Anda di halaman 1dari 26

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MI/SD

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar MI/SD

Dosen Pengampu:
Siti Khoirun Nisak, M.Pd.I.

Disusun oleh:
Kelompok 3 PGMI 4B

1. Hamidah Ayu Az Zyahra (126205201019)


2. Zuliani Roudlatul Jannah (126205201023)
3. Muhammad Mukhlisul Anwar (126205201061)
4. Elvania Lailatul Nurazizah (126205203205)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konsep
Dasar Pengembangan Bahan Ajar MI/SD.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan pihak-pihak lain, oleh karena itu
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Siti Khoirun Nisak, M.Pd.I. selaku Dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar MI/SD yang sangat tulus dan ikhlas memberikan
bimbingan dan pembelajaran kepada kami.
2. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini
sehingga menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Ada kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar- besarnya kami ucapkan
terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.

Tulungagung, 03 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Bahan Ajar .................................................................................. 3
B. Tujuan Bahan Ajar ........................................................................................ 5
C. Manfaat dan Fungsi Bahan Ajar ................................................................... 6
D. Peran Bahan Ajar .......................................................................................... 8
E. Langkah-Langkah Memilih Bahan Ajar ....................................................... 13
F. Aspek-Aspek Bahan Ajar ............................................................................. 14
G. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar ... 15
H. Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar ............................................. 20
BAB III. PENUTUP ............................................................................................... 22
A. Kesimpulan ................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan Guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan formal. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk
mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam
kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat
strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu
dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.
Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran
adalah pengembangan materi bahan ajar dalam rangka membantu siswa mencapai
kompetensi. Bahan ajar memiliki posisi yang sangat penting dalam pembelajaran,
yaitu sebagai representasi (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Di sisi lain,
bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai kompetensi inti.
Oleh karena itu, pengembangan materi bahan ajar hendaklah berpedoman
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL). Bahan ajar yang disusun tanpa berpedoman pada KI, KD dan SKL, tentu
tidak akan memberikan banyak manfaat kepada peserta didik.
Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2013 dijelaskan
bahwa kewajiban guru sebelum mereka berdiri di depan kelas adalah menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, kreatif, dinamis, dan dialogis dan mempunyai
komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tanpa
memperhatikan apakah pemerintah sudah menyediakan buku pembelajaran, buku
guru, silabus, dan buku pedoman guru. Guru wajib membuat bahan ajar yang
dibutuhkan oleh siswa selama buku yang disediakan oleh pemerintah tidak
memenuhi harapan guru dan siswa.
Pengembangan materi bahan ajar merupakan bagian dari proses
pengembangan inovasi dalam pendidikan. Bahan ajar yang digunakan tidak
selamanya harus konvensional namun sebagai guru haruslah melakukan beberapa
tindakan untuk perbaikan paradigma, cara pandang, berpikir, sikap, kebiasaan,
profesionalisme, maupun perilaku dalam mengajar. Dengan demikian para guru

1
harus memberikan inovasi dalam membuat bahan ajar karena akan berdampak pada
kelancaran kegiatan pembelajaran siswa agar tidak cenderung merasa bosan. Bahan
ajar itu sendiri dapat diartikan segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru untuk instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran.1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengertian Bahan Ajar?
2. Bagaimana Tujuan Bahan Ajar?
3. Bagaimana Manfaat dan Fungsi Bahan Ajar?
4. Bagaimana Peran Bahan Ajar?
5. Bagaimana Langkah-Langkah Memilih Bahan Ajar?
6. Bagaimana Aspek-Aspek Bahan Ajar?
7. Bagaimana Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan
Bahan Ajar?
8. Bagaimana Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Menjelaskan Pengertian Bahan Ajar
2. Untuk Menjelaskan Tujuan Bahan Ajar
3. Untuk Menjelaskan Manfaat dan Fungsi Bahan Ajar
4. Untuk Menjelaskan Peran Bahan Ajar
5. Untuk Menjelaskan Langkah-Langkah Memilih Bahan Ajar
6. Untuk Menjelaskan Aspek-Aspek Bahan Ajar
7. Untuk Menjelaskan Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam
Pengembangan Bahan Ajar
8. Untuk Menjelaskan Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar

1
Nur Makhsun, Supervisi Akademik, (Jawa Tengah: CV Pilar Nusantara, 2020), hal. 1-3.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahan Ajar


Bahan ajar adalah sesuatu yang digunakan oleh guru atau peserta didik
untuk memudahkan proses pembelajaran. Bentuknya bisa berupa buku bacaan,
buku kerja (LKS), maupun tayangan. Mungkin juga berupa surat kabar, bahan
digital, paket makanan, foto, perbincangan langsung dengan mendatangkan penutur
asli, instruksi-instruksi yang diberikan oleh guru, tugas tertulis, kartu atau juga
bahan diskusi antarpeserta didik. Dengan demikian, bahan ajar dapat berupa banyak
hal yang dipandang dapat untuk meningkatkan pengetahuan dan atau pengalaman
peserta didik.2
Bahan ajar dalam proses belajar mengajar merupakan komponen utama
agar peserta didik dapat belajar. Bahan ajar adalah materi yang akan dipelajari pada
proses belajar mengajar, dengan bahan ajar kegiatan belajar dapat berlangsung.
Pada paradigma belajar yang berpusat pada pendidik, bahan ajar disiapkan oleh
pendidik sebagai satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik, akan tetapi seiring
dengan waktu, perubahan paradigma belajar berubah dari berpusat pada pendidik
menjadi berpusat pada pembelajar atau peserta didik. Bahan ajar tetap harus
disiapkan oleh pendidik, akan tetapi peserta didik dapat memperoleh bahan ajar dari
sumber yang lainnya, tidak hanya terfokus pada satu sumber belajar yaitu pendidik.
Bahan ajar menjadi penting untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
unggul, dan proses belajar mengajar yang unggul penting agar materi yang
dipelajari peserta didik dapat diterima dengan baik.3
Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni
sebagai representasi (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-
keterangan guru, uraian-uraian yang harus disampaikan guru, dan informasi yang
harus disajikan guru dihimpun di dalam bahan ajar. Dengan demikian, guru juga
akan dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan pelajaran, memiliki banyak

2
Kosasih, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2021), hal. 1.
3
Mardiah Astuti dan Fajri Ismail, Studi Inovasi dan Globalisasi Pendidikan, (Yogyakarta : Deepublish,
2021), hal. 24.

3
waktu untuk membimbing siswa dalam belajar atau membelajarkan siswa. Sumber
belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber
belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat
memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan
alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau
buku yang tidak ada artinya apa-apa. Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi
yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu
siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas
apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari
berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. Sadiman
mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar.
Bahan Ajar atau materi pembelajaran (instructional Material) secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), ketrampilan dan sikap atau nilai yang haurs dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan atau
materi kurikulum dapat bersumber dari berbagai disiplin ilmu yang berumpun ilmu-
ilmu sosial (social sciense) maupun ilmu-ilmu alam (natural sciense). Selanjutnya
yang perlu diperhatikan ialah bagaimana cakupan dan keluasaan serta kedalaman
materi atau isi dalam setiap bidang studi
Dalam bahan ajar informasi sengaja didesain dan dikembangkan secara
khusus untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa yaitu mencapai tujuan
pembelajaran berdasarkan sistem kurikulum pendidikan tertentu. Sedangkan materi
lebih bersifat general, segala bentuk informasi ataupun ilmu pengetahuan yang
dikembangkan bukan untuk memenuhi tujuan pembelajaran melainkan dengan
tujuan lain seperti hiburan, komersil, dan sebagainya.4

4
Siti Azizah Susilawati dkk, 2021. Pengantar Pengembangan Bahan dan Media Ajar, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2021), hal. 4.

4
B. Tujuan Bahan Ajar
Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang
digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak
tertulis. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Sehingga
penyerapan bahan ajar oleh siswa dapat diserap secara maksimal. Bahan ajar dibuat
untuk bisa meraih tujuan sebagai berikut:
1. Menyajikan bahan ajar yang bisa sesuai dengan kebutuhan siswa yang harus
sesuai dengan kurikulum. Selain itu bahan ajar juga harus menyesuaikan diri
dengan sifat dan lingkungan siswa berasal (latar belakang).
2. Mempermudah siswa agar bisa mendapatkan bahan ajar alternatif selain dari
sumber di sekolah seperti buku dan teks yang sulit di dapat.
3. Meringankan beban guru dalam menjalankan aktivitas pembelajaran.5
Menurut Gatot (2008), pengembangan bahan ajar memiliki beberapa tujuan
terencana, yakni:
1. Mempersiapkan kegiatan pembelajaran agar dapat berlajan optimal dalam
berbagai situasi.
2. Meningkatkan motivasi pengajar dalam mengelola dan melaksanakan proses
pembelajaran.
3. Mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan materi-materi yang baru,
penampilan baru, dan disampaikan dengan strategi pembelajaran baru.
Adapun menurut Mbulu (2004:6), pengembangan bahan ajar memiliki empat tujuan
utama, yaitu
1. Diperolehnya bahan ajar yang sesuai dengan tujuan kurikuler, tujuan
institusional, dan tujuan pembelajaran
2. Diperolehnya bahan ajar yang tersusun sesuai dengan struktur isi mata pelajaran
beserta karakteristiknya masing-masing
3. Diperolehnya susunan topik-topik mata pelajaran secara sistematis dan logis

5
Nurul Huda Panggabean dan Amir Danis, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains, (Yayasan
Kita Menulis), hal. 18.

5
4. Terbukanya kesempatan untuk mengembangkan bahan ajar secara kontinu
dengan mengacu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu, Kemendiknas (2007) merumuskan tiga tujuan dari pengembangan
bahan ajar, yaitu :
1. Mempermudah dan memperjelas penyampailan materi atau pesan
2. Mengatasi problem keterbatasan ruang, waktu, dan juga daya indera baik dari
sisi pengajar maupun peserta didik
3. Agar bahan ajar dapat digunakan secara tepat dengan berbagai variasi.

C. Manfaat dan Fungsi Bahan Ajar


Manfaat
Sebagai pengajar, pengembangan bahan ajar menjadi suatu keharusan
dan menjadi penanda apakah pengajar tersebut mampu melaksanakan tugasnya
dengan baik atau tidak. Hal ini sering kali dikaitkan dengan kewajiban seorang
pengajar untuk menyajikan bahan pembelajaran. Sebab pengembangan bahan ajar
memiliki keutamaan dan manfaat yang besar. Bahan ajar memiliki manfaat untuk
pengajar dan peserta didik.
Adapun manfaat bagi pengajar adalah sebagai berikut:
1. Bahan ajar menyediakan bahan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang sedang berlaku.
2. Bahan ajar mempermudah dan menyediakan material yang sesuai dengan
pembelajaran yang dilakukannya.
3. Bahan ajar memberikan alternatif penyediaan bentuk bahan ajar yang dapat
dipelajari peserta didik secara mandiri.
4. Bahan ajar menjadi sarana untuk pembaharuan atau pemutakhiran bahan
pembelajaran (up date konten pembe lajaran) yang diajarkan sesuai
perkembangan pembelajaran abad 21
5. Bahan ajar dapat menjadi karya pribadi dari penulis dalam bentuk publikasi
6. Menambah perkayaaan kajian keilmuan sesuai dengan keahlian dari pengajar
sebagai penulis.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh bagi peserta didik adalah:
1. Bahan ajar dapat mempermudahkan untuk belajar secara mandiri

6
2. Bahan ajar dapat memberikan kesempatan belajar mandiri baik secara
terstruktur maupun di bawah supervisi pengajar
3. Bahan ajar menyediakan informasi terkait dengan kajian ilmu sesuai dengan
bidang studi
4. Bahan ajar menyediakan wawasan keilmuan dan dan ide untuk peserta didik.6
Fungsi
Bahan Ajar adalah seperangkat materi atau substansi pembelajaran yang
disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan
dikuasai oleh peserta didik serta memiliki banyak fungsi. Fungsi bahan ajar tersebut
dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Fungsi Bahan Ajar bagi pendidik antara lain:
a. Dapat menghemat waktu mengajar
b. Mengubah peran pendidik menjadi seorang fasilitator
c. Proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif serta sebagai alat
evaluasi pencapaian hasil belajar.
2. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain:
a. Menjadikan peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau
teman peserta didik yang lain
b. Dapat belajar kapan saja dan dimana saja
c. Dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing peserta didik
d. Dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri
e. Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri
f. Serta dapat dijadikan sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau
dikuasainya.
3. Fungsi Bahan Ajar menurut strategi pembelajaran yang digunakan
a. Fungsi Bahan Ajar dalam pembelajaran klasikal antara lain:
1) Sebagai satu-satunya sumber informasi dan pengawas
2) Sebagai pengendali proses pembelajaran
6
Citra Kurniawan dan Dedi Kuswandi, Pengembangan E-Modul, (Lamongan: Academia Publication,
2021), hal. 8-9.

7
3) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.
b. Fungsi Bahan Ajar dalam pembelajaran individual antara lain:
1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran
2) Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya
3) Sebagai alat untuk menyusun dan mengawasi proses peserta didik dalam
memperoleh informasi.
c. Fungsi Bahan Ajar dalam pembelajaran kelompok antara lain:
1) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok,
dengan cara memberikan informasi tentang informasi tentang peran
orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, latar belakang materi
2) Serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri.7
Sebelum mengembangkan bahan ajar terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan yaitu sebagai berikut.
 Bahan ajar harus sesuai kebutuhan kompetensi inti, kompetensi dasar, serta
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
 Pemilihan bahan ajar perlu disesuaikan dengan kondisi dan latar belakang
peserta didik.8

D. Peran Bahan Ajar


1. Peran Bagi Guru
a. Menghemat waktu guru dalam mengajar
Dengan adanya bahan ajar dalam berbagai jenis bentuknya.
waktu mengajar guru dapat dipersingkat. Artinya, dengan adanya bahan
ajar, guru dapat menugaskan peserta didik untuk mempelajari terlebih
dahulu materi yang akan diajarkan serta meminta mereka untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada di bagian terakhir setiap pokok bahasan.
Sehingga, setibanya di kelas, guru tidak perlu lagi menjelaskan semua
materi pelajaran yang akan dibahas, tetapi hanya membahas materi-materi
yang belum diketahui peserta didik saja. Dengan demikian, guru bisa
menghemat waktu dan menggunakan untuk diskusi, tanya jawab, atau
7
Suyahman, Pengembangan Bahan Ajar PPKn di SD, (Jawa Tengah: Lakeisha, 2021), hal. 48-49.
8
Putu Yulia Angga Dewi dkk, Teori dan Aplikasi Pembelajaran IPA SD/MI, (Aceh: Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini, 2021), hal. 162.

8
kegiatan pembelajaran lainnya.
b. Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator
Dengan adanya bahan ajar, guru bisa menghemat waktu. Artinya,
guru akan mempunyai waktu yang lebih leluasa untuk mengelola proses
pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.
Misalnya, dengan waktu yang dimilikinya, guru tidak hanya mengajar tetapi
juga melakukan kegiatan-kegiatan lain, misalnya melaksanakan tanya jawab
dengan peserta didik atau antar peserta didik tentang hal-hal pokok yang
masih belum dikuasai peserta didik, meminta peserta didik untuk melakukan
diskusi kelompok dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan topik yang dibahas, dan lain-lain. Cara demikian akan mendorong
terjadinya interaksi yang aktif antara guru dan peserta didik. Sehingga, guru
dalam hal ini lebih berfungsi sebagai fasilitator dalam mengelola semua
kegiatan tersebut.
c. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi efektif dan interaktif
Dengan adanya bahan ajar, proses pembelajaran dapat berjalan
lebih efektif karena guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar tetapi juga
berfungsi sebagai fasilitator yang mampu membimbing peserta didik dalam
memahami suatu topik pembelajaran. Di samping itu, 9metode pembelajaran
yang dipilih tidak hanya metode ceramah satu arah, di mana guru dianggap
sebagai satu-satunya sumber informasi, tetapi bersifat interaktif dengan
berbagai metode yang dapat dipilih oleh guru, seperti metode diskusi,
simulasi, role playing, dan sebagainya.
Dengan cara demikian, materi pelajaran dapat diselesaikan tepat
pada waktunya karena guru tidak lagi harus menghabiskan waktunya untuk
ceramah. Guru hanya perlu mengupas hal-hal tertentu saja yang belum
dikuasai peserta didik. Hal ini dimungkinkan karena peserta didik diberi
kesempatan untuk mempelajari bahan ajar tersebut di rumah dan membuat
catatan-catatan kecil untuk ditanyakan pada guru di kelas.
Selain itu, dengan cara ini juga pembelajaran dapat berjalan lebih
efektif karena guru mempunyai waktu untuk berinteraksi aktif dengan

9
Nana, Pengembangan Bahan Ajar, (Jawa Tengah: Lakeisha, 2019), hal. 4.

9
peserta didik, misalnya lewat diskusi, tanya jawab, turun ke lapangan untuk
melakukan pengamatan langsung. dan sebagainya. Dengan demikian,
pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari akan lebih
meningkat karena dirangsang untuk aktif dalam proses pembelajaran, bukan
hanya menjadi pendengar saja.
2. Peran Bagi Peserta Didik
a. Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman
Adanya bahan ajar yang dirancang dan ditulis dengan urutan
yang baik dan logis serta sejalan dengan jadwal pelajaran yang ada dalam
satu semester memudahkan peserta didik untuk dapat mempelajari bahan
ajar tersebut secara mandiri di manapun. Dengan demikian, peserta didik
lebih siap mengikuti pelajaran karena telah mengetahui terlebih dahulu
materi yang akan dibahas.
Dengan mempelajari bahan ajar terlebih dahulu, paling tidak
peserta didik telah mengetahui konsep-konsep inti dari materi yang dibahas
dalam pertemuan tersebut dan dapat mengidentifikasi materi materi yang
masih belum jelas, untuk selanjutnya ditanyakan kepada guru di kelas.
Selain itu, dengan bahan ajar yang dipelajarinya tersebut, peserta didik akan
mampu mengantisipasi tugas apa yang akan diberikan guru setelah pelajaran
selesai. Dengan demikian, peserta didik lebih siap untuk mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru.10
b. Peserta didik dapat belajar kapan saja dan di mana saja
Dengan adanya kesempatan yang diberikan kepada peserta didik
untuk menentukan sendiri kapan dan di mana mereka mau belajar. peserta
didik tidak hanya belajar di dalam kelas saja. Tanpa bahan ajar yang
dibagikan kepada peserta didik, peserta didik akan sangat tergantung pada
guru dalam hal menimba ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Waktu luang peserta didik di luar kegiatan sekolah akan menjadi
sia-sia jika tidak diisi oleh kegiatan-kegiatan yang positif. Dalam hal ini,
bahan ajar merupakan salah satu alternatif yang dapat dijadikan bahan
bacaan, bahan belajar, maupun bahan diskusi peserta didik di luar kegiatan

10
Ibid. hal. 5.

10
formal sekolah.
c. Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri
Peserta didik dapat menentukan cara dan kecepatannya sendiri
dalam belajar. Seperti yang diketahui bahwa kecepatan seseorang dalam
mempelajari sesuatu sangat beragam, ada peserta didik yang belajarnya
cepat, ada yang sedang, dan ada yang juga peserta didik yang belajarnya
lambat, bahkan sangat lambat. Dengan adanya bahan ajar, keberagaman
kecepatan belajar peserta didik dapat diakomodasi. Misalnya, seorang anak
yang lambat dalam menyerap materi bisa belajar sendiri di rumah.
Kemudian, saat guru di sekolah menjelaskan materi tersebut, dia bisa mulai
paham. Selain itu, dia bisa mengulanginya lagi di rumah sehingga bisa lebih
paham.
d. Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri
Pada umumnya, bahan ajar berisi keseluruhan materi pelajaran
yang akan diajarkan dalam satu semester dan guru pada umumnya telah
menyusun bahan ajar tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan
peserta didik untuk belajar secara berurutan dan bertahap. Bila bahan ajar
tersebut dimiliki peserta didik, maka peserta didik dapat menentukan sendiri
pola belajarnya, apakah belajar sesuai dengan urutan yang ada atau memilih
materi pelajaran sesuai dengan minatnya.
Misalnya:
 peserta didik telah mengetahui materi pelajaran bab 1. maka ia dapat
meloncat ke materi pelajaran di bab 2 tanpa harus menunggu guru
menjelaskan bab 1 terlebih dahulu.
 Demikian pun sebaliknya, jika guru telah menjelaskan materi di bab 3
misalnya. sementara peserta didik masih belum paham sepenuhnya
11
materi di bab sebelumnya, maka ia dapat mengulang kembali
pelajaran tersebut karena ada dalam bahan ajar.
 Selain masalah urutan, peserta didik juga dapat mempelajari materi
dalam bahan ajar sesuai dengan minatnya. Misalnya, materi pelajaran
yang dibahas mengenai beberapa macam unggas yang dikelompokkan

11
Ibid. hal. 6.

11
ke dalam ayam, burung, dan bebek.
 Dengan adanya materi tersebut dalam bahan ajar yang dibagikan
kepada peserta didik. peserta didik dapat menentukan sendiri salah satu
dari ketiga pokok bahasan tersebut untuk dipelajari terlebih dahulu.
 Hal ini memungkinkan untuk dilakukan karena sifat dari ketiga pokok
bahasan tersebut lepas-lepas, satu sama lain tidak saling bersyarat.
Sehingga, peserta didik diperbolehkan untuk belajar dari pokok bahasan
mana saja, sesuai dengan keinginannya.
e. Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar mandiri
Dengan bahan ajar yang dapat dipelajarinya sendiri, kapan dan di
mana pun peserta didik berada, sedikit demi sedikit peserta didik akan
terbiasa untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam belajar. Hal ini
memotivasi dirinya untuk sadar akan kewajibannya sebagai peserta didik,
yaitu pandai mengelola waktu sehingga semua materi pelajaran dapat
dikuasai sepenuhnya dalam waktu yang telah ditentukan.
Tentunya, tanpa dibantu oleh kegiatan peserta didik belajar
mandiri di rumah, baik mengerjakan pekerjaan rumah, merangkum materi
yang akan dipelajari dalam suatu pertemuan, membaca materi yang akan
dipelajari terlebih dahulu, maupun membuat beberapa pertanyaan yang
sesuai, akan sulit bagi guru untuk menuntaskan materi pelajaran sesuai
dengan jadwal.
Jika guru mengalami halangan dan gangguan sehingga tidak
dapat memenuhi tugas mengajar sesuai jadwal, apa yang terjadi? Oleh sebab
itu, keberadaan bahan ajar untuk guru maupun untuk peserta didik akan
sangat bermanfaat dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran.12
3. Peran dalam pembelajaran
Peran Bahan Ajar dalam pembelajaran
a. Pembelajaran individual
Bahan ajar dalam pembelajaran individual adalah sebagai bahan
utama dan perannya sangat menentukan kelancaran proses pembelajaran.
Hal ini disebabkan bahan ajar individual/mandiri selain memuat informasi

12
Ibid. hal. 7.

12
tentang hal-hal yang harus dipelajari siswa, tetapi juga disesuaikan
sedemikian rupa sehingga mampu mengontrol kegiatan belajar siswa.
b. Pembelajaran kelompok
Metode pembelajaran kelompok didasarkan pada humanistic
psychology yang menekankan pada cara orang berinteraksi dalam kelompok
kecil dengan menggunakan pendekatan dinamika kelompok. Ketika metode
ini digunakan dalam situasi pembelajaran, pada umumnya metode ini tidak
membutuhkan perangkat keras yang dirancang khusus, dan dalam beberapa
hal sangat sedikit membutuhkan bahan ajar dalam bentuk tertulis, seperti
booklet, lembar panduan diskusi, buku kerja, dan lain-lain. Penekanannya.
justru diletakkan. pendekatan dan teknik pada yang digunakan daripada
perangkat keras dan bahan belajarnya.13

E. Langkah-Langkah Memilih Bahan Ajar


Acuan utama atau standar kriteria pemilihan bahan ajar atau materi
pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam pemilihan
bahan ajar, langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam SK dan KD yang menjadi
acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, karena setiap aspek SK dan KD
memerlukan jenis materi yang berbeda dalam kegiatan pembelajaran atau
pencapaiannya.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis materi/bahan ajar; materi ajar aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Pada aspek kognitif, materi pembelajaran terdiri dari
fakta, konsep, prinsip dan prosedur; Aspek afektif meliputi pemberian respon,
penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Aspek motorik terdiri dari
gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
3. Memilih bahan ajar yang relevan dengan SK dan KD yang telah teridentifikasi.
4. Memilih sumber bahan ajar, seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran,
internet, video, dan sebagainya.14
Menurut Gatot (2008), ada empat tahapan pengembangan bahan ajar yang

13
Ina Magdalena, Tips Mendesain Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jawa Barat: CV Jejak anggota
IKAPI, 2021), hal. 193-194.
14
Muhammad, Pembelajaran SKI di Madrasah, (Mataram: Sanabil, 2020), hal. 85.

