Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DIFERENSIASI GENDER

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 3 :
1. ARIL ALFIANSYAH (8)
2. FARA ATHAYAH MAHDIYAH(11)
3. MELISA (14)
4. MUGHNIY HUMAIRAH D (15)
5. NAURAH RAFEYFA ADYLAH ( 21)
6. PUTRI JULUZIL AZIKINA (26)

SMAN 1 SELAYAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,yang berjudul
“DIFERENSIASI GENDER”.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas ANTROPOLOGI yang diberikan oleh
guru mata pelajaran Ibu MUTMAINNAH S.pd. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
Ibu yang telah memberikan pengarahan kepada kami dan terima kasih kepada teman-teman
yang telah membantu.
Besar harapan kami agar sekiranya makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca dan
tak lupa kami harapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk makalah ini .
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A.Latarbelakang masalah 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan masalah 1
BAB II :PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Diferensiasi gender 2
B. Kesetaraan Diferensiasi gender 2
C. Hubungan peran dan status sosial 2
BAB III :PENUTUP ..............................................................................6
A. Kesimpulan 6
B. Saran 6
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Apakah dilingkungan sekitarmu masih terdapat orang yang memiliki ciri khas dari
masing-masing daerah yang berbeda? Jawabannya pasti ada. Setiap daerah pasti memiliki
ragam kebudayaan yang berbeda dan memiliki ciri khas dari masing-masing daerah
tersebut. Apalagi sekarang merupakan zaman globalisasi dan memungkinkan setiap orang
dapat berpindah tempat, selain itu juga dapat memungkinkan terjadinya DIFERENSIASI
GENDER diantara masyarakat
.
Kalau tidak percaya, sekarang coba perhatikan lingkungan sekitarmu! Apakah kamu
tahu berasal dari mana mereka? Apa mata pencaharian mereka? Mungkin kita hanya
memgetahui sedikit tentang mereka. Nah disini kita akan membahas hal-hal yang berkaitan
dengan DEFERENSIASI GENDER dalam masyarakat.

B. Rumusan masalah
a. Apa yang di maksud Diferensiasi gender?
b. Apa kesetaraan Diferensiasi gender?
c. Apa hubungan peran dan status sosial dengan Diferensiasi gender?

C. TUJUAN
 Memahami Pengertian Diferensiasi gender
 Mengetahui kesetaraan Diferensiasi gender
 Mengetahui hubunngan peran dan status sosial dengan Diferensiasi gender
2
BAB II
MATERI

A.PENGERTIAN GENDER
Gender (pengucapan bahasa Indonesia: gender atau sering juga disalahejakan jender dalam
sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin
seseorang dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat. memberi
batasan gender sebagai "seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap
layak bagi laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dalam suatu masyarakat.

B. KESETARAAN GENDER
Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan
ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.
Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki.
Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.
Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi
antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan
adil dari pembangunan.
Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk
menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap
cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki
kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya.
Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.
C. HUBUNGAN PERAN DAN STATUS SOSIAL DENGAN KESETARAAN GENDER

Konsep gender berbeda dengan sex, sex merujuk pada perbedaan jenis kelamin yang
pada akhirnya menjadikan perbedaan kodrati antara laki-laki dan perempuan, berdasar
pada jenis kelamin yang dimilikinya, sifat biologis, berlaku universal dan tidak dapat diubah.
Adapun gender (Echols dan Shadily, 1976, memaknai gender sebagai jenis kelamin) adalah
sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun
kultural (Faqih, 1999), dengan begitu tampak jelas bahwa pelbagai pembedaan tersebut
tidak hanya mengacu pada perbedaan biologis, tetapi juga mencakup nilai-nilai sosial
budaya. Nilai-nilai tersebut menentukan peranan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan
pribadi dan dalam setiap bidang masyarakat (Kantor Men. UPW, 1997). Secara sederhana
dapat dinyatakan bahwa gender adalah perbedaan fungsi dan peran laki-laki dan
perempuan karena konstruksi sosial, dan bukan sekadar jenis kelaminnya. Dengan
sendirinya gender dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai kontruksi masyarakat yang
bersangkutan tentang posisi peran laki-laki dan perempuan.

Berikut ini beberapa pengertian gender menurut para ahli, antara lain :
1) Gender adalah peran social dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan
(Suprijadi dan Siskel, 2004)

2) Gender adalah perbedaan status dan peran antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk
oleh masyarakat sesuai dengan nila budaya yang berlaku dalam periode waktu tertentu
(WHO,2001).
3) Gender adalah perbedaan peran dan tanggung jawab social bagi perempuan dan laki-laki
yang dibentuk oleh budaya (Azwar, 2001).
4) Gender adalah jenis kelamin social atau konotasi masyarakat untk menentukan peran
social berdasarkan jenis kelamin (Suryadi dan Idris, 2004).

