Anda di halaman 1dari 3

2. Weapon of Weakness menurut James C.

Scott

Buku senjatanya orang-orang yang kalah (Weapons of the weak : Everyday Forms of
Peasant Resistence), yang ditulis oleh James C. Scott menceritakan tentang bentuk
perlawanan sehari-hari petani di kampung Sedaka, yang memliki bentuk pertarungan kelas
ala Brecht dan Schewik ini. Beberapa aspek dalam perlawanan tersebut adalah : tidak
membutuhkan koordinasi atau perencanaan, menggunakan pemahaman implisit serta jaringan
informal, sering mengambil bentuk mengurus diri sendiri, dan mereka secara khas
menghindari konfrontasi simbolis yang langsung dengan kekuasaan. Di dalam bukunya
Weapons of the Wealc, James C. Scott menguraikan betapa akibat meluasnya peranan negatif
dalam proses transformasi pedesaan melalui Revolusi Hijau, telah mengubah hubungan
antara petani kaya dengan petani miskin, di mana yang kaya menjadi semakin kaya
sedangkan yang miskin tetap tinggal miskin, bahkan menjadi lebih miskin. Beberapa konsep
yang ada pada buku ini dikhususkan untuk menganalisis kelas sosial, konflik antar kelas,
karena itulah James C.Scott banyak memakai konsep-konsep dari para pemikir teori Marxis
dan teori konflik.

Kajian tentang kehidupan petani dan perlawanan petani terhadap pemerintah (penguasa)
dan pengusaha (kapitalis) di Indonesia masih relatif sedikit diteliti dan ditulis, baik oleh
sarjana asing maupun sarjana Indonesia. James C. Scott, seorang pakar politik yang banyak
melakukan studi di kawasan Asia Tenggara memandang model gerakan perlawanan kaum
petani sebagai model perlawanan ”Gaya Asia”. Model ini merupakan gerakan petani miskin
yang lemah dengan organisasi yang anonim, bersifat nonformal melalui koordinasi asal sama
tahu, perlawanan kecil-kecil dan sembunyi-sembunyi yang dilakukan setiap hari dengan
kesabaran dan kehati-hatian, mencuri barang kecil-kecil, memperlambat kerja, berpura-pura
sakit dan bodoh, di depan bilang ‟ya‟, tetapi di belakang mengumpat (Scott, 1993: 275;
Scott, 2000: 321; Rachman, 2017: 198-200). Para petani miskin terancam kesejahtraannya
dan status sosialnya akibat penetrasi kapital ke desanya. Kebijakan pemerintah (dalam
konteks kebijakan revolusi hijau) dinilai telah memorakporandakan tatanan sosial budaya
petani miskin, sehingga mereka melampiaskan kemarahannya dengan melakukan gerakan
perlawanan terhadap orang-orang kaya dan negara.

Menururt Scott, tujuan sebagian besar perlawanan petani bukanlah secara langsung
mengubah sistem dominasi yang mapan, melainkan lebih dimaksudkan sebagai upaya untuk
tetap hidup dalam sistem itu. Ketidak puasan semakin meningkat yang disebabkan adanya
tekanan-tekanan yang dilakukan oleh pemerintah tidak berpihak kepada kaki bawah, bahkan
dunia petani tampak menonjol sebagai pelaku sejarah. Selain ketidakpatuhan, gosip,
pembunuhan karakter, berbicara di belakang, julukan ofensif, merefleksikan perlawanan
gambar dari kehidupan desa. Terlepas dari kondisi itu timbul  semangat pemberontakan
petani, namun yang terjadi sebenarnya bahwa revolusi yang dilakukan petani bertujuan untuk
mendapatkan kekuasaan oleh sekelompok orang. Bentuk-bentuk perlawanan antar kelas
tersebut memiliki perasaan. James Scott mengungkapkan bahwa pembahasan
mengenai perdebatan politik tidak harus terjadi dalam keadaan mapan, itu bisa terjadi bahkan
di sebuah desa kecil yang dimana disini membahas bagaimana cara kaum yang lemah dan
selalu kalah dalam masyarakat menentang kelakuan semena-mena dan eksploitatif dari
kelompok ekonomi dan politik yang kuat dan strategi perlawanan yang dilakukan oleh para
petani miskin di daerah pedesaan di mana perlawanan itu sendiri banyak didominasi oleh
pertarungan antar kelas dan dominasi ideologis yang memberi arti praktis dan teoritisnya.

Perubahan ini melahirkan berbagai bentuk perlawanan kaum lemah dalam menghadapi
hegemoni kaum kaya maupun negara.Scott menunjukkan betapa petani miskin mampu
membangun perlawanan terhadap hegemoni negara lewat penetrasi negara di dalam proses
transformasi hubungan-hubungan produksi dengan mekanisasi dan modernisasi pertanian,
dengan menyebutkan realitas itu sebagai everyday forms of repression yang dihadapi dengan
everyday forms of resistance(James C. Scott: 1985, 241). Hegemoni dalam pengertian
praktikal mempunyai arti aliansi kelas antara proletariat yang memipin dan petani untuk
kemudian menjalankan strategi untuk merebut dominasi ideologis dari kelas dominan.
Dengan begitu dapat mengepung kelas dominan secara organisasi dan ideologis. Namun
dalam pengertian hegemoni yang dipakai pada buku ini merupakan proses dominasi ideologi
yang memiliki gagasan sentral pernyataan bahwa kelas yang berkuasa mendominasi tidak
hanya alat-alat produksi fisik, tetapi juga alat-alat produksi simbolis. Ini membuktikan bahwa
hegemoni juga mempunyai kendali pada sektor ideologi masyarakat melalui institusi
pendidikan, kebudayaan, media, dan agama. Hegemoni yang berhasil akan mendukung
penyatuan dialektis antara semua dimensi kehidupan kelas-kelas sosial sebuah masyarakat
dengan sedemikian rupa dan membentuk blok historis.

Sumber :

Buku
Scoot, James C. 1985. Weapon of The Weak: Everyday forms of Peasant Resistance. Yale
University Press.

Anda mungkin juga menyukai