dan pengertian.

Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan

sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh

adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa/ mahasiswa, kurangnya

minat dan kegairahan, dan sebagainya.

Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan

media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media

dalam kegiatan tersebut di samping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap, dan

lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.

Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-

langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik. Penggunaan media dalam

proses belajar mengajar mampunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:

a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki

siswa atau mahasiswa. Pengalaman masing-masing individu yang beragam

karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam

pengalaman yang dimiliki mereka. Dua orang anak yang hidup di dua

lingkungan alam yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda

pula. Dalam hal ini media akan dapat mengatasi perbedaan-perbedaan

tersebut.

b. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami

secara langsung oleh siswa di dalam kelas, seperti obyek yang terlalu besar

atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu
74

lambat. Maka dengan melalui media akan dapat diatasi kesukaran-

kesukaran tersebut.

c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan

lingkungan. Gejala fisik dan sosial dapat diajak berkomunikasi dengannya.

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan, pengamatan yang

dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang

dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

e. Media dapat menankam konsep dasar yang benar-benar kongkrit dan

realistis, penggunaan media seperti gambar, film, model, grafik, dan

lainnya dapat memberikan konsep dasar yang benar.

f. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan

menggunakan media, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi

semakin tajam, dan konsep konsep dengan sendirinya semakin lengkap,

sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul.

g. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk

belajar. Pemasangan paan di papan bulletin, pemutaran film dan

mendengarkan program audio dapat menimbulkan rangsangan tertentu ke

arah keinginan untuk belajar.

h. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang

kongkrit sampai kepada yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda

atau kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan

dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang wujud, ukuran, dan

lokasi. Di samping itu dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang


75

arti kepercayaan suatu kebudayaan dan sebagainya.

6. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses

belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing

media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu memilihnya

dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna.

Ada bebarapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara

lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa,

ketersediaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) mutu

teknis dan biaya. Oleh sebab itu beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan

antara lain:

a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan

komponen yang utama yang harus diperhatikan dalam memilih media.

Dalam penetapan media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-

benar tergambar dalam bentuk perilaku (behavior).

b. Aspek materi menjadi pertimbang yang dianggap penting dalam memilih

media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan

akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.

c. Kondisi audien (siswa) dari segi subyek belajar menjadi perhatian yang

serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak.

Faktor umur, intelegensi, latar pendidikan, budaya, dan lingkungan anak

menjadi titik perhatian dan petimbangan dalam memilih media pengajaran.


76

d. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesein

sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi

pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu media dianggap tepat untuk

digunakan di kelas akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media atau

peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendisain atau merencanakan

suatu media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan oleh guru.

e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan

disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan

kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang

dengan hasil yang akan dicapai. Pemanfaatan media yang sederhana

mungkin lebih menguntungkan dari pada menggunakan media yang

canggih (teknologi tinggi) bila mana hasil yang dicapai tidak seimbang

dengan dana yang dikeluarkan.

Sedangkan dalam buku ashar menyatakan kriteria pemilihan media sebagai

berikut:

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan

tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu

kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif afektif

dan psikomotor.

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,

prinsip, atau generalisasi.

c. Praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia, waktu, dana atau
77

sumber dana lainnya, untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan.

Media yang mahal dan memakan waktu yang lama untuk

memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria

ini menuntun para guru atau instruktur untuk memilih media yang ada,

mudah diperoleh atau mudah dibuat sendiri oleh guru.

d. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria.

Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses

pembelajaran. Nilai dan manfaat amat ditentukan oleh guru yang

menggunakannya.

e. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar

belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau

perorangan, ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar,

kelompok sedang maupun kecil atau perorangan. Ada media yang tepat

untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang maupun kelompok kecil

atau perorangan.

f. Mutu teknis Pengembangan visual baik gambar atau fotograf harus

memenuhi persyaratan tehnis tertentu, misalnya visual pada slite harus

jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan

tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.

7. Prinsip Pemanfaatan Media Pembelajaran

Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau

mempertinggi mutu proses kegiatan belajar megajar. Oleh karena itu harus

diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya yang antara lain:


78

a. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian

yang integral dari suatu sitem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat

bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap

perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.

b. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang

digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam

proses belajar mengajar.

c. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media

pengajaran yang digunakan.

d. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu

media pengajaran.

e. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan

sembarang menggunakannya.

f. Jika sekiranya suatu pokok bahasa memerlukan lebih dari macam

media, maka guru dapat memanfaatkan multi media yang digunakan

dan memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang

siswa dalam belajar.

1) Syarat- syarat Media Pembelajaran Dalam Pemanfaatan Proses Belajar

Mengajar

a. Media pengajaran yang dugunakan harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau

didengar.
79

c. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.

d. Media pengajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu siswa.

e. Media pengajaran tesebut merupakan perantara (medium) dalam proses

pembelajaran siswa.

2) Kegunaan Media Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai

berikut:

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalisti

( dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:

1) Obyek yang terlalu besar bias digantikan dengan realita, gambaran,

film bingkai, film, atau model.

2) Obyek yang kecil di bantu dengan proyektor mikro, film bingkai,

film, atau gambar.

3) Gerak yang terlalu lambat atau yang terlalu cepat dapat dibantu

dengan timeleps atau high- speed photograpy.

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bias ditampilkan

lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara

verbal.

5) Obyek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat

disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.

6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi,iklim, dan

lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai dan


80

gambar, dan lain-lain.

7) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan

berguna:

a) Menimbulkan kegairahan belajar

b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar anak didik

dengan lingkungan dan kenyataan

c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

8) Dengan sifat yang unik pada siswa ditambahkan lagi dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi

pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak

mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini

akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga

berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan

kemampuan dalam:

a) Memberikan perangsangan yang sama

b) Memprsamakan pengalaman

c) Menimbulkan persepsi yang sama.

Dalam buku Daryanto mengemukakan bahwasannya secara umum media

mempunyai kegunaan antara lain:

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.

b. Membetasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.


81

c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan

kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

f. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru

(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran. Siswa

(komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan

pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan

perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

3) Klasifikasi Media Pembelajaran

Rudi Berets (1977) mengklasifikasi ciri utama media pada tiga unsur pokok

yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga

bentuk yaitu gambar visual, garis (linergrapc) dan simbol. Disamping itu dia juga

membedakan media siar (transmisi) dan media rekam (recording) sehingga

terdapat 8 klasifikasi media:

a. Media audio visual gerak

b. Media audio visual diam

c. Media audio semi gerak

d. Media visual gerak

e. Media visual diam


82

f. Media visual semi gerak

g. Media audio

h. Media cetak.

Menurut Oemar hamalik dan 4 klasifikasi media pengajaran yaitu:

a. Alat-alat yang dapat dilihat misalnya film strip transparansi, micro

projector, papan tulis, buletin board, gambar-gambar, ilustrasi, chrat,

grapik, poster, peta dan globe.

b. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat di dengar misalnya:

phonograpy record, transkripsi electris, radio rekaman pada tape

recorder.

c. Alat-alat yang bisa dilihat dan idengar, misalnya film dan televisi,

benda- benda tiga dimensi yang biasanya dipertujukkan misalnya:

model, spicemens, bak pasir, peta electris, koleksi diorama.

d. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, san diwara, boneka dan

sebagainya.

Di samping itu para ahli media lainnya juga membagi jenis-jenis media

pengajaran itu kepada:

a. Media asli dan tiruan

b. Media bentuk papan

c. Media bagan dan grafis

d. Media proyeksi

e. Media dengar

f. Media cetak atau printed material.


83

B. Media Audio visual

Media Audio Visual berasal dari kata media yang berarti bentuk perantara

yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan,

atau pendapat sehingga ide, pendapat atau gagasan yang dikemukakan itu sampai

kepada penerima yang dituju. Dan audio visual yang berarti dapat didengar dan

dapat dilihat. Sehingga media audio visual dapat diartikan sebagai alat (sarana)

peraga yang bersifat dapat didengar dan dapat dilihat. Dasar media dirancang

untuk membantu dalam proses belajar mengajar dan dalam penggunaannya

mempunyai dua tujuan, tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum

dari penggunaan media adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam

kegiatan belajar mengajar.

Media audio visual yaitu media pengajaran dan media pendidikan yang

mengaktifkan mata dan telinga peserta didik dalam waktu proses belajar mengajar

berlangsung. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena

meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media

audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat

yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang

diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.

Media Audio-Visual ini mengandalkan 2 indera manusia sekaligus yakni

pendengaran (Audio) dan Penglihatan (Visual). Alat bantu ini juga merupakan alat

yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu kata serta tulisan dapat

menularkan pengetahuan, ide serta sikap peserta didik.

Media Audio-Visual terdiri dari: Media Audio Visual Diam dan Media
84

Audio Visual Gerak. Media Audio Visual Diam Yaitu media yang menampilkan

suara dan gambar diam, contohnya Sound slide (Film bingkai suara). Sedangkan,

Media Audio Visual gerak ialah media yang menampilkan suara dan gambar

bergerak, Contohnya seperti film, Televisi dan lain-lain. Dengan menggunakan

media audio visual ini diharapkan lebih memudahkan peserta didik untuk

menyerap lebih baik materi yang telah disampaikan oleh guru. Karena kegiatan

pembelajaran yang ideal adalah ketika guru mampu menciptakan kondisi dan aktif

sehingga materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah penggunaan materi yang

penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya

tergantung kepada pemahaman kata simbol-simbol yang serupa.

1. Fungsi Media Audio Visual

Media merupakan salah satu ide yang sangat tepat dalam menyiasati

kejenuhan peserta didik karena pembelajaran dengan menggunakan media dirasa

cukup efektif dan dapat menggairahkan semangat mereka dalam mengikuti

jalannya proses belajar mengajar. Media audio visual mempunyai berbagai macam

fungsi, seperti yang disebutkan Yusuf Hadi Miarso sebagai berikut:

a. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi pada otak, sehingga

otak dapat berfungsi secara optimal

b. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para

siswa

c. Media dapat melampaui batas ruang kelasMedia memungkinkan adanya

interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya


85

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan

e. Media membangkitkan keinginan dan minat baru

f. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar

g. Media memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang konkret

maupun abstrak

h. Media memberikan kesempatan siswa untuk belajar mandiri, pada tempat

dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri

i. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri guru maupun siswa.

Dasar media dirancang untuk membantu dalam proses belajar mengajar

dan dalam penggunaannya mempunyai dua tujuan, tujuan umum dan tujuan

khusus. Adapun tujuan umum dari penggunaan media adalah untuk meningkatkan

efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan khusus

dalam penggunaan media adalah diantaranya untuk:

a. Untuk menunjang kegiatan kelas.

b. Untuk mendorong dalam menggunakan penerapan cara- cara yang sesuai

dengan untuk mencapai tujuan program akademis.

c. Untuk membantu, memberikan perencanaan, produksi operasional dan

tindak lanjut untuk mengembangkan sistem instruksional.

Perlu disadari bahwa secara spesifik tujuan tersebut dimaksud untuk

meletakkan konsep dasar berfikir yang kongkrit dari suatu yang bersifat abstrak

sehingga pelajaran dapat dicerna dengan mudah karena anak dihadapkan pada

pengalaman yang secara langsung. Firman Allah Surat As Syuura ayat 51:
86

‫ي بِاِ ْذنِ ٖه َما يَ َش ۤا ُء‬ ٍ ‫َو َما َكانَ لِبَ َش ٍر اَ ْن يُّ َكلِّ َمهُ هّٰللا ُ اِاَّل َوحْ يًا اَوْ ِم ْن َّو َر ۤاِئ ِح َجا‬
Uَ ‫ب اَوْ يُرْ ِس َل َرسُوْ اًل فَيُوْ ِح‬
۵۱ : ‫ۗ﴾اِنَّهٗ َعلِ ٌّي َح ِك ْي ٌم ﴿الشورى‬
Artinya :“Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah
berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau
dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki.
Sesungguhnya dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. As Syuura
ayat 51).

Ayat di atas menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran memerlukan

sebuah perantara, sebagaimana Allah SWT memberikan wahyu kepada umatnya

juga melalui perantara. Begitu juga dalam proses pembelajaran di kelas seorang

guru juga memerlukan perantara untuk menyampaikan pelajaran.

Media audio visual sebagai alat peraga mempunyai fungsi melicinkan jalan

menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa

proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar

anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar

anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang

lebih baik.

2. Jenis Media Audio Visual


Menurut Rudi Bertz, sebagaimana dikutip oleh Asnawir dan M. Basyirudin

Usman, mengklasifikasikan ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara,

visual, dan gerak. Bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu

gambar visual, garis (linear graphic) dan symbol. Di samping itu juga

membedakan media siar (transmisi) dan media rekam (recording), sehingga

terdapat 8 klasifikasi media:

1) Media audio visual gerak


87

2) Media audio visual diam

3) Media audio visual semi gerak

4) Media visual gerak

5) Media visual diam

6) Media visual semi gerak

7) Media audio

8) Media cetak

Seperti umumnya media sejenis media audio visual mempunyai tingkat

efektivitas yang cukup tinggi, menurut riset, rata-rata diatas 60% sampai 80%.

Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras

selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, televise, tape recorder dan

proyektor visual yang lebar.

3. Desain Komunikasi Audio visual


Komunikasi memegang peranan penting dalam pengajaran. Agar

komunikasi antara guru dengan siswa berlangsung baik dan informasi yang

disampaikan guru dapat diterima siswa, guru perlu mengunakan media pengajaran.

Kegiatan belajar mengajar melalui media dapat terjadi bila ada komunikasi dari

guru (sender) dan siswa (penerima). Berikut ini model komunikasi menurut Berlo,

sebagaimana dipaparkan oleh Asnawir :

Gambar 2.1. Model Komunikasi Menurut


Berlo
88

Orang yang melakukan atau memberi informasi disebut sumber atau sender

dilambangkan (S), isi pesan disebut message dilambangkan (M), penerima pesan

disebut Receiver dilambangkan (R). Proses itu terjadi setelah ada reksi umpan

balik (feed back) atau dilambangkan (F). Dalam hal ini penerima akan berubah

fungsi menjadi sumber, sedangkan sumber menjadi penerima pesan. Dalam

konsep teknologi pendidikan, tugas media bukan hanya sekedar

mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar) dengan si penerima (si

belajar), namun lebih dari itu merupakan bagian yang integral dan saling

mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan lainnya, saling

berinteraksi dan saling mempengaruhi.

Association for Education and Communication Technology (AECT)

mengemukakan bahwa konsep media (audio visual) telah mensintesiskan konsep-

konsep komunikasi, sistem, unsur-unsur, atau komponenkomponen dalam suatu

sistem dan rancangan sistem serta konsep teori belajar. Berikut ini adalah bagan

desain komunikasi audio visual :


89

Gambar 2.2. Desain Komunikasi Audio Visual

Model proses komunikasi pengajaran ini memperlihatkan salah satu

komponen di dalam sistem, yaitu desain komunikasi audio visual yang

diklasifikasikan menurut jenisnya:

1. Pesan, merupakan informasi yang disampaikan berupa isi, makna, pengertian

dari materi pengajaran atau bahan pelajaran.

2. Media yang terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras disiapkan untuk

menyajikan pesan tepilih, misalnya modul dan slides suara.