13
meliputi:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek kompetensi dasar dan standar kompetensi yang
menjadi acuan dalam pemilihan bahan ajar.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar yang dibutuhkan
3. Memilih bahan ajar yang sesuai dengan kompetensi dasar dan strandar
kompetensi yang diinginkan
4. Memilih sumber bahan ajar yang sesuai
Menurut Mbulu (2004:77), dalam pengembangan bahan ajar ada tiga tahap yang
harus dilakukan, yaitu:
1. Merancang, yakni mengkaji dan menganalisis pembelajaran, serta menyeleksi
dan mengurutkan isi pembelajaran
2. Menilai, yaitu dengan melakukan uji kelayakan draft awal.
3. Pemanfaatan, yaitu melalui kegiatan pengembangan pembaca dan
pengembangan bahan pembelajaran.
Kemendiknas (2008) sendiri juga menyebutkan ada enam langkah dalam
pengembangan bahan ajar, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menyusun standar kompetensi
2. Mengidentifkkasi dan menyusun kompetensi dasar
3. Mengidentifikasi dan menyusun indikator-indikator pembelajaran
4. Memilih dan menyusun materi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum
5. Merancang aktivitas atau kegiatan pembelajaran
6. Memilih dan menyusun bahan ajar yang sesuai.

F. Aspek-Aspek Bahan Ajar


1. Konsep adalah suatu ide atau gagasan, atau suatu pengertian yang umum.
2. Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagi titik tolak untuk berfikir atau
merupakan suatu petunjuk untuk melaksanakan sesuatu.
3. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah dikerjakan mungkin
berupa hal atau obyek. Jadi bukan sesuatu yang diinginkan atau pendapat.
4. Proses adalah serangkaian perubahan, gerakan- gerakan perkembangan. Suatu
proses dapat terjadi secara sadar atau tidak sadar.
5. Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau modal.

14
6. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesutu dengan baik. Berbuat berarti
secara jasmaniyah (menulis, berbicara,dan lain- lain) biasanya kedua aspek
tersebut tidak terlpas satu sama lain. 15

G. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar


Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang
sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Kualitas
bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor
tersebut dalam pengembangan bahan ajar.16
1. Kecermatan Isi
Kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran ini secara
keilmuan, dan keselarasan isi. Atau kebenaran isi berdasarkan sistem nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa.
Untuk dapat menjaga validitas isi, dalam pengembangan bahan ajar,
petatar harus selalu menggunakan buku acuan atau bahan pustaka yang berisi
hasil-hasil penelitian empiris, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang
ilmu, serta perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu. Teori dan konsep yang
berlaku dalam suatu bidang ilmu dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun buku
teks bidang ilmu. Sementara hasil penelitian empiris dan perkembangan
mutakhir suatu bidang ilmu dapat diperoleh dari berbagai jurnal penelitian yang
tercetak ataupun jurnal elektronik.
2. Ketepatan cakupan
Ketepatan cakupan berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan
dan kedalaman isi atau materi serta keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu.
Setiap penatar pasti mempunyai tujuan pembelajaran dari mata tatarnya.
Kemudian berlandaskan pada tujuan tersebut dapat menentukan seberapa luas,
dalam, dan utuh topik yang akan disajikan kepada petatar. setelah itu baru di
kembangkan bahan ajar-materi pokok dan komponennya berdasarkan pada
materi yang telah ditentukan tersebut.
3. Ketercernaan/Keterbacaan Bahan Ajar

15
Hardjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Asdimahastya, 2005), hal. 220-221.
16
R. Sitohang, Mengembangkan Bahan Ajar dalam Pembelajaran Kewarganegaraan, (Medan: Jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial, 2014), hal. 20-21.

15
Bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat
ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat
dimengerti oleh peserta dengan mudah.
4. Pemaparan yang logis
Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum ke
yang khusus atau sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah ke yang
sukar, atau dari yang inti ke yang pendukung.
Bahan ajar yang dipaparkan secara tidak logis akan menyulitkan peserta
belajar. Logika penyajian ini merupakan alat bantu yang menjelaskan hubungan
antar topik atau konsep dalam bahan ajar. Dengan demikian, informasi yang
diterima oleh peserta akan saling terkait, dan bahkan dapat dikaitkan dengan
informasi yang sudah dimiliki sebelumnya, tidak terkotak-kotak satu sama lain.
Logika pemaparan ini dapat diperkenalkan kepada peserta untuk
mengembangkan pola pikir atau penalaran yang sistematis.
5. Penyajian materi yang runtut
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat.
Keterkaitan antar materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik
disajikan secara sistematis dengan strategi penyajian uraian, contoh dan latihan,
atau contoh, latihan, penyajian uraian, atau penyajian uraian, latihan, contoh
(PCL – CLP – PLC).
Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak
membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai
sehingga tidak membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar
mempermudah peserta dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk terbiasa
berpikir runtut.
6. Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman
Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan
diperlukan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah
pemahaman peserta. Dalam penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak,
contoh dan ilustrasi memiliki peran yang sangat penting. Misalnya, dalam
menjelaskan rumus molekul senyawa ion dalam topik Valensi mata pelajaran
Kimia di SMU, guru tidak dapat hanya mengandalkan deskripsi verbal secara

