Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Perbandingan Hukum Tata Negara

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Rivhan Juan S ( 2111150121 )
Haris Aditya Pratama (2111150149 )

Dosen Pengampu :
M. Irwan Febrianto

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Pembaharuan Islam di Indonesia ini
dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam Penulisan Makalah “Perbandingan Hukum Tata Negara” . Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan Makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah
Pembaharuan Islam di Indonesia ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Bengkulu , Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Perumusan Masalah............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Hubungan Perbandingan Hukum Dengan Filsafat Hukum................................3
B. Perbandingan Tradisi Hukum Common Law dan Civil Law.............................5
C. Perbandingan Hukum Sebagai Jalan Mencari Jalan Sendiri..............................7
D. Perdebatan Awal Perbandingan Hukum Tata Negara........................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................................11
A. Kesimpulan.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


llmu perbandingan hukum tata negara ini di kenal dengan sebutan
vergelijkendestaatswetenschap atau comparative government, sedangkan prof.
M. Nasroen, menamakanya “ilmu perbandingan pemerintahan”sebagaimana
judul bukunya. Suitens-Bourgois mengatakan bahwa perbandingan hukum
bukanlah cabang dari hukum, ia bukan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri
seperti misalnya hukum perdata, hukum dagang, hukum tatanegara, hukum
internasional, dan sebagainya. Selanjutnya dikatakan bahwa perbandingan
hukum adalah satu metode perbandingan yang diterapkan pada ilmu hukum, pada
bermacam-macam mata kuliah hukum. Oleh karenanya, perbandingan hukum
bukanlah suatu ilmu pengetahuan, akan tetapi ia hanyalah metode kerja dalam
bentuk perbandingan. 1
Hal ini dapat dibuktikan bahwa jika hukum didefinisikan antara lain
sebagai seperangkat aturan, maka perbandingan hukum atau hukum
perbandingan tidak mempunyai perangkat aturan-aturan itu. Metode untuk
membanding-bandingkan peraturan hukum dari bermacam-macam sistem
hukum, tidak membawa akibat terjadinya rumusan peraturan yang berdiri sendiri,
dengan kata lain tidak ada yang disebut “peraturan hukum perbandingan.” Ciri
dasar dari metode perbandingan ini adalah bahwa ia dapat diterapkan terhadap
penelitian mengenai bidang hukum tertentu.

B. Perumusan Masalah.
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dikaji
dalam makalah ini adalah :
1
Barda Arief Nawawi. Beberapa Masalah Perbandingan Hukum Pidana. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003, h.15

1
a. Apakah Hubungan Perbandingan Hukum Dengan Filsafat Hukum ?
b. Bagaimana Perbandingan Tradisi Hukum Common Law dan Civil Law ?
c. Bagaimana Perbandingan Hukum Sebagai Jalan Mencari Jalan Sendiri?
d. Bagaimana Perdebatan Awal Perbandingan Hukum Tata Negara?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Perbandingan Hukum Dengan Filsafat Hukum

Ilmu dan Filsafat adalah disiplin intelektual, Ilmu berasal dari data-data
kenyataan, pengolahannya mempergunakan kemampuan akal budi atau
intelektual. Tahap hipotesa, perumusan masalah, konklusi lebih merupakan
kegiatan akal budi. Filsafat, refleksi merupakan suatu proses berpikir yang
bersifat spekulatif dan kritis. Ilmu dan filsafat adalah hasil dari kegiatan
intelektual (akal budi) manusia yang berpikir dan merasa. Karena merupakan
suatu disiplin intelektual maka ilmu dan filsafat memerlukan keteraturan.
Filsafat hukum sebagai dasar pengenalan ilmu hukum dapat dilihat dari
keterkaitan filsafat hukum, ilmu hukum dan hukum antara lain:2
1) Keterkaitan filsafat hukum, ilmu hukum dan hukum ialah bahwa filsafat
hukum dan ilmu hukum dapat menjadi salah satu sumber hukum (communis
opinio doctorum).
2) Hanya hasil filsafat hukum dan ilmu hukum yang hampir diakui oleh semua
sarjana hukum yang dapat menjadi sumber hukum.
3) Keterikatan filsafat hukum dan ilmu hukum terlihat dari pengaruh dimensi-
dimensi hukum dan sifat-sifatnya. Dimensi nilai atau gagasan hukum
menjadi wewenang filsafat hukum, dimensi perilaku menjadi wewenang
ilmu hukum, dan dimensi kaidah menjadi wewenang atau teknik hukum.
4) Sumber hukum (source of law) dapat dibedakan antara sumber hukum
material dan formal.
5) Sumber hukum material berarti hukum bersumber pada isi, sedangkan
sumber formal berarti hukum diperoleh dari kekuatan dan validitasnya (GW

2
Laurensius Arliman S, Filsafat Hukum, Deepublish, Yogyakarta, 2023, h. 18

3
Paton)
6) Sumber formal itu terjadi karena legitimasi (untuk sumber undang-undang,
hukum kebiasaan, traktat) dan validitas (untuk sumber ajaran para sarjana).
Filsafat hukum dan ilmu hukum bertujuan mencapai kebenaran hukum.
Hukum sendiri bertujuan hendak mencari keadilan, kepastian hukum, dan
ketertiban. Tujuan hukum dapat disokong dengan filsafat hukum dan ilmu
hukum yakni apabila filsafat hukum dan ilmu hukum dapat menjadi sumber
hukum. Filsafat hukum mengintegrasikan hasil penelitian ilmu hukum,
mengaitkannya dengan keseluruhan yang ada dan menempatkannya dalam
pemahaman manusiawi secara intens dan mengimplikasikannya pada kebutuhan
manusia yang paling dasar akan suatu keadilan.
Hasil penelitian ilmu hukum sebagai ilmu bersifat fragmentaris yaitu
hanya meneliti sebagian saja dari kenyataan. Ilmu hukum objeknya hukum
positif atau disebut juga dogmatik hukum, sangat teknis kemudian berorientasi
pada problem solving dan dikaitkan dengan hal-hal masalah yang bersifat
praktis, itulah substansinya dari ilmu hukum yaitu :3
1) hukum positif ( hukum yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu ius
constitutum maksudnya`hukum positif ialah hukum yg berlaku pada waktu
tertentu dan tempat tertentu maksudnya waktu sekarang ).
2) Hukum yg diberlakukan pada masa depan ialah ius constituendo.
Ilmu hukum objek kajianya yaitu hukum positif -ius constitutum- disebut
juga dengan tata hukum atau disebut juga dogmatik hukum jadi banyak
terminologi atau nomenklatur untuk tunjuan ilmu hukum itu, sifatnya sangat
teknis/ kongkrit karna berorientasi pada problem solving yaitu utk atasi masalah
hukum dalam praktek yang terjadi. lapisan hukum diatasnya ada teori hukum.
Teori hukum objeknya bukan lagi hukum positif, bukan lagi dogmatic
hukum, karena objek dari teori hukum itu kajianya tidak terbatas pada hukum /
waktu tertenu (general sifatnya), karna itu dikatakan teori hukum adalah teori
3
Laurensius Arliman S, Filsafat Hukum, Deepublish, Yogyakarta, 2023, h. 19

4
nya ilmu hukum itu sendiri, diatasnya lagi yg paling tinggi ada filsafat hukum
(abstrak sifatnya Jadi kita mengenal 3 lapisan hukum dari ilmu hukum, teori
hukum dan paling atas yaitu filsafat hukum. Sejarah hukum munculnya
belakangan, yang paling tua adalah filsafat hukum itu sendiri kemudian dalam
perkembanganya muncul masalah hukum dalam praktek dan membutuhkan
penyelesainaya sehingga munculah ilmu hukum yang bersifat teknis.

B. Perbandingan Tradisi Hukum Common Law dan Civil Law


Civil Law dan Common Law keduanya merupakan dua sistem hukum
yang berbeda. Satjipto Rahardjo dalam bukunya Ilmu Hukum berpendapat
bahwa di dunia ini kita tidak jumpai satu sistem hukum saja, melainkan lebih
dari satu. Adapun sistem hukum yang dimaksud meliputi unsur-unsur seperti :
struktur, kategori, dan konsep. Perbedaan dalam unsur-unsur tersebut
mengakibatkan perbedaan dalam sistem hukum yang dipakai.4
Lebih lanjut Satjipto mengatakan bahwa kita mengenal dua sistem hukum
yang berbeda, yaitu Sistem Hukum Eropa Benua dan Sistem Hukum Inggris.
Orang juga lazim menggunakan sebutan Sistem Hukum Romawi-Jerman atau
Civil Law System untuk yang pertama, dan Common Law System untuk yang
kedua.
1. Ciri-Ciri Sistem Civil Law
Apa yang dimaksud dengan Civil Law? Sistem Civil Law adalah
bermula dari daratan Eropa dan didasarkan pada hukum Romawi dengan
ciri-ciri Civil Law paling utama ditandai sistem kodifikasi dari prinsip-
prinsip hukum yang utama. Bagaimana karakteristik sistem Civil Law? Ciri
pokok Civil Law adalah sistem ini menggunakan pembagian dasar ke
dalam hukum perdata dan hukum publik. Kategori seperti itu tidak dikenal
dalam sistem Common Law. Menurut Nurul Qamar dalam Perbandingan
Sistem Hukum dan Peradilan Civil Law System dan Common Law System
4
Romli Atmasasmita, Asas-Asas Perbandingan Hukum Pidana, Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia, Jakarta, 1989. h. 57

5
(hal. 40), karakteristik atau ciri sistem Civil Law adalah:5
1) Adanya Sistem Kodifikasi
Alasan mengapa sistem Civil Law menganut paham kodifikasi adalah
antara lain karena demi kepentingan politik Imperium Romawi, di samping
kepentingan-kepentingan lainnya di luar itu. Kodifikasi diperlukan untuk
menciptakan keseragaman hukum dalam dan di tengah-tengah
keberagaman hukum. Agar kebiasaan-kebiasaan yang telah ditetapkan
sebagai peraturan raja supaya ditetapkan menjadi hukum yang berlaku
secara umum, perlu dipikirkan kesatuan hukum yang berkepastian.
Pemikiran itu, solusinya adalah diperlukannya suatu kodifikasi hukum.
2) Hakim Tidak Terikat pada Presiden
Nurul mengutip pendapat Paul Scholten yang menyatakan maksud
pengorganisasian organ-organ negara Belanda tentang adanya pemisahaan
antar kekuasaan membuat undang-undang, kekuasaan peradilan dan sistem
kasasi serta kekuasaan eksekutif, dan tidak dimungkinkannya kekuasaan
yang satu mencampuri urusan kekuasaan lainnya, dengan cara tersebut
maka terbentuklah yurisprudensi.
3) Peradilan Menganut Sistem Inkuisitorial
Dalam sistem ini, hakim mempunyai peranan yang besar dalam
mengarahkan dan memutus suatu perkara. Hakim bersifat aktif dalam
menemukan fakta hukum dan cermat dalam menilai bukti. Hakim di dalam
sistem Civil Law berusaha untuk mendapatkan gambaran lengkap dari
peristiwa yang dihadapinya sejak awal. Sistem ini mengandalkan
profesionalisme dan kejujuran hakim.

C. Perbandingan Hukum Sebagai Jalan Mencari Jalan Sendiri


Hukum bagaikan lautan luas yang menyimpan beragam jalan untuk

5
Nurul Qamar. Perbandingan Sistem Hukum dan Peradilan Civil Law System dan Common
Law System. Makassar: Pustaka Refleksi, 2010, hal. 46

6
mencari jawaban dan solusi. Dua sistem hukum utama, Common Law dan Civil
Law, menawarkan peta navigasi yang berbeda dalam pelayaran pencarian ini.
Makalah ini akan membandingkan kedua sistem hukum tersebut dalam kerangka
"mencari jalan sendiri", dengan fokus pada peran individu dalam memahami dan
menggunakan hukum.6
Hukum bukan hanya tentang aturan dan putusan, tetapi juga tentang pencarian
makna dan keadilan. Di sinilah, individu didorong untuk mencari jalannya sendiri.
Makalah ini akan mengeksplorasi bagaimana Common Law dan Civil Law
memfasilitasi pencarian ini. beberapa karakteristik kajian hukum perban dingan di negeri
ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Pertama, perbandingan hukum itu merupakan studi yang sama sekali tidak bisa
dipisahkan dari kajian hukum. Ia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan hukum yang
menitikberatkan pada metode perbandingan dalam kegiatan kajiannya. Kajian
perbandingan hukum itu menghasilkan ilmu pengetahuan yang tidak dapat berdiri
sendiri. Ia harus digantungkan pada ilmu hukum secara umum sebagai induknya. Pun
dengan demikian, ditilik dari proses kajiannya, subyek perbandingan hukum belum
menyentuh aspek kajian filosofis dan epistemologisnya. Perbandingan hukum tidak
pernah dilihat sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan luas cakupannya. Ia
lebih dipahami sebagai sekadar metode untuk mendalami hukum, yang dilakukan
dengan jalan memperbandingkan antara ajaran hukum yang berbeda-beda. Karenanya,
perbandingan hukum mikro-lah yang banyak diikuti oleh para mahasiswa dan para
dosen kita di Tanah Air.
Kedua, subject of study. Sebagai akibat dari pendekatan yang sifatnya praksis dan
mikro tersebut maka perbandingan hukum di Indonesia masih sebatas pada bentuk
kajian yang terfokus pada aspek ajaran hukum saja. Perbandingan hukum dengan
demikian lebih dipahami sebagai sebuah studi yang memperbandingkan ajaranajaran
hukum yang saling berlainan satu sama lainnya, di mana fokus kajian itu tidak
dilepaskan dari aspek-aspek normatifnya saja. Perbandingan yang sifatnya inklusif,
dengan lebih menitikberatkan pada aspek nomos dan faktor-faktor di luar tatanan
6
Hartono, G. (2019). PERBANDINGAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DI
INDONESIA DENGAN INGGRIS. Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Keagamaan, 17(2).
http://repository.ubaya.ac.id/36601/1/Gunawan Hartono_Perbandingan Hukum Perseroan Terbatas.pdf

7
normatif hukum, masih sangat jarang dilakukan (untuk mengatakan belum ada).
Ketiga, postulate. Perbandingan hukum yang mikro sebagaimana dalam paragraf
sebelumnya biasanya lebih mendasarkan diri pada postulat perbandingan: “Things to be
compared must be comparable”, karena itu pandangan filosofis yang digunakan sebagai
alur pijakan dalam kajian perbandingan ini bersifat membatasi diri (limited) dan
horisontal saja. Variabel perbandingan itu tidak dibuka pada faktor-faktor yang bebas,
kecuali sebatas pada faktor normatif yang secara sharih diyakini mempunyai dasar
logika yang kuat untuk diperbandingkan. Di sini, definisi komparabilitas itu sendiri tentu
sangat subyektif, tergantung dari keluasan horizon si peneliti.
Kempat, method and approach. Kita dengan demikian dapat memberikan karakter
dari kajian perbandingan hukum ini di Indonesia sebagai kajian yang bersifat normative-
textual. Utamanya karena bentuk kajian perbandingan hukum itu yang masih terfokus
pada riset persamaan dan perbedaan dari berbagai ajaran (substansi) hukum domestik
yang ada. Di samping bersifat normatif, karena memang hanya berhubungan dengan
fenomena aturan hukum saja (law as a system of rule), ia juga bersifat tekstual karena
aspek kajian ini yang sangat dominan kajian teks (hukum), sedangkan faktor-faktor di
luar hukum itu lebih banyak dikesampingkan, meski diakui kegunaannya. Sejatinya, hal
ini merupakan kelanjutan dari kajian hukum yang secara umum masih didominasi oleh
kajian yang sangat normatif, struktural, institusional, dan positivistik.

D. Perdebatan Awal Perbandingan Hukum Tata Negara


Dalam studi Hukum Tata Negara itu sebenarnya ada pula cabang. ilmu khusus
yang melakukan telaah perbandingan antar berbagai konstitusi, yaitu Hukum Tata
Negara Perbandingan atau Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara. Tujuan metode
perbandingan itu pada pokoknya ada dua, yaitu:7
1. Untuk membanding¬kan dua atau lebih konstitusi-konstitusi berbagai negara guna
menemukan prinsip-prinsip pokok hukum tata ne¬gara;
2. untuk membandingkan satu konstitusi yang ditelaah dengan konstitusi lain atau
konstitusi-kon¬stitusi negara-negara lain guna memahami lebih men¬dalam
konstitusi yang ditelaah
7
Muhammad Dzikirullah H. Noho, Mendudukan Common Law System dan Civil Law
System Melalui Sudut Pandang Hukum Progresif di Indonesia, Jurnal Rechtsvinding. h. 177

8
Ilmu negara, ilmu hukum tata negara dan ilmu perbandingan hukum tata negara.
Ketiga ilmu ini mempunyai obyek yang sama, yaitu negara. Obyek ilmu hukum tata
negara adalah negara tertentu, khususnya hanya mengenai susunan hukum tata
negaranya (het staatsrechtelijk bestel). Sehingga dapatlah dimengerti mengapa biasanya
ilmu hukum tata negara dimulai dalam bentuk pemberian komentar, yaitu menafsirkan
kaidah-kaidah hukum berdasarkan tata-urutannya dan penyelidikannya hanya terbatas
pada negara tertentu saja.
Obyek ilmu perbandingan hukum tata negara adalah bermacam-macam bentuk
atau sistem ketatanegaraan, ciri-ciri khusus apakah yang melekat padanya, hal-hal
apakah yang menimbulkannya, dengan jalan apakah hal-hal tersebut berubah, hilang dan
sebagainya, yang dapat diketahui dengan cara menganalisis secara metodis dan
menetapkannya secara sistematis. Obyek ilmu negara adalah ciri-ciri dan sifat-sifat
umum dari negara, dengan maksud mempersatukan dalam suatu komplek tertentu.
Tugas ilmu perbandingan hukum tata negara menurut Kranenburg, adalah untuk
menganalisis secara metodis dan menetapkan secara sistematis bermacam-macam
bentuk atau sistem ketatanegaraan, ciri-ciri khusus apakah yang melekat padanya, hal-
hal apakah yang menimbulkannya, dengan jalan apakah hal-hal itu berubah, hilang dan
lain sebagainya. Beberapa pendapat para ahli tentang ilmu perbandingan hukum tata
negara, yaitu;8
Menurut Sri Soemantri Martosoewignjo, ilmu perbandingan hukum tata negara
adalah suatu cabang ilmu hukum yang dengan mempergunakan metode perbandingan
berusaha membanding-bandingkan satu atau beberapa aspek hukum tata negara dari dua
negara atau lebih.
Kranenburg mengatakan bahwa ilmu perbandingan hukum tata negara adalah ilmu
ilmu pengetahuan yang memberikan penjelasan atau menyelidiki sebab musabab sesuatu
(verklarend wetenschap) dan upaya pengembangan ke arah tersebut, sangat memerlukan
pula baik secara paralel atau tidak, pengembangan ilmu negara umum dan ajaran hukum
umum (de algemene rechtsleer) menjadi suatu syarat mutlak.
Mencermati pandangan Reolof Kranenburg dalam bukunya Inleiding in de
Vergelijkende Staatswetenschap, tugas Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara adalah
8
Eriton, M. (2021). Perbandingan hukum tata Negara. Universitas Jambi.
http://eriton.staff.unja.ac.id/2021/02/16/perbandingan-hukum-tata-negara/

9
melakukan perbandingan, artinya menyelidiki persamaan dan perbedaan serta faktor –
faktor yang menyebabkannya dari sistem Hukum Tata Negara di berbagai negara. Oleh
karena itu, perkembangan Ilmu Negara dan Ilmu Hukum merupakan syarat mutlak bagi
kesuburan tumbuhnya Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara untuk menjadi ilmu yang
memberikan ekplanasi atau verklarend. Dalam kerangka pemikiran R. Kranenburg dapat
dikatakan bahwa Ilmu negara berfungsi memberikan kontribusi berupa landasan teoritis
tentang negara dan mendeskripsikan lembaga – lembaga formal antar negara yang
dijadikan obyek perbandingan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan mempelajari secara mendalam posisi dan status kajian
perbandingan hukum ini di Indonesia, artikel ini sampai pada satu usulan yang
sekiranya baik dilakukan untuk meningkatkan kajian ini agar perbandingan
hukum dapat menjadi bagian inti dari ilmu pengetahuan hukum. Usaha ini terdiri
dari dua hal pokok: pertama, semakin meningkatkan kajian epistemologis,
metodologis, dan substantif dari kajian perbandingan ini di luar negeri untuk
diimpor. Dengan demikian perlu semakin ditingkatkan kemampuan bacaan
bahasa Inggris (maupun bahasa asing lainnya) dalam studi-studi tentang
perbandingan hukum ini.
Kedua, perbandingan hukum dijadikan sebagai ilmu pengetahuan yang inti
dalam lingkaran kajian hukum di negeri ini, bukan sekadar asesori sebagaimana
perlakuan terhadap kajian ini selama ini. Perbandingan adalah metode untuk
memahami hukum, karena dengannya ajaran-ajaran hukum akan mampu
dipahami dengan baik dan mendalam. Meninggalkan kajian perbandingan berarti
akan dengan sengaja meninggalkan setengah bagian yang sangat inti dalam
mempelajari hukum; hal ini karena keilmuan hukum hanya akan sampai pada
setengah dari satu lingkaran penuh ilmu pengetahuan hukum yang ada karena
tindakan pengabaian ini, dan ini berarti tidak akan mampu memahami fenomena
hukum itu secara menyeluruh.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Barda Nawawi. Beberapa Masalah Perbandingan Hukum Pidana. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003
Eriton, M. (2021). Perbandingan hukum tata Negara. Universitas Jambi.
http://eriton.staff.unja.ac.id/2021/02/16/perbandingan-hukum-tata-negara/
Nurul Qamar. Perbandingan Sistem Hukum dan Peradilan Civil Law System dan
Common Law System. Makassar: Pustaka Refleksi, 2010.
Laurensius Arliman S, Filsafat Hukum, Deepublish, Yogyakarta, 2023.
Romli Atmasasmita, Asas-Asas Perbandingan Hukum Pidana, Yayasan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta, 1989.
Muhammad Dzikirullah H. Noho, Mendudukan Common Law System dan Civil Law
System Melalui Sudut Pandang Hukum Progresif di Indonesia, Jurnal
Rechtsvinding.
Hartono, G. (2019). PERBANDINGAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DI
INDONESIA DENGAN INGGRIS. Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial Dan
Keagamaan, 17(2). http://repository.ubaya.ac.id/36601/1/Gunawan
Hartono_Perbandingan Hukum Perseroan Terbatas.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai