Kelompok 6:
SINTA WAHYUNI
NELVIA SUSMITA
RIA AGUSTINA
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, S. Pd., M. Pd.
1|Page
Hakikat Nilai (Filsafat)
Inti filsafat adalah berpikir, dan berpikir adalah sebuah tindakan manusia
peta pemahaman yang luas dan berliku-liku di dalam upaya memahami arti
Filsuf rasionalis akan mendekati arti filsafat itu dari sudut rasio. Menurut
mereka, filsafat adalah sebuah proses berpikir rasional, baik dalam rangka
lengkap tentang seluruh realitas. Filsuf naturalis, di sisi lain, akan meletakkan
(gejala) dan fakta alam (cosmos) dari aspek keberadaan (eksistensi) fenomena
tersebut.
Filsuf bahasa akan menjelaskan arti filsafat dari sisi analisis kebahasaan
untuk mencapai kejelasan makna kata dan konsep-konsepnya. Para mistikus dan
membaca logika alam atau tanda-tanda untuk menentukan atau meramalkan arah
kecenderungan hari esok. Filsuf kritis akan memandang filsafat sebagai sebuah
2|Page
pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan. Filsuf idealis,
sebaliknya, akan mengartikan filsafat sebagai hal yang ideal yang terlepas dari
mengenai filsafat. Jelasnya, bila kita hendak memperlajari filsafat, ada dua hal
yang patut diperhatikan; pertama, filsafat sebagai metode, dan kedua, filsafat
kajian nilai dalam ilmu Filsafat berkaitan dengan kajian aksiologi terhadap
sesuatu hal (Sadulloh, 2007). Kata aksiologi barasal dari bahasa Yunani “axios”
dan dalam bahasa Inggris “axiology”; yang artinya layak; pantas; nilai, dan
yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang
Aksiologi mengkaji tentang nilai, dan teori nilai tersebut dibagi menjadi
dua yaitu etika dan estetika. Makalah ini akan membahas tentang pengertian
aksiologi, nilai, etika dan estetika. Aspek aksiologi merupakan aspek yang
membahas tentang untuk apa ilmu itu digunakan. Menurut Bramel, dalam aspek
3|Page
aksiologi ini ada Moral conduct, estetic expresion, dan sosioprolitical. Setiap ilmu
bisa untuk mengatasi suatu masalah sosial golongan ilmu. Namun, salah satu
tersebut. Moral adalah hal yang paling susah dipahami ketika sudah mulai banyak
nilai yang mencakup: hakikat nilai, tipe nilai, kriteria nilai, status metafisika nilai.
Ada beberapa teori yang berbicara tentang hakikat nilai antara lain:
pencapaian kesenangan.
yang didasarkan pada akal rasional. Berdasarkan teori ini nilai itu berari
mencapai tujuan.
4|Page
baik atau keliru diharapkan atau tidak diharapkan, positif atau negative,
Dari beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai adalah
sesuatu yang berharga yang diidamkan setiap insan. Berharga dalam hal ini adalah
jika memiliki kegunaan atau manfaat bagi kehidupan manusia. Dengan demikian
bila nilai dihubungkan dengan ilmu, maka ilmu dapat dikatakan bernilai karena
3. Karakteristik Nilai
Ada bebeberapa karakteristik yang berkaitan dengan teori nilai, yaitu nilai
subjektif apabila nilai tersebut memiliki preferensi abadi, dikatakan baik karena
dinilai seseorang.
Nilai dikatakan absolut atau abadi apabila nilai yang berlaku sekarang
sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta absah sepanjang
masa, serta akan berlaku bagi siapa pun tanpa memperhatikan ras dan kelas
social. contohnya nilai kasih saying, Allah Maha Pengampun. Nilai dikatakan
5|Page
akal rasional atau suatu kepercayaan yang kuat sesuai dengan harapan dan
Berbicara tentang fakta, ini berarti sesuatu yang ada atau yang sedang berlangsung
dan berbicara mengenai nilai, ini berarti sesuatu yang berlaku, sesuatu yang
memikat. Perbandingan antara fakta dan nilai dapat diilustrasikan dengan contoh
kasus gunung meletus, fakta melukiskan kejadian gunung meletus dengan data-
data objektif. Sedangkan nilai melukiskan kejadian gunung meletus sebagai objek
penilaian.
Contoh kesimpulan sederhana yang bisa diambil dari kasus di atas adalah,
bagi wartawan foto yang hadir di tempat letusan gunung itu merupakan
kesempatan emas (nilai) untuk mengabdikan kejadian langka yang jarang bisa
dapat disaksikan. Tim pencinta alam yang datang dari jauh dan berencana
mendaki (nonnilai).
antara fakta dan nilai. Nilai selalu berkaitan dengan penilaian seseorang,
sedangkan fakta menyangkut ciri-ciri objektif saja. Yang perlu ditekankan adalah
Mengutip dari Bertens (2002) maka dapat dibuat kesimpulan bahwa nilai
6|Page
1. Nilai berkaitan dengan subjek. Kalau tidak ada subjek yang menilai, maka
sesuatu. Dalam pendekatan yang semata-mata teoritis, tidak akan ada nilai.
Menurut Bagus (2005), dalam wacana aksiologi terdapat tiga macam teori
Teori ini merupakan teori nilai yang menyatakan bahwa nilai-nilai, seperti
7|Page
pribadi, yang dikondisikan oleh lingkungan dan kebudayaan, atau
penilaian seperti, benar atau salah, baik atau buruk, tepat atau tidak tepat,
tidak tepat diterapkan pada nya; dan 4) bahwa tidak ada, dan tidak dapat
4. Tingkatan Nilai
1. Kaum idealis
nilai spiritual lebih tinggi daripada nilai non spiritual (nilai material).
2. Kaum realis
Kaum realis menempatkan nilai rasional dan empiris pada tingkatan atas,
3. Kaum pragmantis
instrumental.
8|Page
Menurut Scheler dalam Suseno (2000), ada empat gugus nilai atau
tingkatan nilai yang mandiri dan jelas perbedaannya antara yang satu dengan yang
1. Gugus nilai yang pertama dan yang paling rendah adalah segala nilai
yang mana gugus nilai ini dalam arti perasaan badani. Nilai-nilai
dan sakit.
2. Gugus nilai yang kedua, yaitu nilai-nilai disekitar “perasaan vital”, yang
dan “yang kasar”, yang “kuat” dalam arti kesehatan fisik, dan yang
segala macam perasaan “hidup naik daun” atau “menurun”, perasaan sehat
3. Gugus nilai yang ketiga, yaitu nilai-nilai rohani yang mana nilai-nilai
rohani tidak lagi bergantung pada dimensi ketubuhan. Nilai rohani itu
1) Nilai-nilai estetis, yaitu nilai di sekitar “yang indah” dan “yang jelek”.
dan “tidak dapat dibenarkan”, yaitu nilai-nilai seperti adil dan tidak
adil.
9|Page
3) Nilai-nilai pengetahuan murni, pengetahuan demi pengetahuan. Dalam
4. Gugus nilai yang keempat dan tertinggi adalah nilai-nilai sekitar “yang
kudus” (das Heilige) dan “yang profan” (das unheilige). Di sini termasuk
5. Jenis-jenis Nilai
1. Etika
Istilah etika berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti adat kebiasaan.
Dalam istilah lain etika disebut dengan moral (Yunani) yang berarti kebiasaan.
Walaupun antara etika dan moral terdapat perbedaan, tetapi para ahli tidak
arti yang sama. Menurut Salam (2000) mengemukakan bahwa etika itu
mempelajari tentang pola tingkah laku manusia yang dinilai baik dan buruk.
Menurut Sudarsono (2001) etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan
perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami manusia. Nilai-nilai luhur
dalam etika yang bersifat universal antar lain kejujuran, kebaikan, kebenaran,
10 | P a g e
Walaupun etika mempelajari serta mempersoalkan prilaku manusia,
adalah pada masalah dan fungsinya. Pada psikologi, antropologi and sosiologi
tentang tingkah laku manusia sementara etika menilai . Sedangkan etika tidak
berhubungan dengan deskripsi dan penjelasan tingkah laku manusia beserta latar
Dapat disimpulkan, karena etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat jika
dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan atau nilai-
nilai kesusilaan manusia, sementara objek materialnya adalah tingkah laku dan
perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar, sehingga dapat dikatakan bahwa
etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di
dalam suatu kondisi normatif, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.
2. Estetika
“Estetika adalah mempelajari pola cita rasa yang dinilai indah (estetis) dan
estetika adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Salah satu pernyataan mengenai
11 | P a g e
estetika dirumuskan oleh Bell dalam Pratiwi (2009) “Keindahan hanya dapat
ditemukan oleh orang dalam dirinya sendiri telah memiliki pengalaman sehingga
dapat mengenali wujud bermakna dalam satu benda atau karya seni tertentu
dasar yang kuat yang bersifat matematis untuk moral, politik hingga estetika. Pada
dikaitkan dengan tolak ukur lain seperti fungsi efisiensi yangmemberi kepuasan,
berharga bagi dirinya snediri pada cirinya sendiri dan pada tahap kesadaran
Sesuatu bersifat indah jika menyenangkan mata si pengamat namun disamping itu
objek estetik dan pemahaman terhadap manusia sebagai subjek yang mengamati
estetik dan subjek yang mengamati serta dengan tolak ukur fungsi efisiensi yang
12 | P a g e
KESIMPULAN
kegunaan ilmu, yang mana aksiologi menitik beratkan pembahasan kepada nilai,
dan pembahasan seputar nilai dari sebuah ilmu. Dalam aksiologi dibicarakan
tentang kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia dan juga nilai-nilai
bersifat ide dan karena itu ia abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indra.
Yang dapat ditangkap dari aspek aksiologis adalah materi atau tingkah laku yang
mengandung nilai. Terdapat tiga macam teori mengenai nilai, dijabarkan sebagai
Teorirelatifisme nilai.
mengaruskan visi etik yang tepat untuk diaplikasikan. Manusia dengan ilmu
pertimbangannya tidak hanya pada apa yang dapat diperbuat oleh manusia. Yang
lebih penting pada konteks ini adalah perlunya pertimbangan etik apa yang harus
konsep etika dalam ilmu idealnya harus sampai pada rumusan normative yang
dilakukan. Jika hanya rumusan berada pada dataran etika yang abstrak, akan
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Salam, Burhanuddin. (2000). Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta:
Rineka Cipta.
14 | P a g e