16
lisan maupun tertulis.
Untuk menjelaskan rumus tersebut diperlukan alat peraga yang dapat
menggambarkan rumus molekul senyawa ion tersebut. Guru dapat membuat
lingkaran, bulatan, dan kubus valensi dari karton, dilengkapi dengan Lembar
Kerja Peserta (LKS) yang berbentuk tertulis. Melalui karton-karton tersebut,
peserta akan dapat bermain sesuai petunjuk dalam LKS, untuk
membuat/menemukan rumus molekul senyawa ion.
Prinsip utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi adalah ketepatan
contoh dan ilustrasi untuk memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan
(bukan malah membuat peserta semakin bingung), serta menarik dan
bermanfaat bagi peserta.
7. Alat bantu yang memudahkan
Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah peserta
dalam mempelajari bahan ajar tersebut, yang dikenal dengan nama Mnemonic
Devices (alat Bantu mengingat atau belajar).
Dalam bahan ajar cetak, alat bantu dapat berupa rangkuman untuk setiap
bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-tanda khusus. Dalam bahan
ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa rangkuman, petunjuk belajar bagi
peserta, serta tanda-tanda khusus yang dapat diberlakukan serta dapat
membantu peserta belajar.
8. Format yang tertib dan konsisten17
Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah
dikenali, diingat, dan dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru menggunakan
kertas merah untuk lembar kerja peserta, maka seterusnya gunakanlah warna
kertas merah untuk LKS, jangan gunakan warna merah untuk komponen lain
dalam bahan ajar. Dengan demikian, setiap kali peserta melihat warna kertas
merah, maka peserta akan menandai sebagai LKS.
9. Penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar
Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan digunakan
dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta belajar mandiri di
rumah (buku kerja, paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat bantu peserta

17
Ida Malati Sadjati, Modul 1 Hakikat Bahan Ajar, 2012, hal. 45-57.

17
belajar dalam kelompok. Peran ini perlu dijelaskan kepada peserta dengan
cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan ajar dengan jelas.
10. Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan
kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna,
sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar yang
disusun sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas
dengan menarik.
Penggunaan bahasa menjadi faktor penting, bukan hanya dalam
pengembangan bahan ajar cetak, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar
noncetak. Ragam Bahasa mengacu pada ragam bahasa baku atau formal dan
ragam bahasa nonformal atau komunikatif.
Ragam bahasa komunikatif yang sebaiknya digunakan dalam penulisan
atau pengembangan bahan ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata serta
penggunaan kalimat yang efektif. Walaupun ragam bahasa komunikatif yang
digunakan, hendaknya kaidah bahasa yang baik dan benar tidak ditinggalkan
atau dilanggar. Hal ini sangat perlu sebagai salah satu persyaratan dari
keterbacaan bahan ajar yang ditulis atau dikembangkan.
Penggunaan kalimat efektif menekankan perlunya penyampaian
informasi dilakukan melalui kalimat positif dan aktif, dan sedapat mungkin
menghindarkan penggunaan kalimat negatif dan pasif. Kalimat positif dan aktif
dipercaya dapat menimbulkan motivasi peserta untuk melakukan tugas-tugas
yang ditetapkan dalam bahan ajar, dan lebih mudah dimengerti oleh peserta.
Sementara itu penggunaan kalimat negatif dan pasif, kadangkala dapat
membingungkan peserta. Di samping itu, kalimat dalam bahan ajar hendaknya
kalimat sederhana, singkat, jelas dan hanya memiliki makna tunggal untuk
setiap kalimat.
11. Perwajahan/Pengemasan
Perwajahan dan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau
penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam
paket bahan ajar multimedia.
Penataan letak informasi untuk satu halaman cetak dalam bahan ajar

18
hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut:
a. Narasi atau teks yang terlalu padat dalam satu halaman membuat peserta
lelah membacanya.
b. Bagian kosong (white space) dari satu halaman sangat diperlukan untuk
mendorong peserta mencoret-coret bagian kosong tersebut dengan
rangkuman atau catatan yang dibuat peserta sendiri. Sediakan bagian
kosong secara konsisten dalam halaman-halaman bahan ajar.
c. Padukan grafik, poin, dan kalimat-kalimat pendek, tetapi jangan terus
menerus sehingga menjadi membosankan.
d. Gunakan sistem paragraf yang tidak rata pada pinggir kanan, karena
paragraf seperti itu lebih mudah dibaca.
e. Gunakan grafik atau gambar hanya untuk tujuan tertentu, jangan gunakan
grafik atau gambar jika tidak bermakna.
f. Gunakan sistem penomoran yang benar dan konsisten untuk seluruh bagian
bahan ajar.
g. Gunakan dan variasikan jenis dan ukuran huruf untuk menarik perhatian,
tetapi jangan terlalu banyak sehingga membingungkan.
Perwajahan dan pengemasan bahan ajar juga meliputi penyediaan alat
bantu belajar dalam bahan ajar, sehingga bahan ajar dapat dipelajari peserta secara
mandiri (sendiri, atau dengan teman-teman dalam kelompok).
12. Ilustrasi
Penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat, antara
lain membuat bahan ajar menjadi lebih menarik melalui variasi penampilan.
Ilustrasi digunakan untuk memperjelas pesan atau informasi yang
disampaikan. Selain itu, ilustrasi dimaksudkan untuk memberi variasi bahan
ajar sehingga bahan ajar menjadi menarik, memotivasi, komunikatif, membantu
retensi dan pemahaman peserta terhadap isi pesan.
Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar, antara lain daftar atau
tabel, diagram, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa, simbol, dan skema.
13. Kelengkapan komponen
Paket bahan ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama,
komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar.

19
a. Komponen utama berisi informasi atau topik utama yang ingin disampaikan
kepada peserta, atau harus dikuasai peserta. Kebanyakan, bahan ajar utama
berbentuk bahan ajar cetak, misalnya buku teks, buku pelajaran, modul, dan
buku materi pokok yang bersifat moduler. Bahan ajar utama akan menjadi
lebih mudah dipahami oleh peserta jika dilengkapi dengan komponen
pelengkap.
b. Komponen pelengkap ini dapat berupa informasi/topik tambahan yang
terintegrasi dengan bahan ajar utama, atau informasi/topik pengayaan
wawasan peserta.
c. Komponen evaluasi hasil belajar terdiri dari perangkat soal/butir tes atau
alat evaluasi hasil belajar nontes yang dapat digunakan untuk tes formatif
siswa selama proses pembelajaran dan tes sumatif siswa pada akhir cawu
atau semester. Komponen evaluasi hasil belajar ini nantinya akan
terpisahkan dari komponen utama dan komponen pelengkap, dan disimpan
oleh guru untuk digunakan pada saatnya

H. Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar


1. Menentukan cakupan Bahan Ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran
harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep,
prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik. Selain itu, perlu
diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan
cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman
materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak
materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan
kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung
di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa.
Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan
(adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam
pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan
sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk

20
mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak,
terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar
yang ingin dicapai.
2. Menentukan urutan bahan ajar
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk
menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat,
jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat
prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya.
Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi
penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika
materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta
kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu:
pendekatan prosedural, dan hierarkis. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi
pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut
sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-
langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video.
Sedangkan pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat
berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus
dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahan ajar dalam proses belajar mengajar merupakan komponen utama
agar peserta didik dapat belajar. Bahan ajar adalah materi yang akan dipelajari
pada proses belajar mengajar, dengan bahan ajar kegiatan belajar dapat
berlangsung. Dalam bahan ajar informasi sengaja didesain dan dikembangkan
secara khusus untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa yaitu mencapai
tujuan pembelajaran berdasarkan sistem kurikulum pendidikan tertentu.
Acuan utama atau standar kriteria pemilihan bahan ajar atau materi
pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pengembangan
bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan
keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Kualitas bahan ajar sangat tergantung
pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor.
Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum ke
yang khusus atau sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah ke yang
sukar, atau dari yang inti ke yang pendukung. Bahan ajar yang dipaparkan secara
tidak logis akan menyulitkan peserta belajar. Logika penyajian ini merupakan alat
bantu yang menjelaskan hubungan antar topik atau konsep dalam bahan ajar.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umunya. Penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Mardiah dan Fajri Ismail. 2021. Studi Inovasi dan Globalisasi Pendidikan.
Yogyakarta: Deepublish.

Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta.

Dewi Putu Yulia Angga. dkk. 2021. Teori dan Aplikasi Pembelajaran IPA SD/MI.
Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

Hardjanto. 2005. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdimahastya.

Magdalena, Ina. 2021. Tips Mendesain Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jawa Barat:
CV Jejak, anggota IKAPI.
Makhsun, Nur. 2020. Supervisi Akademik. Jawa Tengah: CV Pilar Nusantara.

Muhammad. 2020. Pembelajaran SKI di Madrasah. Mataram: Sanabil.

Nana. 2019. Pengembangan Bahan Ajar. Jawa Tengah: Lakeisha.

Panggabean, Nurul Huda dan Amir Danis. 2020. Desain Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Sains: Yayasan Kita Menulis.

Sadjati, Ida Malati. 2012. Modul 1 Hakikat Bahan Ajar.

Sitohang, R. 2014. Mengembangkan Bahan Ajar dalam Pembelajaran


Kewarganegaraan. Medan: Jurusan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial.

Suyahman. 2021. Pengembangan Bahan Ajar PPKn di SD. Jawa Tengah: Lakeisha.

Susilawati, Siti Azizah. dkk. 2021. Pengantar Pengembangan Bahan dan Media Ajar.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Kosasih. 2021. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kurniawan, Citra dan Dedi Kuswandi. 2021. Pengembangan E-Modul. Lamongan:


Academia Publication.

W.D Dwiyogo. 2008. Aplikasi Teknologi Pembelajaran Pengembangan Media


Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: Universitas
Malang.

23

Anda mungkin juga menyukai