Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KUNJUNGAN KE LEMBAGA PERMASYARAKATAN (LAPAS) MEDAN

DISUSUN

OLEH

AYU DWI SAPUTRI 1313192009

DEWI NOVITA SARI 131319

EVA ANUM SARI 1313192019

NOVI EKA SAFITRI 1313192035

SYARIAH FITRI HASIBUHAN 1313192081

JOHANES SIHOTANG 131319

STIKES HELVETIA MEDAN

PRODI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas tersusunnya tugas makalah mata kuliah PATOLOGI SOSIAL
SEMESTER III SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HELVETIA MEDAN yang diasuh
oleh SUKAMTO . makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kulia
PATOLOGI SOSIAL SEMESTER III, tahun ajaran 2014/2015.

Isi dari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

Atas tersusunnya makalah ini turut kami sampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada pihak yang terlibat.

Perpustakaan Helvetia medan dan dosen pengampun mata kuliah ini serta teman-teman
sekalian.

Demikianlah laporan ini kami perbuat, semoga berguna bagi pembaca.

Medan, November 2014

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya setiap manusia tidaklah akan luput dari kesalahan, karena manusia itu sendiri
adalah tempatnya salah dan dosa, di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, kerapkali
manusia melakukan kesalahan dan melanggar aturan hukum sehingga harus di masukan kedalam
lembaga pemasyarakatan (LP), dengan tujuan untuk membentuk kepribadian yang lebih baik dari
sebelumnya.
Dalam pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 mengatakan Sistem pemasyarakatan berfungsi
menyiapkan Warga Binaan Pemasyrakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan
masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan
bertanggung jawab.
Keberadaan lembaga pemasyarakatan (LP) disini tentuya sangatlah berperan penting dalam
memberikan bimbingan kepada masyarakat yang melanggar hukum, yang salah satunya adalah
membekali keterampilan kepada warga binaan dengan tujuan ketika warga binaan keluar dari
lembaga pemasyarakatan dapat memiliki kompetensi atau keahlian dalam satu bidang tertentu.
Pada perinsipnya warga binaan sama dengan kita, mereka adalah mahluk sosial dan
mereka tidak luput dari kesalahan, sehingga perlu kiranya di adakan pembinaan dan bimbingan
untuk memperbaiki kepribadiaan warga binaan.

Sistem Kepenjaraan yang menekankan pada unsur penjaraan dan menggunakan titik tolak
pandangannya terhadap narapidananya sebagai individu semata-mata dipandang sudah tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Bagi
bangsa Indonesia pemikiran-pemikiran mengenai fungsi pemidanaan tidak sekedar pada aspek
penjaraan belaka, tetapi juga merupakan suatu rehabilitasi dan reintegrasi sosial telah melahirkan
suatu sistem pembinaan terhadap pelanggar hukum yang dikenal sebagai sistem pemasyarakatan.
Gagasan pemasyarakatan dicetuskan pertama kali oleh Dr. Saharjo, SH pada tanggal 5
juli 1963 dalam pidato penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa di bidang hukum oleh
Universitas Indonesia antara lain dikemukakan bahwa: di bawah pohon beringin pengayoman
telah kami tetapkan untuk menjadi penyuluh bagi petugas dalam membina Narapidana agar
bertobat. Mendidik supaya ia menjadi anggota masyarakat yang berguna. Dengan singkat tujuan
pidana penjara adalah pemasyarakatan.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan lembaga permasyarakatan (lapas)?
2. Apa saja kegiatan dan rutinitas warga binaan di dalam lapas ?

1.3 Tujuan
1.Untuk memenuhui salah satu tugas fatologi social.
2. Untuk mengetahui proses serta layanan lapas II A Medan.

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan warga binaan.
2.Dapat dijadikan sebagai pengalaman praktek lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tentang Lembaga Permasyarakatan


Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau LAPAS) adalah tempat untuk melakukan
pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia.Sebelum dikenal
istilah lapas di Indonesia, tempat tersebut di sebut dengan istilah penjara.Lembaga
Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman).
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam
proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai negeri sipil yang
menangangi pembinaan narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan di sebut dengan
Petugas Pemasyarakatan, atau dahulu lebih di kenal dengan istilah sipir penjara.Konsep
pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun 1962,
dimana disebutkan bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman,
namun tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke
dalam masyarakat.

Dalam proses pembinaan narapidana oleh Lembaga Pemasyarakatan dibutuhkan sarana dan
prasarana pedukung guna mencapai keberhasilan yang ingin dicapai. Sarana dan prasarana
tersebut meliputi :
1. Sarana gedung permasyarakatan
Gedung Pemasyarakatan merupakan representasi keadaan penghuni di dalamnya. Keadaan
gedung yang layak dapat mendukung proses pembinaan yang sesuai harapan. Di Indonesia
sendiri, sebagian besar bangunan Lembaga Pemasyarakatan merupakan warisan kolonial, dengan
kondisi infrastruktur yang terkesan angker dan keras. Tembok tinggi yang mengelilingi dengan
teralis besi menambah kesan seram penghuninya.
2. Pembinaan Narapida
Bahwa sarana untuk pendidikan keterampilan di Lembaga Pemasyarakatan sangat terbatas, baik
dalam jumlahnya maupun dalam jenisnya, dan bahkan ada sarana yang sudah demikian lama
sehingga tidak berfungsi lagi, atau kalau toh berfungsi, hasilnya tidak memadai dengan barang-
barang yang diproduksikan di luar (hasil produksi perusahan).
3. Petugas pembinaan di Lembaga Permasarakatan
Berkenaan dengan masalah petugas pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, ternyata dapat
dikatakan belum sepenuhnya dapat menunjang tercapainya tujuan dari pembinaan itu sendiri,
mengingat sebagian besar dari mereka relatif belum ditunjang oleh bekal kecakapan melakukan
pembinaan dengan pendekatan humanis yang dapat menyentuh perasaan para narapidana, dan
mampu berdaya cipta dalam melakukan pembinaan

2.2 Narapidana/Warga Binaan permasyarakatan


Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga
Pemasyarakatan (UU No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan).Narapidana seperti halnya
manusia pada umumnya mempunyai hak-hak yang juga harus dilindungi oleh hukum.Hak-hak
yang harus dilindungi tersebut terutama hak-hak yang sifatnya non-derogable, yakni hak hak
yang tidak dapat diingkari atau diganggu gugat oleh siapapun dan dalam keadaan apapun.
Adapun hak-hak asasi tersebut dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 dirinci
sebagai berikut: Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran, dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Selanjutnya, dijabarkan lagi dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, yakni di antaranya: hak untuk memperoleh remisi, hak beribadah,hak untuk
mendapat cuti, hak untuk berhubungan dengan orang luar secara terbatas, hak memperoleh
pembebasan bersyarat, dan hak-hak lainnya seperti yang tercantum dalam pasal 14 Undang-
undang Pemasyarakatan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Warga Binaan Permasyarakatan (WBP)
A. Hak-hak warga binaan permasyarakatan (WBP)
1. Menjalankan ibadah menurut agama/keyakinannya
2. Menerima makanan/minuman yang sehat menurut menu
3. Menerima perawatan dari pemerintah
4. Menerima kunjungan dari penasihat hukum dan keluarga
5. Menerima perlindungan hukum
6. Sepanjang tidak ditetapkan lain, setiap warga binaan permasyarakatan berhak :
- Memperoleh remisi
- Memperoleh cuti menjelang bebas (CMB) dan cuti bersyarat (CB)
- Memperoleh asimilasi
- Memperoleh pemebebasan bersayarat (PB)

B. Kewajiban warga binaan permasyarakatan (WBP)


1. Wajib dan taat mengikuti program pembinaan yang diberikan oleh petugas
2. Berkelakuan baik dan sopan di dalam lembaga permasyarakatan baik sesama warga binaan
permasyarakatan maupun kepada petugas
3. Memberikan jawaban yang sopan jika ditanya oleh petugas
4.Mememlihara kebersihan dan keindahan dilingkungan kamar atau bloknya serta
memelihara barang inventaris yang dipinjamkan kepadanya
5. Wajib bekerja

C. Larangan warga binaan permasyarakatan (WBP)


1. Dilarang membuat keributan
2. Dilarang melarikan diri
3. Dilarang merusak bangunan, taman yang ada dilingkungan kamar/bloknya
4. Dilarang merusak barang inventaris yang dipinjamkan kepadanya untuk dipakai
5. Dilarang mengambil barang-barang orang lain tanpa izinnya
6. Dilarang minum-minuman keras, judi dan menggunakan narkoba
7. Dilarang membuat tattoo
8. Dilarang membawa, menyimpan benda tajam, senjata api dan barang-barang yang
membahayakan orang lain.
9. Dilarang melawan petugas lembaga permasyarakatan

D. Sanksi warga binaan permasyarakatan


WBP yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan larangan tersebut diatas akan
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pengasingan/tutupan
sunyi/straapsel dan pencabutan hak-hak yang bersangkutan.
. Beberapa Catatan Kegiatan
a. Cataran-catatan
Pada saat kami sampai di ke lembaga permasyarakatan kelas II A MEDAN, kami disambut
dengan ramah oleh petugas lapas, dengan diberikan kartu sebagai tamu.Kemudian kami
dikumpulkan di ruangan . Di dalam ruangan itu ada beberapa kegiatan diantaranya
1. Penyambutan tamu oleh petugas lapas
2. Diskusi : setelah penyambutan dengan dari WBP, kami berdiskusi dengan petugas lapas

b. Program/Kegiatan yang ada di lapas


1. Penyaluran minat dan bakat setiap warga binaan permasyarakatan
2. Melaksanakan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya masing-masing
3. Pengajaran bagi WBP yang beragama islam yaitu mengaji dan sholat. Karena menurut petugas
lapas WBP yang telah keluar dari lapas sedikit tahu membaca al-quran dan sholat.

E. Fasilitas serta Pembinaan Terhadap Narapidana


Ada bebrapa kegiatan pembinaan Lapas kelas II A MEDAN, yaitu:
Jahit menjahit
Kerajinan
Masak
Salon

Selain pembinaan dalam menanamkan potensi keahliah, Lapas Kelas II A Medan juga
mengadakan pembinaan Rohani.
Untuk yang beragama Islam diadakannya suatu pengajian, sedangkan untuk agama
Kristen adanya pembinaan dari gereja. Begitu juga dengan agama-agama lainya, dibuatkan
sebuah pembinaan Rohani. Untuk kebersihan lapas serta perbaiakan dan renovasi taman itu
semua penghuni lapas yang melakukannya.

Fasilitas
Lapas memiliki 2 blok dari blok A sampai dengan blok B
Tempat Beribadah
Lapangan olahraga

F. Klasifikasi kamar
Untuk klasifikasi kamar itu di bedakan dari beberapa aspek :
Jenis pidana
Jenis kelamin
Untuk satu kamar berisikan 20-18 orang, sebelum wargaa binaan di masukan kedalam
kamar maka warga binaan harus melewati dulu masa orientasi, masa orientasi ini bisa memakan
waktu 2 minggu tujuan dari orientasi ini berkaita dengan hak dan kewajiban, dan juga di periksa
apakah warga binaan ini memiliki musuh di dalama lapas, selama 2 minggu barulah warga
binaan di masukan ke kamar.

G. Proses
Mulai masuk Lapas Kelas II A Medan terlebih dahulu di periksa oleh Petugas
Pintu Utama (P2U), serta untuk pengawasan terhadap narapidana,didala warga binaan tidak ada
terjadinya penindasan antara anak baru dan lama semuannya sama. Jika terjadinya keributan atau
penyiksaaan di lapas pemicunya adalah selisih paham, untuk mengatasi keributan petugas
hendaklah menyatukan hati dengan warga binaan, dengan cara memenuhi kebutuhan atau hak-
hak penghuni lapas Contohnya : seperti penyediaan air bersih, serta listrik, dan ketika warga
binaan sakit harus mendapatkan pelasayan serta pengobatan yang intensif.

H. Program hak-hak warga binaan


1) Asimilasi 1/2 iyalah 6 bulan, warga binaan dapat berolahraga diluar.
2) Pembebasan bersyarat 2/3 minimal 9 bulan 10 hari
3) Cuti bersyarat 2/3 minimal 3 bulan
Apabila dalam masa percobaan ini warga binaan kembali melakukan tindak pidana maka
akan dicabut pembebsaan bersyaratnya (PB).

I. Wawancara Dengan Narapidana


Wawancara orang warga binaan
kelompok : siapa nama kakak?
Narapidana : Dewi Agusmini
kelompok : mengapa kakak bisa menjalani pembinaan di LP sini? Apa kasus kakak?
Narapidana : saya terjerat kasus penggelapan uanga
kelompok : berpa lama kakak divonis dan sudah berapa lama kakak menjalani masa
:tahanan?
Narapidana : saya divonis 1 tahun , sudah menjalani 7 bulan masa tahanan
kelompok : bagaimana pola pembinaan di LP ini?
Narapidana : baik.
Kelompok : apakah efek atau dampak kegiatan yang di terapkan di LP ini terhadap
kepribadian kakak?
Narapidana : kalo efek pastinya kita bisa berubah menjadi lebih baik lagi
kelompok : apa kesan dan pesan embak selama menjalani pembinaan di LP ini?
Narapidana : banyak yang saya dapatkan dari pembinaan disini, kalo pesan jangan
menggunakan penggelapan uang.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil laporan yang kami buat, kami menarik sebuah kesimpulan bahwasanaya Lapas
kelas II A medan melayani warga binaan dengan sangat baik mereka sangat di perhatikan apalagi
dalam urusan memenuhi hak-hak warga binaan, sehingga dari hasil penelitian kami ini
menghapus sebuah image atau gambaran dalam benak saya bahwasanya Lembaga
Pemasyarakatan (LP) itu identik dengan kekerasan, balas dendam, dan kehidupan yang tidak
bersahabat, sehingga seringkali LP ini disebut sebagai tempat yang angker atau menakutkan, dan
yang membuat saya kagum adalah membuat sebuah kerajinan tangan yang bagus yang di buat
sendiri oleh para warga binaan.

Saran
Saran kami sebagai anggota masyarakat khususnya kepada petugas Lapas kelas II A
medan untuk di tingkatkan lagi dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana, dan saran
buat narapidana, jangan sampai terperosok kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Dan
yang terahir, semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua Amin Ya Robbal
Alamin
DAFTAR PUSTAKA

http://tambenk12.blogspot.com/2013/12/laporan-kunjungan-ke-lapas-kelas-ii.html?m=1 diakses
pada 7 januari 2015

http://kiemdhaninspiration.blogspot.com/2014/01/laporan-kegiatan-kunjungan-ke-
lapas.html?m=1 diakses pada 6 januari 2015

Anda mungkin juga menyukai