Anda di halaman 1dari 15

BAB XVII

Nilai Budaya, Etika Lintas Budaya, Filsafat Kebudayaan dan Sastra

A. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu mahasiswa mampu,

1. menjelaskan apa yang dimaksud dengan nilai budaya.


2. menjelaskan mengapa filsafat budaya memiliki keunikan, karena beberapa unsur
pembahasannya terkait dengan bidang studi lainnya, seperti filsafat sejarah,
antropologi, sosiologi, dan psikologi.
3. menjelaskan hubungan budaya dengan sastra
4. menjelaskan pengertian peradaban
5. menjelaskan bahwa budaya mempunyai fungsi besar bagi manusia dan masyarakat.
6. Menjelaskan manusia adalah makhluk berbudaya.

B. Pendahuluan

Nilai Budaya

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu
kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat
dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan
terjadi atau sedang terjadi.

Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau
sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.

Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :

1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)

2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka
acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).

Menurut Koentjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi –
konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat
mengenai hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu
masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya
yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara – cara, alat
– alat, dan tujuan – tujuan pembuatan yang tersedia.

Setiap negara mempunyai sistem nilai (filsafat) tertentu yang menjadi pegangan bagi
anggota masyarakat, bangsa negara tersebut. Filsafat negara merupakan pandangan hidup
bangsa yang diyakini kebenarannnya dan diaplikasikan dalam kehidupannya. Pandangan
hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki bangsa tersebut. Nilai-nilai tersebut
akan mempengaruhi segala aspek kebudayaan suatu bangsa.

Nilai adalah suatu konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau
ciri khas seseorang atau masyarakat. Pada konsep bahwa pilihan nilai merupakan suatu
ukuran atau standar yang memiliki kelestarian yang secara umum digunakan untuk
mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu masyarakat (Prayitno, 1989:1).

Sistem nilai yang dianut suatu bangsa merupakan sistem nilai masyarakat budaya
bangsa. Sistem nilai budaya adalah rangkaian konsep mengenai sesuatu yang dianggap
penting dan berharga, serta dapat pula dianggap remeh dan takberharga dalam pikiran
sebagian besar warga suatu masyarakat atau bangsa.

Dengan demikian, fungsi sistem nilai budaya adalah sebagai pedoman dan pendorong
warga masyarakat dalam bertingkah laku. Dalam hal ini, berarti sistem nilai budaya
berfungsi sebagai tata kelakuan (Prayitno, 1989:1).

Bagi suatu bangsa, sistem nilai budaya merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, nilai budaya
berfungsi dalam menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu
masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata
krama pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan
manusia lainnya (Prayitno, 1989:2).

Kebudayaan akan terus berubah karena sistem nilai budaya juga mengalami
perubahan. Perubahan suatu budaya disebabkan terjadinya transformasi budaya karena
akibat kontak budaya. Nilai budaya yang dipertahankan adalah nilai pokok yang menjadi
identitas budaya suatu masyarakat serta menjadi kebanggaan masyarakat pendukungnya.

Nilai budaya tradisional dapat berubah dan dapat pula diubah, dapat bertahan atau
dipertahankan sejauh masyarakat bersepakat melakukannya. Bangsa Indonesia
merupakan masyarakat yang beragama. Nilai keagamaannya itu akan menjadi payung
dalam setiap kehidupan berbudaya suatu bangsa. Sikap hidup yang menganut paham
sekuler (yang memisahkan kehidupan berbudaya dengan kehidupan beragam, bukanlah
sikap budaya bangsa Indonesia. Nilai budaya bangsa Indonesia adalah nilai budaya yang
agamais.

Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya


merupakan sebuah konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran
sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam
hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah
sistem nilai – nilai budaya.

Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku seperti
apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu
mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang
melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah
merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai
manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan
wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa sistem nilai
budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari kebudayaan
mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.

Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat
ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah
pokok tersebut adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia,
(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia
dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.

Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah universal ini dengan


berbagai variasi yang berbeda – beda. Seperti masalah pertama, yaitu mengenai
hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha
misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan
masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana,
dan mengenyampingkan segala tindakan yang dapat menambah rangkaian hidup
kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10).

