3. Berdiri
Rukun sholat jenazah yang ketiga adalah berdiri bagi yang mampu, meskipun ia
adalah laki-laki bocah atau perempuan yang sholat bersama laki-laki lain, dan meskipun
sholat jenazah akan berstatus sebagai sholat sunah bagi mereka berdua, karena
mempertahankan sholat fardu.
Apabila musholli tidak mampu berdiri maka ia sholat jenazah dengan posisi
duduk. Apabila ia tidak mampu duduk maka ia sholat dengan posisi tidur miring. Jika
tidak mampu tidur miring, maka ia sholat dengan tidur berbaring. Jika tidak mampu tidur
berbaring, maka ia sholat dengan berisyarat.
4. Membaca Fatihah
Rukun sholat jenazah yang ke 4 adalah membaca Fatihah atau gantinya ketika
musholli tidak mampu membaca fatihah. Membaca fatihah tidak harus dilakukan setelah
takbir pertama, oleh karena itu mushonif tidak mengqoyidi dengan membaca fatihah
setelah takbir pertama. Diperbolehkan mengosongkan kegiatan setelah takbir pertama dan
menggabungkannya dngan sholawat atas nabi. Atau menggabungkan di setelah takbir
ketiga atau setelah takbir keempat. Tetapi yang lebih utama di takbir pertama.
Apabila musholli sholat lalu membaca fatihah ia tidak boleh memutus bacaannya
dan mengaakhirkan takbir pertama.
Begitu juga, musholli tidak boleh membaca fatihah di rukun tertentu dan
meneruskan sebagiannya di rukun berikutnya. Karena perbuatan itu tidak ada landasanya.
Musholli membaca fatihah secara pelan meskipun ia melaksanakan fatihah di
malam hari karena dalil yang ada menjelaskan demikian.
Disunahkan berta’awudz sebelum membaca fatihah
Musholli tidak disunnahkan membaca iftitah dan surat karena sholat jenazah
didasarkan pada sifat meringankan.
5. Bersholawat
Rukun sholat jenazah yang ke 5 adalah bersholawat atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa
sallama setelah takbir kedua, karena ittibak. Oleh karena itu, tidak mencukupi bersholawat atas
beliau setelah selain takbir kedua.
Disebutkan di dalam kitab Syarah al-Minhaj bahwa kewajiban membaca sholawat
setelah takbir kedua adalah karena mengikuti perbuatan ulama salaf dan kholaf.
Selain itu, disunahkan juga bersholawat atas keluarga dan mendoakan kaum mukminin
dan mukminat setelah bersholawat atas keluarga dan membaca hamdalah sebelum bersholawat
atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama.
6. Mendoakan Mayit
Rukun sholat jenazah yang keenam adalah mendoakan mayit setelah takbir ketiga,
sehingga apabila mendoakan mayit dilakukan setelah selain takbir yang ketiga maka tidak
mencukupi.
Mendoakan mayit harus menggunakan doa yang berkaitan dengan kebaikan akhirat,
seperti (Ya Allah, sayangilah mayit) karena doa semacam itu akan bermanfaat bagi mayit sebab
ruhnya dilepaskan secara bebas di akhirat.
Dikutip dari kitab Syarah al-Bahjah al-Kabir, “Dalam Shohih Muslim dari Auf bin Malik
bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama mensholati mayit dan beliau berdoa;
ْ …للَّ ُه َّم
اغفِرْ لَ ُه َوارْ ح َم ُه َوعَافِ َواعْ فُ َع ْنه
Qulyubi berkata, “Setelah takbir keempat, musholli berkata; Ya Allah. Janganlah Engkau
cegah mayit dari pahala mensholatinya. Jangan Engkau sesatkan kami sepeninggalnya.
Ampunilah kami dan ia.
Hukum membaca doa ini tidak wajib,” karena tidak ada perkara yang diwajibkan setelah
takbir keempat. Apabila musholli mengucapkan salam setelah takbir keempat maka
diperbolehkan. Disunahkan memperlama takbir keempat seukuran lamanya takbir ketiga
sebelumnya.
7. Salam
Rukun sholat jenazah yang ketujuh adalah mengucapkan salam. Mengenai tata cara
salam, jumlahnya, dan tidak disunahkannya menambahi lafadz ‘ ُ‘ هُا َت َك َربـَوadalah sama seperti
salam dalam sholat-sholat lain.