Anda di halaman 1dari 20

Makalah HAN Instrumen Pemerintahan

1. Pendahuluan

Jika berbicara tentang Instrumen Pemerintahan tidak lepas dari alat dan sarana
yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam melaksanakan
tugasnya, intrumen yuridis yang dipergunakan untuk mengatur dan menjalankan
urusan pemerintahan dan kemasyarakatan seperti perundang-undangan,
keputusan-keputusan, peraturan kebijakan, perizinan, instrument hukum
keperdataan dsb. Instrument Hukum ini akan menjadi dasar yang digunakan
pemerintah dalam menjakalankan tugas dan kewenangannya.

2. Pembahasan
A. Pengertian Instrumen Pemerintahan
Instrumen pemerintahan adalah alat-alat atau sarana-sarana yang digunakan oleh
pemerintahan dan administrasi negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Berkenaan dengan struktur norma hukum administrasi negara ini, H. D van
Wijk/Willem Konijnenbelt mengatakan bahwa hukum material mengatur
perbuatan manusia. Peraturan, norma didalam hukum administrasi negara
memiliki struktur yang berbeda dibandingkan dengan struktur norma hukum
perdata dan pidana.
Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata negara itu kita menghadapi
bertingkat - tingkatnya norma - norma hukum yang harus kita perhatikan. Lebih
lanjut Indroharto menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara
dalam masyarakat itu memiliki struktur bertingkat dari yang sangat umum dan
yang sampai pada norma yang paling individual dan konkret. Kemudian
pembentukan norma - norma hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu
tidak hanya dilakukan oleh pembuat undang - undang dan badan - badan
peradilan saja melainkan juga oleh aparat pemerintah yang menjabat sebagai tata
usaha negara.
Menurut Indroharto suasana hukum tata usaha Negara menghadapi tingkatan-
tingkatan tetapi dalam kombinasi yang satu dengan yang lain saling berkaitan.
1. Keseluruhan hukum tata usaha Negara dalam masyarakat itu memiliki struktur
tingkat dari yang sangat umum samapi pada norma yang paling individual dan
konkret yang terkandung dalm penetapan (beschikking).
Kualifikasi sifat keumuman (aglemeenheid) dan kekonkretan (concreetheid)
norma hukum administrasi diperhatikan mengenai objek yang dikenai norma
hukum (adressa) dan bentuk normanya.
2. Pembentukan norma hukum tata usaha negara dalam masyarakat itu tidak
hanya dilakukan oleh pembuat undang-undang dan badan peradilan tetapi juga
aparat pemerintah.
Macam - macam sifat norma hukum :
1. Norma umum abstrak (algemeen-abstrack) misalnya undang – undang.
2. Norma individual konkret (Individueel-concreet) misalnya keputusan tata usaha
negara.
3. Norma umum konkret (algemeen-concreet) misalnya rambu - rambu lalu lintas.
4. Norma individual abstrak (Individueel-abstrack) misalnya izin gangguan.

B. Peraturan Perundang – undangan


Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norm yang sifatnya
mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang
bersifat umum (general). Istilah perundang - undangan secara teoritis ada 2 :
1. Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/membentuk peraturan-
peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.
2. Perundang-undangan adalah segala peraturan negara, yang merupakan hasil
pembentukan peraturan-peraturan, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.
Peraturan perundang-undangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bersifat umum dan komprehensif
2. Bersifat universal
3. Memiliki kekuatan untuk mengoreksi dirinya sendiri.
Ciri - ciri unsur yang bersifat umum-abstrak :
1. Tijd atau waktu, artinya tidak hanya berlaku pada saat tertentu saja.
2. Plaats atau tempat, artinya tidak hanya berlaku pada tempat tertentu saja.
3. Pesoon atau orang, artinya tidak hanya berlaku bagi orang tertentu saja.
4. Rachtsfeit atau fakta hukum, artinya tidak hanya ditujukan pada fakta hukum
tertentu saja, tetapi untuk berbagai fakta hukum (perbuatan) yang dapat
berulang-ulang.