Berikut ini adalah teori tentang gender, antara lain :


1) Teori Kodrat Alam
Menurut teori ini perbedaan biologis yang membedakan jenis kelamin dalam memandang
gender (Suryadi dan Idris, 2004). Teori ini dibagi menjadi 2 yaitu :
a)Teori Nature
Teori ini memandang perbedaan gender sebagai kodrat alam yang tidak perlu
dipermasalhkan
b)Teori Nurture
Teori ini memandang perbedaan gender sebagai hasil rekayasa budaya dan bukan kodrati,
sehingga perbedaan gender tidak berlaku universal dan dapat dipertukarkan.

2) Teori Kebudayaan
Teori ini memandang gender sebagai akibat dari kontruksi budaya (Suryadi dan Idris, 2004).
Menurut teori ini terjadi keunggulan laki-laki terhadap perempuan karena kontruksi budaya,
materi, atau harta kekayaan. Gender itu merupakan hasil proses budaya masyarakat yang
membedakan peran social laki-laki dan perempuan. Pemilahan peran social berdasarkan
jenis kelamin dapat dipertukarkan, dibentuk dan dilatihkan.

3) Teori Fungsional Struktural


Berdasarkan teori ini munculnya tuntutan untuk kesetaraan gender dalam peran social di
masyarakat sebagai akibat adanya perubahan struktur nilai social ekonomi masyarakat.
Dalam era globalisasi yang penuh dengan berbagai persaingan peran seseorang tidak
mengacu kepada norma-norma kehidupan social yang lebih banyak mempertimbangkan
factor jenis kelamin, akan tetapi ditentukan oleh daya saing dan keterampilan (Suryadi dan
Idris, 2004)

Dalam banyak budaya tradisional, perempuan ditempatkan pada posisi yang dilirik setelah
kelompok laki-laki. Fungsi dan peran yang diemban perempuan dalam mayarakat tersebut
secara tidak sadar biasanya dikonstruksikan oleh budaya setempat sebagai warga negara
kelas dua. Pada posisi inilah terjadi bias gender dalam masyarakat. Meski disadari bahwa
ada perbedaan-perbedaan kodrati makhluk perempuan dan laki-laki secara jenis kelamin
dan konstruksi tubuh, namun dalam konteks budaya peran yang diembannya haruslah
memiliki kesetaraan. Hingga saat ini masih ditengarai terjadi ketidaksejajaran peran antara
laki-laki dan perempuan, yang sebenarnya lebih didasarkan pada kelaziman budaya
setempat.Terkait dalam kehidupan keseharian, konstruksi budaya memiliki kontribusi yang
kuat dalam memposisikan peran laki-laki - perempuan. Banyaknya ketidaksetaraan ini pada
akhirnya memunculkan gerakan feminis yang menggugat dominasi laki-laki atas perempuan.

Hal ini terjadi pada perempuan di Dusun Kalitengah Lor, Glagahardjo, Cangkringan, Sleman,
seluruhnya ikut bekerja dengan mengandalkan kekuatan fisik untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perempuan ikut melakukan kegiatan pertanian, peternakan bahkan mencari pasir
dan batu. Lahan pertanian merupakan sumberdaya andalan sebagai sumber pendapatan
guna memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Seluruh lahan garapan berupa lahan kering
ditanami rumput dan kayu, lahan dekat pemukiman biasan ditanami polowijo seperti
ketela, jagung dan sedikit sayuran untuk konsumsi sendiri. Seluruh perempuan mempunyai
mata pencaharian sebagai petani dan peternak sebagai mata pencaharian pokok dan
perempuan yang mempunyai mata pencaharian tambahan mencapai 48,2 persen,
kelompok perempuan ini berarti mempunyai peran multiple role sebagai ibu rumahtangga,
petani dan peternak masih mempunyai kegiatan tambahan sebagai pedagang, buruh
serabutan, mencari pasir, batu dan hasil hutan.
3

Perbedaan laki- laki dan perempuan dalam konstruksi sosial budaya telah merugikan
perempuan seperti melahirkan pembagian kerja yang tidak seimbang, perempuan
mempunyai
beban kerja lebih berat apabila harus bekerja mencari nafkah. Subordinasi terhadap
perempuan dengan anggapan perempuan memiliki kualitas rendah telah merugikan
perempuan sehingga perempuan didorong untuk bertanggungjawab pada tugas
rumahtangga. Kegiatan rumahtangga tidak menghasilkan uang/ upah dan kegiatan tersebut
identik dengan perempuan bahkan selayaknya menjadi kewajiban dan tanggung jawab
perempuan. Kenyataan bahwa perempuan harus bertanggung jawab atas seluruh beban
kerja di rumahtangga meskipun perempuan mampu memberikan sumbangan pendapatan
dari pekerjaan di luar rumah tangga.

