Anda di halaman 1dari 12

ILMU SOSIAL DASAR

GENDER DAN BUDAYA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

Dosen pengampu : Dr. Dra. Alifiulahtin Utaminingsih, M.Si.

Oleh :
Athira Nisrina Nurwansyah (195120407111021)
Nabilla Rosanda (195120401111006)
Joy Fahala Daniel (195120401111051)
Sultan Maulana Muhammad (195120407111001)

PRODI S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


JURUSAN POLITIK PEMERINTAHAN HUBUNGAN
INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, Karena atas ridho dan
berkat-Nya, kami sebagai penulis dapat menyusun makalah ini hingga akhir dengan judul
“Gender dan Budaya Indonesia di Era Globalisasi” yang InsyaAllah dapat bermanfaat.

Selain untuk menambah wawasan luas, penulisan makalah ini juga didasari untuk
pemenuhan dan penuntasan salah satu tugas pada mata kuliah Ilmu Sosial Dasar di pertemuan
ke lima kelas A1 program studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Brawijaya.

Tentu saja, dalam penyusunan makalah ini kami tidak lepas dari dukungan, bantuan,
serta pengawasan oleh pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu kami sebagai penulis ingin
mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Dra. Alifiulahtin Utaminingsih, M.Si. selaku dosen pengajar mata kuliah
Ilmu Sosial Dasar yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk
membimbing kami sebagai penulis dan penyusun.
2. Secara dalam, penulis menyampaikan terimakasih kepada keluarga tercinta
atas dukungan, dorongan, dan doanya.
3. Semua pihak pendukung penulisan dan penyusuan makalah ini yang tentu saja
tidak bisa kami sebutkan satu persatu, atas bantuannya kami ucapkan banyak
terima kasih.

Akhirnya, telah sampailah kita di akhir kata. Sekali lagi, kami sebagai penulis
mengucapkan banyak terimakasih dan minta maaf yang sebesar-besarnya dalam penulisan
ataupun yang lainnya karena seorang manusia pada hakikatnya tidak pernah luput dari
kesalahan. Untuk bantuannya kami ingin mengucapkan sekali lagi dan semoga Allah
membalas kebaikan kalian. Untuk saran dan kritik kami sangat menerimanya sebagai
penilaian seorang penulis.

Malang, 13 Septemper 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….………………….1

 Latar Belakang……………………………………………………….……....……...1

 Rumusan Masalah……………………………………….…………………………..2

 Tujuan……………………………………………………………………………….2

 Manfaat……………………………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………3

A. TINJAUAN TEORI…………………………………………………………………3

 Pengertian Gender…………………………………………………………...3

 Pengertian Budaya di Indonesia……………………………………………..4

 Hubungan antara Budaya di Indonesia dan Gender…………………………5

B. TINJAUAN EMPIRIS………………………………………………………………6

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………...7


 Kesimpulan………………………………………………………………………….7
 Saran………………………………………………………………………………...7

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah gender muncul ketika dibutuhkan penjelasan terhadap perbedaan peran pada
setiap jenis kelamin yang merupakan sifat bawaan sejak lahir dari tuhan. Pada dasarnya,
gender adalah pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja
antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh sosial sesuai dengan karakter
masing-masing jenis kelamin. Pembelajaran tentang gender muncul sebagai salah satu
trend penting pada disiplin ilmu sosiologi dengan memiliki kontinuitas yang tinggi.
Riset dan teori bersama-sama mempelajari masalah-masalah gender dan hal itu
mendorong ilmu sosial tentang gender menjadi salah satu disiplin ilmu pengetahuan.

Masalah gender merupakan masalah yang tiada henti-hentinya untuk dibahas,


terutama di era globalisasi ini. Karena adanya perbedaan kebudayaan di setiap lapisan
masyarakat menyebabkan munculnya perbedaan pandangan atau perspektif terhadap
kedudukan gender itu sendiri. Selain itu, kita sebagai manusia dan pemilik salah satu
gender harus memiliki pengetahuan tentang gender itu sendiri maupun kaitan gender
dengan aspek sosial lainnya, contohnya budaya.

Oleh karena itu berdasarkan kenyataan dan kebutuhan kita di era globalisasi ini, kami
penulis menyusun makalah yang berjudul “Gender dan Budaya Indonesia di Era
Globalisasi”.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang disebut dengan gender?


2. Apa itu budaya di Indonesia?
3. Bagaimana budaya di Indonesia berperan dalam pembentukan gender?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang disebut dengan gender


2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan budaya di Indonesia
3. Memahami bagaimana budaya di Indonesia memengaruhi gender di Indonesia.

1.4 Manfaat

Menambah wawasan tentang kedudukan masing-masing gender di Indonesia menurut


sudut pandang budaya Indonesia serta mengetahui dampak-dampaknya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TINJAUAN TEORI

2.1.1 Pengertian Gender


Identitas gender sendiri merujuk pada identifikasi diri pada individual sebagai
makhluk yang memiliki gender. Sementara seperti yang kita tahu tentang jenis kelamin,
jenis kelamin merupakan pembagian dasar antara pria dan wanita yang berakar pada
biologis dan umumnya diterima dalam masyarakat. Terkadang beberapa individual
mengidentifikasi diri mereka sebagai jenis kelamin sebaliknya. Intinya, gender
merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan biologis
dan juga bukan kodrat Tuhan.