Berbagai peraturan perundang - undangan dan ketentuan - ketentuan dibuat oleh
organ eksekutif beserta perangkat - perangkatnya. Dalam praktik, diakui bahwa
organ legislatif tidak memiliki instrumen pelaksana, waktu, dan sumber daya yang
memadai untuk merumuskan secara detail berbagai hal yang berkenaan dengan
undang - undang.
Bagir Manan menyebutkan ketidakmungkinan meniadakan kewenangan eksekutif
untuk membentuk perundang - undangan sebagi berikut :
1. Paham pembagian kekuasaan yang lebih menekankan pada perbedaan fungsi
daripada pemisahan organ terdapat dalam ajaran pemisahan kekuasaan.
2. Paham yang memberikan kekuasaan pada negara atau pemerintah untuk
mencampuri peri kehidupan masyarakat, baik sebagai negara kekuasaan atau
negara kesejahteraan.
3. Untuk menunjang perubahan masyarakat yang berjalan semakin cepat dan
kompleks diperlukan percepatan pembentukan hukum.
4. Berkembangnya berbagai jenis peraturan perundang - undangan.
Ketika menghadapi peristiwa konkret, norma yang bersifat umum-abstrak
tersebut membutuhkan instrument yuridis yang bersifat konkret-individual. Oleh
karena itu, dalam kepustakaan hukum administrasi negara terdapat istilah
langkah mundur pembuat undang - undang. Menurut Indroharto langkah mundur
ini ada 3 sebab yaitu :
1. Keseluruhan hukum tata usaha negara itu sedemikian luasnya sehingga tidak
mungkin bagi pembuat undang - undang untuk mengatur seluruhnya dalam
undang - undang formal.
2. Norma - norma hukum tata usaha negara itu harus selalu disesuaikan dengan
tiap perubahan - perubahan keadaan yang terjadi sehubungan dengan kemajuan
perkembangan teknologi yang tidak mungkin selalu diikuti oleh pembuat undang -
undang dengan mengaturnya dalam suatu UU formal.
3. Di samping itu, tiap kali diperlukan pengaturan lebih lanjut hal itu selalu
berkaitan dengan penilaian - penilaian dari segi teknis yang sangat mendetail
sehingga tidak sewajarnya harus diminta pembuat undang - undang yang harus
mengaturnya.
C. Ketetapan Tata Usaha Negara
1. Pengertian Ketetapan
Ketetapan tata usaha diperkenalkan pertama kali oleh Otto Meyer dengan istilah
verwaltungsakt. Kemudian, di Negara Belanda dikenal dengan nama beschikking
oleh van Vollenhoven dan C. W. van der Port. Pengertian ini hanya dibatasi dalam
pengertian yuridis, khususnya HAN. Berikut ini beberapa definisi tentang
ketetapan (beschikking) :
a. Ketetapan adalah pernyataan kehendak dari organ pemerintah untuk
(melaksanakan) hal khusus, ditujukan untuk menciptakan hubungan hukum yang
ada.
b. Ketetapan adalah suatu pernyatan kehendak yang disebabkan oleh surat
permohonan yang diajukan, atau setidak-tidaknya keinginan atau keputusan yang
dinyatakan.
c. Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi Negara mempunyai
akibat hukum.
d. Beschikking adalah perbuatan hukum publik bersegi satu (yang dilakukan oleh
alat-alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa).
e. Beschikking adalah suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak dalam bidang
pemerintahan yang dilakukan oleh suatu badan pemerintah berdasarkan
wewenang yang luar biasa.

2. Unsur-unsur Ketetapan
a. Pernyataan Kehendak Sepihak secara Tertulis
Berdasarkan penjelasan Pasal 1 Angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, istilah penetapan
tertulis menunjuk pada isi dan bukan pada bentuk keputusan yang dikeluarkan
oleh badan atau pejabat TUN. Yang disyaratkan tertulis bukan formatnya seperti
surat keputusan pengangkatan dan sebagainya yang diharuskan untuk
kemudahan segi pembuktian. Oleh karena itu, memo atau nota dapat memenuhi
syarat tertulis dan akan mendapat keputusan badan atau pejabat TUN menurut
undang-undang ini apabila sudah jelas :
• Badan atau pejabat TUN yang mengeluarkannya.
