Anda di halaman 1dari 2

Doktrin imputabillitas Dalam menjalankan tugasnya negara tidak mungkin dapat bertindak sendiri, untuk melakukan tindakan tersebut

dibutuhkan organ-organ untuk menjalankan tugas-tugas tertentu. Organ-organ ini kemudian diisi oleh individu-individu yang merupakan aparat negara yang memiliki kewenangan tertentu dari negara. Oleh karna itu setiap negara memiliki setruktur organisasi tertentu sebagai perpanjangan tangan negara. Pada dasarnya hukum nasional memberikan tiap-tiap organ kewenangan dan menyatakan organ yang mewakili negara dalam tiap-tiap kasus maupun luas kewenanganya, hal itu dikatakan pula, seberapa jauh tindakan-tindakanya dapat diatribusikan pada negara. Negara sebagai suatu entitas abstrak tidak mungkin melakukan tindakan sendiri dan dimintai tanggung jawab atas tindakanya. Berkaitan dengan masalah taanggung jawab negara, dikenal doktrin imputabilitas yang menyatakan bahwa suatu negara bertanggungjawab atas kesalahan yang ditimbulkan oleh organnya jadi tampak disini adanya ikatan atau mata rantai yangt erat antara negara dengan objek hukum yang bertindak untuk negara. Ikatan atau mata rantai tersebut adalah bahwa subjek hukum tersebut bertindak dalam kapasitasnya sebagai petugas atau wakil negaranya. Negara tidak bertanggung jawab menurut hukum internasional atas semua tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh warga negaranya. Mengenai doktrin akuntabilitas F. Sugeng Istanto berpendapat bahwa untuk menentukan adanya pertanggungjawaban negara atas kejahatan internasional itu dikenal ajaran pembebanan kesalahan kepada petugas negara. Ajaran ini menyatakan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh petugas negara atau orang yang bertindak atas nama negara dapat dibebankan kepada negara. Karena pembebanan itu, kejahatan yang dilakukan oleh petugas tersebut menimbulkan pertanggungjawaban negara. Organ negara yang terdiri dari individu ataupun kumpulan individu bertindak berdasarkan atas kewenangan sah yang diberikan negara kepadanya oleh karena itu tindakan mereka harus dipertanggungjawabkan kepada negara. Dengan demikian tanggung jawab negara akan muncul sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh aparaturnya. Pada dasarnya hanya tindakantindakan yang memiliki unsur pemerintahan yang akibatnya dapat dipertanggungjawabkan kepada negara. Suatu tindakan yang tidak memiliki keterkaitan dengan negara (pemerintah) maka negara tidak dapat dimintai pertanggungjawaban.

Perinsip tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia Menurut Mochtar kusumaatmadja, sekalipun dalam arti terbatas individu sudah agak lama dinggap sebagai subjek hukum internasional. Dalam perjanjian perdamaian versailles tahun 1919, yang mengakhiri perang dunia pertama antara German dengan Inggris dan Perancis, dengan masing-masing sekutunya, sudah terdapat pasal-pasal yang memungkinkan orangperorangan mengajukan perkara kehadapan mahkamah arbitrase internasional, sehinga dengan demikian sudah ditinggalkan dalil lama bahwa hanya negara yang bisa menjadi pihak di peradilan internasional. Perkembangan untuk meletakkan tanggungjawab langsung atas pelanggaran hukum internasional juga dikukuhkan dalam genocide convention ( konvensi tentang pembunuhan masal manusia) yang telah diterima oleh sidang umum PBB tanggal 9 desember 1948. Menurut ketentuan dalam konvensi ini, orang-perorangan yang terbukti telah melakukan tindakan genocida harus dihukum, terlepas dari persoalan apakah mereka itu bertindak sebagai orang-perorangan, pejabat pemerintah atau pinpinan pemerintahan atau negara. Beberapa perjanjian internasional juga memungkinkan individu yang menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia untuk mengajukan petisi atau individual communicatian secara langsung di forum pengadilan internasional. Terlebih lagi telah didirikannya mahkamah pidan internasional (ICC) pada tahun 1998 berdasarkan setatuta Roma setatus individu sebagai subkjek hukum internasional semakin jelas. Hal ini dikarnakan, ICC menerapkan perinsip tanggung jawab pidana secara individual bagi orang-orang yang diadili atas kejahatan-kejahatan yang termasuk dalam yurisdiksinya seperti kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang dan kejahatan ageresi.

Anda mungkin juga menyukai