DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
BAGUS RIZKI WIJAYA
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas limpahan berkat dan Rahmat-Nya dari Tuhan
Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan makalah mengenai Tentang Pengertian Hukum.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan
menambah wawasan bagi orang yang membacanya.Penulis menyadari akibat keterbatasan
waktu dan pengalaman penulis, makatulisan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini
Harapan penulis semoga tulisan yang penuh kesederhanaan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya tentang Pengertian tentang Hubungan Bahasa – Pikiran dan
Bahasa Hukum.
Penulis
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan
hukum. Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing
pendapat orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan” Dalam
bahasa inggris ia disebut jurisprudence. kita berpendapat bahwa ilmu hukum itu hanya
berurusan dengan peraturan perundang-undangan belaka. Ia ternyata juga mengajukan
pertanyaan-pertanyaan filsafati, seperti tercermin pada usahanya untuk menukik ke dalam
pembicaraan mengenai hubungan antara hukum dengan kekuasaan, hukum dengan keadilan,
dan sebagainya.
Ilmu hukum tidak mempersoalkan suatu tatanan hukum tertentu yang kebetulan
berlaku di suatu negara. Perhatiannya jauh menjangkau melebihi batas-batas hukum yang
berlaku di suatu negara atau suatu waktu tertentu. Obyeknya disini adalah hukum sebagai
suatu fenomena dalam kehidupan manusia di manapun di dunia ini dan dari masa kapan pun.
Singkatnya hukum disini dilihat sebagai fenomena universal, bukan lokal ataupun regional.
PEMBAHASAN
Pendekatan ilmu hukum adalah cara pandang peneliti dalam memilih spectrum ruang
bahasa yang diharap mampu member kejelasan uraian dari suatu substansi karya ilmiah.Pada
umumnya, pendekatan dalam penelitian hukum terdiri dari : pendekatan perundang-undangan
atau statute approach, pendekatan konseptual atau conceptual approach, pendekatan sejarah
hukum, pendekatan kasus hukum, dan pendekatan perbandingan hukum. Pendekatan
perundang undangan biasanya digunakan untuk membahas permasalahan norma konflik,
pendekatan konseptual,historis, dan perbandingan, dapat digunakan untuk membahas
permasalahan kekosongan norma, sementara pendekatan kasus disamping digunakan untuk
pembahasan permasalahan norma kabur, yang berbasis interpretasi, juga dapat digunakan
untuk pembahasan kekosongan norma atau norma kosong.
A. Pendekatan Perundang-undangan
Diketahui bahwa keadaan norma yang menimbulkan permasalahan hukum normatif adalah
terjadinya konflik vertikal, yakni konflik antara norma dari peraturan perundang-undangan
lebih rendah terhadap norma dari peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi.
Konfliknya juga bersifat horizontal apabila satu norma bertentangan dengan norma lainnya
dalam satu perundang-undangan atau disebut juga dengan konflik horizontal intern.
Sedangkan Konflik horizontal ekstern yakni peraturan yang baru dalam mengesampingkan
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah.
B. Pendekatan konseptual
,baik berupa aturan hukum tertulis maupun tidak tertulis, yang masih ada relevansinya dengan
masa kini. Penelusuran sejarah aturan hukum terutama berkaitan dengan permasalahan
penelitian yang beranjak dari adanya kekosongan norma. Seperti contoh kondisi norma
kosong memerlukan norma yang baru untuk menggantikan norma yang lama yang sudah
tidak cocok dengan keadaan masa kini, misalnya sanksi adat di bali Berupa pengasilan oleh
Desa adat terhadap anggota masayarakat adat yang melahirkan bayi(kembar
buncing),meskipun mengikuti adat, tetap saja kematian ditangan tuhan.
D. Pendekatan Perbandingan
Pendekatan ini juga dapat digunakan oleh para peneliti dalam permasalahan adanya
kekosongan norma. Artinya tidak ada norma yang dapat diterapkan pada peristiwa hukum
tertentu, atau diperlukan norma yang sama sekali baru untuk mengatur, kedudukan, tugas dan
wewenang suatu kelembagaan negara yang diperlukan sesuai dinamika ketatanegaraan.disini
yang berwenang adalah kelembagaan yang berwenang melakukan uji materil, kewenangan
berserta ruang lingkupnya, dan pihak yang dapat mengajukan permohonan uji materiil.
E. Pendekatan Kasus
Pendekatan kasus dapat digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh kalangan praktisi
maupun kalangan teoretisi atau akademisi. Kalangan praktisi melakukan penelitian dengan
mengidentifikasi putusan putusan pengadilan yang telah berkualifikasi yurisprudensi untuk
digunakan dalam perkara konkret yang sedang ditangani. Penelitian praktisi itu akan bisa
menjadi penelitian akademis apabila dalam melakukan pengkajian terhadap putusan putusan
pengadilan digunakan landasan teoretis, seperti teori/ajaran, asas hukum, konsep hukum, dan
adagium hukum.Pendekatan ini dapat digunakan oleh para peneliti jika permasalahan
penelitiannya mempermasalahan kekosongan atau kekaburan norma dalam penerapannya
oleh hakim, kekosongan misalnya jika dalam undang-undang belum diatur sanksi bagi pelaku
kejahatan yang berfungsi sebagai pembongkar jaringan kejahatan atau whis the blower
seperti disebut didepan, maka peneliti akan berpaling kepada yurisprudensi, artinya peneliti
akan mengumpulkan putusan-putusan hakim yang telah ada sebelumnya apakah ada putusan
yang menyangkut fungsi pelaku kejahatan, yang dari segi kekaburan norma dapat dilihat
dalam dua sisi yang pertama normanya sendiri tidak jelas, kedua normanya sudah jelas tetapi
kurang tepat diterapkan oleh hakim.
Pada satu sisi, pengetahuan dari pendekatan yang diinginkan dalam mempelajari ilmu
hukum adalah tentang cara penerapan kaidah hukum secara benar, namun pada sisi lainnya
pengetahuan yang ingin dicari adalah permasalahan yang bertitik tolak dari fakta
kemasyarakatan. Disinilah peran metode pendekatan hukum mempertanggung jawabkan sifat
hukum itu sendiri, sebagai ilmu yang mandiri.
Dalam pendekatan umum pun didalamnya pun mempelajari falsafah, falsafah ilmu
membedakan ilmu berdasarkan dua sudut pandang, yaitu pandangan positivistic yang
melahirkan ilmu empiris dan pandangan normatif yang melahirkan ilmu normatif. Ilmu
hukum memiliki dua sisi yang dimaksud. Pada suatu sisi ia menampilkan karakter khas
sebagai ilmu normatif, sementara pada sisi lainnya ilmu hukum menunjukan ciri ciri sebagai
ilmu empiris ,yang berkembang sedemikian rupa dengan menggunakan metode penelitian
Sosial dan karena itu tanpa ragu orang memasukkannya dalam kerabat ilmu sosial (social
sciences). Kesalahan kesalahan dalam penelitian (pengkajian) hukum adalah memaksakan
penggunakan format penelitian empirik dalam ilmu sosial terhadap penelitian normatif dalam
ilmu hukum. Dalam hubungan pendekatan ini, fakta sosial pun dapat dijelaskan dengan
bantuan hukum, sementara kaidah hukum (gejala-gejala hukum) dapat dijelaskan dengan
bantuan fakta sosial. Jika analisis empiris dibutuhkan dalam penelitian normatif, maka
pendekatan dari segi empiris dapat membantu terhadap penelitian normatif, namun dengan
konsekuensi penggunaan metode yang berbeda dengan pemisahan yang jelas dan tegas.
Menurut Prof. Satjipto Rahardjo sebagaimana halnya dengan setiap cabang ilmu, maka
ilmu hukum ini jg mempunyai obyeknya sendiri, yaitu : hukum. Persoalannya sekarang apa
yang ingin kita lakukan terhadap oyek ini. Pertanyaan ini sudah mencakup tujuan dari ilmu
ini sendiri. Apabila jawabannya untuk mengetahui segala hal dan seluk beluk mengenai
hukum ini, maka ruang lingkup dari ilmu ini menjadi sangat luas. Apabila kita memilih untuk
melihat hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu, maka pilihan tersebut akan
membawa kita kepada yang bersifat idealis.
Metode ini akan senantiasa berusaha untuk menguji hukum yang harus mewujudkan nilai-
nilai tertentu.dalah satu pemikiran utama dalam hukum yang sudah berjalan sejak berabad-
abad lalu, yang berusaha untuk memahami arti keadilan. Pemikiran ini membahas apa saja
yang menjadi tuntutan dari nilai tersebut dan apa yang seharusnya dilakukan oleh hukum
untuk mewujudkan nilai itu. Inilah salah satu contoh dari metoda ideologis itu. Bagi
seseorang yang memilih untuk melihat hukum sebagai suatu sistem peraturan yang abstra,
maka perhatiaanya selalu terpusat pada hukum sebagai suatu lembaga yang benar-benar
otonom, yaitu yang bisa sebagai subyek teersendiri terlepas dari kaitan-kaitannya dengan hal-
hal diluar peraturan- peraturan tersebut.
Juga dapat dikatakan bahwa secara garis besar ada 3 pendekatan ilmu hukum, yaitu:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan ilmu hukum adalah cara pandang peneliti dalam memilih spectrum ruang
bahasa yang diharap mampu member kejelasan uraian dari suatu substansi karya ilmiah.
Dalam pendekatan ilmu hukum ini kita banyak mempelajari apa saja yang harus diperdalam
dalam pendidikan ilmu hukum ini, Seperti pendekatan perundang-undangan atau statute
approach, pendekatan konseptual atau conceptual approach, pendekatan sejarah hukum,
pendekatan kasus hukum, dan pendekatan perbandingan hukum.
Dalam pendekatan umum pun didalamnya pun mempelajari falsafah, falsafah ilmu
membedakan ilmu berdasarkan dua sudut pandang, yaitu pandangan positivistic yang
melahirkan ilmu empiris dan pandangan normatif yang melahirkan ilmu normatif. Ilmu
hukum memiliki dua sisi yang dimaksud. Pada suatu sisi ia menampilkan karakter khas
sebagai ilmu normatif, sementara pada sisi lainnya ilmu hukum menunjukan ciri ciri sebagai
ilmu empiris ,yang berkembang sedemikian rupa dengan menggunakan metode penelitian
Sosial dan karena itu tanpa ragu orang memasukkannya dalam kerabat ilmu sosial (social
sciences).
3.2 Saran
Dr. Jonaedi Efendi, S.H.I, M.H. - Prof. Dr. Johnny Ibrahim, S.H., S.E., M.M., M.Hum.
.2018 . Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Penerbit : PRENAMEDIA
GROUP.
Satjipto Rahardjo . 2012 . Ilmu Hukum. Bandung. Penerbit PT Citra Aditya Bakti
Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, S.H., M.S. 2016. Metodologi Penelitian Hukum.