• Maksud serta mengenai hal apa saja isi tulisan itu.
• Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya.
b. Dikeluarkan oleh pemerintah
Keputusan dan ketetapan merupakan fenomena kenegaraan dan pemerintahan.
Hampir semua organ-organnya berwenang untuk mengeluarkan ketetapan atau
keputusan. Ketetapan dikeluarkan oleh pemerintah selaku administrasi negara.
Beragamnya lembaga atau organ pemerintahan dan yang dipersamakan dengan
organ pemerintahan menunjukan bahwa pengertian badan atau pejabat TUN
memiliki cakupan luas. Hal ini berarti luas pula pihak-pihak yang dapat diberikan
wewenang pemerintah untuk membuat dan mengeluarkan ketetapan.
c. Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku
Pembuatan dan penerbitan ketetapan harus didasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau didasarkan pada wewenang
pemerintahan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Tanpa dasar
tersebut pemerintah atau TUN tidak dapat membuat dan menerbitkan ketetapan
atau membuat ketetapan menjadi tidak sah. Kewenangan itu dapat diperoleh
organ pemerintah melalui atribusi, delegasi, dan mandat.
d. Bersifat Konkret, Individual, dan Final
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, ketetapan memiliki sifat
konkret, individual, dan final. Konkret berarti obyek yang diputuskan dalam KTUN
itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan. Individual
artinya KTUN itu tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu baik alamat
maupun hal yang dituju. Final maksudnya sudah definitif sehingga dapat
menimbulkan akibat hukum. Ketetapan yang masih memerlukan persetujuan
instansi atasan atau instansi lain belum bersifat final sehingga belum dapat
menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak yang bersangkutan.
e. Menimbulkan Akibat Hukum
Tindakan hukum pemerintah merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh
organ pemerintah untuk menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu khususnya
di bidang pemerintahan atau administrasi negara. Meskipun pemerintah dapat
melakukan tindakan hukum privat, dalam hal ini hanya dibatasi pada tindakan
pemerintah yang bersifat publik. Tindakan hukum ini terbagi dalam dua jenis,
yaitu tindakan hukum publik yang bersifat sepihak (eenzijdig) dan dua pihak atau
lebih (meerzijdig). Berdasarkan paparan tersebut tampak bahwa ketetapan
merupakan instrumen yang digunakan oleh organ pemerintah dalam bidang
publik dan digunakan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu.
f. Seseorang atau Badan Hukum Perdata
Subyek hukum terdiri dari manusia dan badan hukum untuk mendukung hak-hak
dan kewajiban. Berdasarkan hukum keperdataan, seseorang atau badan hukum
yang dinyatakan tidak mampu seperti orang yang berada dalam pengampunan
atau perusahaan yang dinyatakan pailit tidak dapat dikualifikasi sebagai subyek
hukum ini.
3. Macam-macam Ketetapan
a. Ketetapan Deklaratoir dan Ketetapan Konstitutif
Ketetapan deklaratoir adalah ketetapan dimana untuk menetapkan mengikatnya
suatu hubungan hukum atau ketetapan itu maksudnya mengakui suatu hak yang
sudah ada. Sedangkan, ketetapan konstitutif adalah ketetapan yang melahirkan
atau menghapus suatu hubungan hukum atau ketetapan itu menimbulkan hak
baru yang tidak dipunyai sebelumnya. Ketetapan konstitutif ini dapat berupa :
• Ketetapan-ketetapan yang meletakkan kewajiban untuk melakukan sesuatu,
tidak melakukan sesuatu, atau memperkenalkan sesuatu.
• Ketetapan yang memberikan status pada seseorang, lembaga, atau perusahaan.
Oleh karena itu, seseorang atau perusahaan itu dapat menerapkan aturan hukum
tertentu.
• Ketetapan yang meletakkan prestasi atau harapan pada perbuatan pemerintah.
• Ketetapan yang mengizinkan sesuatu yang sebelumnya tidak diizinkan.
