DISUSUN
OLEH
Puji syukur atas tersusunnya tugas makalah mata kuliah PATOLOGI SOSIAL
SEMESTER III SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HELVETIA MEDAN yang diasuh
oleh SUKAMTO . makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kulia
PATOLOGI SOSIAL SEMESTER III, tahun ajaran 2014/2015.
Isi dari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Atas tersusunnya makalah ini turut kami sampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada pihak yang terlibat.
Perpustakaan Helvetia medan dan dosen pengampun mata kuliah ini serta teman-teman
sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya setiap manusia tidaklah akan luput dari kesalahan, karena manusia itu sendiri
adalah tempatnya salah dan dosa, di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, kerapkali
manusia melakukan kesalahan dan melanggar aturan hukum sehingga harus di masukan kedalam
lembaga pemasyarakatan (LP), dengan tujuan untuk membentuk kepribadian yang lebih baik dari
sebelumnya.
Dalam pasal 3 UU No. 12 Tahun 1995 mengatakan Sistem pemasyarakatan berfungsi
menyiapkan Warga Binaan Pemasyrakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan
masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan
bertanggung jawab.
Keberadaan lembaga pemasyarakatan (LP) disini tentuya sangatlah berperan penting dalam
memberikan bimbingan kepada masyarakat yang melanggar hukum, yang salah satunya adalah
membekali keterampilan kepada warga binaan dengan tujuan ketika warga binaan keluar dari
lembaga pemasyarakatan dapat memiliki kompetensi atau keahlian dalam satu bidang tertentu.
Pada perinsipnya warga binaan sama dengan kita, mereka adalah mahluk sosial dan
mereka tidak luput dari kesalahan, sehingga perlu kiranya di adakan pembinaan dan bimbingan
untuk memperbaiki kepribadiaan warga binaan.
Sistem Kepenjaraan yang menekankan pada unsur penjaraan dan menggunakan titik tolak
pandangannya terhadap narapidananya sebagai individu semata-mata dipandang sudah tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Bagi
bangsa Indonesia pemikiran-pemikiran mengenai fungsi pemidanaan tidak sekedar pada aspek
penjaraan belaka, tetapi juga merupakan suatu rehabilitasi dan reintegrasi sosial telah melahirkan
suatu sistem pembinaan terhadap pelanggar hukum yang dikenal sebagai sistem pemasyarakatan.
Gagasan pemasyarakatan dicetuskan pertama kali oleh Dr. Saharjo, SH pada tanggal 5
juli 1963 dalam pidato penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa di bidang hukum oleh
Universitas Indonesia antara lain dikemukakan bahwa: di bawah pohon beringin pengayoman
telah kami tetapkan untuk menjadi penyuluh bagi petugas dalam membina Narapidana agar
bertobat. Mendidik supaya ia menjadi anggota masyarakat yang berguna. Dengan singkat tujuan
pidana penjara adalah pemasyarakatan.
1.3 Tujuan
1.Untuk memenuhui salah satu tugas fatologi social.
2. Untuk mengetahui proses serta layanan lapas II A Medan.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan warga binaan.
2.Dapat dijadikan sebagai pengalaman praktek lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam proses pembinaan narapidana oleh Lembaga Pemasyarakatan dibutuhkan sarana dan
prasarana pedukung guna mencapai keberhasilan yang ingin dicapai. Sarana dan prasarana
tersebut meliputi :
1. Sarana gedung permasyarakatan
Gedung Pemasyarakatan merupakan representasi keadaan penghuni di dalamnya. Keadaan
gedung yang layak dapat mendukung proses pembinaan yang sesuai harapan. Di Indonesia
sendiri, sebagian besar bangunan Lembaga Pemasyarakatan merupakan warisan kolonial, dengan
kondisi infrastruktur yang terkesan angker dan keras. Tembok tinggi yang mengelilingi dengan
teralis besi menambah kesan seram penghuninya.
2. Pembinaan Narapida
Bahwa sarana untuk pendidikan keterampilan di Lembaga Pemasyarakatan sangat terbatas, baik
dalam jumlahnya maupun dalam jenisnya, dan bahkan ada sarana yang sudah demikian lama
sehingga tidak berfungsi lagi, atau kalau toh berfungsi, hasilnya tidak memadai dengan barang-
barang yang diproduksikan di luar (hasil produksi perusahan).
3. Petugas pembinaan di Lembaga Permasarakatan
Berkenaan dengan masalah petugas pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, ternyata dapat
dikatakan belum sepenuhnya dapat menunjang tercapainya tujuan dari pembinaan itu sendiri,
mengingat sebagian besar dari mereka relatif belum ditunjang oleh bekal kecakapan melakukan
pembinaan dengan pendekatan humanis yang dapat menyentuh perasaan para narapidana, dan
mampu berdaya cipta dalam melakukan pembinaan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Warga Binaan Permasyarakatan (WBP)
A. Hak-hak warga binaan permasyarakatan (WBP)
1. Menjalankan ibadah menurut agama/keyakinannya
2. Menerima makanan/minuman yang sehat menurut menu
3. Menerima perawatan dari pemerintah
4. Menerima kunjungan dari penasihat hukum dan keluarga
5. Menerima perlindungan hukum
6. Sepanjang tidak ditetapkan lain, setiap warga binaan permasyarakatan berhak :
- Memperoleh remisi
- Memperoleh cuti menjelang bebas (CMB) dan cuti bersyarat (CB)
- Memperoleh asimilasi
- Memperoleh pemebebasan bersayarat (PB)
Selain pembinaan dalam menanamkan potensi keahliah, Lapas Kelas II A Medan juga
mengadakan pembinaan Rohani.
Untuk yang beragama Islam diadakannya suatu pengajian, sedangkan untuk agama
Kristen adanya pembinaan dari gereja. Begitu juga dengan agama-agama lainya, dibuatkan
sebuah pembinaan Rohani. Untuk kebersihan lapas serta perbaiakan dan renovasi taman itu
semua penghuni lapas yang melakukannya.
Fasilitas
Lapas memiliki 2 blok dari blok A sampai dengan blok B
Tempat Beribadah
Lapangan olahraga
F. Klasifikasi kamar
Untuk klasifikasi kamar itu di bedakan dari beberapa aspek :
Jenis pidana
Jenis kelamin
Untuk satu kamar berisikan 20-18 orang, sebelum wargaa binaan di masukan kedalam
kamar maka warga binaan harus melewati dulu masa orientasi, masa orientasi ini bisa memakan
waktu 2 minggu tujuan dari orientasi ini berkaita dengan hak dan kewajiban, dan juga di periksa
apakah warga binaan ini memiliki musuh di dalama lapas, selama 2 minggu barulah warga
binaan di masukan ke kamar.
G. Proses
Mulai masuk Lapas Kelas II A Medan terlebih dahulu di periksa oleh Petugas
Pintu Utama (P2U), serta untuk pengawasan terhadap narapidana,didala warga binaan tidak ada
terjadinya penindasan antara anak baru dan lama semuannya sama. Jika terjadinya keributan atau
penyiksaaan di lapas pemicunya adalah selisih paham, untuk mengatasi keributan petugas
hendaklah menyatukan hati dengan warga binaan, dengan cara memenuhi kebutuhan atau hak-
hak penghuni lapas Contohnya : seperti penyediaan air bersih, serta listrik, dan ketika warga
binaan sakit harus mendapatkan pelasayan serta pengobatan yang intensif.
Kesimpulan
Dari hasil laporan yang kami buat, kami menarik sebuah kesimpulan bahwasanaya Lapas
kelas II A medan melayani warga binaan dengan sangat baik mereka sangat di perhatikan apalagi
dalam urusan memenuhi hak-hak warga binaan, sehingga dari hasil penelitian kami ini
menghapus sebuah image atau gambaran dalam benak saya bahwasanya Lembaga
Pemasyarakatan (LP) itu identik dengan kekerasan, balas dendam, dan kehidupan yang tidak
bersahabat, sehingga seringkali LP ini disebut sebagai tempat yang angker atau menakutkan, dan
yang membuat saya kagum adalah membuat sebuah kerajinan tangan yang bagus yang di buat
sendiri oleh para warga binaan.
Saran
Saran kami sebagai anggota masyarakat khususnya kepada petugas Lapas kelas II A
medan untuk di tingkatkan lagi dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana, dan saran
buat narapidana, jangan sampai terperosok kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Dan
yang terahir, semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua Amin Ya Robbal
Alamin
DAFTAR PUSTAKA
http://tambenk12.blogspot.com/2013/12/laporan-kunjungan-ke-lapas-kelas-ii.html?m=1 diakses
pada 7 januari 2015
http://kiemdhaninspiration.blogspot.com/2014/01/laporan-kegiatan-kunjungan-ke-
lapas.html?m=1 diakses pada 6 januari 2015