Pandangan seperti ini sangat mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan itu
secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu
baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap
dan wawasan mereka.

Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan
yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive)
semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang
menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang
berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada
prestasi bukan kepada status.

Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang
memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha
dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang
berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup
masyarakatnya.

Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam.


Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya
ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai
manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan
dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.

Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan


hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil
keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral)
antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian
seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang
menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas
(kepada senioritas, penguasa atau pemimpin).

C. Etika Lintas Budaya

Edward T. Hall (1973) berpendapat bahwa budaya adalah komunikasi dan


komunikasi adalah budaya. Dengan kata lain, “tak mungkin memikirkan komunikasi
tanpa memikirkan konteks dan makna kulturnya” (Kress,1993:13). Implisit dalam konsep
komunikasi adalah etika komunikasi yang harus dipenuhi ketika pebisnis berkomunikasi
dengan pebisnis lainnya dari budaya yang berbeda. Etika adalah standar-standar moral
yang mengatur perilaku kita: bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain
bertindak (Verderber, 1978:313). Etika biasanya berkaitan dengan penilaian tentang
perilaku benar atau tidak benar, yang baik atau tidak baik, yang pantas atau tidak pantas,
yang berguna tidak berguna, dan yang harus dilkukan atau tidak boleh dilakukan.

Kerumitan Etika Bahasa Verbal

Etika berbicara, seperti dikemukaakn Lewis (1996) bervariasi dalam bisnis. Misalnya,
umumnya orang Jerman dan Swedia adalah pendengar yang baik. Namun tidak demikian
halnya dengan orang Italia dan orang Spanyol; mereka malah sering memotong
pembicaraan dengan bahasa tubuh dan isyarat tangan yang hidup dan terkesan berlebihan.
Di Jepang dan di Finlandia, diam adalah suatau bagaian integral dalam percakapan; jeda
dianggap sebagai istirahat, ramah, dan pantas.

Kesulitan bisa muncul saat kita pertama kali betemu dengan calon mitra bisnis,
bagaimana kita harus menyapa, menggunakan gelarnya, untuk menghormatinya atau
memanggil nama pertamanya supaya cepat dan akrab.

Kerumitan Etika Bahasa Nonverbal

Sebagaimana juga bahasa verbal, bahasa non verbal seperti sikap tubuh, gerak-gerak,
sentuhan, ekspresi wajah, senyuman, kontak mata, nada suara, diam, pakaian,
penggunaan ruang, konsep waktu, pengendalian emosi, dll yang dianut suatu kelompok
budaya juga sangat rumit dan berbeda dari suatu budaya ke budaya lainnya. Baik disadari
ataupun tidak, seringkali perilaku-perilaku nonverbal tersebut merupakan bagian dari
etika komunikasi yang harus dipenuhi dalam proses komunikasi bisnis.Pesan nonverbal
paling bermakna adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata.
D. Filsafat Kebudayaan dan Sastra

Masa modern ini masalah kebudayaan dapat berpengaruh dalam menggerakkan


pemikiran orang banyak seperti para ahli pendidikan, di mana-mana selalu
menghadapi masalah. Dalam setiap soal daya kebudayaan menampakkan diri sebagai
faktor yang tak dapat dielakkan, yang mau tak mau harus diperhatikan agar usaha-
usaha tersebut tidak gagal. Dari dalam kebudayaan orang menggali motif dan

perangsang untuk menjunjung perkembangan masyarakat,1 Tiada orang yang


menolak bahwa fenomena kebudayaan adalah sesuatu yang khusus bagi manusia.

Bagi hewan dan tumbuhan tidak diharapkan karya budaya.2

Kebudayaan merupakan ciptaan manusia yang berlangsung dalam kehidupan.


Pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi, yaitu
proses pengambilalihan kebudayaan dalam arti membudayakan manusia, aspek lain
dari fungsi pendidikan adalah mengolah kebudayaan itu menjadi sikap mental, tingkah
laku, bahkan menjadi kepribadian anak didik, Sedangkan landasan pendidikan adalah
filsafat. Jadi hubungan pendidikan dengan kebudayaan terdapat pada hubungan nilai
demokrasi, dimana fungsi pendidikan sebagai kebudayaan mempunyai tujuan yang
lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan
produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.

Kebudayaan adalah suatu hal yang terus berlangsung dan belum berhenti pada titik
tertentu. Ketika suatu kebudayaan dalam kehidupan manusia telah berhenti di satu
titik dan tidak berkembang lagi, maka hal itu, disebut peradaban

Filsafat merupakan salah satu disiplin ilmu yang menjadi sumber utama dari berbagai
ilmu di dunia pendidikan. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa manusia adalah
makhluk yang berpengetahuan.

Pengetahuan manusia ialah semua yang diketahui oleh manusia. Adapun pembagiaan
dari jenis pengetahuan manusia adalah sains, filsafat dan mistik. Karena filsafat
merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dimiliki oleh manusia, maka dapat
dikatakan bahwa filsafat adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis saja, tentang
objek-objek yang abstrak

Hidup berarti berkereasi, berkereasi tak lain untuk kelangsungan hidup manusia.
Semua makhluk hidup mempengaruhi lingkungannya dan seolah-olah meninggalkan
suatu bekas padanya. Bekas telapak kaki, lubang di dalam tanah, sarang, itu semuanya
menceritakan mengenai binatang macam apakah yang bersarang di sana. Tetapi bekas
yang tinggalkan manusia masih lebih luas dan lebih mendalam, intensif ia mengolah
lingkungannya.3

E. Filsafat

Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai
kepada inti persoalan. Kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata
Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap
ilmu atau hikmah. Poerwantara mengemukakan filsafat berarti alam pikiran atau alam
berpikir. Namun, tak semua berpikir berarti berfilsafat. Karena berfilsafat adalah berfikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh. Filsafat adalah induk segala ilmu yang
mempunyai obyek material dan obyek formal, obyek materialnya adalah akal sedangkan
obyek formal ilmu filsafat adalah kebenaran, kebaikan dan keindahan secara
berdialektika.4

Dalam penelitian, kata objek itu adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan. Dalam
penjebarannya objek tersebut terdiri dari objek material dan objek formal. Objek mateial
dari suatu disiplin ilmu pengetahuan, ini bisa saja sama dan saling berhubungan antara
satu ilmu dengan ilmu yang lain, sebagai contoh ilmu kedokteran, antropologi, psikologi,
ilmu sejarah dan sosiologi.

Ilmu sejarah yang sama-sama membahas manusia sebagai objek materialnya. Jadi kadang
disebut sebagai ilmu-ilmu kemanusiaan. Setiap pemikiran manusia berpotensi ada sejarah
di dalamnya, selalu dikaitkan dengan pola kebudayaan yang melingkupinya. Sejarah
filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan pemikiran filsafat. mulai
dari zaman pra Yunani hingga zaman modern.

Peristiwa munculnya filsafat di Yunani terbilang peristiwa unik dan ajaib. Hal itu
dipengaruhi oleh banyak faktor yang mendahului dan seakan-akan memersiapkan
lahirnya filsafat di Yunani Kuno. Dalam hal ini K. Bettens (1990) menyebutkan ada tiga

faktor 5 (a) Mitos bangsa Yunani. Yunani memiliki banyak mitologi. Mitologi lebih
dahulu dari filsafat. (b). Kesusastraan Yunani. Karya puisi Homeros, adalah puisi yang
sangat digemari rakyat untuk mengisi waktu luang dan sekaligus memiliki nilai edukatif”.
(c) Pengaruh Ilmu Pengetahuan. Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa lain
dalam menerima beberapa unsur ilmu pengtahuan. Seperti ilmu ukur dan ilmu hitung
sebagian berasal dari Mesir. Pengaruh Babilonia dalam perkembangan ilmu Astronomi di
negeri Yuanani. Baru pada bangsa Yunanilah didapatkan ilmu pengetahuan yang

bercorak dan sungguh-sungguh ilmiah”6

Filsafat budaya memiliki keunikan, karena beberapa unsur pembahasannya terkait dengan
bidang studi lainnya, seperti filsafat sejarah, antropologi, sosiologi, dan psikologi. Masing-
masing dari bidang studi tersebut dapat dijadikan sebagai penopang dalam menjelaskan
filsafat budaya. Salah satu faktor mengapa filsafat budaya semakin diminati, karena
banyaknya kejadian besar yang telah terjadi di dunia ini, yang selanjutnya memberikan
andil dalam perubahan pola kehidupan manusia. Filsafat budaya berusaha menganalisa
unsur-unsur budaya beserta kaidah-kaidahnya, struktur, derajat, dan nilai-nilai yang
mengiringinya. Meskipun filsafat budaya ini lahir di abad 20, namun akarnya telah ada
pada masa Socrates dan bahkan sebelumnya. Salah satu cabang penting dari filsafat
budaya, adalah filsafat antarbudaya berakar dari budaya yang berbeda-beda serta
mengakui realitas keragaman budaya tersebut sebagai langkah membangun proses kerja-
sama dan dialog yang disertai dengan kesepemahaman pemikiran.

F. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan hasil interaksi kehidupan bersama. Manusia sebagai anggota


masyarakat senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Suatu gerak konjungsi atau
perubahan naik turunnya gelombang kebudayaan suatu masyarakat dalam kurun waktu
tertentu disebut dinamika kebudayaan. Dalam proses perkembangannya, kreativitas dan
tingkat peradaban masyarakat sebagai pemiliknya sehingga kemajuan kebudayaan yang
ada pada suatu masyarakat sesungguhnya merupakan suatu cermin dari kemajuan
peradaban masyarakat tersebut.

Perbedaan mendasar yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang tertinggi adalah
manusia memiliki budi atau akal pikiran sehingga manusia menjadi satu-satunya makhluk
hidup yang memiliki kemampuan menciptakan hal-hal yang berguna bagi kelangsungan
kehidupannya (makhluk berbudaya). Manusia harus beradaptasi dengan lingkungannya
untuk mengembangkan pola-pola perilaku yang akan membantu usahanya dalam
memanfaatkan lingkungan demi kelangsungan hidupnya. Manusia juga membuat
perencanaan-perencanaan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan. Semua
yang dihasilkan dan diciptakan oleh manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup
itu disebut kebudayaan.

Gazalba (1979 : 72) mendefenisikan kebudayaan sebagai “cara berfikir dan cara merasa,(
kebudayaan bathiniah) yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok
manusia, yang membentuk kesatuan social dalam suatu ruang dan satu waktu”.

Ketika berbicara mengenai budaya, kita harus mau membuka pikiran untuk menerima
kritikan dan banyak hal baru. Budaya bersifat kompleks, luas dan abstrak. Budaya tidak
terbatas pada seni yang biasa dilihat dalam gedung kesenian atau tempat bersejarah,
seperti museum. Tetapi, budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya
memiliki banyak aspek yang turut menentukan prilaku komunikatif. Kebudayaan sebagai
kontradiksi antara immanensi7 dan transendensi8 dapat dipandang sebagai ciri khas dari
kehidupan manusia seluruhnya. Arus alam itu berlangsung terus dalam diri manusia, tetapi
di sini nampak suatu dimensi baru. Manusia tidak membiarkan diri begitu saja
dihanyutkan oleh proses-proses alam, ia dapat melawan arus itu, ia tidak hanya mengikuti
dorongan alam, tetapi juga suara hatinya.

Kebudayaan dewasa ini dipengaruhi oleh perkembangan yang pesat, dan manusia modern
sadar akan hal ini. Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong manusia
agar dia secara kritis menilai kebudayaan yang sedang berlangsung. Dan untuk bisa
dicapai hasil ini, harus memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan
kebudayaan dewasa ini. Untuk bisa diketahui hasil gabaran tersebut, manusia perlu
melihat perkembangannya sendiri latar belakang tahapan kebudayaan dulu.9 Adapun
tahap-tahap dalam perkembangan kebudayaan, di bagi menjadi tiga tahap, ialah : tahap
mitis10, tahap ontologis,11 dan tahap fungsionil.12

Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan dalam budaya nasional


mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-budaya dan pranata sosial
dalam menunjang proses pengembangan dan pembangunan nasional serta melestarikan
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kebudayaan merupakan warisan sosial, seperti bahasa,
dapat dipindahkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Menurut Koentjaraningrat dalam
Mattulada (1997) kebudayaan itu memilki tiga wujud, yaitu wujud kwbudayaan (1)
sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan
sebagainya, (2) sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat, (3) sebagai benda-benda hasil karya manusia.. Sedangkan unsur-unsur
kebudayaan secara universal sebagai berikut; (a) sistem universal religi dan upacara
keagamaan (b) organisasi kemasyarakatan, (c) pengetahuan, (d) bahasa, (e) kesenian, (f)
mata pengcaharian hidup, (g) teknologi dan peralatan.13

Kebudayaan masyarakat, itu bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya
masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan
utama dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan di dalamnya.

Hubungan antara Filsafat dan kebudayaan. Apabila dibandingkan defenisi kebudayaan


dan defenisi filsafat, bertemu dalam hal berfikir. Filsafat merupakan cara atau metode
berfikir sistematik dan universal yang berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan
merupakan salah satu hasil berfilsafat yang termanifestasi pada cipta, rasa, dan karsa sikap
hidup dan pandangan hidup (Gazalba). Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan
cara berfikir kebudayaan. Di balik kebudayaan ditemukan filsafat.

G. Hubungan Budaya dengan Sastra

Kebudayaan merupakan karya Sastra hasil karya dari individu, hanya saja objek yang
disampaikan tidak akan terlepas dari kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat. Karya
sastra itu tidak pernah tercipta dari kekosongan. Budaya dan sastra memiliki
ketergantungan satu sama lain. Sastra sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala
hal yang terdapat dalam kebudayaan akan tercermin di dalam sastra Prosa, yang termasuk
dalam sastra. terkadang disebut-sebut sebagai narrative fiction , prose fiction, atau hanya
fiction saja. Jika kebudayaan adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam
masyarakat, sastra adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya
interaksi. Sebagai contoh, Kesusastraan Indonesia menjadi potret sosial budaya
masyarakat Indonesia. Tidak jarang, kesusastraan Indonesia mencerminkan perjalanan
serjarah Indonesia, kegelisahan kultural dan manifestasi pemikiran Bangsa Indonesia.
Misalnya, kesusastraan zaman Balai Pustaka (1920-1933). Karya-karya sastra pada zaman itu
menunjukan problem kultural ketika Bangsa Indonesia dihadapkan pada budaya Barat.
Karya sastra tersebut memunculkan tokoh-tokoh (fiksi) yang mewakili golongan tua
(tradisional) dan golongan muda (modern). Selain itu, ada budaya lama, seperti masalah
adat perkawinan dan kedudukan perempuan yang mendominasi novel Indonesia pada
zaman Balai Pustaka.
Hubungan Budaya dan sastra, hubugan ini jarang ditemukan, bila dibandingkan hubungan
sastra dengan ilmu lain. Dalam hal ini, hububgan yang paling dekat dengan kajian Budaya
adalah antroplogi Sastra. Perbedaannya, dalam antropologi sastra kebudayaan menempati
posisi sekunder, sedangkan dalam kajian budaya kebudayaan merupakan objek primer.

Dengan singkat, berbagai unsur kebudayaan dalam karya sastra, seperti kawin paksa,
nasonalime dan sebagainya dapat dianalisis secara antropologis dengan mengaitkannya ke
masa lampu, akan tetapi akan menjadi kajian budaya dalam kaitannya dengan masyarakat
sekarang. Wilayah antropologi sastra dengan demikin dominan dalam genre sastra lama,
sebaliknya kajian budaya dalam jenis-jenis sastra kontemporer. Meskipun demikian bukan
berart bahwa dalam sastra lama tidak terkandung aspek-aspek kajian budaya, demikian juga

sebaliknya sastra kontemporer tidak menyajikan masalah-masalah masa lampau.14

Berdasarkan informasi-informasi yang ada, budaya dengan sastra adalah hal yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain karena memiliki ketergantungan satu sama lain. Sebagai
contoh, ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga
segala hal yang terdapat dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa. Sebaliknya,
ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan cara
berpikir manusia atau penutur bahasa

H. SIMPULAN

Filsafat merupakan salah satu disiplin ilmu yang menjadi sumber utama dari berbagai
ilmu di dunia pendidikan. Filsafat budaya memiliki keunikan, karena beberapa
unsur pembahasannya terkait dengan bidang studi lainnya, seperti filsafat sejarah,
antropologi, sosiologi, dan psikologi. Masing-masing dari bidang studi tersebut dapat
dijadikan sebagai penopang dalam menjelaskan filsafat budaya. Salah satu faktor
mengapa filsafat budaya semakin diminati, karena banyaknya kejadian besar yang telah
terjadi di dunia ini, yang selanjutnya memberikan andil dalam perubahan pola kehidupan
manusia. Filsafat budaya berusaha menganalisa unsur-unsur budaya beserta kaidah-
kaidahnya, struktur, derajat, dan nilai-nilai yang mengiringinya. Meskipun filsafat budaya
ini lahir di abad 20, namun akarnya telah ada pada masa Socrates dan bahkan
sebelumnya..

Kebudayaan merupakan ciptaan manusia yang berlangsung dalam kehidupan. Ketika


suatu kebudayaan dalam kehidupan manusia telah berhenti di satu titik dan tidak
berkembang lagi, maka hal tersebut disebut peradaban. Kebudayaan merupakan hasil
interaksi kehidupan bersama. Dalam proses perkembangannya, kreativitas dan tingkat
peradaban masyarakat sebagai pemiliknya sehingga kemajuan kebudayaan yang ada pada
suatu masyarakat sesungguhnya merupakan suatu cermin dari kemajuan peradaban
masyarakat tersebut.

Kebudayaan dewasa ini dipengaruhi oleh perkembangan yang pesat, dan manusia
modern sadar akan hal ini. Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong
manusia agar dia secara kritis menilai kebudayaan yang sedang berlangsung. Dan untuk
bisa dicapai hasil ini, harus memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan
kebudayaan dewasa ini. Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan
dalam budaya nasional mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-
budaya dan pranata sosial dalam menunjang proses pengembangan dan pembangunan
nasional serta melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai
macam kekuatan harus dihadapi seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu
manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun materil.
Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat
mengembangkan kebudyaan.

Budaya dan sastra memiliki ketergantungan satu sama lain. Sastra sangat dipengaruhi oleh
budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam kebudayaan akan tercermin di dalam sastra
Sebagai contoh, Kesusastraan Indonesia menjadi potret sosial budaya masyarakat Indonesia.
Tidak jarang, kesusastraan Indonesia mencerminkan perjalanan serjarah Indonesia,
kegelisahan kultural dan manifestasi pemikiran Bangsa Indonesia. Misalnya, kesusastraan
zaman Balai Pustaka (1920-1933). Karya-karya sastra pada zaman itu menunjukan
problem kultural ketika Bangsa Indonesia dihadapkan pada budaya Barat.

I. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan hubungan budaya dengan sastra!
2. Jelaskan pengertian peradaban!
3. Jelaskan bahwa budaya mempunyai fungsi besar bagi manusia dan masyarakat!
4. Jelaskan manusia adalah makhluk berbudaya!
5. Jelaskan mengapa filsafat budaya memiliki keunikan, karena beberapa unsur
pembahasannya terkait dengan bidang studi lainnya, seperti filsafat sejarah,
antropologi, sosiologi, dan psikologi!

DAFTAR PUSTAKA

1 Bakker Sj. J.W.M. 1992 “ Filsafat Kebudayaan Sebuah


2 Ibid hal.14 Pengantar” Pustaka Filsafat” hal 11
3 Peursen, C.A.van. 1994 “Strategi Kebudayaan” Penerbit Kanisisus Yogyakarta . hal. 142
4 Syafiie, Inu Kencana. 2010 “Pengantar Filsafat “ Refika Aditama Bandung. Hal. 1-4
5 Surajyo. 2005 “Ilmu Filsafat Suatu Pengantar” PT. Bumi Aksara Jakarta hlm. 53
6 Maksum, Ali. 2008 “ Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Posmodernisme” Arruz
Media hlm. 43
7 Hidup manusia berlangsung di tengah-tengah arus proses-proses kehidupan.
Atau makna lain prinsippemerian bahasa sebagai sistem yang otonom, lepas dari faktor-
faktor eksteren seperti filsafat, sosiologi. Ali, Lukman dkk. 1993 “ Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi kedua Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka Jakarta .
hlm. 372.
8 Hidup manusia muncul dari arus alam raya untuk menilai alamnya sendiri dan
mengubahnya atau makna lain diluar segala kesanggupan manusia. Ibid. hlm. 1070.
9 Peursen, C.A.van. 1994 “Strategi …OpC it . hal. 16
10Mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib
sekitarnya yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau dewa-dewa kesuburan.atau makna
lain cerita yang mempunyai latar belakang sejarah, dipercaya oleh masyarakat sebagai
cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal yang ajaib, dan
umumnya ditokohi oleh dewa. Ali, Lukman dkk. 1993 “ Kamus Besar Bahasa Indonesia
..OpCit . hlm. 660
11 Ontologis ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan kekuasaan mitis,
melainkan yang secara bebas ingin meneliti segala hal ihwal..atau makna yang lain “ ahli
dalam Ilmu Ontologi” Ibid. hlm. 704
12 Fungsionil ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam manusia modern. atau
makna lain “ berdasarkan jabatan “ Ibid . hlm. 282
13 Mattulada .1997.” Sketsa Pemikiran Tentang Kebudayaan, Kemanusiaan, Dan
Lingkungan Hidup”
Hasanuddin University Press. Hlm. 1 – 2.
14 Ratna, Nyoman Kutha. 2011. “ Antropologi Sastr Peranan Unsur-unsur Kebudayaan
dalam Proses Kreatif “ Pustaka Pelajar Yogyakarta. Hlm. 270-271

J. DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. 2011. “Filsafat Ilmu : Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan” Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ahmadi , Asmoro . 2007. “ Filsafat Umum “ RajaGrafindo Persada Jakarta Bakker, JMW.
2005.” Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar” Yogyakarta: Kanisius.

Djamaris, Edwar.2007 “ Sastra Indonesia Lama Berisi Sejarah : Ringkasan Isi Cerita Serta
Deskripsi Latar dan Tokoh” Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasion Jakarta

Franz Magnis Suseno, 1992,”Filsafat Kebudayaan Politik, butir-butir Pemikiran Kritis”


PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gazalba, Sidi. 1979. “Kebudayaan Sebagai Ilmu”
Djakarta: Pustaka Antara.

Gazali, sidi.1973. “Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Dunia Filsafat, Teori Pengetahuan
Metafisika, Teori nilai.” Jakarta : Bulan Bintang.

Kaplan, David., Robert A. Manneis. 2002. “Teori Budaya” Yogyakarta: Pustaka PelajaR.

KluckhohnC,dalam Soerjono Soekanto,1990 ”Sosiologi suatu pengantar”, ke-4, Rajawali


Pers, Linton, R, 1936. “A Study of Man, an introduction” Appleton Century-
Croft. Inc., New York,

Maksum, Ali. 2008 “Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Posmodernisme”Arruz
Media Mattulada. 1997.” Sketsa Pemikiran Tentang Kebudayaan, Kemanusiaan, dan
Lingkungan Hidup” Hasanuddin University Press .

Notowidogda, Rohman, 2006 “ Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan Hadits”
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Peursen, C.A.van. 1994 “Strategi Kebudayaan” Penerbit Kanisisus Yogyakarta

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. “ Antropologi Sastr Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam
Proses Kreatif “ Pustaka Pelajar Yogyakarta

Salam, Burhanuddin. 1995. “ Pengantar Filsafat “. Bumi Aksara Jakarta

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964. “Setagkai Bunga Sosiologi” edisi pertama,
yayasan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Supriyadi, Dedi, 2008 “Sejarah Peradaban Islam” Bandung: Pustaka Setia.

Surajyo. 2005 “Ilmu Filsafat Suatu Pengantar” PT. Bumi Aksara Jakarta Syafiie, Inu Kencana.
2010 “Pengantar Filsafat “ Refika Aditama Bandung
Teeuw, A. 1988. “ Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra “ Pustaka Jaya–Girimukti
Pasaka Jakarta

Anda mungkin juga menyukai