• Ketetapan yang menyetujui atau membatalkan berlakunya ketetapan organ
yang lebih rendah.
b. Ketetapan yang Menguntungkan dan yang Memberi Beban
Ketetapan bersifat menguntungkan artinya ketetapan itu memberikan hak-hak
atau kemungkinan untuk memperoleh sesuatu yang tanpa adanya ketetapan itu
tidak akan ada atau bila ketetapan itu memberikan keringanan beban yang ada
atau mungkin ada. Sementara itu, ketetapan yang memberi beban adalah
ketetapan yang meletakkan kewajiban yang sebelumnya tidak ada atau mengenai
penolakkan terhadap permohonan untuk memperoleh keinginan.
c. Ketetapan Eenmalig dan Ketetapan yang Permanen
Ketetapan eenmalig adalah ketetapan yang hanya berlaku sekali atau ketetapan
kilat (vluctige beschikking). Sedangkan, ketetapan permanen adalah ketetapan
yang memiliki masa berlaku yang relatif lama.
d. Ketetapan yang Bebas dan yang Terikat
Ketetapan bebas adalah ketetapan yang didasarkan kewenangan bebas (vrije
beveogdheid) atau kebebasan bertindak pejabat atau pejabat TUN. Sedangkan,
ketetapan terikat adalah ketetapan yang didasarkan kepada kewenangan
pemerintah yang bersifat terikat (gebonden beveogdheid).
e. Ketetapan Positif dan Negatif
Ketetapan positif adalah ketetapan yang menimbulkan perubahan bagi yang
dikenai. Terbagi dari lima golongan, yaitu :
• Keputusan yang pada umumnya melahirkan keadaan baru.
• Keputusan yang melahirkan keadaan hukum baru bagi obyek tertentu
• Keputusan yang menyebabkan berdirinya atau bubarnya badan hukum.
• Keputusan yang membebankan kewajiban baru kepada seseorang atau
beberapa orang (perintah).
• Keputusan yang memberikan hak baru kepada seseorang atau beberapa orang
(keputusan yang menguntungkan.
Sedangkan, ketetapan negatif adalah ketetapan yang tidak menimbulkan
perubahan keadaan hukum yang telah ada. Dapat berbentuk pernyataan tidak
berkuasa (onbevoegd verklaring), pernyataan tidak diterima (nietontvankelijk
verklaring), atau penolakan (afwijzing).
f. Ketetapan Perorangan dan Kebendaan
Ketetapan perorangan adalah ketetapan yang diterbitkan berdasarkan kualitas
pribadi orang tertentu atau berkaitan dengan orang. Sedangkan, ketetapan
kebendaan adalah keputusan yang diterbitkan atas dasar kualitas kebendaan atau
menyangkut kebendaan.
4. Syarat-syarat Pembuatan Ketetapan
a. Syarat material :
• Organ pemerintah yang membuat ketetapan harus berwenang.
• Ketetapan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan yuridis.
• Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan tertentu.
• Ketetapan harus dapat dilaksanakan tanpa melanggar peraturan lain, serta isi
dan tujuannya sesuai dengan peraturan dasar.
b. Syarat formal :
• Syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya ketetapan
dan berhubungan dengan cara dibuatnya ketetapan harus dipenuhi.
• Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan itu.
• Syarat-syarat berhubungan dengan pelaksanaan ketetapan itu harus dipenuhi.
• Jangka waktu harus ditentukan.
Ketetapan itu sah menurut hukum apabila kedua syarat tadi dapat dipenuhi,
artinya dapat diterima sebagai suatu bagian dari tata tertib hukum yang ada baik
secara formal dan material. Apabila ada kekurangan maka ketetapan itu menjadi
tidak sah.
Ketetapan yang sah dengan sendirinya akan memiliki kekuatan hukum formal dan
kekuatan hukum material. Selain itu, juga akan melahirkan prinsip praduga
rechmatig. Asas ini berkaitan erat dengan asas kepastian hukum (rechtszekerheid)
yang terdapat dalam asas-asas umum pemerintahan yang layak (AAUPL).
Meskipun asas praduga rechmatig ini penting dalam melandasi setiap ketetapan
dengan berbagai konsekuensi yang dilahirkan, asas ini tidak berarti mematikan
sama sekali kemungkinan perubahan, pencabutan, atau penundaan ketetapan
TUN yang dapat dilakukan dengan alasan tertentu.
D. Peraturan Kebijaksanaan
1. Freies Ermessen
Freies Ermessen berarti orang yang memiliki kebebasan untuk menilai, menduga
dan mempertimbangkan sesuatu.
Syarat-syarat Freies Ermessen menurut Sjachran Basah :
a. Ditujukan untuk menjalankan tugas - tugas servis public,
b. Merupakan sikap tindak yang aktif dari administrasi negara,
c. Sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum,
d. Sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri,
e. Sikap tindak itu dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan - persoalan
penting yang timbul secara tiba - tiba,
f. Sikap tindak itu dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa maupun secara hukum.
Di dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, freies ermessen dilakukan oleh
administrasi negara dalam hal - hal sebagai berikut :
• Belum ada peraturan perundang - undangan yang mengatur tentang
penyelesaian in konkrito terhadap suatu masalah tertentu, padahal masalah
tersebut menuntut penyelesaian yang segera.
• Peraturan perundang - undangan yang menjadi dasar berbuat aparat
pemerintah memberikan kebebasan sepenuhnya.
• Adanya delegasi perundang - undangan, maksudnya aparat pemerintah diberi
kekuasaan untuk mengatur sendiri, yang sebenarnya kekuasaan itu merupakan
kekuasaan aparat yang lebih tinggi tingkatannya.
2. Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi, dan Penormaan Peraturan Kebijaksanaan
a. Pengetian peraturan kebijaksanaan
Di dalam penyelenggaraan tugas-tugas administrasi negara, pemerintah banyak
mengeluarkan kebijaksanaan yang dituangkan dalam berbagi bentuk seperti garis-
garis kebijaksanaan, kebijaksanaan, peraturan-peraturan, pedoman-pedoman,
petunjuk-petunjuk, surat edaran, resolusi-resolusi, instruksi-instruksi, nota
kebijaksanaan, peraturan-peraturan menteri, keputusan-keputusan, dan
pengumuman-pengumuman.
b. Ciri - ciri Peraturan Kebijaksanaan
Ciri-ciri peraturan kebijaksanaan menurut J.H. van Kreveld adalah :
1. Peraturan itu langsung atau tidak langsung, tidak didasarkan pada ketentuan
undang - undang formal atau UUD yang memberikan kewenangan mengatur,
dengan kata lain, peraturan itu tidak ditemukan dasarnya dalam undang - undang.
2. Peraturan itu, tidak tertulis dan muncul melalui serangkaian keputusan -
keputusan instansi pemerintahan dalam melaksanakan kewenangan
pemerintahan yang bebas terhadap warga negara, atau ditetapkan secara tertulis
oleh instansi pemerintahan tersebut.
3. Peraturan itu memberikan petunjuk secara umum, dengan kata lain tanpa
pernyataan dari individu warga negara mengenai bagaimana instansi
pemerintahan melaksanakan kewenangan pemerintahannya yang bebas terhadap
setiap individu warga negara yang berada dalam situasi yang dirumuskan dalam
peraturan itu.
Unsur - unsur persamaan antara peraturan perundang - undangan dengan
peraturan kebijaksanaan menurut A. Hamid Attamimi :
1. Aturan yang berlaku umum
2. Peraturan yang berlaku ‘ke luar’
3. Kewenangan pengaturan yang bersifat umum atau public
Sedangkan perbedaannya menurut A. Hamid Attamimi :
1. Pembentukan peraturan perundang - undangan merupakan fungsi negara.
2. Fungsi pembentukan peraturan kebijaksanaan ada pada pemerintah dalam arti
sempit (eksekutif).
3. Materi muatan perundang - undangan berbeda dengan materi muatan
peraturan kebijaksanaan.
4. Sanksi dalam peraturan perundang - undangan dan pada peraturan
kebijaksanaan.
c. Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijaksanaan
Menurut Marcus Lukman, peraturan kebijaksanaan dapat difungsikan secara
tepat guna dan berdaya guna, yang berarti :
1. Tepat guna dan berdaya guna sebagai sarana pengaturan yang melengkapi,
menyempurnakan, dan mengisi kekurangan - kekurangan yang ada pada
peraturan perundang - undangan.
2. Tepat guna dan berdaya guna sebagai sarana pengaturan bagi keadaan vakum
peraturan perundang - undangan.
3. Tepat guna dan berdaya guna sebagai sarana pengaturan bagi kepentingan -
kepentingan yang belum terakomodasi secara patut, layak, benar, dan adil dalam
peraturan perundangan.
4. Tepat guna dan berdaya guna sebagaisarana pengaturan untuk mengatasi
kondisi peraturan perundang - undangan yang sudah ketinggalan jaman.
5. Tepat guna dan berdaya guna bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi
administrasi di bidang pemerintahan dan pembangunan yang bersifat cepat
berubah atau memerlukan pemabaruan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi.
Menurut Indroharto, pembuatan keijaksanaan harus memperhatikan hal sebagai
berikut :
a. Ia tidak boleh bertentangan dengan peraturan dasar yang mengandung
wewenang diskresioner yang dijabarkan itu.
b. Ia tidak boleh nyata-nyata bertentangan dengan nalar yang sehat.
c. Ia harus dipersiapkan dengan cermat, semua kepentingan, keadaan-keadaan
serta alternatif-alternatif yang ada perlu dipertimbangkan.
d. Isi dari kebijaksanaan harus memnerikan kejelasan yang cukup mengenai hak-
hak dan kewajiban-kewajiban dari warga yang terkena peraturan tersebut.
e. Tujuan-tujuan dan dasar - dasar pertimbangan mengenai kebijaksanaan yang
akan ditempuh harus jelas.
f. Ia harus memenuhi syarat kepastian hukum material.
Sementara itu, dalam penerapan atau penggunaan peraturan kebijaksanaan
harus memperhatikan hal - hal yang diantaranya :
1. Harus sesuai dan serasi dengantujuan undang - undang yang memberikan
ruang kebebasan bertindak.
2. Serasi dengan asas - asas hukum umum yang berlaku.
3. Serasi dan tepat guna dengan tujuan yang hendak dicapai.
E. Rencana – rencana
1. Pengertian Rencana
• Rencana merupakan bagian yang tidak bisa dielakkan dalam suatu organisasi
sebagai tahap awal untuk pencapaian tujuan.
• Rencana merupakan alat bagi implementasi, dan implementasi hendaknya
berdasar suatu rencana.
• Rencana didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan merupakan
fungsi organik pertama dari administrasi dan manjemen.
• Berdasarkan hukum administrasi negara, rencana merupakan bagian dari
tindakan hukum pemerintah (bestuurrechtshandeling), suatu tindakan yang
dimaksudkan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.
Menurut P. de Haan dan kawan - kawan konsep perencanaan pemerintah dalam
arti luas didefinisikan sebagai persiapan dan pelaksanaan yang sistematis dan
terkoordinasi mengenai keputusan - keputusan kebijaksanaan yang didasarkan
pada suatu rencana kerja yang terkait dengan tujuan - tujuan dan cara - cara
pelaksanaannya. Perencanaan terdiri dari 3 kategori :
a. Perencanaan informative
b. Perencanaan indikatif
c. Perencanaan operasional atau normative
Perencanaan juga dibagi berdasarkan :
• Perencanaan berdasar waktu : perencanaan jangka panjang, menengah,
pendek.
• Perencanaan berdasar tempat : perencanaan tingkat pusat, propinsi,
kabupaten, ataupun rencana-rencana sektoral.
• Perencanaan berdasar bidang hukum : rencana tata ruang, ekonomi, sosial,
kesehatan, dan bidang-bidang lain.
• Perencanaan berdasar sifatnya : sektoral, bidangnya, integral.
• Perencanaan berdasar metodenya : perencanaan akhir dan perencanaan
proses.
• Perencanaan berdasar sarana : pelaksanaan sarana memerlukan instrument
yuridis, financial, dan organisasi.
2. Unsur - unsur Rencana
Dalam perspektif hukum administrasi negara, J.B.J.M. ten Berge mengemukakan
unsur - unsur rencana sebagai berikut :
a. Schiftelijke Presentatie (Gambaran Tertulis)
b. Besluit of Handeling (Keputusan atau Tindakan)
c. Bestuurorgaan (Organ Pemerintahan)
d. Op de Toekomst Gericht (Ditujukan pada Masa yang Akan Datang)
e. Planelemanten (Elemen - elemen Rencana)
f. Ongelijksoortig Karakter (Memiliki Sifat yang Tidak Sejenis, Beragam)
g. Samenhang (Keterkaitan)
h. Al dan Niet voor een Bepaalde Duur (Untuk Waktu Tertentu)
3. Karakter Hukum Rencana
• Perencanaan adalah bentuk tertentu mengenai pembentukan, kebijaksanaan,
dinyatakan dalam bentuk hubungan timabal balik antara kebijaksanaan dengan
hukum.
• F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek mengemukakan empat pendapat mengenai
sifat hukum rencana, yaitu :
a. Rencana adalah ketetapan atau kumpulan berbagai ketetapan.
b. Rencana adalah sebagian dari kumpulan ketetapan-ketetapan, sebagian
peraturan, peta dengan penjelasan adalah kumpulan keputusan-keputusan,
penggunaan peraturan memiliki sifat peraturan.
c. Rencana adalah bentuk hukum tersendiri.
d. Rencana adalah peraturan perundang-undangan.
• Dalam perspektif hukum adinistrasi negara, rencana merupakan salah satu
instrument pemerintahan, yang sifat hukumnya berada di antara peraturan
kebijaksanaan, peraturan perundang-undangan, dan ketetapan.
F. Perizinan
1. Pengertian Perizinan
Sangat sukar membuat definisi untuk menyatakan penertian dari perizinan itu.
Hal ini disebabkan karena antara para pakar tidak terdapat persesuaian paham,
masing - masing melihat dari sisi yang berlainan terhadap objek yang
didefinisikannya.
Istilah lain daripada izin adalah :
a. Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan suatu
perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut.
b. Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu
perusahaan.
c. Konsesi adalah merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang
besar dimana kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga sebenarnya
pekerjaan itu menjadi tugas dari pemerintah tapi oleh pemerintah diberikan hak
penyelenggaraan kepada konsesionaris (pemegan izin) yang bukan pejabat
pemerintah.
Pengertian izin menurut kamus hukum, izin dijelaskan sebagai perkenaan dari
pemerintah berdasarkan undang - undang atau peraturan pemerintah yang
disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan
khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal - hal yang sama
sekali tidak dikehendaki.
Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur
dan persyaratan tertentu
Izin adalah sebagai perbuatan hukum bersegi satu ang dilakukan oleh pemerintah,
sedangkan konsesi adalah suatu perbuatan hukum bersegi dua, yakni suatu
perjanjian yang diadakan antara yang member konsesi dengan yang diberi konsesi
atau penerima konsesi.
2. Unsur-unsur Perizinan
Dari pengertian perizinan sebelumnya, ada beberapa unsur yang terkait dengan
perizinan, yaitu :
a. Instrumen Yuridis
b. Peraturan perundang-undangan
c. Organ pemerintah
d. Peristiwa konkret
e. Prosedur dan perawatan
3. Fungsi dan Tujuan Perizinan
• Izin berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah,
perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan makmur itu diwujudkan.
• Sedangkan tujuan dari izin secara umum antara lain adalah :
a. Keinginan mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu
b. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan.
c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu.
d. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit.
e. Izin memberikan pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-
aktivitas.
4. Bentuk dan isi izin
• Sebagai ketetapan yang tertulis, secara umum izin memuat hal-hal sebagai
berikut ;
a. Organ yang berwenang
b. Yang dialamatkan
c. Diktum
d. Ketentuan - ketentuan, pembatasan - pembatasan, syarat - syarat
e. Pemberian alasan
f. Pemberitahuan - pemberitahuan tambahan
G. Instrumen Hukum Keperdataan
1. Penggunaan Instrumen Hukum Keperdataan
Menurut Indroharto, penggunaan instrumen keperdataan ini ada beberapa
keuntungan, yaitu sebagai berikut :
a. Warga masyarakat sendiri sejak dahulu sudah biasa berkecimpung dalam
suasana kehidupan hukum perdata.
b. Lembaga-lembaga keperdataan itu ternyata juga sudah terbukti
kemanfaatannya dan sudah biasa merupakan bentuk-bentuk yang digunakan
dalam pengaturan perundang-undangan yang luas maupun yurisprudensi.
c. Lembaga-lembaga keperdataan demikian itu hampir dapat selalu diterapkan
umtuk segala keperluan dan kebutuhan karena sifatnya yang sangat fleksibel dan
jelas sebagai instrumen.
d. Lembaga - lembaga keperdataan demikian itu juga selalu dapat diterapkan
karena bagi pihak - pihak yang bersangkutan memiliki kebebasan untuk
menentukan sendiri isi dari perjanjian yang hendak mereka buat.
e. Seringkali terjadi di jalur hukum publik menemui jalan buntu, tetapi jalur yuridis
menurut hukum perdata malah dapat memberi jalan keluarnya.
f. Ketegangan yang disebabkan oleh tindakan yang selalu bersifat sepihak dari
pemerintah dapat dikurangi.
g. Berbeda dengan tindakan-tindakan yang bersifat sepihak dari pemerintah,
tindakan-tindakan menurut hukum perdata ini hampir selalu dapat memberikan
jaminan-jaminan kebendaan, misalnya untuk ganti rugi.
2. Instrument Hukum Keperdataan yang Dapat Digunakan Pemerintah
Ada dua kemungkinan kedudukan pemerintah dalam menggunakan instrumen
hukum keperdataan tersebut :
a. Pemerintah menggunakan instrument keperdataan sekaligus melibatkan diri
dalam hubungan hukum keperdataan dengan kedudukan yang tidak berbeda
dengan seseorang atau badan hukum perdata.
b. Pemerintah menggunakan instrument hukum keprdataan tanpa menempatkan
diri dalam kedudukan yang sejajar dengan seseorang atau badan hukum.
Dalam rangka menjalankan kegiatan pemerintahannya, pemerintah dapat
menggunakan perjanjian, yang bentuknya antara lain sebagai berikut :
1. Perjanjian perdata biasa
2. Perjanjian perdata dengan syarat - syarat standar
3. Perjanjian mengenai kewenangan publik
4. Perjanjian mengenai kebijaksanaan pemerintahan

PENUTUP

Instrumen pemerintahan merupakan bagian dari instrumen penyelenggaraan


negara secara umum (pemerintahan dalam arti luas) yang mana pelaksanaan
tugas penyelenggaraan ini di Negara Indonesia paling tidak dilakukan oleh 3
lembaga (organ), yaitu eksekutif (pemerintah), legislatif, dan yudikatif. Dalam
melaksanakan tugas penyelenggaraan negara, masing-masing organ negara
tersebut diberikan kewenangan untuk mengeluarkan instrumen hukumnya.
Pemerintah sebagai salah satu organ Negara diberikan tugas untuk mengurus
berbagai segi kehidupan masyarakat.
Tindakan hukum berarti tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan
akibat hukum tertentu atau tindakan hukum adalah tindakan yang dimaksudkan
untuk menciptakan hak dan kewajiban. Dengan demikian, tindakan hukum TUN
merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh badan atau pejabat TUN untuk
menimbulkan akibat hukum tertentu, khususnya di bidang pemerintahan itu
sendiri. Keberhasilan pelaksanaan instrumen pemerintah dan tindakan yang
berimbang dan terkonsep dengan baik berpengaruh yang sangat besar bagi
kehidupan Negara dalam segala bidangnya

Daftar Pustaka
Buku HAN
http://medizton.wordpress.com/2009/11/11/instrumen-pemerintahan/
http://mastonofisip.blog.uns.ac.id/instrumen-pemerintahan.html/
http://akmika.blog.uns.ac.id/2010/05/06/instrumen-pemerintah/
http://www.legalitas.org/node/269

Anda mungkin juga menyukai