NORMA HUKUM 2
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Agar menjadi norma yang utuh, suatu norma hukum terbangun dari gabungan
ragam-ragam norma hukum. Didasarkan pada pola gabungan ragam-
ragamnya, norma hukum bisa dibedakan dalam 3 (tiga) sifat, yaitu:
Norma hukum yang terbangun dari gabungan ragam norma yang umum,
abstrak, dan terus-menerus, yaitu: ditujukan pada banyak orang atau beberapa
orang yang tidak tertentu; mengenai perilaku yang tidak tertentu; terus
berlaku walaupun seseorang atau beberapa orang telah memenuhinya.
Misalnya: Setiap Orang warganegara yang telah berusia 17 (tujuh belas)
tahun harus memiliki Kartu Tanda Penduduk.
Norma hukum yang terbangun dari gabungan ragam norma yang individual,
konkret, dan sekali-selesai, yaitu: ditujukan pada seseorang atau beberapa
orang yang tertentu; mengenai suatu perilaku tertentu (kasuistik); selesai
berlakuan setelah ketentuan-ketentuannya dipenuhi oleh pihak-pihak yang
dituju. Misalnya: Ahmad Muhammad, Nomor Induk Pegawai 12345678
dapat menghadiri Pelatihan CompTIA SECURITY+ pada tanggal 20 April
s.d. 12 Mei 2015 di Universitas Indonesia.
Norma hukum yang terbangun dari gabungan ragam norma selain kedua pola
gabungan tersebut sebelumnya. Di samping norma hukum yang bersifat
mengatur (regeling), yaitu yang umum-abstrak dan berlaku terus-menerus dan
norma hukum yang bersifat menetapkan (beschikking), yaitu yang individual-
konkret dan berlaku sekali selesai, masih terdapat dua jenis komposisi, yaitu
norma hukum yang umum- konkret dan individual- abstrak yang berada di
antara kedua norma tersebut, yang merupakan keputusan-keputusan yang
berentang umum lainnya (besluiten van algemene strekking).
1) Norma Hukum Tunggal adalah suatu norma hukum yang berdiri sendiri
dan tidak diikuti oleh norma hukum lainnya. Isinya hanya “suruhan”
tentang bagaimana kita harus bertingkah laku
Contoh :
Norma Hukum Sekunder adalah norma hukum yang berisi tata cara
penanggulangan apabila norma hukum primer tidak dipenuhi.
Contoh : “……, apabila engkau mencuri engkau dihukum 3 (tiga) bulan”
Norma hukum sekunder ini memberikan pedoman bagi penegak hukum untuk
bertindak apabila suatu norma hukum primer itu tidak dipatuhi dan
mengandung sanksi bagi seseorang yang tidak memenuhi suatu ketentuan
dalam norma hukum primer.
Contoh:
Contoh:
Pasal 8 ayat (1): Setiap orang yang masuk atau ke luar Wilayah
Indonesia wajib memiliki Dokumen Perjalanan yang
sah dan masih berlaku.
Pasal 8 ayat (2) ; Setiap Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia
wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku,
kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-Undang
ini dan perjanjian internasional.
Pasal 119 ayat (2): Setiap Orang Asing yang masuk dan/atau berada di
Wilayah Indonesia yang tidak memiliki Dokumen
Perjalanan dan Visa yang sah dan masih berlaku
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
Menurut D.W.P. Ruiter (Maria Farida Indrati Soeprapto, 2007: 35-36), dalam
kepustakaan di Eropa Kontinental, peraturan perundang-undangan (wet in
materiele zin) terdiri atas 3 (tiga) unsur, yaitu:
1) Norma hukum
a) perintah (gebod);
b) larangan (verbod);
c) pengizinan (toestemming);
d) pembebasan (vrijstelling).
Norma juga dibedakan antara norma yang umum (algemeen) dan norma
yang individual (individueel), serta antara norma yang abstrak (abstract)
dan norma yang konkret (concreet).
Contoh:
Suatu peristiwa pidana yang terjadi karena ketidakpatuhan atas norma primer
tidak serta-merta mengakibatkan setiap orang yang didakwa melakukan hal
tersebut dikenai hukuman, atau dikenai hukuman yang sama.
Norma sekunder yang diterapkan oleh majelis hakim kepada seseorang yang
tidak mematuhi norma primer dinilai berdasarkan tanggungjawab orang yang
bersangkutan atas perilaku ketidak-patuhannya kepada norma tersebut.
Bila kita melihat norma hukum primer dan norma sekunder, disebut apakah
hubungan antara keduanya?
Contoh: air akan membeku pada 0 derajat, air mendidih pada 100
derajat di mana kondisi atau keadaan tertentu akan menimbulkan
gejala/akibat yang tertentu pula. Dari contoh norma hukum primer
dan sekunder, akibat yang ditimbulkan karena tidak terpenuhinya
norma hukum primer tidak selalu mengakibatkan
dipidana/dihukum dengan hukuman yang sama
Jadi, hubungan antar norma hukum primer dan sekunder adalah Zurechnung
atau pertanggung jawaban, karena seseorang yang melakukan suatu perbuatan
yang dikenankan pidana hanya dapat dijatuhi sanksi pidana sebatas apa yang
dapat dipertanggung jawabkan terhadap perbuatan tersebut.
A. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan norma hukum abstrak dan norma
hukum konkret? Mengapa ada perbedaan tersebut!
2. Apakah perbedaan antara peraturan dan keputusan? Berikan
masing-masing contohnya!
3. Jelaskan bagaimanakah hubungan antara norma hukum sekunder
dan norma hukum primer!
4. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur yang terkandung dalam
peraturan perundang-undangan!
B. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Asshiddiqie, Jimly. 2010. Perihal Undang-Undang. Jakarta: Rajawali
Pers.
Peraturan Perundang-undangan