3. Instruktor, adalah orang yang mengendalikan, menyajikan atau

menstransmisikan informasi, pesan, isi, makna, pengertian dari materi

instruksional.

4. Metode, adalah teknik-teknik tertentu yang digunakan agar penyajian informasi

menjadi efektif.
90

5. Lingkungan berupa kondisi-kondisi tertentu yang dikendalikan diatur atau

dimanipulasi guna menciptakan situasi pengajaran yang kondusif.

C. Tinjauan Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan

Secara luas pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman

belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.

Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi individu.

Sedangkan secara sempit pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah

pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan

remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna

dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.

a. Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani si pendidik menuju kepribadian

yang utama.

b. Ahmad Tafsir

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya, yang

melibatkan guru maupun tidak, baik formal maupun informal.

Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belaja terprogram dalam

bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di sekolah, dan diluar sekolah

yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi.

2. Pengertian pendidikan Agama islam


91

a. Pendidikan Islam menurut Miqdad Yeljin (seorang guru besar islam ilmu

sosial di Universitas Muhamma bin Su’ud di riyadh Saudi Arabia) adalah

diartikan sebagai usaha menumbuhkan dan membentuk manusia muslim

yang sempurna dari segala aspek yang bermacam-macam aspek kesehatan,

akal, keyakinan, kejiwaan, akhlak, kemauan, daya cipta dalam semua

tingkatan pertumbuhan yang disinari oleh cahaya yang dibawa oleh Islam

dengan versi dan metoe-metode pendidikan yang ada di antaranya.

b. Menurut Muhammad Fadhil al Jumaly (Guru Besar Pendidikan di Universitas

Tunisia) mengemukakan pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan

manusia kepada kehidupan yang baik dan menyangkut derajat

kemanusiannya, sesuai dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuan

ajarnya.

c. Menurut Omar Muhammad At Taumy al Syaibany pendidikan islam adalah

“sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya

atau kehidupan kemasyaakatan dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui

proses kependidikan”.

1) Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik

tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bangsa dan Negara.

b. Menurut Imam Ghazali tujuan pendidikan pendidikan agama islam


92

yang hendak dicapai adalah:

a) Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Alloh SWT.

b) Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup dunia

dan akhirat karena itu berusaha mengajar manusia agar mampu

mencapai tujuan yang dimaksudkan.

2) Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut Abdul Majid menyebut ada tujuh fungsi pendidikan agama islam

yaitu:

a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta

didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga. Pada dasarnya yang pertama-tama kewajiban menanamkan

keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam

keluarga.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat

mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam.

d. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan

kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan

pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dan lingkungannya

atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan


93

menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem

dan fungsionalnya.

g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat.

3) Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Media pendidikan agama ialah semua aktivitas yang ada hubungannya

dengan materi pendidikan agama Islam baik yang berupa alat yang

diperagakan maupun teknik/metode yang secara efektif dapat digunakan

oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan tidak

bertentangan dengan ajaran islam. Semua alat dapat digunakan untuk

menyampaikan informasi mengenai pendidikan dan pengajaran agama

kepada orang lain. Segala sesuatu atau benda dapat dipakai sebagai

media pengajaran agama seperti. Papan tulis, buku pelajaran, bulletin

board dan display, film atau gambar hidup dan lain sebagainya.

2. Makna Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dimaksud dengan makna media pembelajaran pendidikan agama Islam

di sini adalah media pembelajaran yang digunakan itu mempunyai arti

tersendiri bagi guru pendidikan agama islam yang memakianya,

sehingga ia dapat membantu peserta didiknya memproses pesan-pesan

pendidikan yang disampaikannya. Beberapa makna media media

pembelajaran pendidikan agama Islam diantaranya adalah:

a) Memperjelas pokok bahasan yang disampaikan. Penggunaan media


94

pembelajaran dapat mengefektifkan dan memfungsionalkan

penggunaan alat indera peserta didiknya sebanyak mungkin sesuai

dengan sifat materi dan pokok bahasan yang disampaikan. Dengan

menggunakan media pembelajaran yang tepat guna, uraian dan

contoh-contoh yang pernah dikemukakan guru semakin bertambah

jelas.

b) Membantu meringankan peranan guru PAI. Guru PAI yang mampu

memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi

memprogamkan pemakaiannya, maka peranannya dapat diserahkan

sebagian kepada media pembelajaran yang bersangkutan sehingga

secara tidak langsung membantu merangsang peserta didiknya

terlibat dalam proses belajar mengajar.

c) Mendorong peserta didik aktif belajar. Selama menggunakan media

pembelajaran, secara tidak langsung guru PAI telah memotivasi

seluruh kelas untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar

mengajar. Bahkan tak jarang peserta didik yang ingin sekali lagi

mengikut dan mengulangi penyajiannya, karena keinginannya yang

besar untuk memahami dengan baik.

d) Memberi pengalaman yang nyata kepada peserta didik. Masalah-

masalah agama seperti kekuasaan Allah SWT dapat ditampilkan

dalam bentuk media pembelajaranagama Islam, misalnya guru

memutar film mengenai gerhana matahari dan bulan dari awal

gerhana, sampai akhir dan kembali terang benderang. Pengalaman


95

nyata yang direkam ini disajikan kepada peserta didik sehingga

pesan pesan agama dapat dihayati oleh peserta didik dengan

sepenuh hati dan meyakinkan.

e) Memberikan perangsang, pengalaman dan pengamatan yang sama

kepada seluruh peserta didik dalam waktu yang sama.

Menggunakan media pembelajaran yang tepat, akan dapat

memberikan perangsang yang sama kualitasnya kepada peserta

didik sehingga pesan-pesan dan materi pembelajaran yang

disampaikan guru akan dihayati secara kebersamaan dalam waktu

yang sama seluruh kelas kecuali ada di antara peserta didik yang

kurang baik alat panca indranya.

3. Pola Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Oemar Hamalik (1989) menyebutkan beberapa pola media pembelajaran

yaitu:

a. Bahan-bahan cetakan atau bacaan (supplementary materials).

Berupa bahan bacaan seperti: buku, komik, koran, majalah, bulletin,

folder, periodical (berkala) pamlet, dan lain-lain. Bahan-bahan ini

lebih mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol-

simbol kata dan visual.

b. Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam katagori ini

terdiri atas:

a) Media tanpa proyeksi seperti papan tulis, papan tempel, papan

panel, bagan, diagram, grafik, poster, kartun, komik, gambar.


96

b) Media tiga dimensi. Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini

terdiri dari model, benda asli. Contoh, benda tiruan, diaroma,

boneka topeng, peta, globe, pameran dan museum sekolah.

c) Media yang menggunakan teknik atau masinal. Alat-alat yang

tergolong ke dalam kategori ini antara lai, slide dan film strip, film

rekaman, radio, televise, laboratorium elektronik, perkakas

otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi dan

komputer.

c. Sumber-sumber masyarakat.

Berupa obyek-obyek peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan,

masalah dan sebagainya. Berbagai bidang meliputi daerah, penduduk,

sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan,

pemerintahan, kebudayaan dan politik dan lain-lain. Dalam

mempelajari hal tersebut diperlukan metode, yakni karyawisata,

manusia sumber, survei, berkemah, pengambilan sosial, kerja

pengalaman dan lain-lain.

d. Kumpulan benda-benda (material collections)

Benda-benda atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke

sekolah untuk dipelajari, seperti potongan kaca, potongan sendok,

daun, benih, bibit, bahan kimia dan lain-lain

e. Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru.

Semua contoh kelakuan yang dipertunjukkan oleh guru sewaktu

mengajar, misalnya dengan tangan, dengan kaki, gerakan badan,


97

mimik dan lain-lain. Peragaan yang tergolong ke dalam kategori ini

tak mungkin kita sebutkan satu persatu karena sangat banyak

macamnya dan sangat tergantung kepada kreasi dan inisiatif pribadi

guru sendiri, tetapi pada pokoknya jenis media ini hanya dapat dilihat,

didengar, dan ditiru oleh siswa. Kaitannya dengan contoh-contoh

kelakuan yang dicontohkan guru, para Nabi menyebarkan agama

kepada umatnya/kaumnya dengan menggunakan media yang tepat

yakni melalui media pembuatan Nabi sendiri dan dengan jalan

memberikan contoh teladan yang baik.

Usman (2002) Contoh-contoh yang baik tersebut sangat besar pengaruhnya

dalam misi pendidikan agama islam dan dapat menjadi faktor yang menetukan

terhadap keberhasilan dan perkembangan tujuan pendidikan secara luas.

Dengan demikian melalui suri teladan atau model perbuatan dan tindakan

yang baik oleh seorang pendidik akan dapat menumbuh kembangkan sifat dan

sikap yang baik pula terhadap peserta didik.


98
99

BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep media pembelajaran Audio Visual

Perkembangan teknologi tentunya memberikan dampak positif terhadap

dunia pendidikan, karena dengan memanfaatkan tekmologi pembelajaran akan

lebih profesional dan membuat guru dan peserta didik menjadi kreatif. Hal ini

sesuai dengan isi jurnal Benson dan Odera (2013, hlm. 12) dalam jurnalnya

mengemukakan bahwa Media is expected to play a critical role in enhancing

academic performance. Yang artinya media diharapkan dapat memainkan peran

penting dalam meningkatkan prestasi akademik. Pendidikan yang maju tentunya

menuntut fasilitas yang memadai, tenaga pengajar yang profesional dan cara

mengajar yang kreatif serta menyenangkan (Setyowati,dkk 2018, hlm. 82). Salah

satu perkembangan dalam dunia pendidikan adalah terciptanya media

pembelajaran yang lebih variatif dan menarik, sehingga membuat suasana

pembelajaran menjadi lebih kondusif dan fokus.

Media merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari

orang yang memberi pesan kepada orang yang menerima pesan baik berupa

perangkat keras ataupun perangkat lunak (Fujiyanto, 2016, hlm. 842). Media

pembelajaran yang menarik bisa menciptakan suasana belajar peserta didik yang

menyenangkan. Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam menunjang

kualitas proses belajar mengajar. Menurut Purwono dkk, (2014, hlm. 127) media

juga dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Menurut


100

Sukiman dalam (Khalistiana, 2015, hlm. 130) menjelaskan bahwa media

pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi. Fungsi utama

dari media pembelajaran itu sendiri adalah sebagai sarana untuk mewujudkan

pembelajaran yang lebih efektif. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas

hasil belajar yang lebih baik jika penggunaan medianya tepat. Karena melalui

media pembelajaran, konsep-konsep yang bersifat absrak bagi peserta didik akan

tergambar secara nyata sehingga membangkitkan minat belajar peserta didik.

Dengan demikian media dapat disimpulkan sebagai alat untuk mempermudah

proses belajar mengajar dalam mengefektifkan komunikasi antara guru dan

peserta didik. Serta berperan sebagai sebagai sarana untuk mewujudkan

pembelajaran yang lebih efektif untuk membuat suasana pembelajaran dikelas

lebih menarik dan menyenangkan bagi peserta didik.

Nilai dari media pembelajaran menurut Rusman (2015, hlm. 177)

memiliki dampak yang cukup positif terhadap pembelajaran, media pembelajaran

bukan hanya sebagai alat tetapi harus memiliki nilai-nilai yang dapat

mengembangkan kemampuan soft skills maupun hard skills peserta didik. Lebih

lanjut mennurut Rusman dalam (Triswadani, 2018, hlm. 23) seutuhnya media

pembelajaran akan memiliki nilai sebagai berikut:

a. Menjadikan konsep yang abstrak menjadi konkret,

b. Tidak membawa objek yang berbahaya.

c. Memperjelas objek pesan

d. Berinteraksi dengan lingkungan (kontekstual)

e. Menimbulkan motivasi,kretivitas dan inovatif peserta didik.


101

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan

belajar mengajar, sarana media pembelajaran yaitu untuk menimbulkan motivasi,

kretivitas, dan inovatif untuk terciptanya hasil belajar yang diharapkan.

Media audio visual merupakan seperangkat alat yang dapat

memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Menurut Semenderiadis, (2009,

hlm. 68) Audiovisual media play a significant role in the education process,

particularly when usedextensively by both teacher and children. Audiovisual

media provide children with many stimuli, due to their nature (sounds, images).

They enrich the learning environment, nurturing explorations, experiments and

discoveries, and encourage children to develop their speech and express their

thoughts (Media audio-visual memainkan peran penting dalam proses

pendidikan, terutama ketika digunakan oleh guru dan peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa media audio visual adalah perantara atau peraga yang

digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar yang pengunaan materi

penyerapannya melalui pandangan (gambar) dan pendengaran (suara).

Media audio-visual memberikan banyak stimulus kepada peserta didik,

karena sifat audio-visual/suara-gambar. Dengan demikian media audio-visual

memperkaya lingkungan belajar, memelihara eksplorasi, eksperimen dan

penemuan, dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan pembicaraan

dan mengungkapkan pikiranya.

1. Fungsi Media Pembelajaran Audio Visual


102

Penggunaan media pembelajaran dapat membangkitkan minat peserta

didik mengikuti proses belajar secara fokus. Selain itu media pembelajaran yang

ditampilkan dapat memotivasi peserta didik untuk lebih rajin belajar. Media

pembelajaran juga dapat memberikan rangsangan strategis dalam kegiatan

belajar peserta didik.

Selaras dengan jurnal penelitian Winarto (2020, hlm. 86-87) menjelaskan


bahwa Learning media has a very strategic function in learning. That is because
many students do not understand the subject matter delivered by teachers or the
formation of competencies given to students due to the absence or lack of
optimal learning media empowerment in the teaching process. Yang artinya
media pembelajaran memiliki fungsi yang sangat strategis dalam pembelajaran.
Hal tersebut dikarenakan banyak siswa yang kurang memahami materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru atau terbentuknya kompetensi yang diberikan
kepada siswa akibat tidak adanya atau kurang pemberdayaan media pembelajaran
yang optimal dalam proses pembelajaran.

A) Fungsi media pembelajaran menurut Rusman (2013, hlm. 49) yaitu:


a) Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.
b) Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
c) Penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat
proses pembelajaran dan membantu peserta didik dalam upaya
memahami materi yang disajikan oleh guru dalam kelas.
d) Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mempertinggi mutu pendidikan.
B) Fungsi media menurut Sudjana dan Rivai dalam (Triswadani, 2018, hlm. 24)
yaitu:
a) Dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik karena pengajaran
akan lebih menarik.
b) Makna bahan pengajaran akan lebih jelas sehingga dapat dipahami
peserta didik dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta
pencapaian tujuan pengajaran.
c) Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak sematamata
didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata.
d) Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemosntrasikan, memerankan, dan lain-
lain.
C) Fungsi media menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2016, hlm. 25),
103

menjelaskan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, hal ini mengakibatkan

berkurangnya ragam penafsiran terhadap materi yang disampaikan.

b) Pembelajaran bisa menjadi lebih menarik, media dapat diasosiasikan

sebagai penarik perhatian dan siswa dapat terus terjaga dan fokus.

c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif, dengan demikian akan

menyebabkan siswa lebih aktif di kelas (siswa menjadi lebih partisipatif).

d) Lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat.

e) Kualitas hasil pembelajaran dapat ditingkatkan apabila terjadi sinergis

dan adanya integrasi antara materi dan media yang akan disampaikan.

f) Pembelajaran dapat diberikan kapanpun dan dimanapun, terutama jika

media yang dirancang dapat digunakan secara individu.

g) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap

proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

h) Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif, beban guru dapat

sedikit dikurangi dan mengurangi kemungkinan mengulangi penjelasan

yang berulang-ulang.

Dari ketiga pendapat tersebut terdapat beberapa perbedaan dan persamaan

mengenai fungsi media pembelajaran. Pendapat menurut Rusman (2013, hlm.

49) dan Sudjana dan Rivai dalam (Triswadani, 2018, hlm. 24) mempunyai

persamaan yang banyak yang membedakan hanya menurut Sudjana dan Rivai

dalam (Triswadani, 2018, hlm. 24) media audio visual dapat menumbuhkan

motivasi belajar peserta didik dan membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan
104

terfokus terhadap pembelajaran yang disampaikan. Sedangkan menurut Kemp

dan Dayton dalam Arsyad (2016, hlm. 25) terdapat beberapa perbedaan yaitu

menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2016, hlm. 25) media pembelajaran

dapat mengerucutkan materi sehingga tidak muncul ragam penafsiran, waktu

pembelajarann dapat dipersingkat, dan beban guru menjadi lebih sedikit

berkurang untuk mengulangi penjelasan.

Maka dapat disimpulkan penggunaan media pembelajaran dapat

membangkitkan minat peserta didik mengikuti proses belajar secara fokus. Selain

itu media pembelajaran yang ditampilkan dapat memotivasi peserta didik untuk

lebih rajin belajar. Media pembelajaran juga dapat memberikan rangsangan

dalam kegiatan belajar peserta didik.

2. Prinsip Media Pembelajaran

Dalam menentukan maupun memilih media pembelajaran, seorang guru

harus mepertimbangkan beberapa prinsip sebagai acuan dalam mengoptimalkan

pembelajaran. Prinsip-prinsip media pembelajaran menurut Rusman, dkk. (2015,

hlm.175) di antaranya adalah:

a. Efektivitas Dalam menentukan pembelajaran harus berdaarkan pada

ketatagunaan (efektivitas) dalam pembelajaran dan pencapaian tujuan

pembeljaran atau membentuk kompetensi.

b. Relevansi Keseuaian media pembelajaran yang digunakan dengan tujuan,

karakteristik materi pelajaran, potensi dan perkembangan peserta didik,

serta dengan waktu yang tersedia.

c. Efisiensi Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus benar


105

dalam memerhatikan bahwa media tersebut murah atau hemat biaya dapat

menyampaikan inti pesan yang dimaksud, persiapan dan penggunaannya

reltif memerlukan waktu yang singkat, kemudian hanya memerlukan

sedikit tenaga.

d. Dapat digunakan Media pembelajaran yang dipilih harus benar-benar dapat

digunakan atau diterapkan dalam pembelajarn, sehingga dapat menambah

pemahaman peserta didik dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

e. Kontekstual Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus

mengedepankan aspek lingkungan sosial dan budaya peserta didik .

Pembelajaran yang diberikan guru akan menjadi pembelajaran yang

bermakna apabila dalam praktiknya guru mengadirkan media yang diserati

dengan memperhatikan prinsipprinsip penggunaan media dengan benar.

Tujuannya adalah agar materi yang disampaikan sesuai dengan kondisi nyat dan

menjadikan peserta didik memperoleh pengetahuan dengan yang sebenarnya.

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Ragam dan bentuk dari media pembelajaran, pengelompokan atas media

dan sumber belajar dapat juga ditinjau dari jenisnya, ada tiga jenis media yang

dapat digunakan menurut Rusman, dkk. (2012, hlm. 62-63) yaitu:

a. Media visual, merupakan media yang hanya dapat dilihat dengan

menggunakan indra penglihatan yang terdiri atas media yang dapat

diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan yang biasanya

berupa gambar diam atau gambar bergerak.

b. Media audio, merupakan media yang mengandung pesan dalam bentuk


106

auditif yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan

para peserta didik untuk mempelajari bahan ajar. Contoh dari media audio

ini adalah program kaset suara dan program radio.

c. Media audio-visual, yaitu media yang merupakan kombinasi audio dan

visual atau biasa disebut media pandang-dengar.

Media pembelajaran yang beraneka ragam tentunya akan membuat

peserta didik menjadi tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang

diberikan guru. Meskipun demikian guru juga harus memperhatikan kesesuaian

media yang dihadirkan dalam pembelajaran. Melalui media yang sesua maka apa

yang akan menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut akan mendekati kesesuaian

bahkan sesuai dengan yang diperlukan oleh peserta didik. Media pembelajaran

tentunya tidak harus yang bernilai mahal. Penggunaan media pembelajaran

menggunakan sesuatu yang mudah didapatkan dan sesuai dengan yang

dibutuhkan.

Berdasarkan dari penelitan diatas dapat disimpulkan bahwa media audio

visual merupakan media yang cocok diterapkan pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. Karena membuat media audio visual membuat penyajian

pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Sehingga peserta didik

bisa belajar dengan fokus serta maksimal dalam pembelajaran dikelasnya.

B. Urgensi Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi.

Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri

di mana guru atau dosen dan siswa/mahasiswa bertukar pikiran untuk


107

mengembangkan ide dan pengertian.

Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-

penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain

disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa/

mahasiswa, kurangnya minat dan kegairahan, dan sebagainya.

Media audiovisual merupakan alat bantu yang berbasis suara dan gambar.

Media ini mempunyai kelebihan tersendiri ketika digunakan dalam proses

pembelajaran, karena bisa melihat kelangsungan proses belajar. Penggunaan

media audiovisual ini terbukti lebih menarik perhatian para siswa dan

mempemudah dalam menerima ilmu yang disampaikan oleh gurunya. Materi-

materi pembelajaran yang disajikan dengan desaindesain menarik disertai suara

penjelasan dari seorang guru itu lebih mudah untuk dipahami dan diserap oleh

peserta didik.

Dengan tampilan menarik disertai suara akan mengalihkan perhatian

siswa agar tetap menyimak pembelajaran tersebut. Penggunaan media

audiovisual diharapkan mampu menjadi solusi bagi jalannya proses pembelajaran

daring ini, karena tujuan digunakannya media pembelajaran ini untuk

mempermudah guru dalam menyampaikan materi atau memberi kemudahan

kepada siswa dalam proses belajarnya.

Melihat banyaknya anak jaman sekarang sering bermain handphone, dan

lebih suka melihat gambar bersuara. Anak-anak jaman sekarang lebih tertarik

untuk menyimak dan memperhatikan video-video yang menarik dan unik.

Sehingga dengan media ini, materi pembelajaran akan dikemas sedemikian rupa
108

agar semangat-semangat belajar siswa kembali normal. Media audio visual

merupakan alat bantu pentransferan ilmu yang tepat, karena dengan desain

gambar yang menarik disertai rekaman suara penjelasan itu bisa mempengaruhi

daya tangkap pemahaman siswa.

Media audio visual dalam pendidikan digunakan sebagai alat bantu atau

perantara antara pendidik dan peserta didik dalam suatu pembelajaran baik di

dalam kelas maupun diluar kelas. Dalam kondisi saat ini dengan maraknya

Covid-19 yang proses belajar mengajarnya dilaksanakan secara daring atau

online, oleh karenanya media audio visual tentunya sangat tepat dan penting

digunakan pada masa ini.

Pada pembelajaran daring dirumah, biasanya dilakukan melalui perantara

social media seperti WhatsApp, Google Classroom, dan lainnya. Sulit bagi

kalangan anak Sekolah Dasar untuk melalui pembelajaran daring tanpa

pemantauan dari orang tua. Masa anak-anak biasanya cenderung tidak memiliki

alat komunikasi seperti HP, Laptop, dan lainnya untuk mengakses sosial media.

