Anda di halaman 1dari 10

Konsep tradisi

Hasan Hanafi dalam Moh Nur Hakim (2003:29) menyatakan bahwa tradisi (Turats)

merupakan segala warisan masa lampau yang masih ada pada kita dan masuk ke dalam

kebudayaan yang sekarang berlaku. Selanjutnya Shil dalam Rusliana (1983:8) mengartikan

tradisi sebagai segalah sesutau yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini.

Dari pecrnyataan ini maka dapat dikatakan bahwa tradisi merupakan warisan masa lampau

yang diwariskan ke masa masa kini


Soekanto, (1988:11) menyatakan bahwa tradisi merupakan keseluruhan, kepercayaan,

dan adat-istiadat, serta anggapan tingkah laku yang melembaga, diwariskan dan harus

diteruskan dari generasi ke generasi sehingga memberikan kepada masyarakat norma-norma

yang digunakan untuk menjawab tantangan yang dihadapi dalam kehidupannya. Selanjutnya

Van Peursen (1988:22) menyatakan bahwa tradisi tersebut bukanlah sesuatu yang tidak dapat

diubah, tradisi justru dipadukan dengan keanekaragaman keseluruhan namun yang membuat

tradisi tersebut adalah menerimanya, menolaknya, atau mengubahnya. Dari pernyataan di

atas maka dapat penulis katakan bahwa tradisi merupakan merupakan segala warisan masa

lampau berupa kepercayaan, dan adat-istiadat yang harus diteruskan dan tidak dapat diubah.
Muhamad, (2009:11) menyatakan bahwa tradisi merupakan gambaran sikap dan

perilaku manusia yang telah berproses pada waktu lama dan dilaksakan secara turun-temurun

dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecendrungan untuk berbuat sesuatu dan

mengulang sesuatu sehingga menjadi suatu kebiasan. Selanjutnya Piotr, (1993) menyatakan

bahwa trdisi mencakup kelangsungan masa lalu dimasa kini ketimbang sekedar menunjukan

fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu. Kelangsungan masa lalu di masa kini

mempunyai dua bentuk yaitu material dan gagasan. Tradisi adalah keseluruhan benda

material dan gagasan yang bersal dari masa lalu, namun benar-benar masih ada dijaman kini,

belum dihancurkan, dibuang atau dilupakan. Sid Gazalba, (1981) mengatakan bahwa karena

kehidupan kebudayaan berlangsung dalam waktu, maka ia mempertahankan diri melalui

tradisi dan kebiasaan yaitu dengan mewariskan unsur-unsur dari generasi ke genersai baik
dalam bentuk asli maupun dalam bentuk yang sudah berubah karena terjadi proses

perkembangan.
Dari pernyataan ini maka dapat dikatakan bahwa tradisi mencakup kecenderungan

untuk berbuat sesuatu yang menunjukan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu dalam

bentuk asli maupun dalam bentuk yang sudah berubah.


1. Makna

Bustan (2006:37), menjelaskan bahwa makna merupakan seperangkat norma dan nilai

yang menjadi sumber rujukan bersama bagi warga kelompok masyarakat bersangkutan dalam

kerangka penataan sikap dan perilaku hidupnya setiap hari sebagai manusia dan masyarakat.

Menurut Spradley (2007:7), semua makna budaya diciptakan dengan simbol dan

setiap simbol pasti memeliki sebuah makna. Jadi Eo nakaf memeliki berbagai simbol ritual

dan masing-masing simbol memiliki berbagai makna.

Blumer dalam Spradley (2006:8), mengatakan bahwa tingkah laku manusia yang

berkaitan makna ada tiga yaitu: (1) manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang

diberikan berbagai hal itu kepada mereka, (2) makna berbagai hal itu berasal dari atau

muncul dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain, (3) makna ditangani melalui suatu

proses penafsiran yang digunakan orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi

orang tersebut.

Turner dalam Endraswara (2006:173) mengatakan makna simbol dalam ritual yaitu

(1) makna yang diproleh dari informan warga setempat tentang perilaku ritual yang diamati,

(2) makna yang diperoleh bukan hanya pada perkataan informan, melainkan dari tindakan

yang dilakukan dalam ritual, (3) makna yang diperoleh melalui interpretasi terhadap simbol

dan hubungannya dengan simbol lain. Makna-makna di atas saling melengkapi dalam proses

pemaknaan simbol dan tepat digunakan bersama-sama untuk mengungkapkan makna dan

simbol-simbol ritual.

Spradley (2006:137) menyatakan dengan adanya simbol makna muncul makna dan

tanpa simbol maka maknapun akan hilang. Nilai merupakan sifat-sifat (hal-hal) yang penting

dan berguna bagi manusia, serta menyangkut cipta, rasa dan karsa manusia.
2. Nilai

Notonegoro dalam Sutinkjo (2009:34) membedakan nilai dalam tiga macam yaitu:

a. Nilai material yang meliputi berbagai konsep mengenai segala sesuatu yang berguna bagi

jasmani manusia.

b. Nilai vital yang meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang

berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktifitas

c. Nilai kerohanian meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang

berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia seperti:

a) nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta), b) nilai keindahan,

yankni yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), c) nilai moral yakni yang

bersumber pada unsur kehendak (karsa) dan d) nilai keagamaan, (religiusitas), yakni nilai

yang bersumber pada revalasi (wahyu) dari Tuhan.

Selanjutnya Huky dalam Sutinkjo (2009: 34) menemukan beberapa nilai yang sesuai

diantaranya:

a. Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi diantara para

anggota masyarakat.

b. Nilai sosial diimbaskan. Nilai dapat diteruskan dan diimbaskan dari satu orang atau

kelompok ke orang atau kelompok lain melalui berbagai macam proses sosial seperti

kontak sosial, komunikasi interaksi, difusi, adaptasi, adopsi, akulturasi maupun

asimilasi.

c. Nilai dipelajari, diperoleh, dicapai dan dijadikan sebagai milik sendiri melalui proses

belajar.

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dalam setiap upacara adat apapun

memiliki norma atau aturan yang menjadi lambang lapisan masyarakat dalam persekutuan

adat tersebut. Selain memiliki aturan, setiap upacara memiliki nilai-nilai tersendiri yang perlu
dimaknai sebagai arahan terhadap masyarakat tersebut untuk menempuh perjalanan

perkembangan adat selanjutnya.

Seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1982: 34,35), bahwa nilai budaya

yang perlu dimiliki manusia ada tiga yaitu (1) Nilai-budaya yang berorientasi ke masa

depannya dengan lebih seksama dan teliti. (2) Nilai-budaya yang berhasrat untuk

mengeksplorasi lingkungan alam dan kekuatan-kekuatan alam. (3) Nilai-budaya yang menilai

tinggi usaha orang yang dapat mencapai hasil, sedapat mungkin atas usahanya sendiri. Dalam

masyarakat yang berpendidikan nilai-nilai dipelajari dari pendidikan sedangkan masyarakat

yang tidak berpendidikan mereka memperoleh nilai-nilai budaya dari upacara tradisional

seperti upacara Eo nakaf atau upacara-upacara lainnya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat Eo nakaf pada suku Usfinit

mempunyai makna yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat suku bangsa Us Finit

karena dalam upacara ini menjunjung tinggi rasa persatuan serta mengandung norma-norma

atau aturan-aturan yang berfungsi sebagai pengendali sosial atau pedoman perilaku bagi

masyarakat dan juga berfungsi sebagai pengatur perilaku antar individu dalam masyarakat

dan menata hubungan manusia dengan Tuhan dan alam lingkungannya.

Hia (2004: 128-129) mengatakan bahwa nilai merupakan suatu titik tolak atau

ukuran terhadap segala sesuatu, baik dan buruknya. Nilai merupakan sistem yang

terdapat dalam keseluruhan cara hidup masyarakat setiap suku bangsa diwarisi

dan terealisir berperan dan berkepercayaan. Nilai budaya dapat dikatakan sebagai

nilai yang dikandung oleh suatu kebudayaan dan unsur-unsur yang

membedakannya dengan kebudayaan lain. Nilai merupakan sesuatu yang


berharga, bermutu, menunjukan kualitas dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu

bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

Koentjaraningrat (1985: 25) menyatakan bahwa suatu nilai budaya terdiri dari

konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian warga masyarakat.

Mengenai hal-hal yang dianggap amat bernilai dalam kehidupan oleh karena itu

suatu sistem nilai budaya biasanya kelakuan manusia lebih kongkrit seperti

aturan-aturan khusus, hukum adat dan norma-norma yang semuanya berpedoman

pada budaya tersebut.

Selanjutnya Koentjaraningrat (1985:63) mengatakan bahwa dalam sistem nilai

budaya orang Indonesia mengandung empat konsep yaitu: a) manusia tidak

dapat hidup sendiri di dunia ini, tetapi dikelilingi oleh komunitasnya, masyarakat

dan alam sekitarnya. Di dalam sistem makrokosmo tersebut ia merasakan dirinya

hanya suatu proses peredaran alam semesta yang maha besar itu. b) dengan

demikian dalam segala aspek kehidupannya manusia pada hakekatnya tergantung

kepada sesamanya. c) karena itu ia selalu berusaha untuk sedapat mungkin

memelihara hubungan baik dengan sesamanya, terdorong oleh jiwa sama rata,

sama rasa dan d) selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat untuk berbuat

sama dan bersama dengan sesamanya sebagai suatu komunitas, terdorong oleh

jiwa sama tinggi dan rendah.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa nilai

merupakan tolok ukur terhadap suatu hal, baik buruknya hal tersebut serta sistem

yang terdapat dalam cara hidup masyarakat yang diwarisi secara turun- temurun.

1. Adat

Nahak (2008: 12) mengatakan bahwa adat merupakan aturan yang lazim

dituruti atau dilakukan sejak dahulu kala, kebiasaan, wujud, gagasan kebudayaan
yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum dan aturan-aturan yang satu

dengan yang lainnya berkaitan dengan suatu sistem. Adat merupakan aturan

( kaidah/ ketetapan ) dan kebiasaan yang ditetapkan oleh nenek moyang/ leluhur.

Atau dengan kata lain, adat merupakan aturan kebiasaan yang keberlakuannya

sejak zaman dahulu sampai sekarang dan tidak mudah berubah.

Menurut Soekanto (1985: 131) mengatakan bahwa adat adalah perbuatan yang

menjadi pola perilaku dan dijadikan sebagai cara atau kebiasaan yang harus

dipertahankan dalam suatu masyarakat tertentu.

Selanjutnya Achmadi (1991: 71) mengatakan bahwa adat merupakan suatu cara untuk

melaksanakan sesuatu sebagai pedoman untuk mengatur timgkah laku

masyarakat.

Supomo dalam Un Bria (2004: 82) mengatakan bahwa adat adalah hukum

yang tidak tertulis dalam peraturan legislatif meliputi pereturan-peraturan hidup,

yang sekalipun tidak ditetapkan oleh pihak berwajib, tetapi ditaati dan didukung

oleh masyarakat berrdasarkan keyakinan bahwa pereturan-peraturan itu tetap

mempunyai kekuatan hukum.

Selanjutnya Un Bria (2004: 82-83) mengatakan bahwa menurut pandangan

orang Timor dan Belu khususnya adat merupakan peraturan yang diciptakan untuk

mengatur tata tertib dan tingkah laku manusia dalam melaksanakan hubungannya

dengan alam, sesama manusia, dan Allah sebagai pencipta serta leluhur sebagai

perantara. Hubungan ini bersifat tetap dan tak terpisahkan. Bahwa hubungan

dengan Allah tidak dapat dipisahkan dengan alam, manusia dan leluhur.

Un Bria (2004: 83) menyatakan bahwa sebagai sarana, adat dengan hukum

adatnya diciptakan untuk :


a. Mengatur hubungannya dengan Allah sebagai pencipta serta sebagai tanda

pengakuan atas adanya hukum Tuhan yang harus ditaati dan dilaksanakan.

b. Mengatur tata perilaku manusia,bagaimana seharusnya berhadapan dengan

hukum alam dan hukum Tuhan demi menjaga keselarasan dan keseimbangan

alam. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan ukun badu horak (hukum bagi

mereka yang melanggar larangan).

c. Mengatur hubungan yang saling melengkapi antar manusia berdasarkan

hukum cinta kasih dan adat sebagai sarana atau wadah yang dipakai untuk

mewujudkan pengakuannya atas harkat, martabat dan tingkat derajat yang

telah diterima sebagai kodrat.

d. Mengatur hubungan yang harmonis antara manusia dengan para leluhur.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka adat dapat dipahami bahwa

sistem nilai, sistem norma yang menjadi dasar aktivitas manusia dan menjadi

sebuah kebiasaan yang mana selalu berubah mengikuti perubahan zaman. Adat

merupakan suatu tradisi yang sudah berlangsung secara turun-temurun dan

bersifat mengikat dan mengatur masyarakat yang ada di dalamnya. Hukum adat

adalah keseluruhan aturan (tidak tertulis) yang menjelma dari keputusan para

fungsionaris hukum yang mempunyai kewibawaan serta pengaruh dan dalam

pelaksanaannya berlangsung secara serta merta dan ditaati dengan sepenuh hati.

2. Masyarakat

Koentjaraningrat (2005: 122) menyatakan istilah masyarakat berasal dari akar

kata Arab syakara yang berarti ikut serta atau peran serta. Dalam bahasa Inggris

dipakai istilah Society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan.

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan


sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan, dan terikat oleh

suatu rasa identitas bersama.


Soekanto (1982 : 165) mengatakan bahwa masyarakat adalah orang yang

hidup bersama yang menghasikan kebudayaan. Dengan demikian tak ada

masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan sebaliknya tak ada kebudayaan

tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.


Mac Iver dalam Hartono dan Aziz (2001: 235) mengartikan masyarakat adalah

suatu sistem daripada cara kerja dan prosedur daripada otoritas dan saling bantu

membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian sosial lainnya,

sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang

kompleks dan selalu berubah atau jaringan-jaringan dari relasi sosial itulah yang

dinamakan masyarakat.
Hadikusuma (1986: 73) menyatakan bahwa dari segi antropologi masyarakat

adalah suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi satu sama lain menurut

suatu adat tertentu yang sifatnya terus menerus dan terikat dengan rasa identitas

bersama. Kesatuan hidup manusia itu ada yang kaitannya bersifat tradisional

menurut susunan (struktur) yang turun-temurun dan ikatannya sudah maju

(modern) dalam bentuk organisasi perkumpulan yang teratur.


Auguste Comte dalam Abdul Syani (1992: 30) mendefenisikan bahwa

masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-

realitas baru yang berkembang dengan poola perkembangannya sendiri,

masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia sehingga tanpa

adanya kelompok manusia tidak akan mampu untuk dapat berbuat banyak dalam

kehidupan.
Dari beberapa pengertian atau konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa

masyarakat sesungguhnya merupakan kumpulan dari individu-individu yang

membentuk satu kesatuan yang mana akan terbentuk sikap, budaya dan tradisi
yang sama sehingga ada satu ikatan tertentu antar setiap individu untuk tidak

mudah terlepas dari suatu komunitas yang membentuk masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai