Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN DAN KESETARAAN GENDER

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu :
Maftucha, M.Pd.

Kelas PGMI 1F

Kelompok 11 :
1. Fatmala Sari 126205203258
2. Azima Izzirruhma 126205203259
3. Af’idatul Aulia Rahma 126205203260
4. Karisma Anisatus Zahro’ 126205203261

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
DESEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
rahmat hidayah serta nikmatnya sehingga kita masih setia dijalanya. Serta salam dan
shalawat tercurah kepada baginda Rasulullah SAWeh yang senantiasa membimbing
kita kejalan kebenaran. Dan tak lupa kami hanturkan rasa syukur karena atas berkat
dan limpahan rahmatNya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PENDIDIKAN DAN KESETARAAN GENDER” dengan tepat waktu.

Tak lupa, penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
mendukung serta membantu penyelesaian tugas makalah ini :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung

2. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku dekan FTIK IAIN Tulungagung
3. Ibu Maftucha, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Pendidikan
yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan kami, sehingga kami
mendapatkan pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini.
4. Semua pihak baik teman-teman dan keluarga yang telah memberikan semangat
dan motivasinya kepada kami.

Penyusun sadar bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan masukan dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tulungagung, 17 Desember 2020

Penyusun

SOSIOLOGI PENDIDIKAN ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Konsep Dasar Gender ......................................................................................... 3

B. Perbedaan Jenis Kelamin (Seks) dan Gender ..................................................... 5

C. Pendidikan dan Kesetaraan Gender .................................................................... 6

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

SOSIOLOGI PENDIDIKAN iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh
perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, proses sosial budaya yang panjang.
Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan, selain disebabkan oleh faktor
biologis sebagian besar justru terbentuk melalu proses sosial dan kultural. Gender
bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam melakukan measure
(pengukuran) terhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama yang terkait
dengan pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu
sendiri.
Kesetaraan gender merupakan suatu keadaan setara antara laki-laki dan
perempuan dalam hak secara hukum dan kondisi atau kualitas hidupnya sama.
Kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi setiap manusia. Gender itulah
yang pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Peran gender terbagi menjadi peran produktif,
peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan.
Istilah kesetaraan gender sering terkait dengan istilah diskriminasi terhadap
perempuan, subordinasi, penindasan, perilaku tidak adil dan semacamnya.
Diskriminasi gender, menyebabkan kerentanan terhadap perempuan dan/atau anak
perempuan serta berpotensi pada terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam
berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, banyak bermunculan program atau
kegiatan, terutama dilakukan oleh beberapa LSM, untuk memperbaiki kondisi
perempuan, yang biasanya berupa pelatihan tentang isu-isu gender, pembangkitan
kesadaran perempuan, dan pemberdayaan perempuan dalam berbagai segi
kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Namun, hal ini justru berbanding terbalik
dengan realita bahwa perempuan ternyata mempunyai peranan yang sangat besar

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 1
dalam berbagai bidang, baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial, bahkan
peranan perempuan justru sangat dirasakan oleh masyarakat luas.
Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya
diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki
akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh
manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Kesetaraan gender merupakan
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-
haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan
nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan (Afif:2013).
Pada dunia pendidikan, antara anak perempuan dan anak laki-laki hendaknya
harus seimbang. Akan tetapi saat ini masih kerap terdapat adanya ketidakadilan
gender. Banyak anak perempuan usia sekolah yang tak bisa lagi mendapatkan
pendidikan yang layak. Hal ini disebabkan karena pengaruh cara pandang patriarkis
dari orang tua mereka. Kesetaraan gender menjadi suatu program dan kegiatan yang
diharapkan dapat meningkatkan derajat dan martabat perempuan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar gender?
2. Bagaimana perbedaan jenis kelamin (seks) dan gender?
3. Bagaimana kesetaraan gender dalam pendidikan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep dasar gender
2. Untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin (seks) dan gender
3. Untuk mengetahui kesetaraan gender dalam pendidikan

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Gender


1. Pengertian gender

Gender adalah kelompok atribut dan perilaku secara kultural yang ada pada
laki laki dan perempuan. Sejalan dengan itu, gender merupakan konsep
hubungan sosial yang membedakan (memilah atau memisahkan) fungsi dan
peran antara perempuan dan laki laki.

Kata “ Gender” beasal dari bahasa Inggis, yang berate “jenis kelamin”.
Dalam Webster’s New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan
yang tampak antara laki laki dan perempuan dari segi nilai dan tingkah laku.
Dalam memahami konsep gender, Mansour Fakih membedakannya antara
gender dan seks (jenis kelamin). Pengertian seks lebih condong pada pensifatan
atau pembagian dua jenis kelamin manusia berdasarkan ciri biologis yang
melekat, tidak berubah dan tidak dapat dipertukarkan. Dalam hal ini sering
dikatakan sebagai ketentua Tuhan atau “kodrat”. Sedangkan konsep gender
adalah sifat yang melekat pada laki laki atau perempuan yang dikonstruksi
secara sosial maupun kultural dan dapat dipertukarkan. Sehingga semua hal
yang dapat dipertukarkan antara sifat laki laki dan perempuan, yang bisa
berubah dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lainnya, maupun
berbeda dari suatu kelas ke kelas lain.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa gender adalah


peran antara laki laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial
budaya. Suatu peran maupun sifat dilekatkan kepada laki laki karena
berdasarkan kebiasaan atau kebudayaan biasanya peran maupun sifat tersebut
hanya dilakukan atau dimiliki oleh laki laki dan begitu juga dengan perempuan.
Suatu peran dilekatkan pada perempuan karena berdasarkan kebiasaan atau

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 3
kebudayaan yang akhirnya membentuk suatu kesimpulan bahwa peran atau
sifat itu hanya dilakukan oleh perempuan.

2. Konsep dasar gender

Konsep gender adalah hasil konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia,
yang sifatnya tidak tetap, berubah-ubah serta dapat dialihkan dan dipertukarkan
menurut waktu, tempat dan budaya setempat dari satu jenis kelamin kepada
jenis kelamin lainnya. Konsep gender juga termasuk karakteristik atau ciri-ciri
laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh keluarga dan atau masyarakat,
yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi agama. Misalnya, secara umum,
pekerjaan memasak, mengurus anak, mencuci selalu disebutkan hanya sebagai
pekerjaan perempuan. Pandangan seperti ini merupakan ciptaan masyarakat
dari budaya tertentu, padahal pekerjaan tersebut dapat juga dipertukarkan
dengan laki-laki atau dapat dikerjakan oleh laki-laki. Namun pandangan ini bisa
saja berbeda dari satu budaya dengan budaya yang lain.

Karakteristik atau ciri-ciri ini menciptakan pembedaan antara laki-laki dan


perempuan yang disebut pembedaan gender. Ini sering mengakibatkan peran
sosial yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Peran ini dipelajari dan
berubah-ubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Peran
sosial atau yang sering disebut peran gender ini berpengaruh terhadap pola
relasi kuasa antara perempuan dan laki-laki yang sering disebut sebagai relasi
gender.

Konsep gender ini sering disamakan dengan konsep seks atau jenis kelamin.
Gender dan seks dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Artinya jika berbicara mengenai gender tidak terlepas dari jenis
kelamin. Namun kedua konsep ini sangat berbeda makna dan pengertiannya.
Konsep jenis kelamin adalah kenyataan secara biologis yang membedakan

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 4
antara manusia dimana lebih diidentikkan dengan perbedaan tubuh laki-laki dan
perempuan.

B. Perbedaan Jenis Kelamin (Seks) dan Gender

Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, dimana laki-laki


dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang
dikonstruksi oleh kultur setempat yang berkaitan dengan peran, sifat, kedudukan,
dan posisi dalam masyarakat tersebut. Seks (jenis kelamin) merupakan perbedaan
antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan ciri-ciri biologisnya. Perbedaan
laki-laki dengan perempuan berdasarkan sex (jenis kelamin) merupakan suatu
kodrat atau ketentuan dari Tuhan. Ciri-ciri biologis yang melekat pada masing-
masing jenis kelamin tidak dapat ditukar.

Dalam konsep gender, perbedaan antara laki-laki dengan perempuan


berdasarkan konstruksi secara sosial mapupun budaya. Perilaku yang menjadi
identitas laki-laki maupun perempuan dibentuk melalui proses sosial dan budaya
yang telah diperkenalkan sejak lahir. Misalnya pada saat bayi baru lahir orangtua
mengecat warna tembok dengan warna biru serta memberikan hiasan mainan
mobil-mobilan, robot, dll. Sebaliknya dengan bayi yang baru lahir dengan jenis
kelamin perempuan maka orang tua mengecat warna pink, serta memberikan
hiasan gambar hello kitty, barbie, dll. Watak sosial budaya selalu megalami
perubahan dalam sejarah, gender juga berubah dari waktu ke waktu, dari suatu
tempat ketempat lainnya. Sementara jenis kelamin sebagai kodrat Tuhan yang
tidak bisa mengalami perubahan dengan konsekuensi-konsekuensi logisnya.

Seseorang menentukan dan membentuk sifat-sifat individu, yang mencakup


penampilan, pakaian, sikap, dan kepribadian. Apabila ia seorang laki-laki maka ia
harus terlihat maskulin sedangkan seorang perempuan harus terlihat feminim.
Apabila didalam sifat-sifat kemaskulian yang dimiliki oleh seorang laki-laki maka
dianggap orang tersebut disebut kebanci-bancian. Apabila didalam sifat-sifat

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 5
kefiminiman seorang wanita tidak ada didalam dirinya maka orang tersebut
disebut wanita yang tidak menarik. Sesungguhnya perbedaan gender tidak akan
menjadi masalah selama tidak melahirkan ketidakadilan gender, namun yang
menjadi persoalan ternyata perbedaan gender yang telah melahirkan berbagai
ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan.
Ketidaksetaraan gender juga disebabkan oleh adanya sikap bisa gender yang
didasari pengetahuan-pengetahuan masyarakat yang memiliki cenderung bersifat
tidak adil gender. Misalnya, pada budaya hemegoni patriarkhi menempatkan laki-
laki sebagai pemimpin dalam keluarga, organisasi, maupun politik sehingga
partisipasi wanita dalam pengambilan keputusan sangat sedikit.

Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan masyarakat yang


memperjuangkan kesetaraan gender, beberapa peran yang diletakkan pada laki-
laki dan perempuan telah dipertuarkan. Misalnya, dengan cukup banyak kaum
perempuan yang berani memasuki era maskulinitas dan berani tampil di sektor
publik. Sejalan dengan pengaruh utama gender, telah ada perempuan yang
mendalami ilmu permesinan dengan menjadi mahasisiwa jurusan teknik mesin
meskipun masih dianggap tabu oleh kultur setempat, dan mereka merupakan
kelompok minoritas dari total keseluruhan mahasiswa di jurusan tersebut.

C. Pendidikan dan Kesetaraan Gender


1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah suatu pondasi dalam hidup yang harus dibangun dengan
sebaik mungkin. Secara umum pendidikan adalah proses pembelajaran
pengetahuan, keterampilan serta kebiasaan yang dilakukan suatu individu dari
satu generasi ke generasi lainnya. Proses pembelajaran ini melalui pengajaran,
pelatihan dan penelitian. Adanya pendidikan juga dapat meningkatkan
kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian serta keterampilan yang bermanfaat baik
itu untuk diri sendiri maupun masyarakat umum. Jadi dapat disimpulkan

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 6
pendidikan adalah proses pembelajaran kepada individu atau peserta didik agar
dapat memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi seorang
manusia yang kritis dalam berpikir.

2. Pengertian Kesetaraan Gender


Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu
berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas) serta
kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Terwujudnya kesetaraan
gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-
laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi,
kontrol atas pembangunan dan memperoleh manfaat yang setara dan adil dari
pembangunan. Kesetaraan atau keadilan gender merupakan sebuah pandangan
bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang sama atau setara dan tidak
menimbulkan adanya didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka, yang
selalu identik dengan bersifat kodrati.

3. Kesetaraan Gender dalam Pendidikan

Berbagai bentuk kesenjangan gender yang terjadi dalam kehidupan


masyarakat, terjadi pula dalam dunia pendidikan. Bahkan, institusi pendidikan
dipandang berperan besar dalam mensosialisasikan dan melestarikan nilai-nilai
dan cara pandang yang mendasari munculnya berbagai ketimpangan gender
dalam masyarakat.

Masalah ketidaksetaraan gender dalam dunia pendidikan terkait erat dengan


diskriminasi. Diskriminasi tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu
diskriminasi de jure dan diskriminasi de facto. Diskriminasi secara de jure
merupakan diskriminasi secara aturan. Di dalam aturan tersebut laki-laki dan
perempuan benar-benar dibedakan. Padahal, dalam dunia pendidikan tidak ada

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 7
Undang-Undang yang membedakan antara keduanya. Justru keduanya
diberikan hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Dengan kata lain,
secara de jure sejatinya tidak ada diskriminasi. Namun secara de facto masih
terdapat persepsi yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Bahkan
muncul pandangan bahwa perempuan merupakan warga kelas dua yang berada
di bawah laki-laki. Karenanya, mereka tidak berhak memiliki pendidikan yang
sama dengan lak-laki.1

Kesenjangan gender dalam dunia pendidikan tentu perlu diatasi, jika tidak
selamanya perempuan akan termarjinalkan dalam ranah tersebut. Dengan kata
lain, kesetaraan gender dalam dunia pendidikan mutlak diperlukan agar
perempuan memiliki kesempatan sama dengan laki-laki dalam memajukan
dunia pendidikan. Dalam upaya memenuhi kesetaraan gender, pendidikan perlu
memenuhi dasar yang dimilikinya, yakni menghantarkan setiap individu atau
masyarakat mendapatkan pendidikan sehingga bisa disebut pendidikan berbasis
kesetaraan.

Pendidikan merupakan dasar bagi kehidupan manusia. Manusia memperoleh


informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan dirinya melalui pendidikan,
karena misi utama pendidikan pada dasarnya adalah menyiapkan anak didik
agar dapat membuka mata hati untuk mampu hidup (to make a living),
mengembangkan kehidupan yang bermakna (to lead a meaningful life) dan
memuliakan kehidupan (to ennoble life) Kemudian, Salah satu tujuan
pendidikan yaitu bagaimana untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil,
dengan tidak mendiskriminasikan jenis kelamin. Tetapi kenyataanya ada
saja diskriminasi dalam pendidikan yang mengharuskan beberapa upaya untuk
mengatasinya, salah satu didalamnya adalah dengan merumuskan kurikulum

1Niken Savitri, “Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan”, dalam Buletin Sancaya, Vol. 3, No, 2,
Maret-April, 2015.

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 8
yang memiliki prespektif gender. Kurikulum adalah pengembangan visi dan
misi institusi pendidikan yang ingin mewujudkan gol pendidikan.

Kurikulum Gender didasarkan pada asumsi bahwa wanita dan pria setara
dalam pendidikan, dan memiliki kesempatan setara untuk memperoleh
pendidikan. Dalam aktifitas sehari-hari, kita tidak akan lepas dengan hal yang
terkait dengan gender sebab adanya gender adalah akibat dari kontruksi sosial
masyarakat itu sendiri. Sebenarnya, Gender merupakan Perbedaan yang bukan
biologis dan juga bukan kodrat tuhan. Konsep genderi itu sendiri harus
dibedakan antara kata gender dan kata kelamin (seks).

Perbedaan Jenis kelamin antara lelaki dan perempuan tidak berubah dan hal
itu merupakan ketentuan biologis. Sedangkan gender adalah perbedaan tingkah
laku antara laki-laki dan perempuan yang secara sosial dibentuk. Jadi,
perbedaan yang bukan kodrat ini diciptakan melalui proses sosial dan budaya
yang panjang. Dalam kontruksi Barat, ada beberapa masalah yang terkait
dengan gender, yaitu gender differention, gender equality dan gender
oppression. Dalam pandangan mereka bahwa di dunia ini masih ada perbedaan,
ketidaksamaan dan kekrasan gender.

Bias Gender dalam Pendidikan, berlangsung dan disosialisasikan melalui


proses serta sistem pembelajaran di sekolah dan dalam lingkungan keluarga.

Jika ibu rumah tangga (perempuan) yang selalu mengerjakan tugas-tugas


domestic seperti memasak, mencuci, dan menyapu maka akan tertanam dibenak
anak, bahwa pekerjaan domestik memang menjadi pekerjaan perempuan.
Dalam upacara bendera di sekolah bisa dipastikan bahwa pembawa bendera
adalah siswa perempuan. Siswa perempuan tersebut dikawal oleh dua siswa
laki-laki demikian tidak hanya terjadi di tingkat sekolah, tetapi hal ini dapat
kita lihat pada acara tingkat nasional.

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 9
Paskibraka yang setiap tanggal 17 Agustus bertugas di istana Negara, selalu
menempatkan dua perempuan sebagai pembawa bendera pusaka dan
duplikatnya. Hal ini sesungguhnya menanamkan pengertian kepada siswa dan
masyarakat pada umumnya, bahwa tugas pelayan seperti pembawa bender,
lebih luas lagi membawa baki atau pemukul gong dalam upacara resmi sudah
selayaknya menadi tugas perempuan.