Kerancuan dalam mempersepsi perbedaan seks dalam kontek sosial budaya dan status,
serta peran yang melakat pada relai laki-laki perempuan pada akhirnya menumbuhsuburkan
banyak asumsi yang memposisikan perempuan sebagai subordinat laki-laki. Ketimpangan
relasi laki-laki perempuan ini muncul dalam anggapan, laki-laki memiliki sifat misalnya
assertif, aktif, rasional, lebih kuat, dinamis, agresif, pencari nafkah utama, bergerak di sektor
publik, kurang tekun. Sementara itu di lain sisi, perempuan diposisikan tidak assertif, pasif,
emosional, lemah, statis, tidak agresif, penerima nafkah, bergerak di sektor domestik, tekun,
dll
Contoh peran gender berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain sebagai
berikut:

(1). Masyarakat Bali menganut sistem kekerabatan patrilineal, berarti hubungan keluarga
dengan garis pria (ayah) lebih penting atau diutamakan dari pada hubungan keluarga
dengan garis wanita (ibu).
(2). Masyarakat Sumatera Barat menganut sistem kekerabatan matrilineal, berarti
hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu) lebih penting dari pada hubungan keluarga
dengan garis pria (ayah).
(3). Masyarakat Jawa menganut sistem kekerabatan parental/ bilateral, berarti hubungan
keluarga dengan garis pria (ayah) sama pentingnya dengan hubungan keluarga dengan garis
wanita (ibu).

Jadi status dan peran pria dan wanita berbeda antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain, yang disebabkan oleh perbedaan norma sosial dan nilai sosial budaya.
Contoh peran gender berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan jaman
sebagai berikut. Pada masa lalu, menyetir mobil hanya dianggap pantas dilakukan oleh pria,
tetapi sekarang wanita menyetir mobil sudah dianggap hal yang biasa. Contoh lain, pada
masa silam, jika wanita ke luar rumah sendiri (tanpa ada yang menemani) apalagi pada
waktu malam hari, dianggap tidak pantas, tetapi sekarang sudah dianggap hal yang biasa.

Contoh peran gender yang dapat ditukarkan antara pria dengan wanita sebagai berikut.
Mengasuh anak, mencuci pakaian dan lain-lain, yang biasanya dilakukan oleh wanita (ibu)
dapat digantikan oleh pria (ayah). Contoh lain, mencangkul, menyembelih ayam dan lain-
lain yang biasa dilakukan oleh pria (ayah) dapat digantikan oleh wanita (ibu).

Dikemukakan oleh Bemmelen (2002), beberapa ciri gender yang dilekatkan oleh masyarakat
pada pria dan wanita sebagai berikut. Perempuan memiliki ciri-ciri: lemah, halus atau
lembut, emosional dan lain - lain. Sedangkan pria memiliki ciri-ciri: kuat, kasar, rasional dan
lain-lain. Namun dalam kenyataannya ada wanita yang kuat, kasar dan rasional, sebaliknya
ada pula pria yang lemah, lembut dan emosional. Beberapa status dan peran yang dicap
cocok atau pantas oleh masyarakat untuk pria dan wanita sebagai berikut:

4) Untuk Perempuan
a) Ibu rumah tangga
b) Bukan pewaris
c) Tenaga kerja domestic (urusan rumah tangga)
d) Pramugari
e) Panen padi

5) Untuk Laki-Laki
a) Kepala keluarga / rumah tangga
b) Pewaris
c) Tenaga kerja public (mencari nafkah)
d) Pilot
e) Pencangkul lahan

Dalam kenyataannya, ada pria yang mengambil pekerjaan urusan rumah tangga, dan ada
pula wanita sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga mereka, sebagai pilot,
pencangkul lahan dan lain-lain. Dengan kata-kata lain, peran gender tidak statis, tetapi
dinamis (dapat berubah atau diubah, sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi).

Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut:
1) Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang
menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan.
Peran ini sering pula disebut dengan peran di sektor publik.
2) Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang
berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga,
seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga,
menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut juga peran di
sektor domestik.
3) Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam menyelesaikan beragam
pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama. (Kantor Menteri Negara Peranan
Wanita, 1998 dan Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana, 2003).

5
6
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kita mengetahui bahwa kita hidup dalam keanekaragaman atau perbedaan. Perbedaan itu
meliputi ras, etnis, klan, agama, jenis kelamin, dan profesi. Kita sebagai makhluk sosial
sudah seharusnya menghargai perbedaan tersebut.
B. SARAN

Dengan membaca makalah ini, pembaca di sarankan agar bisa mengambil manfaat
tentang pentingnya hidup rukun walaupun kita berbeda stratifikasi sosial dan deferensiasi
gender, di harapkan agar dapat di terapkan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga
kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai