Anda di halaman 1dari 5

4. Definisi Naturalistik, Fenomenologi, Etnografi, Deskriptif, Studi Kasus, dan Grounded Theory.

a. Definisi Naturalistik
Naturalistik adalah metode penelitian yang digunakan dalam psikologi dan ilmu sosial
lainnya di mana peserta penelitian diamati di lingkungan alami mereka. Tidak seperti
eksperimen laboratorium yang melibatkan pengujian hipotesis dan variabel pengontrol,
pengamatan naturalistik hanya membutuhkan pencatatan apa yang diamati dalam
pengaturan tertentu. Pengamatan naturalistik berharga ketika seorang peneliti ingin
mempelajari lebih banyak tentang orang-orang dalam lingkungan sosial atau budaya
tertentu tetapi tidak dapat mengumpulkan informasi dengan cara lain. Terkadang
mempelajari orang di laboratorium dapat memengaruhi perilaku mereka, biaya yang mahal,
atau keduanya. Misalnya, jika seorang peneliti ingin mempelajari perilaku pembeli di
minggu-minggu menjelang liburan Natal, tidak praktis untuk membangun toko di lab. Plus,
bahkan jika peneliti melakukannya, tidak mungkin mendapatkan respons yang sama dari
peserta seperti berbelanja di toko di dunia nyata.Pengamatan naturalistik menawarkan
kesempatan untuk mengamati perilaku pembeli, dan berdasarkan pengamatan peneliti
terhadap situasi, memiliki potensi untuk menghasilkan ide-ide baru untuk hipotesis tertentu
atau jalan penelitian.
Metode tersebut menuntut peneliti untuk membenamkan diri dalam setting yang sedang
dipelajari. Ini biasanya melibatkan pengambilan catatan lapangan yang berlebihan. Peneliti
juga dapat mewawancarai orang-orang tertentu yang terlibat dalam situasi tersebut,
mengumpulkan dokumen dari latar, dan membuat rekaman audio atau video. Dalam
penelitiannya tentang pengambilan keputusan dalam pekerjaan yang berbeda. Misalnya
Scribner tidak hanya mencatat detail, dia juga mengumpulkan setiap potongan bahan
tertulis yang dibaca dan diproduksi pesertanya dan memotret peralatan yang mereka
gunakan.
Ada sejumlah keuntungan pengamatan naturalistik, yaitu sebagai berikut:
1. Studi memiliki validitas eksternal yang lebih besar karena data peneliti berasal langsung
dari mengamati subjek di lingkungan alamnya.
2. Mengamati orang-orang di lapangan dapat mengarah pada kilasan perilaku yang tidak
akan pernah terjadi di laboratorium, mungkin mengarah pada wawasan unik.
3. Peneliti dapat mempelajari hal-hal yang tidak mungkin atau tidak etis untuk
direproduksi di laboratorium. Misalnya, meskipun tidak etis untuk mempelajari cara
orang mengatasi akibat kekerasan dengan memanipulasi paparan di laboratorium,
peneliti dapat mengumpulkan data tentang subjek ini dengan mengamati peserta dalam
kelompok pendukung.
Terlepas dari nilainya dalam situasi tertentu, pengamatan naturalistik dapat memiliki
sejumlah kelemahan, yaitu sebagai berikut:
1. Studi observasi naturalistik biasanya melibatkan mengamati sejumlah pengaturan .
Akibatnya, subjek yang diteliti terbatas pada usia, jenis kelamin, etnis, atau karakteristik
tertentu lainnya, yang berarti temuan penelitian tidak dapat digeneralisasikan ke
populasi secara keseluruhan.
2. Para peneliti tidak dapat mengontrol variabel yang berbeda seperti yang dapat mereka
lakukan di laboratorium, yang membuat studi observasi naturalistik kurang dapat
diandalkan dan lebih sulit untuk ditiru.
3. Kurangnya kontrol atas variabel eksternal juga membuat tidak mungkin untuk
menentukan penyebab perilaku yang diamati peneliti. 1
b. Definisi Fenomenologi
Fenomenologi bisa diartikan sebagai studi tentang pengalaman hidup seseorang atau
metode untuk mempelajari bagaimana individu secara subjektif merasakan pengalaman dan
memberikan makna dari fenomena tersebut. Paradigma fenomenologi dianggap cocok
untuk menggali masalah yang kompleks dan juga menjadi alat yang ampuh untuk
menghasilkan pemahaman akan pengalaman hidup serta keberadaan manusia. Paradigma
ini juga memungkinkan peluang untuk memperluas batas penelitian dan memperkaya data
empiris dari sebuah penelitian. Di sisi lain, fenomenologi dapat menjadi ‘menakutkan’
karena perlunya untuk memahami aspek yang terbilang sulit dan data yang banyak.
Fenomenologi juga dapat membatasi generalisasi dari hasil penelitian dan dipertanyakan
objektivitasnya.2
Dalam konsepsi Husserl, fenomenologi berpusat pada refleksi sistematis dan studi
struktur kesadaran dan fenomena yang tampak pada pikiran. Fenomenologi berbeda dari
konsep analisis Cartesian yang memandang realitas sebagai set atas objek yang bertautan
dan bertalian antar satu dengan lainnya. Fenomenologi adalah salah satu tradisi besar
dalam sejarah filsafat abad ke-20. Dalam perkembangan lebih lanjut, fenomenologi tidak
dilihat seperti doktrin unitaris ataupun mazhab filsafat, melainkan lebih pantas dilihat
sebagai gaya berpikir atau sebuah metode yang melibatkan pengalaman terbuka yang terus-
menerus diperbaharui. Sehingga upaya mendefinisikan fenomenologi tidak dapat pernah
cukup dan bahkan upaya yang paradoksal karena tiadanya fokus tematik yang mendirikan
fenomenologi itu sendiri.3
Fenomenologi, singkatnya, adalah studi mengenai pengalaman dan bagaimana
pengalaman tersebut terbentuk. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman subjektif
dan intensionalitasnya. Studi ini kemudian mengarahkan pada analisis kondisi kemungkinan
intensionalitas, latar belakang praktik sosial, dan analisis bahasa. Studi fenomenologi
didasarkan pada premis konsepsi fenomena Kantian. Studi fenomenologi didasarkan pada
premis bahwa realitas terdiri atas objek dan penampakan kejadian (fenomena) yang dicerap
atau dimengerti oleh kesadaran.4
c. Definisi Etnografi
1
Cynthia Vinney. "Pengertian Naturalistik", Sains, 30 November 2019. https://www-thoughtco com.translate.goog/naturalistic-
observation-4777754?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc,sc