Oleh karena itu, orang tua perlu dalam menyampaikan tugas apa yang di

perintahkan oleh guru dan secara efektif memantau anak dalam proses

pembelajaran. Anak seusia ini tidak akan efektif mengikuti proses pembelajaran

tanpa pemantauan orang tua, terlebih jika proses pembelajaran dilakukan dengan

hanya pemberian tugas saja.

Pembelajaran yang hanya dilakukan dengan memberikan tugas, akan

berdampak membosankan dan cenderung monoton bagi anak seusia siswa di

tingkat Sekolah Dasar. Guru perlu menciptakan proses pembelajaran yang


109

menarik bagi siswa dan tentunya tidak menimbulkan keterpaksaan pada siswa

dalam melaksanakan pembelajaran yang hanya dilakukan di rumah atau

pembelajaran daring. Seperti pada pengguaan media audiovisual ini yang

terbilang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Penggunaan media audio visual juga membantu guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran serta mempermudah siswa dalam

memahami materi yang disampaikan tersebut. Terlebih dalam kondisi saat ini

siswa akan sulit memahami jika proses pembelajaran dilakukan hanya dengan

membaca secara pribadi oleh siswa tanpa adanya penjelasan atau hanya di

berikan tugas saja oleh guru.

Menurut Sapto Haryoko (2009: 3) “Media audio-visual adalah media

penyampai informasi yang memiliki karakteristik audio (suara) dan visual

(gambar). Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena

meliputi kedua karakteristik tersebut”.

Pemaparan tersebut menjelaskan bahwa media audiovisual yaitu sebagai

wadah untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan karakter audio yaitu

suara, dan visual yaitu berupa gambar. Media ini merupakan media yang lebih

baik digunakan untuk menyampaikan informasi atau materi dalam proses

pembelajaran daring.

Penggunaan media audiovisual akan lebih efektif dan efisien dalam

pembelajaran daring karena media ini berkarakter suara dan gambar seperti

contohnya video, film, televisi, sesuatu yang menimbulkan suara dan lainnya

yang menarik perhatian siswa. Guru dapat memberikan materi berupa video
110

penyampaian materi atau penjelasan materi sesuai mata pelajaran yang dituju,

menyarankan film atau acara televisi yang berbau pembelajaran sesuai tujuan

pembelajaran, dan masih banyak lagi metode dengan menggunakan media

audiovisual ini. Dengan demikian, terbukti bahwa pembelajaran daring lebih

efektif dengan digunakannya media audiovisual. Murid lebih tertarik untuk

belajar, karena dengan media audiovisual ini memberikan efek berupa suara dan

gambar yang membantu meningkatkan rasa keingin tahuan terhadap siswa.

Dengan pemanfaatan media audio visual dan penggunaan metode akan

mengaktifkan tiga gaya belajar siswa yang meliputi audio, visual, dan kinetis.

Hal ini tentu saja akan mampu mengkondisikan siswa memiliki motivasi.

Menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang


mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar.

Dale (1969:180) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat


memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting
dalam system pendidikan modern saat ini.

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mampunyai nilai-nilai

praktis sebagai berikut:

a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki

siswa atau mahasiswa. Pengalaman masing-masing individu yang beragam

karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam

pengalaman yang dimiliki mereka. Dua orang anak yang hidup di dua

lingkungan alam yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda


111

pula. Dalam hal ini media akan dapat mengatasi perbedaan-perbedaan

tersebut.

b. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami

secara langsung oleh siswa di dalam kelas, seperti obyek yang terlalu besar

atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu

lambat. Maka dengan melalui media akan dapat diatasi kesukaran-kesukaran

tersebut.

c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan

lingkungan. Gejala fisik dan sosial dapat diajak berkomunikasi dengannya.

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan, pengamatan yang dilakukan

siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap

penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

e. Media dapat menankam konsep dasar yang benar-benar kongkrit dan realistis,

penggunaan media seperti gambar, film, model, grafik, dan lainnya dapat

memberikan konsep dasar yang benar.

f. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan

menggunakan media, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi

semakin tajam, dan konsep konsep dengan sendirinya semakin lengkap,

sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul.

g. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.

Pemasangan paan di papan bulletin, pemutaran film dan mendengarkan

program audio dapat menimbulkan rangsangan tertentu ke arah keinginan

untuk belajar.
112

h. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang kongkrit

sampai kepada yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau kejadian

yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan dapat memberikan

gambaran yang kongkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi. Di samping itu

dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang arti kepercayaan suatu

kebudayaan dan sebagainya.

Berdasarkan uraian data diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

media audiovisual ini sangat efektif, melihat siswa tingkat sekolah dasar ini

masih dalam pertumbuhan, dan masih suka bermain-main dari pada belajar.

Penggunaan media audiovisual ini sangat tepat karena basisnya yang berupa

gambar dan suara, sehingga bisa mempermudah guru dalam mendesainnya.

Namun disisi lain media yang didesain oleh guru harus sesuai dengan materi

yang akan disampaikan, agar terlihat menarik dan lebih berkesan. Karena ketika

memilih media pembelajaran yang akan digunakan juga harus disesuaikan

dengan tujuan pembelajaran yang dituju. Oleh karena itu tugas guru adalah

menciptakan media pembelajaran yang tidak membosankan dan siswa tertarik

untuk mencermati dengan tidak ada rasa terpaksa dalam mengikutinya.

Maka dapat disimpulkan urgensi penggunaan media pembelajaran audio

visual menjadi suatu alat bantu bagi pendidik dalam memudahkan melaksanakan

pembelajaran terlebih dalam menyampaikan materi pembelajaran. Selain

memudahkan pendidik dalam menyampaikan, pemanfaatan media audio visual

juga berperan penting terhadap peserta didik. Media audio visual membantu

mengaktifkan peserta didik melalui unsur pendengaran dan unsur penglihatan


113

pada anak. Peserta didik akan menangkap informasi atau penyampaian materi

dari guru melalui pendengaran dan penglihatan yang kemudian di transfer ke

otak. Penggunaan media auido visual dalam pembelajaran dapat menciptakan

ketertarikan pada peserta didik sehingga peserta didik lebih semangat dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Media audio visual ini juga terbilang lebih

menyenangkan dan mudah di mengerti oleh peserta didik.

C. Konsep Pendidikan Agama Islam

Secara luas pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala

pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang

hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi individu.

Sedangkan secara sempit pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah

pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan

remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna

dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial

mereka.

a. Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani si pendidik menuju kepribadian yang

utama.

b. Ahmad Tafsir

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya, yang

melibatkan guru maupun tidak, baik formal maupun informal.


114

Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belaja terprogram dalam

bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di sekolah, dan diluar

sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi.

c. Menurut D. Marimba

Pendidilkan adalah “Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama

Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.


20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah ”Usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.

Dari berbagai definisi di atasdapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah

usaha mengembangkan dan mengarahkan potensi yang dimiliki peserta didik

untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani serta terbentuknya kepribadian

yang utama memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai bidangnya.

Dan usaha tersebut dilakukan secara sadar dan sengaja ini membawa

konsekuensi bahwa usaha itu harus dilaksanakan secara teratur dan sistematis.

Pendidikan agama Islam yaitu sebagai suatu pembelajaran yang dilakukan

oleh seseorang mengenai agama islam kepada orang yang ingin mengetahui lebih

dalam tentang agama Islam baik dari segi materi akademis maupun dari segi

praktik yang dapat dilakukan sehari hari. Setiap orang di dunia ini pastilah

memiliki kepercayaan untuk menyembah Tuhan, akan tetapi ada sebagian orang
115

yang memilih untuk tidak menganut agama apapun yang ada di dunia ini, seperti

Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan lain sebagainya. Untuk agama Islam

di Indonesia merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduknya, untuk

itu pastilah di instansi pendidikan manapun pasti memberikan pelajaran agama

Islam.

