OLEH:
BAMBANG (220830211012)
NUR FITRIYAH (220830211016)
PRIYATNO EDY KUNCORO (220830211017)
M. AFIF LILLAH (220830201028)
S3 ILMU MANAJEMEN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2023
1. LATAR BELAKANG
1
Sony, 2020, Pentingnya Melawan Pelanggaran Etika Bisnis di Era Digital (ugm.ac.id)
2
Frunza, Sandu, 2017, META: RESEARCH IN HERMENEUTICS, PHENOMENOLOGY, AND PRACTICAL PHILOSOPHY
VOL. IX, NO. 1 / JUNE 2017: 284-299, ISSN 2067-3655, Www.Metajournal.Org
3
Garg, Garima, 2003, Transformational Leadership and Organizational Structure: The Role of Value-Based
Leadership, In S. Bhargava (Ed.), Transformational leadership: Value-based management for Indian organizations
2. TUJUAN
Mempelajari konsep-konsep penting aksiologi, Inovasi dan Etika kepemimpinan.
1. Aksiologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)iv, aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, atau kajian tentang nilai, khususnya etika. Secara
etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdekat dari dua kata yaitu axios
yang berarti layak atau pantas dan logos yang berarti ilmu atau studi mengenai." Menurut
Zaprulkhan(2018) v pengertian secara etimologis tersebut paling tidak ada beberapa makna
terminologis aksiologi, yaitu:
a. Aksiologi merupakan analisis nilai-nilai. Maksud dari analisis ini ialah membatasi arti,
ciri-ciri, asal, tipe, kriteria dan status epistemologis dari nilai-nilai itu.
b. Aksiologi merupakan studi yang menyangkut teori umum tentang nilai atau suatu studi
yang menyangkut segala yang bernilai.
c. Aksiologi adalah studi filosofi tentang hakikat-hakikat nilai. Pertama mengenai hakikat
nilai ini dapat dijawab dengan tiga macam cara: orang dapat mengatakan bahwa: (1)
nilai sepenuhnya berhakikat subjektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai-nilai
merupakan reaksi-reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai pelaku. Pengikut teori
idealisme subjektif (positivisme logis, emotivisme, analisis linguistik dalam etika
menganggap nilai sebagai sebuah fenomena kesadaran dan memandang nilai sebagai
pengungkapan perasaan psikologis, sikap subjektif manusia kepada objek yang
dinilainya. Dapat pula orang mengatakan (2) nilai-nilai merupakan kenyataan, namun
tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai merupakan esensi-esensi logis dan
dapat diketahui melalui akal. Akhirnya orang dapat mengatakan bahwa (3) nilai-nilai
merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.
Secara historis, aksiologi atau teori umum tentang nilai bermula dari perdebatan Alexius
Meinong dengan Christian von Ahrenfels pada tahun 1890-an berkaitan dengan sumber nilai.
Meinong memandang bahwa sumber nilai adalah perasaan (feeling), atau perkiraan, atau
kemungkinan adanya kesenangan terhadap suatu objek. Ehrenfels (juga Spinoza) melihat
bahwa sumber nilai adalah hasrat atau keinginan (desire). Suatu objek menyatu dengan nilai
melalui keinginan aktual atau yang kemungkinan, artinya suatu objek memiliki nilai karena ia
menarik. Menurut kedua pendapat tersebut, nilai adalah milik objek itu sendiri."
Sampai di sini, muncul pertanyaan: Apakah nilai itu sebenarnya? Secara bahasa, nilai berasal
dari bahasa Latin Valere yang berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, atau kuat.
Dari sini, nilai dapat berarti harkat yakni kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat
disukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. Namun, nilai juga bisa
bermakna keistimewaan yakni apa yang dihargai, dinilai tinggi atau dihargai sebagai suatu
kebaikan
Akan tetapi, teori ini mendapat kritik tajam. Sebab pandangan ini secara keliru
menyamakan nilai objektif dengan penilaian pribadi subjek, khususnya dengan perasaan-
perasaan subjek. Oleh karena itu, relativisme jatuh ke dalam subjektivisme nilai. Menurut
teori ini, setiap individu (subjek) menentukan nilai-nilainya sendiri. Menurut Nietzsche,
"penguasa penguasa dunia" menentukan nilai-nilai bagi umat manusia pada umumnya dan
bagi berbagai bangsa pada khususnya. Sudah pasti terdapat nilai-nilai yang dapat berubah
yang berlaku dalam masyarakat manusiawi nilai- nilai yang pertama kali ditentukan oleh
manusia-manusia sendiri. Namun, nilai-nilai fundamental eksistensi insani niscaya ada
karena struktur hakiki manusia dan Ada. Karena alasan ini nilai-nilai memperoleh kesahihan
mutlak, tidak dapat berubah."
Dengan alasan inilah, sebagian filsuf menyatakan dengan tegas bahwa nilai adalah esensi
nontemporal dan hierarkis sifatnya.
Behaviorisme yang berasal dari psikologi terus diadopsi oleh berbagai cabang ilmu dalam
ilmu-ilmu sosial, tidak terkecuali manajemen dan administrasi. Dalam konteks
kepemimpinan, teori perilaku merupakan teori yang paling menonjol karena teori ini
memadukan seluruh pandangan teori yang sudah ada, baik dari pendekatan sosiologis,
psikologis, politis, seni, tradisi maupun dilihat dari pendekatan manajemen.
Superioritas seorang pemimpin akan menentukan terbentuknya sikap taat dari seluruh
bawahannya. Jika seorang pemimpin kurang berwibawa, kurang tegas, dan kurang
ditunjang oleh pengetahuan tentang kepemimpinan, bawahan akan meremehkan semua
instruksinya dan menyepelekan kebijakan yang ditetapkan. Oleh karena itu, kepemimpinan
memerlukan keterampilan dan keahlian untuk menggerakkan orang lain.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai manifestasi dari pengaruh yang melekat pada
jiwanya. Pengaruh tersebut ada yang dibentuk oleh persyaratan formal dan ada yang
merupakan pembawaan jiwanya. Pembentukan pengaruh kepemimpinan bersifat natural,
tidak diciptakan, dan merupakan bakat bawaan yang telah melekat dengan sendirinya. Ada
pula yang dibentuk secara struktural karena berdasarkan permainan politik yang oleh
landasan legal formal atau peraturan perundangan yang diatur berlaku.
Terdapat pandangan lain, yaitu Joan Fontrodona (2013) 4 Sepintas mungkin tampak bahwa
inovasi dan etika adalah dua konsep yang berlawanan. Etika memiliki unsur preskriptif. Ini
menetapkan apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan, dan karena itu membatasi ruang
lingkup tindakan kita. Sebaliknya, inovasi mengarah pada melakukan sesuatu secara
berbeda, memecahkan cetakan, mengatasi hambatan. Dalam pengertian ini, mungkin ada
orang-orang yang akan percaya bahwa etika dapat membatasi inovasi. Tetapi pandangan itu
salah menafsirkan apa itu etika. Etika tidak dapat direduksi menjadi pandangan legalistik
tentang perilaku manusia, apalagi menjadi pandangan negatif yang mendefinisikan etika
sebagai daftar larangan. Pandangan etika yang positif dan komprehensif akan membuat kita
menyadari bahwa etika dan inovasi terkait erat: bahwa inovasi – seperti aktivitas manusia
lainnya – berakar kuat pada etika, dan bahwa etika menginspirasi dan mendorong inovasi.
Inovasi membutuhkan partisipasi dari bidang etika, karena semua kemajuan teknis, ilmiah –
bahkan spekulatif – menimbulkan pertanyaan baru dengan dimensi etis. Kemajuan teknis
adalah aspek kemajuan manusia yang, dengan demikian, mencakup banyak dimensi lain
(budaya, moral, sosial, dll). Dalam banyak kasus, kemajuan teknis akan berkontribusi pada
pembangunan manusia yang komprehensif. Dalam kasus ini, mendorong penggunaan
kemajuan teknis untuk kemajuan manusia. Tetapi pada kesempatan tertentu kemajuan
teknis akan bertentangan dengan aspek lain dari visi komprehensif kemajuan manusia.
Kemajuan sejati diakui ketika, untuk alasan yang berkaitan dengan kemajuan manusia yang
komprehensif (dengan kata lain, untuk alasan etis), bersedia membatasi penggunaan
kemajuan ilmiah atau teknologi tersebut karena alasan lain yang lebih penting,
membenarkannya. Ini adalah prinsip hebat lain yang ditawarkan etika untuk inovasi: "tidak
semua yang secara teknis mungkin dapat diterima secara etis." Inovasi tidak dapat
diimplementasikan dengan segala cara.
Kinerja keuangan yang positit/laba merupakan ukuran keberhasilan bagi suatu perusahaan.
Untuk mendapatkan catatan kinerja keuangan pelaku usaha melakukan bermacam cara
untuk mendapatkan laporangan kinerja keuangan yang positif, salah satu contohnya adalah
PT Garuda Indonesia.
4
Joan Fontrodona (2013) The Relation Between Ethics and Innovation
Social Innovation, ISBN : 978-3-642-36539-3
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) yang berhasil membukukan laba bersih
US$809 ribu pada 2018, berbanding terbalik dari 2017 yang merugi US$216,58 juta menuai
polemik. Dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk
mendatangani laporan keuangan 2018.
Keduanya menolak pencatatan transaksi kerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi)
dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan.
Pasalnya, belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata hingga akhir 2018.
Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94 juta terlalu
signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari
kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya
masih merugi US$244,96 juta.
Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai kabar penolakan
laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan kode GIAA itu
merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama.
Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari sebelumnya Rp500 per
saham.
7. IMPLEMENTASI NILAI DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK, PT PERMATA
HATI MATARAM.
Rumah Sakit Ibu dan Anak, PT Permata Hati Mataram merupakan rumah sakit yang khusus
memberikan pelayanan kepada Ibu dan Anak. Komitmen pelayanan dan nilai perusahaan
yang kuat tercermin pada motto “Ramah, Nyaman, dan Terjangkau”. Ramah, seluruh
jajaran rumah sakit menunjukkan sikap ramah dalam pelayanan kepada pasien. Keramahan
pada pasien didukung oleh fasilitas rumah sakit dan lingkungan yang nyaman sejak pasien
masuk sampai pulang kembali ke rumah. Bahkan rumah sakit memiliki pelayanan khusus
untuk mengantar pasien sampai ke rumah. Keramahan dan kenyamanan yang diterima oleh
pasien dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Rumah sakit dalam aktivitas sosial mengeluarkan biaya CSR secara rutin dalam bentuk
bantuan kepada yayasan dan bantuan untuk peserta BPJS Ketenaga kerjaan bagi lingkungan
masyarakat sekitar yang memeiliki pekerjaan rentan. Atas hal tersebut, RSIA Permata Hati
mendapatkan award dari BPJS TK sebagai salah satu pemenang best CSR for corporate.
1. Aksiologi menjadi sangat penting untuk standar evaluasi perkembangan nilai dan etika
yang dianut oleh umat manusia sebagai pengawal perkembangan teori kepemimpinan
dalam organisasi;
2. Obyektivitas, subyektivitas dan relativas nilai dapat disikapi sebagai perbedaan yang
saling menguatkan dalam interaksi manusia;
3. Inovasi membutuhkan partisipasi dari bidang etika sebagai respon atas naluri manusia
untuk selalu berkembang. Pengaturan Etika tidak boleh dilihat sebagai daftar larangan
namun harus dipandang sebagai sumber inspirasi dan variabel pendorong.
4. Nilai dan etika yang dibahas adalah pemikiran mengenai aksiologi, inovasi dan etika
manajemen yang merujuk pada pandangan barat yang mencoba memahami keunikan
manusia dalam berperilaku sebagai individu maupun anggota kelompok
organisasi/perusahaan.
Gagasan dan usulan yang purna untuk nilai, etika dan kepemimpinan adalah dengan
menerapkan Kepemimpinan profetik.5
5
Fida Tazkiyah 1 , Helli Ihsan2*, Muhammad Ariez Musthofa, Prophetic Leadership Scale’s Validation and the
Tendency of Normative Response, Jurnal Psikologi Islam dan Budaya Edisi Oktober 2020, Vol.3, No.2 ISSN online
2615-8183 / print 2615-8191
perspective dalam kepemimpinan autentik karena dimensi-dimensi tersebut merujuk
pada sikap keseimbangan nilai nilai dalam diri dan tekanan dari kelompok untuk dapat
mengambil keputusan atau memecahkan masalah
i
Sony, 2020, Pentingnya Melawan Pelanggaran Etika Bisnis di Era Digital (ugm.ac.id)
ii
Frunza, Sandu, 2017, META: RESEARCH IN HERMENEUTICS, PHENOMENOLOGY, AND PRACTICAL PHILOSOPHY VOL. IX,
NO. 1 / JUNE 2017: 284-299, ISSN 2067-3655, Www.Metajournal.Org
iii
Garg, Garima, 2003, Transformational Leadership and Organizational Structure: The Role of Value-Based Leadership, In S.
Bhargava (Ed.), Transformational leadership: Value-based management for Indian organizations (pp. 82-100), Response
Books (Sage Publications), New Delhi (2003)
iv
Arti kata aksiologi - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online
v
Zaprulkhan, 2018, Filsafat Ilmu, sebuah Analisis Kontemporer. Rajawali Press
vi
Filsafat Aksiologi, 2019 Halaman 1 - Kompasiana.com
vii
Ahmad, Beni Saebani, 2012, Filsafat Manajemen, Pustaka Setia Bandung.