Dapat dikatakan gender juga merupakan perangkat operasional dalam melakukan


measurement (pengukuran) terhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama terkait
pembagian peran dalam masyarakat yang dikrontuksi oleh masyarakat itu sendiri.
Pengertian terhadap gender itu sendiri tidak selalu statis, bisa ber-evolusi secara
berkelanjutan. Dalam hidup seseorang, minat, aktivitas, cara berpakaian dan profesi
yang akan menjadi hal yang paling berperan dalam pembentukan gender itu sendiri
dalam skala yang besar maupun yang kecil. Pada suatu data menunjukkan bahwa
generasi muda pada zaman ini memiliki pemahaman berbeda yang signifikan jika
dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Masyarakat cenderung memahami gender dan jenis kelamin merupakan sesuatu yang
bisa menggantikan satu sama lain. Tetapi, ketika kita mencoba untuk
menghubungkannya,, keduanya merupakan hal yang sama sekali tidak setara. Secara
jelasnya, kita mengidentifikasi “jenis kelamin” sejak lahir, tergantung pada alat kelamin
sang bayi. Keragaman gender akan mengakibatkan munculkan banyak perspektif. Dan
dari perspektif itulah kita dapat membentuk yang namanya “Kebudayaan”.

2.1.2 Pengertian Budaya Indonesia


Dalam hidupnya, manusia tidak pernah lepas dari yang namanya kebudayaan.
Berfungsi sebagai identitas dan ciri khas suatu lingkup masyarakat. Keberadaan budaya
amatlah berperan besar.

Kata budaya diambil dari Bahasa Sansekarta yaitu “Budhayyah” yang berarti yang
artinya seputar hal yang memiliki budi dan akal manusia. Artinya budaya merupakan
hal yang bersifat turun-temurun dan pastinya, dipikirkan secara matang melalui akal
manusia. Oleh karena itu, budaya dapat berbeda-beda karena setiap orang atau
kelompok masyarakat memikiri pemikiran atau akal yang berbeda-beda. Perbedaan ini
menimbulkan kemunculan berbagai tindakan pada setiap kelompok masyarakat.

Keragaman budaya yang kita miliki tentu saja bukan sebagai batas kita untuk
berinteraksi dengan kelompok sosial lainnya. Suatu budaya dapat menilai suatu hal,
sebagai contoh adalam melihat sebuah isu yang terjadi dengan perspektif atau
pandangan yang berbeda-beda. Keberagaman ini dibutuhkan dalam pemecahan suatu
masalah. Dan juga, dengan banyaknya keragaman budaya yang kita miliki seperti yang
kita miliki di Indonesia, membuat kita lebih bangga terhadap persatuan ini, yaitu
persatuan bangsa Indonesia.
2.1.3 Hubungan Antara Budaya di Indonesia dan Gender
Minat masyrakat untuk mempelajari gender sangat meningkat akhir-akhir ini.
Berbagai konferensi atau forum dilakukan untuk mendikusikan tentang gender dalam
banyak perspektif. Yang akan kita bahas kali ini adalah bagaimana hubungan antara
budaya di Indonesia dan gender itu sendiri.

Umumnya, budaya sendiri memiliki aturan dalam penganut adat istiadatnya.


Termasuk bagaimana mereka berperilaku terhadap masing-masing jenis kelamin.
Tindakan dalam pembedaan berperilaku sesuai dengan jenis kelamin ini, menimbulkan
adanya pembentukan gender terhadap individu masing-masing. Seperti halnya budaya
patriarki dimana peran seorang laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan
mendominasi dalam peran kepemimpian keluarga, politik, otoritas moral, hak sosial,
dan property. Contohnya, dalam sistem keluarga, ayah memiliki peran penting sebagai
kepala keluarga dimana memiliki otoritas untuk mengatur istri, anak, dan harta benda.
Berdasarkan pendapat yang saya dapatkan dengan bertanya langsung dari seorang ayah,
memiliki kewajiban untuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.

Dari pendapat dan contoh kasus diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa hingga
sekarang, di Indonesia, perempuan masih dianggap sebagai “manusia kelas dua”.
Dimana kedudukan wanita di Indonesia masih dinomor duakan. Budaya patriarki
dipengaruhi oleh keberagaman budaya di Indonesia, salah satunya terjadi pada
kebudayaan di salah satu pulau terbesar di Indonesia, yaitu Pulau Jawa. Pernikahan yang
terjadi di adat istiadat masyarakat Jawa cenderung memposisikan wanita sebagai orang
yang seharusnya hanya diam dirumah dan mengurus kebutuhan suami dan keluarga
sebagai ibu rumah tangga.

Akan tetapi, selama hal itu tidak pernah menimbulkan gejolak di kaum wanita itu
sendiri, budaya patriarki bukanlah sebuah masalah. Terkadang, jika kebudayaan itu
ditentang akan menimbulkan munculnya permasalah baru dimana masyarakat sekitar
akan mengucilkan dan akan tidak menyukai atas tindakan yang telah dilakukan.
Secara budaya Indonesia, orang Indonesia telah mengakui keberagaman gender di
Indonesia sendiri. Bahkan keberagaman tersebut sudah menjadi bagian dari keseharian
mereka. Budaya merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam membentuk suatu
gender. Bahkan ketika seseorang yang tinggal di suatu daerah pindah atau merantau ke
daerah lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda, kebudayaan baru tersebut akan
merubah bentuk dari gender orang tersebut.

2.2 Tinjauan Empiris


Politik electoral di Indonesia masih belum bisa menyelesaikan masalah tentang
pendiskriminasian buruh tani di sektor industri di seluruh Indonesia. Seperti yang
dikatakan oleh ketua komite International Women’s Day dalam aksinya yang
dilaksanakan 3 Agustus lalu, “Kami melihat politik elektoral tidak menyelesaikan
masalah politik perempuan itu sendiri”. Menurutnya selama ini menurut data yang
konkret, banyak terdapat bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh hampir semua sektor
industri. Contohnya yaitu, ketiadaan tunjangan pasangan, ketiadaan upah lembur
ataupun tunjangan hari raya, serta upah yang murah.

Selain itu, kekerasan juga kerap terjadi pada buruh wanita. Atasan memperlakukan
buruh wanita sebagai seseorang yang lebih lemah. Pekerjaan yang tidak benar yang
mungkin saja terjadi karena kodrat manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan, para
atasan terkadang tetap melakukan tindak kekerasan menyamakan sanksi fisik yang
diberikan kepada perempuan dan laki-laki.

Dapat disimpulkan bahwa pada era millennium ini, banyak wanita yang memilih
untuk bekerja dan menggantikan posisi seorang suami yang seharusnya mencari nafkah.
Sudah mulai hilang budaya patriarki dan kebnyakan budaya Indonesia yang
menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah. Hal ini dipicu oleh banyak hal, salah
satunya adalah faktor ekonomi (kemiskinan).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesetaraan gender merupakan hak asasi setiap manusia. Bukan berarti kita
melupakan kebudayaan yang berlaku di Indonesia. Akan tetapi, kita harus tetap ber-
evolusi, dimana terkadang kebudayaan yang berlaku sudah tidak cocok untuk mengatur
kehidupan masyarakat yang semakin hari semakin maju. Peran kebudayaan masih
sangat penting bagi masyarakat yang masih mengikutinya.

Kesetaraan gender juga seharusnya tidak menghilangkan hak asasi manusia.


Contohnya pada kasus penindasan buruh perempuan. Mereka telah menyamakan posisi
mereka dengan laki-laki secara bekerja sebagai pencari nafkah. Akan tetapi, atas
tindakan yang mereka ambil untuk menjadi pencari nafkah, tidak seharusnya mereka
diperlakukan dengan mengambil tindakan kekerasan fisik maupun mental.

3.2 SARAN
Sebagai masyarakat Indonesia dengan identitas negara yang memiliki banyak dan
bervariasi kebudayaan. Pada dasarnya dalam pembentukan gender harus memiliki
keseimbangan antara aspek kebudayaan sesuai dengan budaya dan adat dan istiadat
yang dianut. Selain itu, dalam pembentukan gender, harus tetap berpegangan teguh pada
hak asasi manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:
Lindsey, Linda L. 1990. Gender Roles: A Sociological Perspective

Sumber internet:
Gender. Dikutip 13 September 2019 dari Badan Pusat Statistik:
https://www.bps.go.id/subject/40/gender.html

Gender Identity. Dikutip 13 September 2019 dari Questia:


https://www.questia.com/library/psychology/social-psychology/gender-identity

Understanding Gender. Dikutip 15 September 2019 dari GenderSpectrum:


https://www.genderspectrum.org/quick-links/understanding-gender/

Pengertian Kebudyaan: Unsur, Fungsi, Wujud, Contoh. Dikutip 15 September 2019


dari THEGORBALSLA: https://thegorbalsla.com/pengertian-kebudayaan/

Wahyu, Satria Love (2011, 23 Maret). Gender dalam Perspektif Sosial dan Budaya.
Dikutip 15 September 2019 dari Kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/putusatria/55009dcea333119a7251160d/gender-dalam-
perspektif-sosial-dan-budaya#

(2018, 15 September). Keberagaman Gender di Indonesia. Dikutip 15 September


2019 dari Kompas.com:
https://sains.kompas.com/read/2018/09/15/190900423/keberagaman-gender-di-
indonesia?page=all
Bayu, Dimas Jarot (2019, 8 Maret). Nasib Buruh Perempuan, Alami Diskriminasi di
Seluruh Sektor Industri. Dikutip 15 September dari Katadata:
https://katadata.co.id/berita/2019/03/08/nasib-buruh-perempuan-alami-diskriminasi-di-
seluruh-sektor-industri

Anda mungkin juga menyukai