Disusun oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Aplikasi Etika dalam Praktik Kebidanan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah kesehatan reproduksi dalam perspektif gender
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KONSEP GENDER
2. PENGERTIAN DAMPAK GENDER
3. MACAM – MACAM BENTUK DISKRIMINASI GENDER
4. DIMENSI SOSIAL WANITA DAN PERMASALAHANNYA
5. UPAYAH PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP WANITA
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan
biologis dan bukan kodrat Tuhan, proses sosial budaya yang panjang. Perbedaan perilaku antara
laki-laki dan perempuan, selain disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar justru terbentuk
melalu proses sosial dan kultural. Gender bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional
dalam melakukan measure (pengukuran) terhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama
yang terkait dengan pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah gender telah menjadi isu penting dan sering diperbincangkan akhir-akhir ini.
Banyak orang yang mempunyai persepsi bahwa gender selalu berkaitan dengan perempuan,
sehingga setiap kegiatan yang bersifat perjuangan menuju kesetaraan dan keadilan gender hanya
dilakukan dan diikuti oleh perempuan tanpa harus melibatkan laki-laki. Perempuan merupakan
sumber daya yang jumlahnya cukup besar, bahkan di seluruh dunia melebihi jumlah laki-laki.
Namun perempuan yang yang berpartisipasi di sektor publik berada jauh di bawah laki-laki,
terutama di bidang politik. Rendahnya partisipasi perempuan di sektor publik bukan hanya
terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia, termasuk juga di negara negara maju. Sebagai
contoh dalam bidang pendidikan kaum perempuan masih tertinggal dibandingkan dengan laki-
laki. Ketertinggalan perempuan tersebut tercermin 2 dalam presentase perempuan buta huruf
(14,47% tahun 2001) yang lebih besar dibandingkan leki-laki (6,87%). Data tersebut
menegaskan bahwa partisipasi perempuan di sektor publik dalam bidang pendidikan masih
rendah (Wirutomo, 2012:188-189). Contoh selanjutnya di India, di negara ini wanita dibagi
menjadi tiga kelompok atau kelas, yaitu kelas atas, menengah, dan bawah. Pandangan
masyarakat India terhadap wanita ditentukan pada kelas atau strata mana dia berada. Umumnya
kelas atau strata tersebut dilihat dari kasta atau keturunan, selain itu juga dari kelas ekonomi.
Tuntutan agar wanita terjun di dunia kerja mendorong mereka untuk memperoleh pendidikan
yang lebih tinggi. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita, semakin terangkat kelas dan
derajat dia dalam masyarakat. Bagi kelas rendah, wanita dilahirkan, dirawat lalu tumbuh, harus
tinggal dan bekerja di rumah., kemudian dikawinkan dalam usia belia. Artinya wanita yang tidak
berpendidikan tidak mempunyai alasan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak. Pendidikan
dan penegakan hak-hak wanita mempunyai kaitan yang erat, semakin rendah pendidikan seorang
wanita semakin sedikit kesempatan dia untuk menuntuk hak-haknya. Kendala utama datang dari
pihak keluarga, wanita dianggap hanya pantas bekerja di dalam rumah saja. Oleh karena itu,
kesempatan bagi mereka untuk berkiprah di luar rumah sangat terbatas. Keinginan untuk
bersekolah atau mendapatkan pendidikan lainnya karena alasan untuk berkarir di luar rumah
sangat sedikit yang mendapat persetujuan dari pihak keluarga khususnya orang tua (Bainar dan
Halik,1999:37-38).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep gender?
2. Apa itu dampak gender?
3. Apa itu macam – macam bentuk diskriminasi gender?
4. Apa itu dimensi social wanita dan permasalahannya?
5. Apa itu upayah penghapusan kekerasan terhadap wanita ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konsep gender
2. Untuk mengetahui dampak gender
3. Untuk mengetahui macam – macam bentuk diskriminasi gender
4. Untuk mengetahui dimensi social wanita dan permasalahannya
5. Untuk mengetahui upayah penghapusan kekerasan pada wanita
BAB 11
PEMBAHASAN
1. KONSEP GENDER
Gender mengacu pada peran sosial, perilaku, dan identitas yang dianggap sebagai
karakteristik khas laki-laki atau perempuan dalam suatu masyarakat. Konsep gender
melampaui perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan (seks) dan lebih terkait
dengan konstruksi sosial yang melibatkan tuntutan, norma, dan ekspektasi yang
ditetapkan oleh masyarakat terhadap individu berdasarkan jenis kelamin mereka.
Gender bukanlah sifat yang tidak berubah atau bawaan, tetapi sesuatu yang terbentuk
melalui interaksi sosial, lingkungan, dan pengalaman individu. Pemahaman gender
melibatkan aspek-aspek seperti identitas gender (persepsi individu tentang diri mereka
sendiri sebagai laki-laki, perempuan, atau variasi lainnya), peran gender (perilaku, tugas,
dan tanggung jawab yang dianggap sesuai untuk laki-laki atau perempuan), serta ekspresi
gender (cara individu mengekspresikan dan mengkomunikasikan identitas dan perasaan
gender mereka).
Penting untuk diingat bahwa konsep gender bersifat spektrum, bukan hanya terbatas pada
kategori laki-laki atau perempuan. Ada variasi dan keragaman gender, seperti non-biner,
agender, bigender, genderqueer, dan sebagainya, yang melampaui konsepsi biner
tradisional tentang gender. Pengertian gender ini terus berkembang seiring dengan
perubahan sosial, dan setiap individu dapat memiliki pengalaman dan identitas gender
yang unik.
Konsep gender mencakup pemahaman tentang peran sosial, identitas, dan ekspresi yang terkait
dengan jenis kelamin seseorang. Berikut ini beberapa komponen utama dalam konsep gender:
A. Identitas Gender: Identitas gender merujuk pada bagaimana seseorang mengidentifikasi
dirinya sendiri secara pribadi dalam hal jenis kelaminnya. Identitas gender tidak selalu
sejalan dengan jenis kelamin biologis yang ditetapkan pada saat lahir. Beberapa orang
mengidentifikasi diri mereka sebagai laki-laki, perempuan, atau variasi gender lainnya
seperti non-biner, genderqueer, atau genderfluid.
B. Peran Gender: Peran gender merujuk pada tugas, perilaku, dan tanggung jawab yang
dianggap sesuai atau diharapkan oleh masyarakat berdasarkan jenis kelamin. Peran
gender sering kali merupakan konstruksi sosial yang berbeda-beda di berbagai budaya
dan dapat berubah seiring waktu. Misalnya, dalam beberapa budaya, peran gender
tradisional mungkin mencakup pemimpin keluarga bagi laki-laki dan peran pengasuh
bagi perempuan. Namun, peran gender tidak bersifat baku dan dapat bervariasi di antara
individu.
C. Ekspresi Gender: Ekspresi gender mengacu pada cara seseorang menunjukkan atau
mengkomunikasikan identitas gender mereka melalui perilaku, penampilan, dan cara
berbicara. Ekspresi gender dapat mencakup hal-hal seperti pakaian, gaya rambut,
makeup, serta cara berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Ini juga merupakan
konstruksi sosial yang beragam dan dipengaruhi oleh budaya dan konteks sosial.
Penting untuk diingat bahwa konsep gender tidak hanya terbatas pada kategori laki-laki atau
perempuan. Terdapat keragaman identitas gender dan ekspresi gender di sepanjang spektrum
gender. Beberapa individu mungkin mengidentifikasi diri mereka sebagai transgender, yakni
mereka yang pengalaman gender mereka tidak sesuai dengan jenis kelamin yang ditetapkan pada
saat lahir. Penerimaan dan pengakuan terhadap keragaman gender adalah penting dalam
memahami konsep gender dengan lebih baik dan menciptakan masyarakat yang inklusif dan adil
bagi semua induvidal
2. DAMPAK GENDER
Gender memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan individu dan
masyarakat. Berikut adalah beberapa dampak gender yang dapat diamati:
A. Kesetaraan dan Diskriminasi: Konsep gender mempengaruhi kesetaraan gender di
masyarakat. Ketidaksetaraan gender dapat terjadi dalam hal kesempatan, akses terhadap
pendidikan, pekerjaan, keputusan politik, dan partisipasi sosial. Diskriminasi gender juga
dapat mempengaruhi pengalaman hidup individu dalam hal gaji, promosi, dan perlakuan
yang adil di tempat kerja.
B. Peran Keluarga dan Rumah Tangga: Gender memainkan peran penting dalam peran
keluarga dan rumah tangga. Konstruksi sosial tentang peran gender dapat mempengaruhi
bagaimana tugas dan tanggung jawab dibagikan di antara anggota keluarga. Persepsi
yang terkait dengan peran gender juga dapat mempengaruhi ekspektasi terhadap
perempuan sebagai ibu, pengasuh, dan penyedia perawatan utama dalam keluarga.
C. Kesehatan dan Kesejahteraan: Gender dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan
individu. Misalnya, perempuan mungkin menghadapi risiko kesehatan khusus seperti
kekerasan berbasis gender, kehamilan yang tidak diinginkan, dan akses terbatas terhadap
layanan kesehatan reproduksi. Pria juga dapat mengalami tekanan untuk memenuhi
konstruksi sosial tentang maskulinitas yang berdampak pada kesehatan mental dan
perilaku berisiko.
D. Partisipasi Politik dan Pemimpin: Gender mempengaruhi partisipasi politik dan kehadiran
perempuan dalam posisi kepemimpinan. Stereotip gender dan bias terhadap perempuan
dapat menjadi hambatan dalam mencapai kesetaraan representasi politik dan
kepemimpinan yang lebih baik antara laki-laki dan perempuan.
E. Kekerasan Gender: Gender juga terkait dengan kekerasan berbasis gender seperti
kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, perdagangan manusia, dan praktik-
praktik kekerasan lainnya. Perempuan dan anak perempuan sering kali menjadi korban
yang rentan dalam konteks kekerasan gender, sementara laki-laki juga dapat mengalami
kekerasan yang terkait dengan konstruksi sosial tentang maskulinitas.
Penting untuk mencapai kesadaran dan mengatasi ketidakadilan gender serta mempromosikan
kesetaraan gender dalam semua aspek kehidupan. Melalui penghapusan diskriminasi gender,
memperluas kesempatan, dan menciptakan lingkungan inklusif, masyarakat dapat mencapai
potensi penuh dari semua individu, tanpa memandang jenis kelamin atau identitas gender
mereka.
A. KESIMPULAN
Dalam upaya mencapai kesetaraan gender dan mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh
perempuan, penting untuk melibatkan seluruh masyarakat dan berkomitmen untuk mengubah
sikap, norma, dan sistem yang mendukung ketidakadilan gender. Penghapusan kekerasan
terhadap perempuan memerlukan kerja keras, kesadaran, dan tindakan kolaboratif dari semua
pihak.
Dengan pendidikan, perlindungan hukum, pelayanan yang memadai, penguatan ekonomi
perempuan, dan perubahan budaya, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif, adil,
dan aman bagi semua individu. Setiap orang memiliki peran penting dalam mengatasi
ketidaksetaraan gender dan mempromosikan penghormatan terhadap hak-hak perempuan.
Dalam menghadapi tantangan ini, mari kita bersatu, mendengarkan pengalaman perempuan, dan
berkomitmen untuk menciptakan dunia yang setara dan berkeadilan bagi semua.
B. SARAN
Dengan membaca makalah ini di harapkan kepada petugas pelayanan kesehatan agar dapat
memberikan pelayanan terhadap kesehatan msayarakat dengan kebutuhan masyarakat agar dapat
terpenuhi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mustika,sofyan. Dkk, 2009. 50 Tahun IBI. Bidan menyongsong masa depan. Pengurus pusat IBI.
Jakarta
Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cendikia.
http://ririnpujilestari.blogspot.com/p/fungsi-etika-dan-moralitas-dalam.html