MAKALAH
Disusun Oleh :
SEMESTER GENAP
TA 2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas
limpahan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah BANTUAN HUKUM
& ADVOKASI yang berjudul “(BANTUAN HUKUM DAN ADVOKASI MELALUI
PERADILAN UMUM)”
Dalam kesempatan ini secara pribadi kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada dosen mata kuliah BANTUAN HUKUM & ADVOKASI Bpk. Hasanuddin
Muhammad, M.H yang telah membimbing kami dalam memberi ilmu pengetahuan dan
informasi sehingga dapat terselesaikannya Makalah ini. Atas segala informasi yang diberikan,
kami hanya dapat mendoakan semoga amal baik beliau menjadi amal ibadahnya dan semoga
mendapat limpahan rohmat yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Makalah ini
merupakan salah satu wujud peran aktif kita sebagai mahasiswa dalam rangka pengembangan
mata kuliah BANTUAN HUKUM & ADVOKASI.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati kami mengharap kritik dan saran dari
semua pihak. Akhirnya Kami berharap semoga apa yang telah kami sajikan dalam makalah
ini dapat diambil manfaatnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... I
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN..........................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. KESIMPULAN ........................................................................................................12
B. PENUTUP.................................................................................................................12
C. DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. LATAR BELAKANG
Dalam hal ini berbicara tentang mekanisme peradilan pidana sebagai suatu proses,
atau disebut sebagai “criminal justice preocess” yang dimulai dari proses penangkapan,
penahanan, penuntutan, pemeriksaan dimuka pengadilan, serta diakhiri dengan pelaksanaan
pidana dilembaga pemasyarakatan. Dimana tujuan dibentuknya KUHAP ini adalah tidak lain
untuk menegakkan hukum dan keadilan yang tidak memihak, yang tentunya keberlakuan
KUHAP ini sesuai dengan pendekatan “hukum dan ketertiban”.
Salah satu yang paling membuat bangga bangsa dan negara indonesia dari
terbentuknya KUHAP adalah adanya bantuan hukum pada semua tingkat pemeriksaan. Hal
ini, merupakan perbedaan fundamental antara KUHAP dengan HIR, yang intinya lebih
menitik beratkan pada perlindungan harkat dan martabat manusia[1].
Bantua n hukum merupakan asas hukum acara pidana yang penting, karena setiap
orang yang tersangkut perkara pidana diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum untuk
melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya. Berkaitan dengan masalah bantuan
hukum ini, Mien Rukmini, mengatakan:
“.......Berkaitan dengan masalah bantuan hukum, hal yang sangat penting untuk dikemukakan
adalah bahwa dalam Bab VI (KUHAP) mengenai tersangaka dan terdakwa, tidak ada satu
pasalpun yang secara tegas mewajibkan aparat penyidik untuk segera memberitahukan hak-
haknya kepada tersangka atau terdakwa, termasuk hak untuk mendapatkan bantuan hukum
atau didampingi oleh penasehat hukum......”
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
5
PEMBAHASAN
Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan
Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum, sedangkan penerima
Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin, dan pemberi Bantuan
Hukum sendiri adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang
memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang.[1]
6
Kantor Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan,
Kelurahan/Desa).
Lembaga masyarakat sipil penyedia bantuan hukum.
Unit kerja bantuan hukum dalam Organisasi Profesi Advokat; dan
Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum di Perguruan Tinggi.[1]
7
1. Setiap Pengadilan Negeri segera membentuk Pos Bantuan Hukum yang
pembentukannya dilakukan secara bertahap.
2. Ketua Pengadilan Negeri menyediakan ruangan dan sarana yang
dibutuhkan untuk digunakan sebagai Pos Bantuan Hukum, berdasarkan
kemampuan masing-masing.
3. Pelayanan dalam Pos Bantuan Hukum disediakan oleh Advokat Piket
yang pengaturan dan daftarnya ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri.
4. Pengaturan dan daftar Advokat Piket sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disusun dalam kerjasama kelembagaan dengan Lembaga Penyedia
Bantuan Hukum melalui proses yang terbuka dan bertanggun jawab serta
dikaji ulang dan diperbaharui setiap akhir tahun anggaran.
5. Kerjasama sebagaimana dimaksud pada poin (4) dilakukan Pengadilan
Negeri dengan lebih dari satu lembaga untuk menghindari konflik
kepentingan pemberian layanan kepada pemohon bantuan hukum yang
sama-sama berhak atas layanan oleh Advokat Piket yang sama.
8
1. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Advokat untuk menjalankan kuasa, yaitu :
mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan Pemohon Bantuan Hukum yang memenuhi syarat berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Advokat sebagai mana yang dimaksut diatas adalah Advokat yang menyediakan
jasa bantuan hukum secara cuma-cuma sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Dalam melaksanakan tugasnya, Advokat dapat menerima bantuan biaya
pendampingan ,sesuai standar yang ditentukan oleh Negara.
4. Bantuan biaya pendampingan bukan merupakan pembayaran jasa atau
honorarium profesional.
Advokat yang ditunjuk untuk memberikan bantuan hukum dapat bertindak
sebagai pendamping atau kuasa hukum untuk memberikan bantuan hukum dalam
pengurusan sengketa perdata atau bertindak sebagai pendamping dan pembela
terhadap Pemohon Bantuan Hukum yang didakwa melakukan tindak pidana di
Pengadilan.
Mekanisme penggunaan anggaran batuan jasa advokat:
1. Ketua Pengadilan Negeri membuat Surat Penetapan yang
memerintahkan Kuasa Pengguna Anggaran untuk membayar dana
bantuan hukum kepada Advokat yang ditunjuk.
2. Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran membuat Surat
Keputusan Pembebanan Dana Bantuan Hukum ke APBN.
3. Berdasarkan Surat Keputusan Panitera/Sekretaris, bendahara
pengeluaran membayar biaya bantuan hukum kepada Advokat yang
ditunjuk.
4. Dalam perkara pidana pencairan Anggaran Bantuan Hukum kepada
Advokat dilakukan setelah perkara diputus oleh Pengadilan Negeri.
Bagi perkara perdata dicairkan pada saat “perkara permohonan” atau
“gugatan” didaftarkan di Kepaniteraan oleh advokat selaku kuasa,
melalui bank yang ditunjuk, selanjutnya dibukukan sebagaimana yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
5. Bendahara pengeluaran menyimpan seluruh bukti-bukti pengeluaran
sebagai bukti pertanggung jawaban keuangan.
9
6. Bendahara pengeluaran mencatat semua biaya yang telah dikeluarkan
untuk pendampingan perkara pidana atau perdata, dalam buku kas
umum dan buku bantu lainnya sesuai ketentuan.
7. Biaya bantuan hukum pada tingkat pertama dibebankan kepada DIPA
Pengadilan Negeri.[3]
Biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu dalam perkara perdata
untuk semua jenis perkara perdata baik perkara gugatan maupun permohonan, yang
memenuhi syarat ditanggung oleh Negara.[5]
Mekanisme penggunaan anggaran bantuan hukum dalam perkara perdata
1. Biaya perkara perdata bagi penggugat atau tergugat yang tidak mampu
dibebankan kepada Negara melalui DIPA pengadilan.
10
2. Biaya perkara perdata dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri sesuai dengan
anggaran Bantuan Hukum yang tersedia pada DIPA dan ketentuan-
ketentuannya.
3. Komponen biaya perkara perdata yang dibebankan pada biaya bantuan
hukum DIPA adalah biaya proses yang meliputi:
a. Biaya pemanggilan para pihak/saksi/ahli
b. Biaya pemberitahuan isi putusan
c. Biaya sita jaminan
d. Biaya pemeriksaan setempat
e. Biaya alat tulis kantor
f. Biaya penggandaan
g. Biaya pemberkasan dan penjilidan berkas perkara yang diminutasi.
h. Materai.[1]
11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
2. SARAN
1. UU No.16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum adalah sebagai pusat aturan
mengenai bantuan hukum bagi orang atau kelompok orang miskin, UUBH tersebut
diharapkan menjadi peraturan yang mengatur bantuan hukum pengganti yang
sebelumnya diatur oleh Judikatif. Peraturan pelaksana dari UUBH (sistem
pelaksanaan) harus memberikan kemudahan syarat dalam proses pelaksanaan bantuan
hukum demi terwujudnya perlindungan dan keadilan hukum bagi masyarakat miskin.
Penyelenggaraan bantuan hukum mengenai anggaran untuk tiap wilayah sebaiknya
kewenangannya diberikan ke Kemenkumham pada tiaptiap kantor wilayahnya
masing-masing.
2. Peraturan mengenai bantuan hukum harus lebih memperjelas hak dan kewajiban para
Pelaksana Bantuan Hukum, Penyelenggara Bantuan Hukum harus memberikan anggaran
untuk peningkatan peremajaan kantor Pelaksana Bantuan Hukum dan juga anggaran
pelaksanaan penyelesaian litigasi di luar kota. APBD untuk Pelaksana Bantuan Hukum harus
mengacu terhadap standar APBN. Standarisasi yang mengatur Pelaksana Bantuan Hukum
harus dibenahi, hal ini terkait Unit Bantuan Hukum pada Fakultas Hukum dimana banyak
yang tidak maksimal dalam pelaksanaannya, standar kualifikasi Penerima Bantuan Hukum
yaitu kriteria orang yang wajib dibantu dimana serta merta pemohon bantuan hukum yang
memiliki SKTM wajib dibantu tanpa melihat kenyataan di lapangan benar-benar miskin atau
12
kaya, dan diharapkan Pengawas Daerah bisa diberi wewenang dalam pelaksanaan monitoring
ke klien bantuan hukum atau Penerima Bantuan Hukum secara langsung, pembinaan
hubungan yang harmonis dengan instansi-instansi
yang berkenaan dengan bantuan hukum harus lebih dioptimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
13