Pada dasarnya konsep pendidikan agama Islam adalah satu-satunya

konsep pendidikan yang menjadikan makna dan tujuan pendidikan lebih tinggi

sehingga mengarahkan manusia kepada visi ideal dan menjauhkan manusia dari

ketergelinciran dan penyimpangan. Karena Islamlah, pendidikan memiliki misi

sebagai pelayan kemanusiaan dalam mewujudkan kebahagiaan individu dan

masyarakat. Artinya Islam akan berhasil mewujudkan tujuan pendidikan yang

selama ini menjadi obsesi tokoh pendidikan barat.

Secara universal Allah swt menyerukan kepada seluruh umat manusia

agar masuk ke dalam Islam secarah kaffah (menyeluruh). Itu berarti bahwa

ajaran Islam bukan hanya mencakup satu aspek saja, akan tetapi mencakup

seluruh aspek kehidupan manusia yang intinya adalah mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat kelak. Salah satu aspek ajaran Islam dalam

kehidupan manusia adalah pendidikan atau pendidikan Islam yang tentunya

seluruh konsep pendidikannya diambil dari sumber ajaran Islam, yakni Al-Quran

dan Al-Hadis serta hasil penalaran para ulama.

Dalam tulisan ini penulis membatasi pembahasan tentang konsep

pendidikan Islam, yaitu konsep pendidikan Islam tentang aktualisasi diri dan

konsep pendidikan Islam tentang perkembangan.


116

1. Konsep Pendidikan Islam tentang Aktualisasi Diri

Islam telah menawarkan konsep pendidikan yang sesuai deengan kondisi

seluruh umat manusia, baik kondisi sosialnya, psikologis, maupun kondisi

lainnya yang mampu memenuhi tujuan aktualisasi diri manusia. Konsep

pendidikan yang ditawarkan adalah:

a. Ketika Allah memerintahkan kepada manusia untuk menyembah-Nya, Allah

memberi bekal kemampuan kepada manusia untuk membedakan mana yang

baik dan yang buruk. Artinya, Allah memberi kebebasan memilih kepada

manusia serta menjelaskan konsekwensi pilihannya yang akan dirasakan

manusia di akhirat kelak. Dalam hal ini, Allah telah menentukan takdir setiap

manusia, sehingga ada manusia yang memilih jalan kebaikan dan ada juga

yang memilih jalan keburukan.

b. Allah membiarkan ajang kompetensi dalam kebaikan tetap terbuka bagi

manusia. Prinsip yang Dia tekankan adalah penyesuaian balasan di akhirat

kelak dan perbuatan di dunia. Yang membedakan balasan Allah kepada

manusia hanyalah ketakwaan manusia kepada-Nya.

c. Allah menjadikan penghambaan dan ketaatan manusia kepada-Nya

sebagai tujuan tertinggi. Hanya itulah yang menjadi tolak ukur

aktualisasi diri dalam Islam sehingga jelaslah mana aktualisasi yang

tepat dan yang tidak tepat. Sarana untuk mencapai tujuan yang lebih

tinggi, yaitu ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya

d. Beberapa ayat menjelaskan pentingnya manusia beraktifitas atau bekerja

sesuai dengan kesiapan dirinya. Artinya, setiap manusia memilliki


117

kesiapan-kesiapan untuk memperoleh petunjuk Allah.4 Untuk itu, Allah

swt berfirman dalam QS AlA’la/87: 1-3 :

....{٣} ‫ك ااۡل َ ۡع َل‬ َ َ‫} الَّ ِذ ۡى َخل‬٢{ ‫ر فَهَ ٰدى‬Uَ ‫َوالَّ ِذ ۡى قَ َّد‬
ِ ‫} َسب‬١{ ‫ق فَ َس ٰ ّوى‬
ۡ ‫ِّح‬
َ ِّ‫اس َم َرب‬
Artinya : “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi. Yang

menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya dan yang

menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk…..”

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Allah menciptakan manusia dan

alam semesta ini dengan kemampuan atau kompetensi yang membawa manusia

pada perbedaan profesi sesuai keahliannya. Seorang anak harus mengerjakan

pekerjaannya sesuai dengan kesiapan dan kesanggupannya dengan tetap berada

pada jalur yang Islami. Jika kita memang mengetahui pekerjaan yang diminati

oleh anak, dia tidak boleh dipaksa melakukan pekerjaan yang lain. Pemaksaan

untuk melakukan pekerjaan yang lain hanya akan menghasilkan kesia-siaan.

2. Konsep Pendidikan Islam tentang Perkembangan

Pendidikan Islam yang meletakkan segala perkara dalam posisi yang

alamiah memandang seluruh aspek perkembangan sebagai sarana mewujudkan

aspek ideal, yaitu penghambaan dan ketaatan kepada Allah swt serta apliksai

keadilan dan syariat Allah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian

pendidikan Islam itu mencakup pemeliharaan seluruh aspek perkembangan, baik

itu aspek material, spiritual, intelektual, perilaku sosial, dan apresiasi.

Dalam QS Al-Baqarah/2: 18 Allah swt berfirman:

ٌ ۡ‫ص ۢ ٌّم ب ُۡك ٌم عُم‬


{١٨} ۙ َ‫ى فَهُمۡ اَل يَ ۡر ِجع ُۡون‬ ُ
118

Artinya : “Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga tidak dapat kembali.”

Tujuan pendidikan Islam, Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi berpendapat

bahwa:

1. Tujuan pendidikan Islam adalah akhlak. Menurutnya, pendidikan budi pekerti

merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Islam telah memberi kesimpulan

bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah ruh (jiwa) pendidikan Islam,

dan tujuan pendidikan Islam yang sebenarnya adalah mencapai suatu akhlak

yang sempurna.

Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa kita tidak mementingkan

pendidikan jasmani, akal, ilmu maupun ilmu pengetahuan praktis lainnya,

melainkan bahwa kita sesungguhnya memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak

sebagaimana halnya memperhatikan ilmu-ilmu yang lain. Anak-anak

membutuhkan kekuatan dalam jasmani, akal, ilmu, dan juga membutuhkan

pendidikan budi pekerti, cita rasa dan kepribadian. Dengan demikian, tujuan

pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa.

2. Memperhatikan agama dan dunia sekaligus. Sesungguhnya ruang lingkup

pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada pendidikan agama dan tidak pula

terbatas hanya pada dunia semata-mata. Rasululllah SAW pernah

mengisyaratkan setiap pribadi dari umat Islam supaya bekerja untuk agama

dan dunianya sekaligus, sebagaimana sabdanya:


119

“Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup untuk selama-

lamanya dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok

hari”

Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa Rasulullah SAW tidak

hanya memikirkan dunia semata, tetapi beliau juga memikirkan untuk bekerja

dan beramal bagi kehidupan akhirat. Karena itu tujuan pendidikan Islam bukan

hanya untuk pencapaian kebahagiaan dunia tetapi juga untuk pencapaian

kebahagiaan akhirat.

Dapat disimpulkan tujuan pendidikan agama Islam adalah Tujuan

pendidikan Islam penggambaran nilai-nilai Islam yang hendak diwujudkan dalam

pribadi peserta didik pada akhir dari proses kependidikan. Dengan kata lain,

tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi

peserta didik yang diperoleh dari pendidik muslim melalui proses yang terfokus

pada pencapaian hasil yang berkepribadian Islam yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab,

sehingga sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah swt yang taat

dan memiliki ilmu pengetahuan yang seimbang dengan dunia akhirat sehingga

terbentuklah manusia muslim yang paripurna serta berjiwa tawakkal secara total

kepada Allah swt.

D. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan media

pembelajaran audio visual

Media pembelajaran merupakan salah faktor penting dalam peningkatan


120

kualitas pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan pesatnya perkembangan

teknologi dalam bidang pendidikan yang menuntut efisiensi dan efektivitas

dalam pembelajaran. Untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas yang

optimal, maka salah satu upaya yang harus dilakukan adalah mengurangi

dominasi sistem penyampaian pelajaran yang bersifat verbalistik dengan cara

menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakah segala

sesuatu yang mampu menyampaikan pesan (materi pembelajaran), sehingga

mampu merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Audio berarti radio (suara) dan visual

berarti grafik, gambar, yang dapat dilihat. Jadi audio visual berarti kombinasi

antara gambar dan suara.

Menurut (Ely, 1980) media apabila dipahami secara garis besar adalah

manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Pengembangan

media pembelajaran merupakan usaha penyusunan program media pembelajaran

yang lebih tertuju pada perencanaan media pembelajaran. Media yang akan

ditampilkan atau akan digunakan dalam proses belajar mengajar terlebih dahulu

direncanakan dan dirancang sesuai dengan kebutuhan lapangan atau siswanya

(Zain, 2002).

Media audio visual yaitu media pengajaran dan media pendidikan yang

mengaktifkan mata dan telinga peserta didik dalam waktu proses belajar

mengajar berlangsung. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik,

karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat).
121

Media audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan

atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan

kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.

Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah penggunaan materi yang

penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya

tergantung kepada pemahaman kata simbol-simbol yang serupa.

Media audio visual mempunyai berbagai macam fungsi, seperti yang

disebutkan Yusuf Hadi Miarso sebagai berikut:

a. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi pada otak,

sehingga otak dapat berfungsi secara optimal

b. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para

siswa

c. Media dapat melampaui batas ruang kelasMedia memungkinkan adanya

interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan

e. Media membangkitkan keinginan dan minat baru

f. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar

g. Media memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang konkret

maupun abstrak

h. Media memberikan kesempatan siswa untuk belajar mandiri, pada tempat

dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri

Pemanfaatan media audio visual berupa film yang merupakan alat

komunikasi yang sangat membantu proses pembelajaran efektif. Apa yang


122

terpandang oleh mata dan terdengat oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah

diingat daripaa apa yang hanya dibaca saja atau didengar saja.

Adapun manfaat dan karakteristik dari film adalah sebagai berikut:

1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

2. Mampu menggambarkan peristiwaperistiwa msa lalu secara realistis dalam

waktu yang singkat.

3. Film dapat membawa anak dari negara yang satu ke negara yang lain dan

dari masa yang satu ke masa yang lain.

1) Film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan

2) Pesan yang akan disampaikan cepat dan mudah diingat

3) Mengembangkan pikiran dan dan pendapat para siswa

4) Mengembangkan imajinasi persrta didik.

5) Memperjelas hal-hal yang yang abstrak dan memberikan gamaran yang

lebih realistis

6) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang

7) Film sangat baik untuk menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan

suatu proses dan dapat menjelaskan suatu keterampilan dan lain-lain.

8) Semua peserta didik dapat belajar dari film, baik yang panai maupun yang

kurang pandai.

9) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

Penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran terutama

dinegara kita masih sangat minim (sedikit), hal ini karena media audio visual ini

masih tergolong mahal atau memakan biaya yang tinggi. Menurut Oemar
123

Hamalik sebagaimana yang dikutif oleh Asnawir (2002) menyatakan bahwa film

yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dapat menarik siswa

2. Benar dan autentik

3. Up to date dalam setting, pakaian, dan lingkungan

4. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar

5. Kesatuan dan sequence nya cukup teratur

Adapun langkah-langkah pemanfaatan film menurut Munadi (2013)

dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan halhal sebagai berikut :

1. Film haru dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hubungan film

dengan tujuan pembelajaran. Film untuk tujuan kognitif dapat digunakan

untuk mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep. Seperti konsep jujur,

sabar, demokrasi dan lain-lain. Film untuk tujuan psikomotorik dapat

digunakan untuk memerlihatkan contoh suatu keterampilan yang harus

ditiru. Misalnya keterampilan gerak karena media ini mampu untuk

memperjelas gerak dan memperlambat atau mempercepatnya. Film paling

tepat bila digunakan untuk mempengaruhi sikap emosi.

2. Guru harus mengenal film yang tersedia dan terleih dahulu melihatnya untuk

mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.

3. Sesudah film dipertunjukkan perlu diadakan diskusi, yang juga perlu

disiapkan sebelumnya.

4. Adkalanya film tertentu dapat diputar dua kali atau lebih untuk

memperhatikan bagian-bagian tertentu.


124

5. Sesudah itu dapat di test berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari

film itu.

Penerapan media audio visual dalam pembelajaran PAI menurut penulis

sangat membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam

implementasinya guru dapat menggunakan media ini untuk mata pelajaran agama

di madrasah atau sekolah berikut ini penulis mencoba untuk memberikan

beberapa contoh penerapan media audio visual dalam pembelajaran PAI. Media

audio visual adalah jenis media yang lain mengandung unsur suara juga

mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, seperti misalnya rekaman video,

berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini

dinggap lebih bik dan lebih menarik.

E. Kelebihan dan kelemahan media pembelajaran Audio Visual dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Media audio visual adalah jenis media yang lain mengandung unsur suara

juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, seperti misalnya rekaman

video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media

ini dinggap lebih baik dan lebih menarik (Sanjaya:2014). Sementara menurut

Munadi (2013) media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama,

dinamakan media audio-visual murni, seperti film gerak (movie) bersuara,

televisi dan video. Jenis kedua adalah audi visual tidak murni yankni apa yang

kita kenal dengan slide, opaque, ohp dan pralatan visual lainnya, bila diberi unsur

suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu

atau proses pembelajaran.


125

Pemanfaatan media audio visual berupa film yang merupakan alat

komunikasi efektif. Apa yang terpandang oleh mata dan terdengat oleh telinga,

lebih cepat dan lebih mudah diingat daripaa apa yang hanya dibaca saja atau

didengar saja. Adapun manfaat dan karakteristik dari film adalah sebagai berikut:

1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

2. Mampu menggambarkan peristiwaperistiwa msa lalu secara realistis dalam

waktu yang singkat.

3. Film dapat membawa anak dari negara yang satu ke negara yang lain dan

dari masa yang satu ke masa yang lain.

4. Film dapat diulagai bila perlu utuk menambah kejelasan

5. Pesan yang akan disampaikan cepat dan mudah diingat

6. Mengembangkan pikiran dan dan pendapat para siswa

7. Mengembangkan imajinasi persrta didik.

8. Memperjelas hal-hal yang yang abstrak dan memberikan gamaran yang lebih

realistis

9. Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang

10. Film sangat baik untuk menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan

suatu proses dan dapat menjelaskan suatu keterampilan dan lain-lain.

11. Semua peserta didik dapat belajar dari film, baik yang pandai maupun yang

kurang pandai.

12. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

Selain kelebihan memiliki kelebiahan, media audio visual juga memiliki

kelemahan yaitu media audio visual terlalu menekankan pentingnya materi


126

ketimbang proses pengembangan materi tersebut. Hal lain adalah bahwa

pembuatan dan penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran

terutama dinegara kita masih sangat minim (sedikit), hal ini karena media audio

visual ini masih tergolong mahal atau memakan biaya yang tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa kelebihan Pemanfaatan media audio visual

merupakan alat komunikasi yang sangat efektif. Hanya kelemahan dari media

audio visual terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses

pengembangan materi tersebut. Karena media audio visual ini membutuhkan

sarana dan prasarana yang memang lebih modern. Sehingga tidak semua lembaga

pendidikan memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk mendukung

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan semua pembelajaran menggunakan

media audio visual ini.

Anda mungkin juga menyukai