Anda di halaman 1dari 5

Sistem Religi Dalam Kajian Antropologi

Abstrak

Sebagai umat beragama, sudah sepantasnya kita mempelajari keagamaan menurut pandangan ilmu
yang lain termasuk ilmu antropologi. Artikel ilmiah ini dibuat dengan metode penelitian kualitatif
yaitu dengan cara mengumpulkan beberapa referensi kemudian disatukan sehingga tercipta artikel
ini. Kesimpulan dari artikel ini yaitu sistem berasal dari bahasa Latin (Systema) dan bahasa Yunani
(Sustema) yang berarti suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan.
Religi berasal dari bahasa Latin (Religare dan Relegare). Religare memiliki makna “suatu perbuatan
yang memperhatikan kesungguh-sungguhan dalam melakukannya”. Sedangkan Relegare memiliki
makna “perbuatan bersama dalam ikatan saling mengasihi”. Adapun unsur-unsur sistem religi
diantaranya adalah : (a) Emosi Keagamaan, (b) Sistem Keyakinan, (c) Sistem Upacara Keagamaan,
dan (d) Suatu umat yang menganut religi.

Keywords: Sistem, Religi, Antropologi

Metode penelitian

Artikel ilmiah ini dibuat dengan metode penelitian kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan
beberapa referensi kemudian disatukan sehingga tercipta artikel ini.

Pendahuluan

Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema)yang berarti suatu kesatuan
yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan.makalah sistem religi

Religi berasal dari bahasa Latin (Religare dan Relegare). Religare memiliki
makna “suatu perbuatan yang memperhatikan kesungguh-sungguhan dalam
melakukannya”. Sedangkan Relegare memiliki makna “perbuatan bersama
dalam ikatan saling mengasihi”. Makalah sistem religi

Prof. Dr. M. Driyarkara, S.J. mengatakan bahwa kata agama kami gantidengan kata religi, karena kata 
religi lebih luas, mengenai gejala-gejala dalamlingkungan hidup dan prinsip. Istilah religi menurut kat
a asalnya berarti ikatanatau pengikatan diri. Oleh sebab itu religi tidak hanya untuk kini atau nanti
melainkan untuk selama hidup. Makalah sistem religi

Menurut Koentjaraningrat, religi yang memuat hal-hal tentang keyakinan,upacara dan peralatannya, 
sikap dan perilaku, alam pikiran dan perasaan
disamping halhal yang menyangkut para penganutnya sendiri. Sedangkanmenurut Emile Durkheim r
eligi sebagai keterkaitan sekalian orang pada sesuatuyang dipandang sakral yang berfungsi sebagai si
mbol kekuatan masyarakat dansaling ketergantungan orangorang dalam masyarakat yang bersangku
tan.Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 2015

Antropologi adalah ilmu tentang manusia, yaitu suatu istilah yang sangat tua. Dahulu istilah itu
dipergunakan dalam arti yang lain, yaitu “ilmu rentang ciri-ciri tubuh manusia”. Secara umum dapat
dikatakan antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dari segi keragaman fisiknya,
masyarakatnya, dan kebudayaannya. Makalah:sistem religi
Religi atau agama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib, luar biasa
atau supernatural yang berpengaruh terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap
gejala-gejala alam. Kepercayaan itu menimbulkan perilaku tertentu dari individu ataupun
masyarakat yang mempercayainya seperti berdoa, memuja dan lainnya, serta menimbulkan sikap
mental tertentu, seperti takut, pasrah, optimis dan lain sebagainya. (artikel:sistem religi atau agama
dalam antropologi).

Setiap agama memiliki ajaran yang menjadi pedoman bagi pengikutnya dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Sebagaimana menurut Malefijt, peran agama dalam kehidupan masyarakat sangat
penting, tidak ada aspek kebudayaan lain dari agama yang lebih luas pengaruh dan implikasinya
dalam kehidupan manusia, agama juga berinteraksi secara signifikan dengan institusi budaya lain.
Ekspresi religius ditemukan dalam budaya materil, perilaku manusia, norma, moral, sistem keluarga,
ekonomi, hukum, politik, pengobatan, sains, teknologi, seni, pemberontakan, perang, dan
sebagainya (Agus, 2006). Agama adalah sebuah pola pembahasan untuk melakukan tindakan, agama
menjadi suatu nilai dalam kehidupan manusia yang mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia.

Setelah kita mengetahui tentang definisi di atas, kini kita akan mengetahui bagaimana perhatian
antropologi terhadap religi atau agama dan apa saja unsur-unsur khusus sistem religi. Ini akan
dijelaskan dalam pembahasan.

Pembahasan

Fenomena keagamaan adalah gejala universal dan unik serta penuh misteri, berbagai ilmu sosial
tertarik untuk mempelajarinya. Salah satunya adalah antropologi. Antropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik
masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan (Koentjaraningrat, 1990).Agama merupakan bagian
dari kebudayaan. Sehingga ia pun bisa dikaji dengan pendekatan antropologi. Agama bisa dikaji
dengan pendekatan antropologi karena agama merupakan salah satu unsur kebudayaan yang mana
Koentjaraningrat memasukkannya kedalam 7 unsur kebudayaan.