2
Kirana. "Fenomenologi: Apa yang kita rasakan secara indrawi tidak selalu sama dengan yang kita maknai", Universiras Gadjah
Mada: Fakultas Ekonomika dan Bisnis. 03 Mei 2021.

3
Farina, G. (2014). "Some Reflections on the Phenomenological Method". Dialogues in Philosophy, Mental and Neuro Sciences.
7 (2): 50–62.

4
Mastin, L. "Phenomenology". philosophybasics.com.
Etnografi berasal dari 2 kata yaitu ethnos yang berarti rakyat dan juga graphia yang
berarti tulisan/gambaran. Etnografi adalah suatu tulisan yang menggambarkan suatu
masyarakat, kelompok atau kehidupan manusia. Etnografi adalah salah satu metode yang
sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang
sosiologi. Etnografi juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari
masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi, perpindahan
tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual
mereka.
Kegiatan dalam etnografi yaitu menganalisis dan melakukan pengamatan terhadap
kelompok sosial atau pendukung kebudayaan tertentu. Kegiatan ini dilakukan secara
langsung dengan subjek yang diteliti. Hasil pengamatan dapat ditujukan pada orang dan
lokasi tertentu sebagai objek. Etnografi juga berbentuk riset dengan dasar riset lapangan
(fieldwork), menggunakan metode induktif dalam observasi dan wawancara mendalam
untuk menginvestigasi praktik kehidupan sosial, serta menangkap makna dibalik perilaku
interaksi sosial tersebut.5 Kegiatan etnografi difokuskan pada perilaku budaya oleh
kelompok sosial dan melihat bagaimana kehidupan sehari-sehari yang dilakukan oleh
kelompok tersebut sebagai subjek yang diteliti. Tugas seorang etnografer hampir sama
dengan seorang investigator, tetapi yang membedakan adalah bahwa seorang etnografer
mencatat, menulis, dan mengabadikan kehidupan sehari-hari kelompok orang tersebut
dalam kurun waktu tertentu. Kebiasaan, cara berpikir, serta perilaku subjek diamati, dicatat
dan dianalisis secara mendalam oleh seorang etnografer.
Adapun tujuan dari Etnografi, yaitu sebagai berikut:
1. Memahami cara-cara kehidupan lain dari sudut pandang masyarakat.
2. Menemukan makna yang tersembunyi yang terletak di belakang perilaku dan
pengetahuan yang digunakan untuk menghasilkan dan menginterpretasikan perilaku.
3. Belajar untuk memperoleh pengetahuan yang belum diketahui mengenai segala sesuatu
yang menjadi perhatian, mengenai alam, gerak dan lain-lain.
4. Mengtransformasikan observasi-observasi yang dilakukan ke dalam bentuk tulisan
(laporan) yang dikategorikan sebagai suatu proses.
d. Definisi Deskriptif
Deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada
masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Dengan
penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang
menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut.
Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel. Menurut
Hidayat Syah Penelitian Deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa
tertentu. Menurut sukmadinata penelitian Deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah,
5
Wasitaatmadja, Fokky Fuad (2020-01-01). Etnografi Hukum Budaya Hukum Masyarakat Cina Jelata. Jakarta: Prenada Media.
hlm. 2.
ataupun fenomena buatan manusia fenomena itu dapat berupa bentuk, aktivitas
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena, yang satu
dengan fenomena yang lain.
Adapaun tujuan dari deskriptif, yaitu sebagai berikut:
1. Menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok.
2. Menggambarkan mekanisme dalam sebuah proses atau hubungan.
3. Memberikan gambaran lengkap dalam bentuk verbal atau numerikal.
4. Menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan.
5. Menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian.
6. Menjelaskan seperangkat tahapan atau proses.
7. Menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
e. Definisi Studi Kasus
Studi kasus adalah riset yang mendalam dan terperinci tentang seseorang atau
sekelompok kecil individu dengan bersifat kualitatif, lantaran menghasilkan deskripsi naratif
tentang perilaku maupun pengalaman yang ditemukan oleh si peneliti. 6 Adapun definisi
studi kasus menurut para ahli, antara lain yaitu:
1. Pollit dan Hungler (1990)
Studi kasus berfokus pada penentuan dinamika mengenai pertanyaan lebih lanjut
mengapa seseorang berpikir, melakukan sesuatu, atau bahkan mengembangkan diri. Fokus
tersebut dinilai oleh Pollit dan Hungler penting dalam studi kasus sebab dibutuhkan analisis
yang intensif, bukan berfokus pada status, kemajuan, tindakan, atau pikiran yang
dimilikinya.
2. Yin (1996)
Studi kasus dapat digambarkan sebagai proses pencarian pengetahuan yang empiris
untuk menyelidiki dan meneliti berbagai fenomena dalam konteks kehidupan nyata. Yin juga
mengemukakan bahwa bahwa pendekatan studi kasus bisa diterapkan apabila batas antara
fenomena dan konteks kehidupan nyata terlihat samar atau tidak terlihat dengan jelas serta
ada berbagai sumber yang dapat dijadikan acuan bukti dan penggalian informasi.
3. Tellis (1997)
Studi kasus merupakan metode yang memiliki unit analisis yang lebih mengacu pada
sistem tindakan yang dilakukan dibanding pada individunya sendiri atau suatu lembaga
tertentu. Tellis juga menekankan bahwa unit analisis tersebut adalah hal yang kritikal dalam
penerapan studi kasus dan dapat bervariasi antara individu atau lembaga.
4. Bimo Walgito (2010)
Studi kasus ialah metode yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki suatu
kejadian atau fenomena mengenai individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi
objek penelitian. Bimo Walgito juga menyatakan bahwa dibutuhkan banyak informasi dan
integrasi data yang diperoleh dari metode lain untuk mendapatkan informasi mendalam
pada metode studi kasus yang dilakukan.
Tujuan studi kasus secara umum diantaranya yaitu sebagai berikut;

6
Rina Haryati. "Pengertian Studi Kasus". Penelitian Ilmiah.com, 11 Juli 2022.
1. Menggambarkan situasi individu (kasus), misalnya: seseorang, bisnis, organisasi, atau
institusi, secara terperinci.
2. Mengidentifikasi masalah-masalah utama dari kasus tersebut.
3. Menganalisis kasus menggunakan konsep-konsep teoritis yang relevan dari unit atau
disiplin ilmu tertentu.
4. Merekomendasikan tindakan untuk kasus tertentu (terutama untuk studi kasus
penyelesaian masalah).
f. Definisi Grounded Theory
Grounded theory atau teori grounded merupakan metode penelitian yang sering
digunakan khususnya di jenjang magister dan doktor. Metode ini tergolong dalam kualitatif
dengan pendekatan induksi, yaitu membuat generalisasi berdasarkan fakta lapangan.
Grounded theory merupakan metode riset kualitatif yang menggunakan suatu set prosedur
yang sistematik untuk mengembangkan suatu teori secara induktif tentang suatu fenomena.
Metode ini dimulai dari suatu pernyataan yang masih kabur dan akhirnya menghasilkan
teori yang dikumpulkan dari berbagai data. Grounded theory membuat kenyataan bahwa
kesenjangan antara teori dan praktik dapat diatasi, sehingga dapat diaplikasikan dalam
praktik dan meningkatkan pelayanan.7
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memilih grounded theory sebagai
metode penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian yang menggunakan metode grounded theory biasanya pada fenomena
yang belum dijelaskan oleh teori, boleh dikatakan belum ada teori yang
menjelaskannya, sehingga perlu membangun teori dari lapangan. Teori-teori yang ada
hanya sebatas definisi, sehingga belum bisa digunakan sebagai referensi yang memadai.
Walaupun demikian, penggunaan grounded theory juga bisa pada fenomena yang sudah
didukung oleh sedikit teori, namun dalam proses penelitian, teori-teori tersebut tidak
digunakan sebagai bekal di lapangan, melainkan diabaikan dengan fokus pada
membangun teori dari fenomena yang dipelajari di lapangan.
2. Fenomena yang diteliti bukan merupakan fenomena yang didasarkan pada
kepercayaan / keyakinan masyarakat, namun lebih pada fenomena yang masyarakatnya
bersifat rasional.

7
Setyowati. "Grounded Theory Sebagai Pilihan Metode Riset Kualitatif". Jurnal Keperawatan Indonesia: Vol 13, No. 2 (2010).

Anda mungkin juga menyukai