Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM

MOTIF

DISUSUN OLEH :
EMITHAVIA P
AMELIA NOVITA GOSAL
RUSDINI
KEZIA KARTIKA

SASTRA INGGRIS
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH.
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN MOTIF..
B. ..
BAB III PEMBAHASAN
A.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN.
B. SARAN..

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita semua panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kita dapat membaca makalah ini, untuk kemudian
di pelajari dalam kehidupan sehari-hari para pembaca.
Salah satu pembahasan dalam makalah kami adalah tentang Bayangan dan Fantasi .
Dengan adanya makalah yang telah disusun oleh kelompok kami, kedepannya diharapkan
agar orang orang dapat lebih memahami definisi masing masing dan mampu dimengerti,
menerapkan secara positif dalam kehidupan sehari hari.Akhirnya, setelah melalui proses

pencarian dan pemahaman,kini dapat terlesaikan pembuatan makalah ini, semoga


bermanfaat bagi kita semua.
Wassalam
Kelompok III

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motif berasal dari bahas latin movere yang berarti bergerak atau to move
( Branca, 1964 ). Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri organism yang mendorong untuk berbuat atau
merupakan driving force.
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong perilaku kearah tujuan. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa motivasi itu mempunyai 3 aspek yaitu :
1. Keadaan terdorong dalam diri organisme yaitu kesiapan bergerak
karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan
lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan.
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini.
3. Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui pengertian motif
Untuk mengetahui motif sebagai inferensi,eksplanasi dan prediksi
Untuk mengetahui lingkaran motivasi
Untuk mengetahui teori-teori motivasi
Untuk Untuk mengetahui Teori-teori konflik

Untuk mengetahui penyebab konflik


Untuk mengetahui jenis-jenis konflik
Untuk mengetahui akibat konflik
. mengetahui jenis-jenis motif

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Motif
Motif berasal dari bahas latin movere yang berarti bergerak atau to move . Karena itu motif
diartiakan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang mendorong untuk berbuat
atau merupakan driving force. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme
yang mendorong perilaku kea rah tujuan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motivasi
itu mempunyai 3 aspek yaitu :
1. Keadaan terdorong dalam diri organism yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya
kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir dan
ingatan.
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini.
3. Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut. ( Branca, 1964 ).

B. Motif sebagai inferensi,eksplanasi dan prediksi

Suatu hal yang penting berkaitan dengan motif ini ialah bahwa motif itu tidak dapat
diamati secara langsung. Tetapi motif dapat diketahui atau terinferensi dari perilaku, yaitu
apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat oleh seseorang. Dari hal hal tersebut dapat
diketahui tentang motifnya. Dengan kesimpulan orangmempunyai alat yang baik untuk
mengadakan eksplanasi mengenai perilaku.
Motif juga membantu seseorang untuk mengadakan prediksi tentang perilaku. Apabila orang
dapat menyimpulkan motif dari perilaku seseorang dan kesimpulan tersebut benar, maka orang
dapat memprediksi tentang apa yang akan diperbuat oleh orang yang bersangkutan dalam waktu
yang akan datang.

C. LINGKARAN MOTIVASI
Pada umumnya motivasi mempunyai sifat siklas ( melingkar ), yaitu motivasi timbul, memicu
perilaku tertuju kepada tujuan ( goal ), dan akhirnya setelah tujuan ( goal ) tercapai motivasi itu
berhenti. Tetapi itu akan kembali ke keadaan semula apabila ada sesuatu kebutuhan lagi. Pada
tahap pertama timbulnya keadaan pemicu ( driving state ). Istilah drive dorongan atau picu
biasanya digunakan bila motiv yang timbul itu berdasarkan kebutuhan biologis atau fisiologis.
Drive timbul dapat karena organism itu merasa ada kekurangan dalam kebutuhan ( needs ).
Untuk memahami motif pada manusia dengan lebih tuntas, ada faktor lain yang berperan dalam
siklus motif tersebut, yaitu faktor kognitif. Seperti diketahui bahwa kognitif merupakan proses
mental seperti berpikir, ingatan, persepsi. Dengan berperannya fakor kognitif dalam siklus motif,
maka driving state dapat dipicu oleh pikiran ataupun ingatan.
D. TEORI-TEORI MOTIF
Seperti telihat dalam siklus, motif atau driving state dapat timbul karena stimulus internal,
stimulus eksternal, ataupun interaksi antara keduanya. Mengenai motif ini ada beberapa teori
yang diajukan yang member gambaran tentang seberapa jauh peranan dari stimulus internal dan
eksternal. Teori teori tersebut adalah :
1. Teori insting ( instinct theory)
2. Teori dorongan ( drive theory )
3. Teori insentif ( insentive theory )

4. Teori atribusi
5. Teori kognitif. ( Crider,dkk.1983 ).
E. JENIS-JENIS MOTIF
1.

Motif Fisiologis

Dorongan atau motif fisiologis pada umumnya berakar pada keadaan jasmani, misal dorongan
untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual, dorongan untuk mendapatkan udara
segar. Dorongan dorongan tersebut adalah berkaitan dengan kebutuhan kebutuhan untuk
melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk hidup. Karena itu motif ini juga sering disebut
sebagai motif dasar ( basic motives ) atau motif primer ( primary motives ) karena motif atau
dorongan ini berkaitan erat dengan pertahanan eksistensi kehidupan. Dorongan ( drive ) ini
merupakan dorongan atau motif alami, merupakan motif yang dibawa. Disamping adanya motif
yang alami, juga ada motif yang dipelajari ( Morgan,dkk.1984 ; Woodworth dan Marquis, 1957).
a.

Tujuan yang dipelajari


Hewan dan manusia kadang kadang belajar mencapai tujuan yang tidak langsung berkaitan
dengan pemuasan kebutuhan biologis. Tujuan semacam ini yang sering disebut sebagai tujuan
yang dipelajari ( learned goal ) atau tujuan sekunder.
b.

Motif dan kebutuhan yang dipelajari

Pengertian kebutuhan yang dipelajari sering digunakan apabila motif itu timbul karena proses
belajar. Berkaitan dengan ini misalnya kebutuhan sosial yang juga kadang kadang disebut
motif sosial. Disebut motif sosial karena motif ini dipelajari melalui interaksi sosial. Sebagai
hasil proses belajar yang kompleks khususnya melalui kondisioning operand an modeling dalam
keluarga anak belajar adanya kebutuhan akan prestasi.
2. Motif Sosial
Motif sosial merupakan moif yang kompleks, dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau
perbuatan manusia. Dikatakan sosial karena motif ini dipelajari dalam kelompok sosial.
McClelland berpendapat bahwa motif sosial itu dapat dibedakan dalam :
a.

Motif berprestasi atau juga disebut ( need for achievement )

Orang yang mempunyai kebutuhan atau need ini akan meningkatkan performance, sehingga
dengan demikian akan terlihat tentang kemampuan prestasinya. Untuk mengungkap kebutuhan
akan prestasi ini dapat diungkap dengan teknik proyeksi.
b.

Motif berafiliasi atau juga disebut kebutuhan afiliasi ( need for affiliation )
Afiliasi menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan berhubungan dengan orang lain.

c.

Motif berkuasa atau kebutuhan berkuasa ( need for power )


Dalam interaksi sosial orang akan mempunyai kebutuhan berkuasa ( power ). Kebutuhan akan
kekuasaan ini bervariasi dalam kekuatannya dan dapat diungkapkan dengan teknik proyeksi.
3. Teori kebutuhan dari Murray
Kebutuhan kebutuhan yang dikemukakan oleh Murraybatau juga disebut motif otif adalah
sebagai berikut :
a. Merendah atau merendahkan diri
b. Berprestasi
c. Afiliasi
d. Agresi
e. Otonomi
f. Counteraction
g. Pertahanan
h. Hormat
i. Dominasi
j. Ekshibisi atau pamer
k. Penolakan kerusakan
l. Infavoidance
m. Member bantuan
n. Teratur
o. Bermain
p. Menolak
q. Sentience
r. Seks
s. Bantuan tau pertolongan

t. Mengertis
4. Motif eksplorasi, kompetensi, dan self-aktualisasi
1.

Motif untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan yang oleh Woodworth dan Marquis
disebut sebagai motif objektif
Salah satu macam motif yang dikemukakan oleh Woodworth dan Marquia (1957) adalah motif
eksplorasi ini. Menurut mereka terdapat adanya macam macam motif yaitu :
a. Motif yang berkaitan dengan kebutuhan organis
b. Otif darurat
c. Motif objektif dan minat.

2.

Motif untuk menguasai tantangan yang ada dalam lingkungan dan menanganinya dengan
secara selektif ( motif kompetensi )
Motif kompetensi ini adalah berkaitan dengan motif intrinsic, yaitu kebutuhan seseorang untuk
berkompetensi dan menentukan sendiri dalam kaitan dengan lingkungannya. Sebaliknya motif
ekstrinsik yang ditujukan kepada tujuan yang terletak di luar individu.

3.

Motif untuk aktualisasi diri yang berkaitan sampai seberapa jauh seseorang dapat bertindak
atau berbuat untuk mengaktualisasikan dirinya sepertiyang dikemukakan Maslow (1970).
F. TEORI TEORI KONFLIK
Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz,
yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan
kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien.

2.

Penyebab konflik

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan
yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika

berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.


Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal
pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang
menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para
petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat
kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya
diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada
perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan
mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula
menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar
kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh
dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh
menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar
untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.

Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak
akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang
biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilainilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser
menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai
kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang
cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak,
akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan
masyarakat yang telah ada.
G. Jenis-jenis konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :

Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan
dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))

4.

Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).

Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

Konflik antar atau tidak antar agama

Konflik antar politik.

Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik


dengan kelompok lain.

keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling
curiga dll.

kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan
respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan
kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa
sebagai berikut:

Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan
untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk
"memenangkan" konflik.

Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang
memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.

Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk
menghindari konflik.

5.

Contoh konflik

Konflik Vietnam berubah menjadi perang.

Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol, sehingga timbul
kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina.

Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik bersejarah


lainnya.

Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik BosniaKroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.

2.7

JENIS KONFLIK

Sumber frustasi dapat timbul karena adanya konflik antara beberapa motif yang ad dalam
individu yang bersangkutan. Menurut Kurt Lewin ad tig macam konflik motif yaitu :
1.

Konflik angguk-angguk
Konflik ini timbul apabila individu menghadapi dua motif atu lebih yang kesemuanya
mempunyai nilai positif bagi individu yang bersangkutan

2.

Konflik geleng-geleng
Konflik ini timbul apabil individu menghadapi dua atau lebih motif yang kesemuanya
mempunyai nilai negatif bagi individu yang bersangkutan.

3.

Konflik geleng-angguk
Konflik ini timbul apabila organisme atau individu menghadapi objek yang mengandung nilai
yang positif tetapi juga menganung nilai yang negatif.
Apabila individu menghadapi bermacam-macam motif ada beberap kemungkinan respons yang
dapat diambil oleh individu yang bersangkutan yaitu :

1.

Pemilihan atau penolakan


Dalam menghadapi berbagi macam motif atau objek individu dapat mengadakan pemilihan yang
tegas

2.

Kompromi
Apabila individu menghadapi dua motif atau objek, ada kemungkinan individu dapat mengambil
respon yang bersifat kompromis dalm arti menggambungkan keduanya.

3.

Ragu-ragu ( Bimbang )
Jika Individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan antara dua objek atau dua
motif , maka kadang-kadang timbul kebimbangan atau keragu-raguan pada individu dalam
mengadakan pemilihan tersebut ini terjadi dalam keadaan konflik.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B.

SARAN

Daftar Pustaka
Walgito, Bimo. 2001. Psikologi Umum. Yokyakarta:ANDI
Taufiq, Nurdjanah dan Agus Darma. 1983. Pengantar Psikologi Jilid II.
Jakarta:Erlangga
Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung:PT. MANDAR
MAJU
WhiteRington. 1982. Pengatar Psikologi Umum. Yokyakarta:ANDI
Offset

Anda mungkin juga menyukai