Menurut (Geertz, 1992) agama merupakan bagian dari suatu sistem kebudayaan yang lebih meresap
dan menyebar luas, dan bersamaan dengan itu kedudukannya berada dalam suatu hubungan
dengan dan untuk menciptakan serta mengembangkan keteraturan kebudayaan; dan bersamaan
dengan itu agama juga mencerminkan keteraturan tersebut. Agama harus dipandang sebagai
sebuah sistem kebudayaan yang dapat mengubah suatu tatanan masyarakat. Sebagaimana yang
dijelaskan Agus (2006) agama yang dipelajari dalam antropologi adalah agama sebagai fenomena
budaya dan bukan ajaran yang datang dari Tuhan.(artikel:sistem religi atau agama dalam
antropologi)

Perhatian Ilmu Antropologi terhadap Religi

Sejak lama, ketika ilmu Antropologi belum ada dan hanya merupakan suatu himpunan tulisan
mengenai adat-istiadat yang aneh-aneh dari suku-suku bangsa di luar Eropa, religi telah menjadi
suatu pokok penting dalam buku-buku para pengarang tulisan etnografi mengenai suku-suku bangsa
itu. Kemudian ketika bahan etnografi tersebut digunakan secara luas oleh dunia ilmiah, perhatian
terhadap bahan mengenai upacara keagamaan itu sangat besar. Sebenarnya ada dua hal yang
menyebabkan perhatian yang besar itu, yaitu: a) upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku
bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak secara lahir. B) bahan etnografi
mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun teori-teori tentang asal mula religi. Para
pengarang etnografi yang datang dalam masyarakat suatu suku bangsa tertentu, akan segera tertarik
akan upacara-upacara keagamaan suku bangsa itu, karena upacara-upacara itu pada lahirnya
tampak berbeda sekali dengan upacara keagamaan dalam agama bangsa-bangsa Eropa itu sendiri,
yakni agama Nasrani. Hal-hal yang berbeda itu dahulu dianggap aneh, dan justru karena
keanehannya itu menarik perhatian. Masalah asal mula dari suatu unsur universal seperti religi,
artinya masalah penyebab manusia percaya pada adanya suatu kekuatan ghaib yang tinggi dari
padanya, dan penyebab manusia itu melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beragam untuk
berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi, telah lama menjadi pusat
perhatian banyak orang di Eropa, dan juga dari dunia ilmiah pada umumnya. Dalam usaha untuk
memecahkan masalah asal-usul religi, para ahli biasanya menganggap religi suku-suku bangsa di luar
Eropa sebagai sisa-sisa dari bentuk-bentuk religi kuno, yang dianut oleh seluruh umat manusia pada
zaman dahulu, juga oleh orang Eropa ketika kebudayaan mereka masih berada pada tingkat yang
primitif. Dalam memecahkan masalah asal-mula dari suatu gejala, sudah jelas orang akan melihat
pada sesuatu yang dianggapnya sisa-sisa dari bentuk-bentuk tua dari gejala itu. Dengan demikian
bahan etnografi mengenai upacara
keagamaan dari berbagai suku bangsa di dunia sangat banyak diperhatikandalam usaha menyusun t
eori-teori tentang asal-mula agama.

