Disusun oleh:
Kelompok 6
Dosen Pengampu:
1441 H/2020
Filsafat Nilai |1
Suatu proposisi itu cenderung benar jika proposisi itu coherent (saling
berhubungan) dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau jika arti yang
dikandung oleh proposisi coherent dengan pengalaman kita. Bakhtiar sebagai
1
Hamdan Akromullah, “Arti Nilai Dalam Seni”, Jurnal Institut Seni Indonesia Padang Panjang,
hlm.16
2
René Descartes, juga dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literatur berbahasa Latin,
merupakan seorang filsuf dan matematikawan Prancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la
méthode dan Meditationes de prima Philosophia. Rene Descartes sering disebut sebagai bapak filsafat
modern.
3
http://ramdan-linguis.blogspot.com/2016/07/skeptisisme-subjektivisme-dan.html (Diakses
pada tanggal 19 Juni 2020 03.00 WIB)
Filsafat Nilai |2
nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar
normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Dalam
Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan
value and valuation.6
2. Polemik antara Meinong dan Enrenfels
Meinong7 adalah orang pertama yang menyatakan penafsiran
subjektivistis tentang nilai, yaitu dalam karyanya yang berjudul
Psychological-ethical Inquiry into a Theory of Value. Tesis utamanya adalah
objek itu memiliki nilai sejauh objek memiliki kemampuan untuk
memberikan dasar efektif bagi sentimen nilai. Dengan kalimat yang lain,
dapat juga dikatakan bahwa menurutnya sesuatu itu memiliki nilai ketika
sesuatu itu dapat menyenangkan manusia.8
Christian von Ehrenfels9 memiliki pendapat yang berbeda dari pendapat
di atas. Menurutnya, apabila pendapat Meinong tersebut diterima, maka
hanya benda yang ada (exist) saja yang memiliki nilai. Padahal
kenyataannya, manusia sering menilai hal-hal yang tidak eksis seperti
keadilan sosial dan kebaikan moral. Menurut Ehrenfels, dasar nilai tidak
ditemukan di dalam sensasi kenikmatan atau kecocokan tetapi di dalam
kawasan nafsu atau hasrat. Segala sesuatu yang didambakan dengan
demikian akan bernilai karena manusia menghasrati atau mendambakannya.
Namun demikian, Meinong, tidak tinggal diam dengan keberatan yang
diajukan oleh sahabatnya tersebut. Menurutnya, nilai suatu objek terkandung
di dalam kemampuannya untuk menentukan sensasi subjek, bukan hanya
berdasarkan atas eksistensi objek, melain kan juga berdasarkan pada
ketidakeksisannya.
6
Totok Wahyu Abadi, “Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika”…, hlm. 190
7
Alexius Meinong, Ritter von Handschuchsheim adalah seorang filsuf Austria, seorang realis
yang dikenal dengan ontologi uniknya. Dia juga memberikan kontribusi pada filsafat pikiran dan teori
nilai.
8
Sumaryanto, Aksiologi Olahraga dalam perspektif pengembangan karakter bangsa,
(Yogyakarta: UNY Press, 2016), hlm. 17-18
9
Christian von Ehrenfels adalah seorang filsuf Austria, dan dikenal sebagai salah satu pendiri
dan perintis psikologi Gestalt. Christian von Ehrenfels lahir pada 20 Juni 1859 di Rodaun dekat Wina dan
dibesarkan di kastil ayahnya Brunn am Walde di Lower Austria
Filsafat Nilai |4
10
Sumaryanto, Aksiologi Olahraga dalam perspektif…, hlm. 19
11
Sumaryanto, Aksiologi Olahraga dalam perspektif…, hlm. 41-42
Filsafat Nilai |5
C. Subjektivisme
12
Sumaryanto, Aksiologi Olahraga dalam perspektif…, hlm. 43
13
Lorens Bagus, Kamus Filsafat cet-3, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, hlm 1067-1068.
14
Akhyar Yusuf Lubis, Epistemologi Fundasional cet-1 , (Bogor: Akademia, 2009), hlm 66.
