Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Fazril Ubaidillah

1211010081

AFI-3B

UAS Antropologi (mengisi soal)

1. Fungsi Agama:

 Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok.


 Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
 Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah.
 Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan.
 Pedoman perasaan keyakinan.
 Pedoman keberadaan pengungkapan estetika (keindahan).
 Pedoman rekreasi dan hiburan memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari
suatu agama.

Menurut pendapat saya, peranan agama dalam kehidupan sosial masyarakat agama adalah suatu
prinsip atau kepercayaan seseorang. Agama merupakan suatu peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sosial suatu masyarakat. Agama juga yang dapat memberikan rasa toleransi, solidaritas
dalam masyarakat pada umumnya. Karena agama mempunyai nilai sosial yang baik untuk seluruh
masyarakat agar dapat saling menghargai dan membantu walapun di Indonesia ini memiliki beragam
suku, adat istiadat, agama yang berbeda-beda.

2. Tujuan Penelitian Kebudayaan dalam Perspektif Evolusionist:

 Membuat konsep tentang kebudayaan, sebagai konsep ilmiah yang tersusun secara
sistematis.
 Menyadarkan kita kepada pengertian tentang aspek-aspek kebudayaan yang dapat diteliti
secara terpisah-pisah.
 Mengajarkan prinsip-prinsip kontinuitas kebudayaan yang harus melandasi pendekatan yang
realistis dalam menganalisa masalah perubahan masyarakat dan kebudayaan.

Teori yang sering digunakan adalah Teori Evolusi H.Spencer yang mana pada teori ini Spencer
melihat perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari tiap bangsa di dunia itu telah atau akan
melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama, namun ia tak mengabaikan fakta bahwa secara khusus
tiap bagian masyarakat atau sub-sub kebudayaan bisa mengalami proses evolusi yang melalui
tingkat yang berbeda-beda.

Suatu contoh misalnya teori Spencer mengenai asal mula religi. Pangkal pendirian mengenai hal itu
adalah bahwa pada semua bangsa di dunia religi itu mulai karena manusia sadar dan takut akan
maut, serupa dengan pendirian ahli sejarah kebudayaan E.B. Tylor.

3. Fungsionalisme Struktural merupakan berbagai aspek perilaku sosial bukanlah berkembang untuk
memuaskan kebutuhan individual, tapi justru timbul untuk mempertahankan struktur sosial
masyarakat. Struktur sosial dari suatu masyarakat adalah seluruh jaringan dan hubungan-hubungan
sosial yang ada. Muncullah sistem kekerabatan salam suatu kebudayaan. Permasalahan yang terjadi
di aliran ini adalah sulitnya menentukan atau menjelaskan apakah satu kebiasaan tertentu pada
nyatanya berfungsi dalam arti membantu pemeliharaan sistem sosial masyarakat.

Aspek penting pandangan fungsional atas kebudayaan menekankan bahwa setiap pola tingkah-laku,
setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat,
memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.

Fungsionalisme merupakan Fungsi dasar kebudayaan yang kemampuannya untuk memenuhi


beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu
kebutuhan skunder.

Contoh : Makanan, Reproduksi, Merasa enak badan, Keamanan, Kesantaian, Gerak dan
Pertumbuhan.

4. Dalam Tafsir Kebudayaan, Geertz melakukan pendekataan lukisan mendalam, atau ’thick
description‘ terhadap kebudayaan. Artinya, pendekatan kebudayaan melalui penafsiran sistem-
sistem simbol makna kultural secara mendalam dan menyeluruh dari perspektif para pelaku
kebudayaan itu sendiri.

Melalui pendekatan tersebut, pembaca mampu dituntun pada teori interpretatif tentang
kebudayaan. Sehingga ia dapat menafsir mengapa, latar belakang, faedah, fungsi dan tujuan dari
seseorang mempraktikkan unsur-unsur kebudayaan yang ada. Menurut Geertz, kebudayaan adalah
sesuatu yang semiotik atau bersifat semiotis, yaitu hal-hal berhubungan dengan simbol yang
tersedia di depan umum dan dikenal serta diberlakukan oleh masyarakat bersangkutan . Sebab
kebudayaan adalah anyaman makna-makna, dan manusia adalah binatang yang terperangkap
dalam jaring-jaring -yang ia tenun sendiri-dari makna itu. Di sini, agaknya Geertz seakan-akan
menjadi penerus ide-ide dari Max Weber, yang justru merendahkan derajat kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai