1. Menurut K. Zweigert dan H. Kotz, “an intellectual activity with law as its object
and comparison as its process” (Zweigert and Kotz, 1977: 2)
(aktivitas intelektual dengan hukum sebagai objek dan perbandingan
sebagai proses)
Penjelasaanya bahwa Perbandingan hukum adalah perbandingan dari jiwa dan
gaya dari suatu sistem hukum yang berbeda-beda atau lembaga- lembaga hukum
yang berbeda-beda, atau penyelesaian masalah hukum yang dapat
diperbandingkan dalam sistem hukum yang berbedapula.
2. Menurut W. Ewald mengemukakan pandangannya bahwa pada hakikatnya,
perbandingan hukum adalah kegiatan yang bersifat filosofis. Perbandingan
hukum mengkaji mengenai konsepsi-konsepsi intelektual yang ada pada suatu
institusi hukum yang pokok dari satu atau beberapa sistem hukumasing.
3. Menurut Winterton, perbandingan hukum adalah suatu metoda yaitu
perbandingan sistem-sistem hukum dan perbandingan tersebut menghasilkan
data sistem hukum yang dibandingkan. (Romli Atmasasmita,2000:7).
4. Menurut Rheinstein, istilah perbandingan hukum merujuk pada pemaparan
berbagai hal tentang cara memperlakukan hukum secara ilmiah, dengan cara
pengklasifikasian secara khusus atau deskripsi analitik dari teknik penggunaan
satu atau lebih system hukumpositif.
5. Menurut Esin Ocuru, perbandingan hukum adalah: “Comparative law is legal
discipline aiming at ascertaining similarities and differences and finding out
relationship between various legal systems, their essence and style, looking at
comparable legal institutions and concepts and typing to determine solutions to
certain problems in these systems with a definite goal in mind, such as law
reform, unificationetc.”
Dalam terjemahan bebasnya adalah: Perbandingan hukum merupakan suatu
disiplin ilmu hukum yang bertujuan menemukan persamaan dan perbedaan
serta menemukan pula hubungan-hubungan erat antara berbagai sistem-sistem
hukum; melihat perbandingan lembaga-lembaga hukum konsep-konsep serta
mencoba menentukan suatu penyelesaian atas masalah-masalah tertentu dalam
sistem-sistem hukum dimaksud dengan tujuan seperti pembaharuan hukum,
unifikasi hukum dan lain-lain (Romli Atmasasmita, 2000: 10).
6. Menurut Lemaire, perbandingan hukum adalah cabang ilmu pengetahuan (yang
juga menggunakan metode permandingan yang mempunyai ruang lingkup yang
meliputi (isi) dari kaidah-kaidah hukum, persamaan dan perbedaannya, sebab-
sebab dan dasar-dasarkemasyarakatannya.
7. Menurut Levy-Ullman : “Comparative law has been defined as a branch of
legal science, whose object is to bring about systematically the establishment of
closer relations between the legal institutions of different countries”
(Perbandingan hukum didefinisikan sebagai cabang dari ilmu hukum, dimana
BORU DS - FH UNPAM Page 3
MODUL PERBANDINGAN HUKUM
hukum istilah dan pengertian yang dikemukakan para sarjana sesuai dengan cara
pandang masing-masing atau hasil penelitian serta penyelidikan terhadap ilmu
pengetahuan yang dilakukan secara mendalam. Hal ini sebagaimana
dikemukakan Rudolf D. Schlessinger dalam bukunya yang berjudul
Comparative Law (1959) sebagaiberikut:
1. Comparative Law merupakan metode penyelidikan dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hokum tertentu.
2. Comparative Law bukanlah suatu perangkat peraturan dan asas-asas hukum,
bukan suatu cabang hukum.
3. Comparative Law adalah teknik atau cara menggarap unsur hukum asing
yang aktual dalam suatu masalah hukum.
Perbandingan hukum sebagai suatu metode pendekatan mengandung
arti, bahwa ia merupakan suatu cara pendekatan untuk lebih memahami objek
atau masalah yang diteliti. Oleh karena itu, para sarjana menggunakan istilah
metode perbandingan hukum bukan hukum perbandingan dengan menetapkan
metode studi atau suatu cara kerja dalam melakukan perbandingan.
Meskipun belum ada kesepakatan, ada beberapa model atau
paradigma tertentu mengenai penerapan metode perbandingan hukum, antara
lain sebagai berikut:
1. Kamba
Perbedaan dan persamaan merupakan sesuatu yang ada pada perbandingan
hukum, ia juga membicarakan tiga fase: deskripsi, analisa, dan eksplanasi. Ia
menekankan juga pendekatan fungsional dan pendekatan pemecahan
masalah sebagai sesuatu yang diperlukan bagi perbandingan lintas budaya,
yaitu membandingkan kebudayaan yang berbeda.
2. Perbandingan hukum mungkin diterapkan dengan memakai unsur-unsur
sistem hukum sebagai titik tolak perbandingan. Sistem hukum mencakup
tiga unsur pokok,yaitu:
a. Struktur hukum yang mencakup lembagahukum;
b. Substansi hukum yang mencakup perangkat kaidah atau perilakuteratur;
c. Budaya hukum yang mencakup perangkat nilai yang dianut.
Perbandingan dapat dilakukan terhadap masing-masing unsur atau secara
kumulatif, dan dapat juga dilakukan terhadap perbagai sub sistem hukum
yang berlaku di masyarakat atau secara lintas sektoral terhadap sistem
hukum perbagai masyarakat yangberbeda-beda.
perbandingan.
Menurut Lawrence M. Friedman, sistem hukum adalah suatu sistem
yang terdiri atas tiga unsur, yaitu struktur, substansi, dan kultur. Struktur
hukum adalah salah satu dasar dan elemen nyata dari sistem hukum, yaitu
Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan beserta tingkatannya dan orang-
orang yang terkait di dalamnya.Substansi hukum adalah elemen lainnya,
yaitu peraturan beserta ketentuan tentang bagaimana institusi-institusi itu
harus berperilaku.
Kultur hukum adalah elemen sikap dan nilai sosial yang tidak secara
langsung menggerakkan sistem hukum.Ketiga unsur sistem hukum tersebut
merupakan elemen dasar bagi sistem peradilan pidana, yaitu sistem
pengendalian kejahatan yang terdiri dari lembaga-lembaga kepolisian,
kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan terpidana.Bagi bangsa Indonesia,
sistem pengendalian kejahatan tersebut, selain bergantung pada sarana,
prasarana, maupun sumber daya manusia juga sangat dipengaruhi oleh nilai-
nilai dan pandangan hidup serta budaya hukum masyarakat maupun
keanekaragaman dari bangsa yang bersangkutan.
penelitian ilmiah? Hal seperti ini lah yang kiranya sangat penting untuk
dipahami dalam mempelajari perbandingan hukum.Sebagaimana dikatakan oleh
Peter de Cruz dalam bukunya “Perbandingan sistem hukum common law, civil
law dan socialist law”, bahwa dengan mengkaji semua pertanyaan tersebut di
atas, kita selanjutnya dapat melakukan sebuah survey singkat terhadap ruang
lingkup pemikiran tentang keluarga system hukum, common law (anglo saxon)
dan civil law (eropa kontinental|), dengan merujuk pada contoh-contoh yang
menjadi tipikalnya , selanjutnya akan kembali ke konsep asal keluarga hukum
ini. Sistem sosialis, yang sudah sejak lama disejajarkan dengan common law
dan civil law sebagai salah satu dari tiga sistem hukum utama di dunia, kini
berada dalam suatu bentuk penurunan yang membuatnya tidak lagi layak untuk
dianalisis dalam posisi yang sejajar dengan dua system hukum lainnya. Pada
akhir tahun 1990, komunis Cina masih sangat kuat dan terus menyebarkan
pengaruhnya atas Hong Kong, khususnya setelah tahun 1997, masih tetap
berhubungan erat dengan ideologi komunisme bentuk ‘terbuka” yang
dipandang sudah cukup tepat untuk menyambut Barat dalam lebih banyak arena
daripada ketika berada dalam rezim-rezim sebelumnya. Versi yang berbeda dari
hukum Cina modern yang juga membahas tentang konsep-konsep dasar system
sosialis, sementara tetap layak untuk dibahas, tetapi tidak lagi dapat
memberikan cakupan yang setara sebagai sebuah sistem hukum utama pada
akhir tahun1990.
Namun demikian, sistem hukum sosialis akan dipertimbangkan
terutama dalam konteks perkembangan temporernya dan dalam hubungannya
dengan kemerosotan paham sosialisme secara umum di Eropa Timur. Sebuah
pengakuan baru terhadap studi tentang keluarga hukum induk atau keluarga
hukum utama perlu diberikan, khususnya dengan terjadinya tren-tren
konvergensi tertentu antara common law dan civil law, dan dengan runtuhnya
rezim komunis di sepanjang wilayah Eropa Timur, termasuk disitergrasi dan
kehancuran bekas negara Uni Soviet dan fragmentasi yang mengikutinya, yakni
‘republikanisasi’ dan ‘federalisme’. Penilaian tentative terhadap situasi hukum
Soviet saat ini, yang menunjukan sejumlah perubahan.
(c) Hukum komparatif tidak dapat merujk secara tepat kepada sebuah masalah
yang pada dasarnya merupakan masalah membuat perbandingan. Watson
menganggap hal ini sebagai yang paling mengundang perdebatan dari
ketiga proposisi yang diusulkannya, mengundang perdebatan dari ketiga
porposisi yang diusulkannya, dan mengakui bahwa,misalnya mereka yang
tidak setuju dengan hal ini dapat mempertahankan pendapatnya dengan
mengatakan bahwa mereka bias memulai dari masalah hokum individual
yang mereka anggap sama di dalam lebih dari satu yurisdiksi, kemudian
mengkaji respon hukum terhadap masalah tersebut. perbedaan pendapat
Watson didasarkan pada pemikiran bahwa, jika yang menjadi masalahnya
adalah titik awal, bahayanya adalah fokus utama dari investigasi tersebut
akan terletak pada komparabilitas masalahnay, dan bbukannya para
komparabilitas hukumnya, sehngga ia hanya akan menjadi sebuah
penyelidikan sosiologis ketimbang penyelidikan hukum.
Sementara proposisi (a) dan (c) dapat dibuktikan dengan cukup masuk
akal oleh Watson, proposisi (b) tidak dapat diterima dengan mudah.Apakah yang
dimaksut dengan ‘pertimbangan elementer’? Apakah ia hanya sebuah
penjabaran? Yang jelas, sebuah titik permulaan logis dari setiap bagian dalam
hukum komparatif akan merupakan sebuah pendahuluan bagi sistem hukum
utama dunia.Penulis sungguh tidak dapat membayangkan bahwa seorang guru
ilmu hukum komparatif pada suatu institusi, terlepas dari apakah orang
mengajarkannya sebagai bagian dari sebuah subyek studi global di kampus,
akan membiarkan begitu saja masalah ini setelah menyelesaikan pendahuluan
tentang sistem hukum. Oleh sebab itu proprosisi Watson ini tetap bertahan,
tetapi aplikabilitas praktisya kemungkinan tetapi cukup sulit untukdilakukan.
Sudah lama diketahui bahwa hukum daan sejarah itu saling terkait dan tak
terpisahkan. Cari Joachim Friendrich menyebut hukum sebagai ‘sejarah yang
terbekukan’ dan berpendapat bahwa sejarah dunia Barat tidak akan dapat
dibayangkan tanpa adanya hukum. Dia melanjutkan dengan mengatakan:
‘Dari Feodalisme sampai kapitalisme, dan dari Magna Carta sampai
konstitusi-konstitusi Eropa kontemporer, para sejarawan menemukan hukum
sebagai faktor yang menentukan pada setiaptahap’
Sejarah hukum adalah sebuah prakondisi yang sangat vital bagi sebuah
evaluasi kritis terhadap hukum dan sebuah pemahanan tentang
pengoperasian konsep-konsep hukum, yang merupakan tujuan utama dari
hukum komparatif. Seperti yang telah dikemukakan oleh sejumlah ahli
hukum, sejarah hukum komparatif adalah ‘hukum komparatif vertikal’, dan
perbandingan dari sistem-sistem hukum modern adalah ‘hukum komparatif
horizontal’.
Etnologi hukum secara historis terkonsentrasi pada pa yang disebut sebagai
masyarakat primitif yang beli dilengkap dengan perangkap-perangkap
peradaban modern. Namun, ia akan lebih tepat dipandang sebagi sebuah
cabang etnologi dan hukum komparatif, awal hukum sehubungan dengan
fenomena budaya tertentu’ (Adam, ‘Ethnologische rechtsforschung’, dalam
Adam dan Trimborn, Leherbuch der Volkunde [1985] hal 192). Seperti
yang dijelaskan oleh Zweigent dan Kotz, tugas etnologi hukum modern
adalah ‘mempelajari perubahan-perubahan yang dialami oleh beberapa
masyarakat yang peradaband yang lebih tinggi’ (Zweigert dan KOtz [1977],
hal. 9) Oleh sebab itu, etnologi hukum merupakan cabang lain dari hukum
komparatif yang mempunyai kontribusi terhadap perbandingan dan analisi
melalui disiplin dan teknik-teknik observasinya sendiri yangunik.
Pertanyaan :
1. Jelaskan mengenai perbandingan hukum?
2. Jelaskan Fungsi perbandingan hukum bagi Praktisi dan pembinaan hukum
3. Bagaimanakah ruang lingkup pengkajian dari perbandingan hukum tersebut?
Jelaskan!
4. Bagaimanakan perbandingan hukum dibandingkan dengan disiplin ilmu sosial
lainnya? Jelaskan!
DAFTAR PUSTAKA
Peter de Cruz, Perbandingan System Hukum Common Law, Civil Law dan
Socialist Law, 2010, Nusa Media,Bandung
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, 1985, P.T. Pradnya Paramitha,
Jakarta.