Anda di halaman 1dari 3

Tata Cara Menyolatkan Mayit

Adapun untuk rukun sholat mayit itu ada 71 :


1. Niat
Berniat dalam sholat jenazah diwajibkan
1) Qosdu (menyengaja sholat)
2) Ta’yin (menentukan sholat jenazah)
3) Fardhiah (sifat kefarduan) meskipun tidak menyertakan kifayah
Dalam berniat, tidak disyaratkan menta’yin mayit yang hadir dengan namanya
atau selainnya dan tidak disyaratkan juga mengetahui mayit, tetapi cukup berniat dengan
menyertakan sesuatu yang dapat membedakan mayit. Cukup saja dengan niat sebagai
berikut :
‫ض كِ َفايٍَة‬
َ ‫ضا اَْو َف ْر‬
ِ
ً ‫الصاَل َة َعلَى َه َذا الْ َمْيت َف ْر‬
ّ ‫ت‬ ُ ْ‫َن َوي‬
‫ض كِ َفايٍَة‬
َ ‫ضا اَْو َف ْر‬
ِ
ً ‫صلَى َعلَْيه اِإْل َم ُام َف ْر‬
َ ‫الصاَل َة َعلَى َم ْن‬
ّ ‫ت‬ُ ْ‫َن َوي‬
ِ ِ‫ات الْمسل‬
‫م‬ ِ ‫ َنويت الصاَل َة علَى من حضر ِمن اَمو‬2
َ ‫ُ ْ نْي‬ َ ْ ْ ََ َ ْ َ َ ّ ُ ْ َ
Ataupun niat yang umum yang sering kita dengar seperti berikut untuk Laki-laki:

‫ض الْ ِك َفايَِة َمْأ ُم ْو ًما لِ ِله َت َعاىَل‬ ٍ ِ


َ ‫ُأصلِّي َعلَى َهذَا الْ َمْيت اَْربَ َع تَ ْكبِْيَرات َف ْر‬
َ
Untuk perempuan :

‫ض الْ ِك َفايَِة َمْأ ُم ْو ًما لِ ِله َت َعاىَل‬ ٍ ِ ِِ


َ ‫ُأصلِّي َعلَى َهذه الْ َمْيتَة اَْربَ َع تَ ْكبِْيَرات َف ْر‬
َ
Apabila Musholli menta’yin atau menentukan mayit dengan namanya semisal
Zaid, atau menentukan dengan jenis kelamin, semisal laki-laki, tetapi ia tidak
meneyertakan isyarat (ini) atasnya, dan ternyata ia keliru dalam menentukan, misalnya;
tenyata mayit adalah Umar atau mayit adalah perempuan, maka sholatnya dihukumi tidak
sah.
Berbeda dengan masalah apabila musholli menyertakan isyarat atas mayit,
semisal musholli berkata “aku berniat menyolati zaid ini…” tetapi ternyata mayitnya
umar, maka sholatnya dihukumi tetap sha larena taghlib atau memenangkan isyarat
tersebut dan penta’yin dengan nama mayit dihukumi sia-sia.
2. Melakukan empat kali takbir
Rukun sholat jenazah yang kedua adalah bertakbir sebanyak 4 kali karena
berdasarkan ketetapan perbuatan Rasulullah SAW saat menyolati mayit Najasyi.
Empat takbir tersebut mencakup takbiratul ihram. Jadi, masing-masing takbir
dihitung sebagai satu rukun tersendiri. Apabila musholli mengurangi empat takbir dari
awal sholat, semisal dia berniat mengurangi jumlah takbir, maka sholatnya tidak sah.
1
Syekh Salim ‘ibn Sumair al-Hadromiy, Safinat al-Naja Hal 103, (Karya Thoha Putra)
2
Syekh Muhammad Nawawi ibn Umar al-Jawi, Syarah Kasifat al-saja ala matan Safinat al-Naja Hal 103, (Karya
Thoha Putra)
Atau apabila musholli mengurangi empat takbir di akhir sholat, semisal ia salam sebelum
bertakbir empat kali, maka sholatnya menjadi batal.
Berbeda apabila musholli bertakbir lebih dari empat kali maka sholatnya tidak
batal sebab takbir yang lebih itu adalah dzikir sedangkan sholat tidak menjadi batal sebab
dzikir meskipun musholli meyakini kalua takbir itu termasuk rukun. Akan tetapi, ia tidak
apabila ia tidak memberi jeda antara mengangkat tangan sebelumnya dengan mengangkat
tangan berikutnya, maka sholatnya menjadi batal.
Apabila imam takbir lebih dari 4 kali maka tidak disunnahkan bagi ma’mum
mengikuti imamnya. Akan tetapi ma’mum boleh langsung mengucapkan salam ataupun
menunggu imam mengucapkan salam bersamanya. Menunggu imam di sini adalah lebih
utama karena sangat dianjurkan mutaba’ah(mengikuti imam). Dan apabila ma’mum
mengikuti imam dalam bertakbir lebih maka sholatnya tidak batal.
Diwajibkan membarengkan niat dengan takbir pertama yaitu takbiratul ihram.

3. Berdiri
Rukun sholat jenazah yang ketiga adalah berdiri bagi yang mampu, meskipun ia
adalah laki-laki bocah atau perempuan yang sholat bersama laki-laki lain, dan meskipun
sholat jenazah akan berstatus sebagai sholat sunah bagi mereka berdua, karena
mempertahankan sholat fardu.
Apabila musholli tidak mampu berdiri maka ia sholat jenazah dengan posisi
duduk. Apabila ia tidak mampu duduk maka ia sholat dengan posisi tidur miring. Jika
tidak mampu tidur miring, maka ia sholat dengan tidur berbaring. Jika tidak mampu tidur
berbaring, maka ia sholat dengan berisyarat.

4. Membaca Fatihah
Rukun sholat jenazah yang ke 4 adalah membaca Fatihah atau gantinya ketika
musholli tidak mampu membaca fatihah. Membaca fatihah tidak harus dilakukan setelah
takbir pertama, oleh karena itu mushonif tidak mengqoyidi dengan membaca fatihah
setelah takbir pertama. Diperbolehkan mengosongkan kegiatan setelah takbir pertama dan
menggabungkannya dngan sholawat atas nabi. Atau menggabungkan di setelah takbir
ketiga atau setelah takbir keempat. Tetapi yang lebih utama di takbir pertama.
Apabila musholli sholat lalu membaca fatihah ia tidak boleh memutus bacaannya
dan mengaakhirkan takbir pertama.
Begitu juga, musholli tidak boleh membaca fatihah di rukun tertentu dan
meneruskan sebagiannya di rukun berikutnya. Karena perbuatan itu tidak ada landasanya.
Musholli membaca fatihah secara pelan meskipun ia melaksanakan fatihah di
malam hari karena dalil yang ada menjelaskan demikian.
Disunahkan berta’awudz sebelum membaca fatihah
Musholli tidak disunnahkan membaca iftitah dan surat karena sholat jenazah
didasarkan pada sifat meringankan.
5. Bersholawat
Rukun sholat jenazah yang ke 5 adalah bersholawat atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa
sallama setelah takbir kedua, karena ittibak. Oleh karena itu, tidak mencukupi bersholawat atas
beliau setelah selain takbir kedua.
Disebutkan di dalam kitab Syarah al-Minhaj bahwa kewajiban membaca sholawat
setelah takbir kedua adalah karena mengikuti perbuatan ulama salaf dan kholaf.
Selain itu, disunahkan juga bersholawat atas keluarga dan mendoakan kaum mukminin
dan mukminat setelah bersholawat atas keluarga dan membaca hamdalah sebelum bersholawat
atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama.
6. Mendoakan Mayit
Rukun sholat jenazah yang keenam adalah mendoakan mayit setelah takbir ketiga,
sehingga apabila mendoakan mayit dilakukan setelah selain takbir yang ketiga maka tidak
mencukupi.
Mendoakan mayit harus menggunakan doa yang berkaitan dengan kebaikan akhirat,
seperti (Ya Allah, sayangilah mayit) karena doa semacam itu akan bermanfaat bagi mayit sebab
ruhnya dilepaskan secara bebas di akhirat.
Dikutip dari kitab Syarah al-Bahjah al-Kabir, “Dalam Shohih Muslim dari Auf bin Malik
bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama mensholati mayit dan beliau berdoa;
ْ ‫…للَّ ُه َّم‬
‫اغفِرْ لَ ُه َوارْ ح َم ُه َوعَافِ َواعْ فُ َع ْنه‬
Qulyubi berkata, “Setelah takbir keempat, musholli berkata; Ya Allah. Janganlah Engkau
cegah mayit dari pahala mensholatinya. Jangan Engkau sesatkan kami sepeninggalnya.
Ampunilah kami dan ia.
Hukum membaca doa ini tidak wajib,” karena tidak ada perkara yang diwajibkan setelah
takbir keempat. Apabila musholli mengucapkan salam setelah takbir keempat maka
diperbolehkan. Disunahkan memperlama takbir keempat seukuran lamanya takbir ketiga
sebelumnya.
7. Salam
Rukun sholat jenazah yang ketujuh adalah mengucapkan salam. Mengenai tata cara
salam, jumlahnya, dan tidak disunahkannya menambahi lafadz ‘ ُ‫‘ هُا َت َك َربـَو‬adalah sama seperti
salam dalam sholat-sholat lain.

Anda mungkin juga menyukai