Anda di halaman 1dari 13

BANTUAN HUKUM DAN ADVOKASI MELALUI PERADILAN UMUM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas makalah BANTUAN HUKUM & ADVOKASI

Yang dibimbing oleh Bapak Hasanuddin Muhammad, M.H

Disusun Oleh :

M. Yusuf Assiddiqy (1821010249)

Lutfiah Humairah (1821010155)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI LAMPUNG

SEMESTER GENAP

TA 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas
limpahan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah BANTUAN HUKUM
& ADVOKASI yang berjudul “(BANTUAN HUKUM DAN ADVOKASI MELALUI
PERADILAN UMUM)”

Dalam kesempatan ini secara pribadi kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada dosen mata kuliah BANTUAN HUKUM & ADVOKASI Bpk. Hasanuddin
Muhammad, M.H yang telah membimbing kami dalam memberi ilmu pengetahuan dan
informasi sehingga dapat terselesaikannya Makalah ini. Atas segala informasi yang diberikan,
kami hanya dapat mendoakan semoga amal baik beliau menjadi amal ibadahnya dan semoga
mendapat limpahan rohmat yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Makalah ini
merupakan salah satu wujud peran aktif kita sebagai mahasiswa dalam rangka pengembangan
mata kuliah BANTUAN HUKUM & ADVOKASI.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati kami mengharap kritik dan saran dari
semua pihak. Akhirnya Kami berharap semoga apa yang telah kami sajikan dalam makalah
ini dapat diambil manfaatnya.

Sekian dan Terima kasih

Bandar Lampung, 30 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ......................................................................................................II

DAFTAR ISI .....................................................................................................................III

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG .............................................................................................2

B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................3

C. TUJUAN PENELITIAN..........................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. PENGERTIAN BANTUAN HUKUM DAN ADVOKASI...................................7

BAB 3 PENUTUP .............................................................................................................12

A. KESIMPULAN ........................................................................................................12

B. PENUTUP.................................................................................................................12

C. DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. LATAR BELAKANG

Dengan berlakunya Undang-undang no.8 Tahun 1981 Tentang kitab undang-undang


hukum acara pidana (KUHAP), telah menimbulkan perubahan yang cukup pudamental, baik
secara konsepsional maupun secara implemental terhadap tata cara penyelesaian perkara
pidana di indonesia. Sebagaimana yang tertuang dalam KUHAP maka sistem peradilan
pidana “criminal justice system” di indonesia terdiri dari komponen kepolisian, kejaksaan,
pengadilan negeri, dan lembaga pemasyarakatan sebagai aparat penegak hukum. Keempat
aparat penegak hukum tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lainnya, bahkan
dapat dikatakan saling menentukan satu sama lainnya. Pelaksanaan penegakan hukum
berdasarkan KUHAP seharusnya, merupakan suatu usaha yang sistematis.

Dalam hal ini berbicara tentang mekanisme peradilan pidana sebagai suatu proses,
atau disebut sebagai “criminal justice preocess” yang dimulai dari proses penangkapan,
penahanan, penuntutan, pemeriksaan dimuka pengadilan, serta diakhiri dengan pelaksanaan
pidana dilembaga pemasyarakatan. Dimana tujuan dibentuknya KUHAP ini adalah tidak lain
untuk menegakkan hukum dan keadilan yang tidak memihak, yang tentunya keberlakuan
KUHAP ini sesuai dengan pendekatan “hukum dan ketertiban”.

Salah satu yang paling membuat bangga bangsa dan negara indonesia dari
terbentuknya KUHAP adalah adanya bantuan hukum pada semua tingkat pemeriksaan. Hal
ini, merupakan perbedaan fundamental antara KUHAP dengan HIR, yang intinya lebih
menitik beratkan pada perlindungan harkat dan martabat manusia[1].

Bantua n hukum merupakan asas hukum acara pidana yang penting, karena setiap
orang yang tersangkut perkara pidana diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum untuk
melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya. Berkaitan dengan masalah bantuan
hukum ini, Mien Rukmini, mengatakan:

“.......Berkaitan dengan masalah bantuan hukum, hal yang sangat penting untuk dikemukakan
adalah bahwa dalam Bab VI (KUHAP) mengenai tersangaka dan terdakwa, tidak ada satu
pasalpun yang secara tegas mewajibkan aparat penyidik untuk segera memberitahukan hak-
haknya kepada tersangka atau terdakwa, termasuk hak untuk mendapatkan bantuan hukum
atau didampingi oleh penasehat hukum......”

4
B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan BANTUAN HUKUM DAN ADVOKASI melalui


PERADILAN UMUM dan segala aspek yang ada di dalamnya.

C. Tujuan

Agar mengetahui tentang BANTUAN HUKUM DAN ADVOKASI melalui PERADILAN


UMUM

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bantuan Hukum

Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan
Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum, sedangkan penerima
Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin, dan pemberi Bantuan
Hukum sendiri adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang
memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang.[1]

B. Bantuan Hukum Melalui Peradilan Umum

Peradilan Umum ( peradilan sipil ) adalah lingkungan peradilan dibawah


Mahkamah Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya. Pengadilan umum meliputi :
1. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota, dengan wilayah
hukum meliputi wilayah kabupaten atau kota.
2. Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibu kota provinsi, dengan daerah hukum
meliputi wilayah provinsi.
3. Pengadilan Khusus
Pengadilan Khusus meliputi : Pengadilan Anak, Pengadilan Niaga, Pengadilan
Hak Asasi Manusia, Pengadilan Hubuan Industrial, dan Pengdilan perikanan.

Masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai Bantuan Hukum di


Lingkungan Peradilan Umum melalui:
 Pengadilan Negeri/Pengadilan Tinggi/Mahkamah Agung.
 Kejaksaan Negeri/Kejaksaan Tinggi.
 Rumah Tahanan Negara.
 Lembaga Pemasyarakatan.
 Kepolisian Sektor/Resort/Daerah.

6
 Kantor Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan,
Kelurahan/Desa).
 Lembaga masyarakat sipil penyedia bantuan hukum.
 Unit kerja bantuan hukum dalam Organisasi Profesi Advokat; dan
 Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum di Perguruan Tinggi.[1]

C. Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Melalui Pengadilan Umum

Dalam pedoman ini Penyelenggaraan dan penggunaan anggaran bantuan hukum


di lingkungan Peradilan Umum adalah meliputi Pos Bantuan Hukum, Bantuan Jasa
Advokat, Pembebasan Biaya Perkara baik Pidana maupun Perdata, dan Biaya Sidang
di Tempat Sidang Tetap (Zitting Plaatz).
1. Pos Bantuan Hukum (Posbakum) adalah ruang yang disediakan oleh dan pada
setiap Pengadilan Negeri bagi Advokat Piket dalam memberikan layanan
bantuan hukum kepada Pemohon Bantuan Hukum untuk pengisian formulir
permohonan bantuan hukum, bantuan pembuatan dokumen hukum, advis atau
konsultasi hukum, memberikan rujukan lebih lanjut tentang pembebasan
biaya perkara, dan memberikan rujukan lebih lanjut tentang bantuan jasa
Advokat.
2. Bantuan Jasa Advokat adalah Jasa Hukum secara Cuma-cuma yang meliputi
menjalankan kuasa, yaitu : mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan
tindakan hukum lain berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
kepentingan Pemohon Bantuan Hukum dalam perkara pidana atau perkara
perdata, yang diberikan oleh Advokat berdasarkan ketetapan Ketua
Pengadilan Negeri
3. Pembebasan Biaya Perkara adalah Negara menanggung biaya perkara bagi
Pemohon Bantuan Hukum untuk semua jenis perkara perdata, baik
permohonan maupun gugatan, dan semua jenis perkara pidana, sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.[2]

D. Prosedur Penyelenggaraan Pos Bantuan Hukum

7
1. Setiap Pengadilan Negeri segera membentuk Pos Bantuan Hukum yang
pembentukannya dilakukan secara bertahap.
2. Ketua Pengadilan Negeri menyediakan ruangan dan sarana yang
dibutuhkan untuk digunakan sebagai Pos Bantuan Hukum, berdasarkan
kemampuan masing-masing.
3. Pelayanan dalam Pos Bantuan Hukum disediakan oleh Advokat Piket
yang pengaturan dan daftarnya ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri.
4. Pengaturan dan daftar Advokat Piket sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disusun dalam kerjasama kelembagaan dengan Lembaga Penyedia
Bantuan Hukum melalui proses yang terbuka dan bertanggun jawab serta
dikaji ulang dan diperbaharui setiap akhir tahun anggaran.
5. Kerjasama sebagaimana dimaksud pada poin (4) dilakukan Pengadilan
Negeri dengan lebih dari satu lembaga untuk menghindari konflik
kepentingan pemberian layanan kepada pemohon bantuan hukum yang
sama-sama berhak atas layanan oleh Advokat Piket yang sama.

Kerjasama kelembagaan untuk menyediakan Advokat Piket sebagaimana


dimaksud diatas pada poin no 5 dapat dilakukan Pengadilan dengan:

a. Lembaga masyarakat sipil penyedia bantuan hukum, atau


b. Unit kerja bantuan hukum pada Organisasi Profesi Advokat.
c. Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Perguruan Tinggi.
Advokat Piket yang disediakan oleh lembaga-lembaga adalah orang
yang berprofesi sebagai Advokat yang memenuhi persyaratan praktek dan
beracara berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003
Tentang Advokat.
Di dalam kerjasama kelembagaan, Ketua Pengadilan Negeri dapat
meminta dan menetapkan ditempatkannya penyedia layanan lain selain
Advokat dari lembaga lain di bawah pengawasan Advokat Piket. Penyedia
layanan lain terdiri dari Dosen, Asisten Dosen, atau Mahasiswa yang
mendapat rekomendasi dari Fakultas Hukum yang bersangkutan.[2]

E. Prosedur penyelenggaraan bantuan jasa advoka

8
1. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Advokat untuk menjalankan kuasa, yaitu :
mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan Pemohon Bantuan Hukum yang memenuhi syarat berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Advokat sebagai mana yang dimaksut diatas adalah Advokat yang menyediakan
jasa bantuan hukum secara cuma-cuma sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Dalam melaksanakan tugasnya, Advokat dapat menerima bantuan biaya
pendampingan ,sesuai standar yang ditentukan oleh Negara.
4. Bantuan biaya pendampingan bukan merupakan pembayaran jasa atau
honorarium profesional.
Advokat yang ditunjuk untuk memberikan bantuan hukum dapat bertindak
sebagai pendamping atau kuasa hukum untuk memberikan bantuan hukum dalam
pengurusan sengketa perdata atau bertindak sebagai pendamping dan pembela
terhadap Pemohon Bantuan Hukum yang didakwa melakukan tindak pidana di
Pengadilan.
Mekanisme penggunaan anggaran batuan jasa advokat:
1. Ketua Pengadilan Negeri membuat Surat Penetapan yang
memerintahkan Kuasa Pengguna Anggaran untuk membayar dana
bantuan hukum kepada Advokat yang ditunjuk.
2. Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat Surat
Keputusan Pembebanan Dana Bantuan Hukum ke APBN.
3. Berdasarkan Surat Keputusan Panitera/Sekretaris, bendahara
pengeluaran membayar biaya bantuan hukum kepada Advokat yang
ditunjuk.
4. Dalam perkara pidana pencairan Anggaran Bantuan Hukum kepada
Advokat dilakukan setelah perkara diputus oleh Pengadilan Negeri.
Bagi perkara perdata dicairkan pada saat “perkara permohonan” atau
“gugatan” didaftarkan di Kepaniteraan oleh advokat selaku kuasa,
melalui bank yang ditunjuk, selanjutnya dibukukan sebagaimana yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
5. Bendahara pengeluaran menyimpan seluruh bukti-bukti pengeluaran
sebagai bukti pertanggung jawaban keuangan.

9
6. Bendahara pengeluaran mencatat semua biaya yang telah dikeluarkan
untuk pendampingan perkara pidana atau perdata, dalam buku kas
umum dan buku bantu lainnya sesuai ketentuan.
7. Biaya bantuan hukum pada tingkat pertama dibebankan kepada DIPA
Pengadilan Negeri.[3]

F. Prosedur penggunaan biaya bantuan hukum dalam perkara pidana


Biaya perkara bagi Pemohon Bantuan Hukum untuk semua jenis perkara pidana yang
ditentukan peraturan perundang-undangan di tingkat pertama untuk kepentingan
Pemohon Bantuan Hukum yang memenuhi syarat, ditanggung oleh Negara.
Mekanisme penggunaan anggaran Bantuan Hukum dalam perkara pidana
1. Ketua pengadilan Negeri membuat surat penetapan pembebasan biaya perkara.
2. Panitera/Sekretaris selaku kuasa pengguna anggaran membuat Surat keputusan
pembebanan biaya perkara ke APBN.
3. Pengeluaran biaya dilakukan berdasarkan biaya yang tersedia dalam DIPA.
4. Bendahara pengeluaran menyimpan seluruh bukti-bukti pengeluaran sebagai
bukti pertanggung jawaban keuangan.
5. Bendahara pengeluaran mencatat semua biaya yang telah dikeluarkan untuk
penanganan proses perkara pidana, dalam pembukuan yang disediakan untuk
itu.
6. Biaya Bantuan Hukum dalam perkara pidana dikeluarkan oleh Pengadilan
Negeri sesuai dengan anggaran yang tersedia pada DIPA dan ketentuan-
ketentuannya.
7. Biaya Bantuan Hukum dalam perkara pidana pada tingkat pertama
dibebankan kepada DIPA Pengadilan Negeri.[4]

G. Prosedur Penggunaan Biaya Bantuan Hukum dalam Perkara Perdata

Biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu dalam perkara perdata
untuk semua jenis perkara perdata baik perkara gugatan maupun permohonan, yang
memenuhi syarat ditanggung oleh Negara.[5]
Mekanisme penggunaan anggaran bantuan hukum dalam perkara perdata
1. Biaya perkara perdata bagi penggugat atau tergugat yang tidak mampu
dibebankan kepada Negara melalui DIPA pengadilan.

10
2. Biaya perkara perdata dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri sesuai dengan
anggaran Bantuan Hukum yang tersedia pada DIPA dan ketentuan-
ketentuannya.
3. Komponen biaya perkara perdata yang dibebankan pada biaya bantuan
hukum DIPA adalah biaya proses yang meliputi:
a. Biaya pemanggilan para pihak/saksi/ahli
b. Biaya pemberitahuan isi putusan
c. Biaya sita jaminan
d. Biaya pemeriksaan setempat
e. Biaya alat tulis kantor
f. Biaya penggandaan
g. Biaya pemberkasan dan penjilidan berkas perkara yang diminutasi.
h. Materai.[1]

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Pengertian bantuan hukum merupakan ialah bantuan memberikan jasa untuk:


memberikan nasehat hukum, bertindak sebagai pendamping atau kuasa seseorang untuk
menyelesaikan masalah masalah yang timbul karena adanya perselisihan hukum yang
menyangkut hak dan kewajiban seseorang baik diluar pengadilan maupun dimuka pengadilan
yang bertindak sebagai pendamping atau pembela seseorang yang dituduh melakukan
kejahatan perkara pidana.

2. SARAN

1. UU No.16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum adalah sebagai pusat aturan
mengenai bantuan hukum bagi orang atau kelompok orang miskin, UUBH tersebut
diharapkan menjadi peraturan yang mengatur bantuan hukum pengganti yang
sebelumnya diatur oleh Judikatif. Peraturan pelaksana dari UUBH (sistem
pelaksanaan) harus memberikan kemudahan syarat dalam proses pelaksanaan bantuan
hukum demi terwujudnya perlindungan dan keadilan hukum bagi masyarakat miskin.
Penyelenggaraan bantuan hukum mengenai anggaran untuk tiap wilayah sebaiknya
kewenangannya diberikan ke Kemenkumham pada tiaptiap kantor wilayahnya
masing-masing.

2. Peraturan mengenai bantuan hukum harus lebih memperjelas hak dan kewajiban para
Pelaksana Bantuan Hukum, Penyelenggara Bantuan Hukum harus memberikan anggaran
untuk peningkatan peremajaan kantor Pelaksana Bantuan Hukum dan juga anggaran
pelaksanaan penyelesaian litigasi di luar kota. APBD untuk Pelaksana Bantuan Hukum harus
mengacu terhadap standar APBN. Standarisasi yang mengatur Pelaksana Bantuan Hukum
harus dibenahi, hal ini terkait Unit Bantuan Hukum pada Fakultas Hukum dimana banyak
yang tidak maksimal dalam pelaksanaannya, standar kualifikasi Penerima Bantuan Hukum
yaitu kriteria orang yang wajib dibantu dimana serta merta pemohon bantuan hukum yang
memiliki SKTM wajib dibantu tanpa melihat kenyataan di lapangan benar-benar miskin atau

12
kaya, dan diharapkan Pengawas Daerah bisa diberi wewenang dalam pelaksanaan monitoring
ke klien bantuan hukum atau Penerima Bantuan Hukum secara langsung, pembinaan
hubungan yang harmonis dengan instansi-instansi
yang berkenaan dengan bantuan hukum harus lebih dioptimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] UU No 16 Tahun 2011 Tentang Bntuan Hukum


[2] Artidjo Alkostar, Peran Dan Tantangan Advokat Dalam Era Globalisasi, FFH UII
Press,
[3] Yogyakarta: 2010.
[4] V.Harlen Sinaga, Dasar-Dasar Profesi Advokat, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta:
2011.
[5] Yesmil Anwar & Adang, Sistem Peradilan Pidana, Widya Padjajaran, Bandung:
2009.

13

Anda mungkin juga menyukai