Semuanya ini mengajarkan kepada siswa tentang apa yang layak dan tidak
layak dilakukan oleh laki-laki dan apa yang tidak layak dilakukan oleh
perempuan. Tidak sedikit perempuan yang masih berusia sekolah terpaksa
harus bekerja, baik itu sebagai pelayan toko atau buruh pabrik. Dengan alasan
kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, memaksa orangtua menyuruh
anak perempuannya bekerja untuk menambah ekonomi keluarga. Dengan
demikian, pihak orang tua lebih rela mengorbankan anak perempuannya untuk
bekerja membantu orang tua sedang anak laki-lakinya tetap melanjutkan
sekolah.

Laki-laki dipandang lebih penting dalam mencari ilmu, sebab kelak kaum
laki-laki yang akan menafkahi keluarga. Sedangkan perempuan tetap akan
menjadi ibu rumah tangga. Dan anggapan ini, pendidikan tinggi dirasa kurang
begitu perlu bagi kaum perempuan. Pandangan seperti itulah yangterlihat tidak
adil bagi salah satu pihak, khususnya untuk pihak perempuan. Mereka
mengalami diskriminasi dalam hal memperoleh kesempatan pendidikan. Di
samping itu mereka dieksploitasi untuk bekerja membantu orang tua, padahal
seumuruan mereka masih menikmati masa kanak-kanak atau masa remaja
mereka.

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses pembelajaran berwawasan gender dalam pendidikan perlu ditingkatkan,
karena sampai saat ini gejala bias gender masih kerap ditemukan dalam dunia
pendidikan. Kesetaran gender dalam dunia pendidikan harus diwujudkan, karena
dapat berdampak baik bagi laju dunia tersebut dan bagi peserta didik di dalamnya.
Dengan mengedepankan kesetaran gender dalam dunia pendidikan, peserta didik
laki-laki tidak akan merasa dirinya lebih superior daripada perempuan dalam
berkiprah di ranah tersebut. Di sisi lain, peserta didik perempuan tidak merasa
dirinya inferior dibandingkan dengan peserta didik laki-laki. Semakin setara antara
laki-laki dan perempuan dalam berkiprah di dunia pendidikan, semakin sedikit
tingkat kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam berkiprah di dunia
pendidikan. Di sisi lain, semakin setara laki-laki dan perempuan dalam
mengaktulisasikan diri di dunia pendidikan, semakin memudahkan mereka dalam
mewujudkan pembangunan bangsa yang lebih baik.

B. Saran

Diharapkan bahwa tantangan kedepan adalah membangun kembali pendidikan


sebagai bagian dari gerakan kultur. Untuk menjamin pemenuhan HAM dan
implementasi, dimana perempuan dapat maju bersama dan merasakan perlakuan
yang sama dengan warga negara laiinya yakni kaum laki-laki karena
sesungguhnya juga manusia yang memiliki hak asasi manusia yang sama.
Diharapkan dengan terbukanya akses pendidikan yang lebih luas adalah satu kinci
untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan agar dapat berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan di segala bidang kehidupan masyarakat.

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 11
Demikian makalah yang telah kami buat, semoga bisa bermanfaat bagi para
pembaca dalam penulisan ini. Kami sadar bahwa masih ada banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://gendernews88.wordpre
ss.com/2010/09/07/konsep-dan-teori-
gender/amp/&ved=2ahUKEwjUtfP3ldXtAhWMbSsKHbp7D8cQFjACegQIEBAB&usg=AOvVaw
0aOxmy0JAxe9reg8eqn-_V&ampcf=1

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ojs.unud.ac.id/index.ph
p/penjor/article/download/34863/21093/&ved=2ahUKEwjUtfP3ldXtAhWMbSsKHbp7D8cQF
jAJegQIFRAB&usg=AOvVaw0RjJyhz_j6O1lQiZ2YUKpN

https://eprints.uny.ac.id/18091/3/BAB%201%2009.10.002%20Ris%20A.pdfhttps://ti
psserbaserbi.blogspot.com/2016/10/pengertian-gender-kesetaraan-gender-dan-istilah-
terkait.html

https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/dzakiyya/5ba9bf45aeebe102
3601a432/kesetaraan-gender-dalam-
pendidikan?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D
#aoh=16072528507185&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dar
i%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fdzakiyya
%2F5ba9bf45aeebe1023601a432%2Fkesetaraan-gender-dalam-pendidikan

https://stai-binamadani.e-journal.id/Tarbawi/article/download/88/66

https://media.neliti.com/media/publications/113902-ID-implementasi-kesetaraan-
gender-dalam-bid.pdf

SOSIOLOGI PENDIDIKAN 13

Anda mungkin juga menyukai