15
Titus, Persoalan-persoalan Filsafat (terjemahan H.M. Rasjidi), (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
hlm 218.
16
Alfons Taryadi, Epistemologi Pemecahan Masalah, Menurut Karl R. Popper cet-2, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1991), hlm 92-93.
Filsafat Nilai |6
17
Alfons Taryadi, “Epistemologi Pemecahan.., hlm 112-113.
18
Lorens Bagus, Kamus Filsafat cet-3, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, hlm. 1029
19
Http://aliflukmanulhakim.wordpress.com/2008/09/07/skeptisisme-subjektivisme-dan-
relativisme/ (Diakses 18 Juni 2020 09.00 WIB)
Filsafat Nilai |7
c. Hanya apa yang tersajikan secara jelas dan bernas dalam pikiran sajalah
yang dapat diterima, karena tidak ada keraguan lagi
d. Hal di atas hanya dapat dilakukan melalui intuisi: langsung, simpel, self-
evident
e. Itulah pengertian mutlak menurut Descartes bagi segala hal
f. Pengertian yang jelas dan bernas/terpilah-pilah
Aturan yang kedua yaitu perincian dan pelarutan, yakni:
a. Membagi-bagi persoalan yang diteliti menjadi bagian-bagian sebanyak
mungkin
b. Pengertian yang baru harus didasarkan pada pengertian yang telah lebih
dahulu diketahui secara clear dan distinct
c. Jadi, harus ada pertautan antara pengertian yang baru dan pengertian yang
lebih dulu
d. Intinya, pengertian-pengertian tersebut harus berjalin-kelindan
D. Kesimpulan
Subjektivisme sebagai aliran yang mewakili subjek sebagai titik tolak dalam
nilai, menegaskan bahwa nilai-nilai, seperti kebaikan, kebenaran, keindahan, tidak ada
dalam real objektif, melainkan merupakan perasaan-perasaan, sikap-sikap pribadi, dan
merupakan penafsiran atas kenyataan. Di lain pihak objektivisme, sebagai aliran yang
mendukung objek sebagai titik tolak dalam nilai, menegaskan bahwa nilai-nilai,
kebaikan, kebenaran, keindahan, ada dalam dunia nyata dan dapat ditemukan sebagai
entitas-entitas, kualitas-kualitas, atau hubungan nyata dalam bentuk yang sama
sebagaimana dapat ditemukan objek-objek, kualitas-kualitas, atau hubungan-hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Totok Wahyu. 2016. “Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika”, KANAL
(Jurnal Ilmu Komunikasi), Vol. 4 No. 2.
Akromullah, Hamdan. “Arti Nilai Dalam Seni”. Jurnal Institut Seni Indonesia Padang
Panjang.
Bagus, lorens. 2002. Kamus Filsafat cet ke-2. (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama).
…………. 2002. Kamus Filsafat cet-3. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).
Bakhtiar, Amsal. 2012. Filsafat Ilmu, Edisi Revisi. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada).
Http://aliflukmanulhakim.wordpress.com/2008/09/07/skeptisisme-
subjektivisme-dan-relativisme/ (Diakses 18 Juni 2020 09.00 WIB)
http://ramdan-linguis.blogspot.com/2016/07/skeptisisme-subjektivisme-
dan.html (Diakses pada tanggal 19 Juni 2020 03.00 WIB)
Http://yosepsetiawan007.blogspot.com/2017/-3/makalah-filsafat-nilai-
permualaaan.html?m=1/ (Diakses 18 Juni 2020 09.00 WIB)
Lubis, Akhyar Yusu. 2009. Epistemologi Fundasional cet-1. (Bogor:
Akademia).
Sumaryanto. 2016. Aksiologi Olahraga dalam perspektif Pengembangan Karakter
Bangsa. (Yogyakarta: UNY Press).
Taryadi, Alfons. 1991. Epistemologi Pemecahan Masalah, Menurut Karl R.
Popper cet-2. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).
Titus. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat (terjemahan H.M. Rasjidi). (Jakarta:
Bulan Bintang).