Unsur-Unsur Khusus dalam Sistem Religi

a. Religious Emotion (Emosi Keagamaan)Emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh se
tiap manusia,walaupun getaran emosi itu mungkin hanya berlangsung untuk beberapadetik 
saja, untuk kemudian menghilang lagi. Emosi keagamaan itulah yangmendorong orang mela
kukan tindakan-tindakan bersifat religi. Emosikeagamaan menyebabkan bahwa sesuatu ben
da, suatu tindakan, ataugagasan mendapat suatu nilai keramat (sacred value) dan dianggap 
keramat.Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai cici-ciri untuk sedap
at mungkin memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya. Dengan demik
ian, emosi keagamaan merupakanunsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga uns
ur lainnya. 
b. Sistem KeyakinanSistem keyakinan secara khusus mengandung banyak subunsur.Mengenai i
ni para ahli antropologi biasanya menaruh perhatian terhadapkonsepsi tentang dewa-dewa 
yang baik maupun yang jahat, sifat dan tandadewa-dewa, konsepsi tentang makhluk-
makhluk halus lainnya seperti roh-roh leluhur, roh-roh lain yang baik maupun yang jahat, ha
ntu dan lain-lain,konsepsi tentang dewa tertinggi dan pencipta alam, masalah terciptanyadu
nia dan alam (kosmogoni), masalah mengenai bentuk dan sifat-sifat duniadan alam (kosmolo
gi), konsepsi tentang hidup dan maut, konsepsi tentangdunia roh, dunia akhirat dan lain-
lain.Adapun sistem kepercayaan dan gagasan, pelajaran, aturan agama,dongeng suci tentan
g riwayat dewa-dewa (mitologi), biasanya tercantumdalam suatu himpunan buku-buku yang 
biasanya juga dianggap sebagai kesusasteraan suci.
c. Sistem Upacara KeagamaanSistem upacara keagamaan secara khusus mengandung empat a
spekyang menjadi perhatian khusus dari para ahli antropologi ialah : (a) tempat upacara
keagamaan dilakukan, (b) saat-saat upacara keagamaan dijalankan,(c) benda-benda dan alat
upacara, (d) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. Aspek pertama
berhubungan dengan tempat-tempat keramat upacara dilakukan, yaitu makam, candi, pura,
kuil, gereja, langgar, surau, masjid, dan sebagainya. Aspek kedua adalah aspek mengenai
saat-saat beribadah, hari-hari keramat dan suci dan sebagainya. Aspek ketiga adalah tentang
benda-benda yang dipakai dalam upacara, termasuk patung-patung yang melambangkan
dewa-dewa, alat bunyi-bunyian seperti lonceng suci, seruling suci, genderang suci dan
sebagainya. Aspek keempat adalah aspek yang mengenai para pelaku upacara keagamaan,
yaitu para pendeta biksu, syaman, dukun, dan lain-lain. Upacara-upacara itu sendiri banyak
juga unsurnya, yaitu: (a) bersaji,(b) berkorban, (c) berdoa, (d) makan bersama makanan yang
telah disucikan dengan doa, (e) menari tarian suci, (f) menyanyi nyanyian suci, (g) berprosesi
atau berpawai, (h) memainkan seni drama suci, (i) berpuasa, (j)intoksikasi atau
mengaburkan pikiran dengan makan obat bius sampai kerasukan, mabuk, (k) bertapa, (l)
bersemedi. Di antara unsur-unsur keagamaan tersebut ada yang dianggap penting sekali
dalam satu agama, tetapi tidak dikenal dalam agama lain, dan demikian juga sebaliknya.
Selain itu suatu acara upacara biasanya mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari
sejumlah unsur tersebut. Dengan demikian dalam suatu upacara untuk kesuburan tanah
misalnya, para pelaku upacara dan para pendeta berpawai dahulu menuju ke tempat-
tempat bersaji, lalu mengorbankan seekor ayam, setelah itu menyajikan bunga kepada dewa
kesuburan, disusul dengan doa yang diucapkan oleh para pelaku, kemudian menyanyi
bersama berbagai nyanyian suci, dan akhirnya semuanya kenduri makan hidangan yang
telah disucikan dengan doa.
d. Suatu umat yang menganut religion
Mengenai umat yang menganut agama atau religi yang bersangkutan secara khusus meliputi
masalah pengikut suatu agama, hubungannya satu dengan yang lain, hubungannya dengan
para pemimpin agama, baik dalam saat adanya upacara keagamaan maupun dalam
kehidupan sehari-hari dan akhirnya juga meliputi masalah seperti organisasi dari para umat,
kewajiban, serta hak-hak para warganya.

Kajian antropologi terkait agama bukan terkait kebenaran suatu agama, namun pendekatan
antropologi dalam mengkaji agama adalah suatu upaya untuk memahami agama dengan melihat
wujud praktik keagamaan. Kajian agama melalui tinjauan antropologi dapat diartikan sebagai salah
satu upaya untuk memahami agama dengan melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat. Dalam masyarakat agama memiliki fungsi, agama memiliki pengaruh
dalam membentuk struktur sosial, budaya, ekonomi, politik dan kebijakan umum. Dengan
pendekatan ini kajian studi agama dapat dikaji secara komprehensif melalui pemahaman atas makna
terdalam dalam kehidupan beragama di masyarakat. Kemudian dapat terlihat bahwa ada korelasi
antara agama dengan berbagai elemen kehidupan manusia (Rosidah, 2011).

Penelitian agama dalam pendekatan antropologi bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti wahyu,
melainkan meneliti manusia sebagai pelaku yang menghayati, meyakini, dan menjalankan perintah
(berperilaku) terhadap (ajaran) agama. Penelitian agama dalam pandangan ilmu sosial adalah
mengkaji bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial, berdasarkan fakta atau
realitas sosio-kultural ( Abdullah dan Karim, 1989:1).

Kesimpulan

Sistem berasal dari bahasa Latin (Systema) dan bahasa Yunani (Sustema)yang berarti suatu kesatuan
yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Religi berasal dari bahasa Latin (Religare
dan Relegare). Religare memiliki makna “suatu perbuatan yang memperhatikan kesungguh-
sungguhan dalam melakukannya”. Sedangkan Relegare memiliki makna “perbuatan bersama dalam
ikatan saling mengasihi”. Adapun unsur-unsur sistem religi diantaranya adalah : (a) Emosi
Keagamaan, (b) Sistem Keyakinan, (c) Sistem Upacara Keagamaan, dan (d)Suatu umat yang
menganut religi.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai