Dosen Pengampu :
ADITYA DHARMA, M. Pd
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Ilmu Komunikasi II Humas / Semester VII
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum. Wr. Wb
Segala puji dan syukur bagi Allah swt., atas segala rahmat dan karunianya,
sehingga kami dapat menyusun hasil makalah kami ini, meskipun kami akui
masih jauh dari kata sempurna. Shalawat dan salam, semoga Allah hadiahkan
kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam sebagai pembawa syariat
Islam untuk diimani,dipelajari, dan dihayati serta di amalkan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
Maksud kami menyusun tugas ini dalam rangka menyelesaikan tugas yang
diemban mata kuliah media dan gender dengan judul kekerasan gender, dengan
segenap Ridho Allah kami berusaha menyelesaikannya. Kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada bapak Aditya Dharma, M.Pd selaku Dosen pada mata
kuliah media dan gender.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gender
1
Alfian Rokhmansyah, Pengantar Gender dan Fenimisme, (Yogyakarta : Garudhawaca,
2016), h. 1.
3
Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang di tentukan secara
biologis, yang secara fisik, melekat pada masing - masing jenis kelamin, laki
- laki dan perempuan. Misalnya manusia yang memiliki penis, dzakar dan
memproduksi sperma adalah laki-laki. Sedangkan perempuan adalah
manusia yang memiliki alat reproduksi seperti rahim dan alat untuk
menyusui. Seks bersifat mutlak, permanen dan tidak bisa dipertukarkan
antara laki laki dan perempuan.
Sedangkan gender adalah perbedaan antara laki laki dan perempuan
dalam hal persifatan, peran, fungsi, hak perilaku yang dibentuk oleh
masyarakat karena bersifat relatif, dapat berubah dan dapat di pertukarkan.
Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional
dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan
perkasa. Ciri dan sifat tersebut dapat dipertukarkan, artinya laki-laki juga
ada yang lemah lembut, emosional dan keibuan. Sementara ada juga
perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri dan sifat-sifat
tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang
lain.
Sejarah perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi
melalui proses yang sangat panjang dan dibentuk oleh beberapa sebab,
seperti kondisi sosial budaya, kondisi keagamaan dan kondisi kenegaraan.
Dengan proses yang panjang ini, perbedaan gender sering dianggap menjadi
ketentuan tuhan yang bersifat kodrat atau seolah-olah bersifat biologis yang
tidak dapat diubah lagi. Inilah sebenernya yang menyebabkan awal
terjadinya ketidaksetaraan gender di tengah-tengah masyarakat.2
2
Ibid, h.3.
4
laki. Sering kali kekerasan pada perempuan terjadi karena adanya
ketimpangan atau ketidakadilan gender. Ketimpangan gender adalah
perbedaan hak dan peran perempuan dan laki -laki di masyarakat yang
menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari laki - laki. “Hak
Istimewa” yang dimiliki laki -laki ini seolah menjadikan perempuan
sebagai “barang” milik laki - laki yang berhak dilakukan semena - mena
termasuk dengan cara kekerasan.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi agenda
bersama dalam beberapa dekade terakhir. Fakta menunjukan bahwa KDRT
memberikan efek negatif yang cukup besar bagi wanita sebagai korban.
World Health Organization (WHO) dalam World Report pertamanya
mengenai "Kekerasan dan Kesehatan" di tahun 2002, menemukan bahwa
antara 40 hingga 70 persen perempuan yang meninggal karena
pembunuhan, umumnya dilakukan oleh mantan atau pasangannya sendiri.
Kekerasan dalam rumah tangga seringkali menggunakan paksaan yang
kasar untuk menciptakan hubungan kekuasaan di dalam keluarga, di mana
perempuan diajarkan dan dikondisikan untuk menerima status yang rendah
terhadap dirinya sendiri.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) seakan-akan
menunjukkan bahwa perempuan lebih baik hidup di bawah belas kasih
pria. Hal ini juga membuat pria, dengan harga diri yang rendah,
menghancurkan perasaan perempuan dan martabatnya karena mereka
merasa tidak mampu untuk mengatasi seorang perempuan yang dapat
berpikir dan bertindak sebagai manusia yang bebas dengan pemikiran
dirinya sendiri. Sebagaimana pemerkosaan, pemukulan terhadap istri
menjadi hal umum dan menjadi suatu keadaan yang serba sulit bagi
perempuan di setiap bangsa, kasta, kelas, agama maupun wilayah.
5
dilakukan dengan menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki,
dan anggota tubuh lainnya). Contohnya menampar, memukul,
menendang, meludahi, menarik rambut, melukai dengan senjata dan
sebagainya.
2. Tindak Kekerasan Non-Fisik
Tindak kekerasan non fisik adalah tindakan yang bertujuan untuk
merendahkan citra atau kepercayaan diri seorang perempuan, baik
melalui kata - kata maupun melalui perbuatan yang tidak di
sukai/dikehendaki korbannya. Contohnya membentak, memaki,
meneriaki, menuduh, menolak dengan kata-kata kasar dan sebagainya.
3. Tindak Kekerasan Psikologis/Jiwa
Tindak kekerasan psikologis/jiwa adalah tindakan yang bertujuan
mengganggu atau menekan emosi korban. Secara kejiwaan korban
menjadi tidak berani mengungkapkan pendapat, menjadi penurut,
menjadi selalu bergantung pada suami atau orang lain dalam segala hal
(terutama keuangan). Akibatnya korban menjadi sasaran dan selalu
dalam keadaan tertekan ataupun takut. Contohnya kebohongan,
ancaman, tekanan dan indoktrinasi.
6
Media massa dengan segala keunggulannya, tentu saja tidak luput
dari menyuguhkan berita kemalangan yang dialami kaum perempuan.
Kejahatan dan kekerasan yang bersifat sexist (berdasarkan jenis kelamin
tertentu) menjadi berita sehari-hari, dengan perempuan sebagai objek
utamanya (Esfand, 2012: 14), bahkan pemberitaan yang disajikan media
khususnya media online, cenderung menceritakan wanita dengan bahasa
yang melewati batasan etika dan kode etik.
Salah satu pemberitaan kasus kekerasan terhadap perempuan atau
KDRT yang paling menggemparkan dan menghebohkan masyarakat di
tahun 2022 yang tersebar di situs dan media massa dan media online adalah
kasus KDRT Rizky Billar dan Lesti. Masyarakat atau netizen terkejut
dengan adanya kasus tersebut. Diperlihatkan juga kondisi lesti usai menjadi
korban KDRT dengan beberapa bekas luka dan hal ini membuat kasus ini
viral di media massa.
7
Kejora serta jerat hukuman yang akan di tanggung Rizky Billar bila terbukti
bersalah.
Sebelumnya langkah Lesti Kejora melaporkan suaminya ke Polres
Metro Jakarta Selatan pada Rabu (28/09/22) menghebohkan publik Tanah
Air. Pasalnya rumah tangga keduanya jauh dari pemberitaan miring. Atas
laporan itu, Rizky Billar terancam Pasal 44 Undang - Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2024 tentang Kekerasan Dalam Rumah
Tangga. “Ancaman Lima Tahun Penjara” terang Kabid Humas Polda Metro
Jaya Kombes Pol, Endra Zulpan
8
BAB III
PENUTUP
F. Kesimpulan
G. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Edisi Mei-Juni 2012). Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik, UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung.
Esfand, M. (2012). Woman Self and Defense Merdeka dari Rasa Takut. Jakarta:
Visi Media.
Rusman, Ayu Dwi Putri, dkk. 2022. Gender dan Kekerasan Perempuan. Jawa
Tengah: Penerbit NEM
10